PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODUL BERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL LATIHAN BERBASIS MASALAH

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODUL BERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL

LATIHAN BERBASIS MASALAH Oleh

Wahyu Ningrum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah. Populasi penelitian ini adalah siswa/siswi SMA Negeri 2 Metro kelas X.IPA dengan sampel penelitiannya adalah siswa/siswi kelas X.IPA 1 dan X.IPA 3. Disain penelitian yang digunakan adalah The Non-Equivalent Control Group Design. Teknik pengambilan data pada ranah afektif menggunakan angket penilaian diri dan penilaian teman sejawat, pada ranah kognitif menggunakan tes uraian, dan pada ranah psikomotor menggunakan angket observasi. Analisis data penelitian menggunakan Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji-t, dan Uji Mann-Whitney. Berdasarkan Uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan psikomotor menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan modul latihan berbasis masalah, dengan perbandingan kuantitatif 3,11 : 2,43 dan 3,00 : 2,86, sedangkan berdasarkan Uji-t, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada ranah afektif dikarenakan penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah masing-masing mampu memunculkan 13 poin penilaian afektif yang dapat membentuk sikap siswa, hal ini menyebabkan hasil penilaian afektif siswa memiliki nilai yang sama, dengan perbandingan kuantitatif 3,62 : 3,60.

Kata kunci: hasil belajar, modul berbasis latihan inkuiri terbimbing, modul latihan berbasis masalah.


(2)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODUL BERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL

LATIHAN BERBASIS MASALAH

(Skripsi)

Oleh

WAHYU NINGRUM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODUL BERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL

LATIHAN BERBASIS MASALAH Oleh

Wahyu Ningrum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah. Populasi penelitian ini adalah siswa/siswi SMA Negeri 2 Metro kelas X.IPA dengan sampel penelitiannya adalah siswa/siswi kelas X.IPA 1 dan X.IPA 3. Disain penelitian yang digunakan adalahThe Non-Equivalent Control Group Design.Teknik pengambilan data pada ranah afektif menggunakan angket penilaian diri dan penilaian teman sejawat, pada ranah kognitif menggunakan tes uraian, dan pada ranah psikomotor menggunakan angket observasi. Analisis data penelitian menggunakan Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji-t, dan UjiMann-Whitney. Berdasarkan Uji Mann-Whitneydiketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan psikomotor menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan modul latihan berbasis masalah, dengan perbandingan kuantitatif 3,11 : 2,43 dan 3,00 : 2,86, sedangkan berdasarkan Uji-t, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada ranah afektif dikarenakan penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah masing-masing mampu memunculkan 13 poin penilaian afektif yang dapat membentuk sikap siswa, hal ini menyebabkan hasil penilaian afektif siswa memiliki nilai yang sama, dengan perbandingan kuantitatif 3,62 : 3,60.

Kata kunci:hasil belajar, modul berbasis latihan inkuiri terbimbing, modul latihan berbasis masalah.


(4)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODUL BERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL

LATIHAN BERBASIS MASALAH

Oleh Wahyu Ningrum

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 4 Agustus 1994 sebagai anak pertama, pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Karmila. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Wonotolo II Sragen, Jawa Tengah yang diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan studi di SMP Negeri 6 Sragen, Jawa Tengah yang diselesaikan pada tahun 2009, dan masuk SMA Negeri 2 Metro yang diselesaikan pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis.

Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum IPA Fisika, Asisten Elektronika Dasar, Asisten Mata Kuliah Dasar-Dasar Perencanaan dan Evaluasi Pembelajaran, dan Asisten Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Pengalaman berorganisasi penulis yaitu pernah menjadi Anggota Divisi Seni dan Kreativitas Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta), Anggota Divisi Pemberdayaan Wanita Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM-F). Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di SMA Negeri 1 Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat.


(9)

MOTTO

“…Ud’uni astajib lakum(berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan)”. (QS. Al-Mukmin: 60)

“Doa adalah otaknya (sumsum/intinya) ibadah”. (HR. Tirmidzi)

“Percayalah, Allah SWT selalu mendengar doamu” (Wahyu Ningrum)


(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Penulis persembahkan karya tulis ini sebagai tanda bakti dan kasih cinta yang tulus dan mendalam kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suprapto dan Ibunda Karmila, yang selalu menjadi motivator terbaik untuk anak-anaknya, terima kasih untuk doa yang tak pernah putus dan kasih sayang yang tak pernah padam, terima kasih untuk semuanya.

