4 yang lebih besar jumlahnya adalah
pasien perempuan dengan jumlah pasien 74 orang dan
persentase 61,7 sedangkan pasien laki-laki
berjumlah 46
orang dengan
persentase 38,3. Sampai dengan usia 55 tahun, laki-
laki lebih
banyak menderita
hipertensi dibanding
perempuan. Dari umur 55-74 tahun, sedikit lebih
banyak perempuan dibanding laki- laki
yang menderita
hipertensi
8
. Wanita
premenopause memiliki
risiko dan kejadian hipertensi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki
dengan usia sama tetapi keuntungan ini untuk wanita secara bertahap
menghilang
setelah menopause
11
. Perubahan
hormonal setelah
menopause dapat
meningkatkan resiko penyakit degeneratif seperti
hipertensi. Hasil penelitian tentang pengaruh
menopause terhadap
tekanan darah menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause tekanan
sistolik lebih tinggi 4-5 mmHg dari pada wanita premenopause
10
. Alasan
untuk perbedaan
gender dalam tingkat tekanan darah adalah
multifaktorial dan belum sepenuhnya dipahami. Ada beberapa hipotesis
termasuk
peran potensial
dari hormon
seks, sistem
renin- angiotensin,
stres oksidatif,
endotelin, berat badan dan aktivasi simpatik. Fungsi protektif estrogen
dapat menunda munculnya penyakit kardiovaskuler 10-15 tahun pada
wanita dibandingkan dengan laki- laki. Estrogen meningkatkan kadar
angiotensinogen,
dan menurunkan
kadar renin, aktivitas angiotensin- converting enzyme ACE, densitas
reseptor angiotensin
AT-1 dan
produksi aldosteron. Kadar endotelin dan stres oksidatif meningkat setelah
menopause, dan
dapat mempengaruhi
tekanan darah
melalui peningkatan
reabsorpsi natrium dan vasokonstriksi. Obesitas
dan kelebihan berat badan meningkat lebih
banyak pada
wanita postmenopause dibandingkan pria,
dan ini
berkaitan dengan
risiko hipertensi dan kematian yang lebih
besar daripada laki-laki pada usia yang sama
11
.
2. Gambaran Penggunaan Obat
a. Berdasarkan item obat
Dalam penelitian terdapat 12 macam item
obat antihipertensi
yang digunakan di RSUD Tidar Kota
Magelang selama periode Januari- Juni 2012. Item obat antihipertensi
yang
digunakan disajikan
dalam gambar berikut ini.
Tabel 3. Penggunaan antihipertensi berdasarkan item obat
Item Obat Jumlah
Persentase Hidroklorotiazid
24 12,3
Furosemide 14
7,2 Captopril
72 36,9
Lisinopril 11
5,6 Ramipril
2 1
Amlodipin 29
14,9 Nifedipin
11 5,6
Valsartan 12
6,2 Irbesartan
6 3,1
Bisoprolol 11
5,6 Klonidin
2 1
Metildopa 1
0,5 Total
195 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 12 macam item obat yang
5 digunakan dengan total item yang
digunakan berjumlah
195, antihipertensi
yang paling sering digunakan adalah captopril dengan
jumlah pemakaian 72 dan persentase 36,9.
Sedangkan metildopa
merupakan antihipertensi
yang paling
sedikit digunakan
dengan jumlah pemakaian 1 dan persentase
0,5.
Captopril merupakan
salah satu
antihipertensi dari golongan ACE- inhibitor yang pertama ditemukan
12
. Captopril
dapat digunakan
pada hipertensi ringan sampai sedang,
baik secara
tunggal maupun
kombinasi dan hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain,
gagal jantung
kongestif, setelah
infark miokard,
serta nefropati
diabetik mikroalbuminuria
lebih dari
30 mghari
pada diabetes
tergantung insulin
13
. Captopril
bekerja dengan
menghambat perubahan
angiotensin-I menjadi
angiotensin-II sehingga
terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi
aldosteron. Selain
itu, degradasi
bradikinin juga dihambat sehingga kadar
bradikinin dalam
darah meningkat dan berperan dalam efek
vasodilatasi. Vasodilatasi
secara langsung akan menurunkan tekanan
darah, sedangkan
berkurangnya sekresi
aldosteron akan
menyebabkan ekskresi
air dan
natrium
12
. Metildopa adalah antihipertensi dari
golongan agonis alfa-2 adrenergik. Metildopa jarang digunakan dalam
terapi hipertensi karena obat ini merupakan antihipertensi lini kedua.
Pemakaiannya
yang terbatas
dikarenakan oleh sering timbulnya efek samping. Selain itu, metildopa
lebih sering
digunakan pada
pengobatan hipertensi
pada kehamilan
12
.
b. Berdasarkan golongan obat