2. Ibu dan bapak, ibu Musyati dan bapak Ali.

3. Kakak sepupuku yang kusayangi, Heffy Puspitasari yang selalu memberikan dukungan untuk keberhasilanku.


(11)

ix

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya,penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar menggunakan Modul Berbasis Latihan Inkuiri Terbimbing dengan Modul Latihan Berbasis Masalah”.Penulis menyadari bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung sekaligus Pembahas, atas kesediaan dan keikhlasan beliau dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I, atas kesabaran beliau dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Ismu Wahyudi, S.Pd., M.PFis., selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.


(12)

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. A. Indrianto Susetyo, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Metro, yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian. 8. Bapak Faisol Ardi, S.Pd., selaku Guru Mata Pelajaran Fisika yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dengan baik.

9. Kakak Desmaria Kristin yang telah memberikan izin untuk menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing buatannya.

10. Sahabat-sahabatku, Izzatunnisa, Sari Retno Wulandari, Luh Sri Asmarani Suradnya, Isni Resita, dan Nur Hasanah, semoga kita semua sukses. 11. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012.

12. Sahabat luar biasa, KKN-KT Penggawa V Tengah Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandarlampung, Juni 2016 Penulis,


(13)

xi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

COVER DALAM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Modul ... 8

2. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 11

3. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 14

4. Hasil Belajar ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Anggapan Dasar ... 20

D. Hipotesis ... 21

III.METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

B. Disain Penelitian ... 23

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 25

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Validitas Instrumen ... 27

G. Analisis Data 1. N-Gain ... 28

2. Uji Normalitas ... 29

3. Uji Homogenitas ... 29

4. Uji Beda ... 30

5. Perbandingan Kuantitatif Hasil Belajar Siswa ... 31

6. Nilai Kuantitatif Hasil Belajar Siswa ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Observasi Penelitian ... 33

2. Tahap Pelaksanaan ... 34

3. N-GainPenilaian Ranah Kognitif ... 41

4. Uji Normalitas ... 42

5. Uji Homogenitas ... 42

6. Uji Beda ... 43


(15)

xiii B. Pembahasan

1. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 50 2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 57 3. Hasil Belajar Ranah Psikomotor ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 60 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16

2. Kriteria InterpretasiN-Gain ... 28

3. Interval Nilai Kriteria ... 32

4. HasilN-Gain ... 41

5. Uji Normalitas Data Hasil Belajar ... 42

6. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ... 43

7. Uji Beda Data Hasil Belajar ... 43


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 20 2. The Non-Equivalent Control Group Design ... 24 3. Grafik Perbandingan Kualitatif Aspek Afektif Penggunaan

Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Modul Berbasis

Masalah ... 45 4. Grafik Perbandingan Kualitatif Aspek Kognitif Penggunaan

Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Modul Berbasis

Masalah ... 46 5. Grafik Perbandingan Kualitatif Aspek Psikomotor Penggunaan

Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Modul Berbasis


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket dan Rubrik Validasi Instrumen ... 65

2. Hasil Validitas Konstruk Instrumen ... 74

3. Silabus SMA Kelas X Semester 2 Materi Elastisitas Bahan dan Hukum Hooke ... 75

4. Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 81

5. RPP Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing yang Telah Tervalidasi ... 154

6. Rekapitulasi Nilai Penggunaan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 173

7. Modul Berbasis Masalah ... 177

8. RPP Modul Berbasis Masalah yang Telah Tervalidasi ... 194

9. Rekapitulasi Nilai Penggunaan Modul Berbasis Masalah ... 211

10. Kisi-Kisi Instrumen dan Instrumen Penilaian Afektif, Kognitif, dan Psikomotor ... 215

11. Rekapitulasi Nilai Kelas Eksperimen 1 ... 238

12. Rekapitulasi Nilai Kelas Eksperimen 2 ... 253


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi aspek belajar yang tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar

berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi guru dengan siswa serta siswa dengan siswa di saat

pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi peserta didik dengan pendidik serta antarpeserta didik dalam rangka perubahan sikap. Oleh karena itu, baik

konseptual maupun operasional, konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada pembelajaran (Jihad dan Haris, 2012: 11).

Proses pembelajaran yang bermutu adalah dengan menerapkan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif menurut Uno dan Mohamad (2012: 76) merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara anak belajar dari pengalamannya. Mereka belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera, menjelajahi lingkungan, baik berupa benda, tempat, maupun peristiwa-peristiwa di sekitar mereka. Keterlibatan yang aktif dengan obyek-obyek ataupun gagasan-gagasan


(20)

2

tersebut mendorong aktivitas mental mereka untuk berpikir, menganalisis, menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru, serta

mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

Pada kenyataannya, pembelajaran di sekolah masih didominasi dengan penggunaan pendekatan belajar yang berpusat pada guru (Parwati, 2013). Di dalam pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa ditempatkan sebagai obyek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan terkadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat. Sebagai obyek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas sebab proses pembelajaran diatur dan ditentukan oleh guru.

Pembelajaran berpusat pada siswa(Student Centred Learning), bukan

pendekatan baru di dunia pendidikan. Pembelajaran berpusat pada siswa(Student Centred Learning)merupakan pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013

tertuang secara jelas dalam Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013. Pada dokumen regulasi tersebut, pembelajaran berpusat pada siswa sebagai ciri Pembelajaran Kurikulum 2013 perlu diikuti dengan


(21)

3

pembelajaran secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet), pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajran pendekatan sains), belajar kelompok (berbasis tim), dan

pembelajaran kritis (Kemendikbud, 2013).

Kegiatan pembelajaran di kelas tidak bisa dilepaskan dari adanya bahan ajar, karena dalam melancarkan kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan berpikir serta kecerdasan siswa tentunya harus diimbangi dengan penyediaan bahan ajar. Kurang lengkapnya bahan ajar di sekolah dapat menghambat kegiatan pembelajaran. Keadaan tersebut akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu bentuk bahan ajar yang mendukung proses pembelajaran mandiri adalah modul.

Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Oleh karena itu, modul

dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri (Asyhar, 2011: 155). Modul disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan. Modul sangat diperlukan sebagai media pembelajaran yang memudahkan siswa untuk memahami suatu materi dan sebagai panduan bagi guru dalam menyampaikan materi. Selain itu, ketersediaan modul dalam kegiatan pembelajaran di kelas dapat memicu siswa ataupun guru untuk menumbuhkan semangat belajar dan mengajar.


(22)

4

Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa di mana dalam proses pembelajarannya, siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam pembelajaran melainkan memberikan bimbingan walaupun demikian, terdapat beberapa kendala penerapan inkuiri terbimbing dalam

pembelajaran, di antaranya persiapan yang diperlukan harus lebih matang, waktu pembelajaran harus lebih panjang, dan bahan ajar yang memfasilitasi

pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing masih terbatas (Kristin, 2015: 106). Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan pembelajaran di luar jam sekolah. Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa dengan

menerapkan kemampuan inkuiri menggunakan bahan ajar yang tepat. Salah satu bahan ajar yang tepat untuk digunakan siswa secara mandiri adalah modul berbasis latihan inkuiri terbimbing. Modul berbasis latihan inkuiri terbimbing adalah modul yang di dalamnya meliputi materi serta penugasan yang

memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu konsep berdasarkan suatu permasalahan.

Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk meningkatkan

pengembangan keterampilan dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, dan belajar aktif. Pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan pemecahan masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibandingkan pendekatan lain. Berdasarkan kelebihan dari


(23)

5

menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran. Seperti yang telah diutarakan, dengan langkah-langkah yang cukup panjang dalam pembelajaran berbasis masalah, ada baiknya bila dibuatkan suatu modul latihan berbasis masalah agar siswa dapat belajar mandiri sebagai bekal untuk pelajaran yang akan diberikan. Modul latihan berbasis masalah memiliki ciri yaitu langkah pembelajaran pada modul disesuaikan dengan langkah pembelajaran berbasis masalah, mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis pada setiap tahapnya, dan memuat soal tes berpikir kritis (Yanti, 2014: 96).

Pembelajaran menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah termasuk dalam pembelajaran aktif yang dapat

meningkatkan tanggung jawab individu atau kelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modul yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar antara modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan modul latihan berbasis masalah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah?


(24)

6

2. Hasil belajar fisika manakah yang lebih tinggi antara siswa yang

menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah.

2. Hasil belajar fisika yang lebih tinggi antara siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.


(25)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dari penelitian yang akan dilaksanakan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotor.

2. Materi pelajaran yang dikaji yaitu materi Elastisitas dan Hukum Hooke pada kelas X.IPA semester genap Kurikulum 2013. Kompetensi Dasar

menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari dan mengolah serta menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan.

3. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X.IPA SMA Negeri 2 Metro tahun pelajaran 2015/2016.


(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Modul

Guru sangat membutuhkan media pembelajaran yang dapat mempermudah penyampaian materi, memberikan informasi yang menarik, dan

menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa. Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis. Salah satunya adalah modul. Pengertian modul menurut Winkel (2009: 472) adalah:

Satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional).

Pengertian modul menurut Suprawoto (2009: 2) adalah:

Sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan

pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut. Pengertian modul menurut Nasution (2008: 205) adalah:

Suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri atau suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.


(27)

9

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan.

Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapan pun dan di mana pun sesuai dengan kebutuhan siswa. Modul memiliki karakteristik. Karateristik modul menurut Anwar (2010: 1) adalah:

1. Self instructional,siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.

2. Self contained,seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh. 3. Stand alone,modul yang dikembangkan tidak harus digunakan

bersama-sama dengan media lain.

4. Adaptif,modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5. User friendly,modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat atau akrab dengan pemakainya.

6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaanfont, spasi, dan tata letak.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sebuah modul dapat mengembangkan pola pikir siswa dengan pembelajaran mandiri pada seluruh materi yang tercakup dalam modul tersebut, modul tersebut juga harus menarik dan beradaptasi pada ilmu dan teknologi sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam menggunakan modul tersebut untuk belajar secara mandiri tanpa menggunakan media-media lain.


(28)

10

Sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik, seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2012: 156) dalam sebuah modul minimal berisi tentang:

1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur;

2. Petunjuk penggunaan yakni petunjuk bagaimana siswa belajar modul;

3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa;

4. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran. 5. Tugas dan latihan;

6. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk mempelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan; 7. Item-itemtes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat

keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran;

8. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa dalam mempelajari modul;

9. Kunci jawaban.

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa sebuah modul yang baik harus mencakup tujuan dan indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, petunjuk penggunaan pembelajaran pada modul, materi pembelajaran, rangkuman atau garis besar materi pembelajaran, tugas dan latihan sebagai evaluasi pembelajaran, soal-soal untuk mengevaluasi tingkat penguasaan materi pembelajaran, dan kunci jawaban agar siswa dapat membuktikan secara langsung jawaban terhadap soal-soal yang telah dikerjakan.

Modul menurut Asyhar (2011: 155) adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran, karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar


(29)

11

sendiri. Dalam hal ini, peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran pengajar secara langsung.

2. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri memiliki beberapa model pembelajaran. Jenis model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2011:199), di antaranya:

a. Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry); peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.

b. Inkuiri Bebas(Free Inquiry); pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik

permasalahan yang hendak diselidiki.

c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modifiel Free Inquiry); pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atauproblemdan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas mengenai jenis-jenis model inkuiri, inkuiri terdiri atas tiga macam yang dibedakan berdasarkan subyek

permasalahan, metode, dan solusi. Model inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inkuiri terbimbing dengan permasalahan dan metode bersumber dari guru, kemudian solusi diselesaikan oleh siswa. Namun, tidak berarti guru yang memegang penuh atas permasalahan dan metode, guru hanya memberikan bimbingan penuh kepada siswa agar mudah dalam

merumuskan permasalahan yang menuju topik pembelajaran, dan siswa yang menentukan bagaimana solusi dari permasalahan tersebut.


(30)

12

Model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Sanjaya (2010: 196) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah

serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Kunandar (2010: 173) mengungkapkan bahwa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan mendorong guru siswa untuk

memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk menemukan prisip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Roestiyah (2008: 18) mengungkapkan kelebihan dan kelemahan inkuiri terbimbing sebagai berikuti:

Kelebihan inkuiri terbimbing yakni:

1) Dapat membentuk dan mengembangkan “Self-Conceptpada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka.

4) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6) Memberi kebebasan pada siswa untuk belajar sendiri.

7) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Kelemahan inkuiri terbimbing yakni:

1) Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukakan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2) Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.


(31)

13

3) Guru sebagai fasilitator diupayakan kreatif dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, inkuiri terbimbing memiliki banyak keunggulan, namun inkuiri terbimbing juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diatasi dengan cara guru mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar mengajukan hipotesis, menggunakan permainan bervariasi yang dapat mengasah otak dan kemampuan siswa, dan memberi kesempatan pada siswa untuk memberikan pendapat-pendapat mereka.

Tahap-tahap pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011: 172) meliputi menyajikan

pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.

Langkahlangkah inkuiri terbimbing menurut Memes (2000: 42) adalah (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, dan (6) mengambil kesimpulan. Kemudian Sanjaya (2010: 306) mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi: (a) merumuskan masalah; (b) menyusun hipotesis; (c) melaksanakan percobaan; (d)


(32)

14

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam kehidupan nyata. Amir (dalam Sutirman, 2013: 39) memberikan pendapat bahwa:

Pembelajaran berbasis masalah juga dimaknai sebagai “model pembelajaran yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”.

Berdasarkan kutipan tersebut, di dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi masalah yang disajikan. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu

menyelesaikan masalah secara sistematis. Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang

berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut.

Dalam pembelajaran berbasis masalah tidak sekedar bagaimana siswa mudah dalam belajar, tetapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana siswa memahami suatu persoalan nyata, tahu solusi yang tepat, serta dapat menerapkan solusi


(33)

15

tersebut untuk memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah menurut Sutirman (2013: 40) terdiri atas lima langkah pembelajaran yang meliputi:

1. Memahami masalah yang dihadapi. 2. Mengidentifikasi penyebab masalah. 3. Mengidentifikasi alternatif solusi.

4. Memilih solusi yang paling tepat dan menerapkannya untuk memecahkan masalah.

5. Membuat kesimpulan.

Berdasarkan kutipan tersebut, tahapan pembelajaran berbasis masalah yaitu siswa harus memahami masalah yang disajikan terlebih dahulu, mencari apa saja penyebab masalah itu terjadi, mencari beberapa alternatif solusi atas masalah tersebut, memilih solusi yang paling tepat, kemudian menerapkannya untuk memecahkan masalah, dan selanjutnya membuat kesimpulan setelah menerapkan solusi.

Sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah menurut Suryani dan Agung (2012: 115) terdiri atas:

1. Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik. 2. Mendiagnosis masalah.

3. Pendidik membimbing proses pengumpulan data individu ataupun kelompok.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil.

Berdasarkan kutipan tersebut, sintaks pembelajaran berbasis masalah diawali dengan pemberian orientasi permasalah terhadap peserta didik, membimbing peserta didik dalam mendiagnosis masalah, membimbing peserta didik dalam proses pengumpulan data baik individu maupun kelompok, mengembangkan


(34)

16

dan menyajikan hasil pengumpulan data, kemudian menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pengumpulan data.

Tahap-tahap Pembelajaran berbasis masalah menurut Arends (dalam Trianto, 2007), dapat dirangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah Tahapan Pembelajaran Kegiatan Guru

Tahap 1

Orientasi peserta didik pada masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Tahap 2

Mengorganisasi peserta didik

Guru membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap 3

Membimbing penyelidikan individu ataupun

kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan

eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.

Tahap 5 Menganalisis serta

mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil


(35)

17

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari pembelajaran tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Djamarah (2006: 105), yaitu bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil jika memenuhi hal- hal sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah

dicapai, baik secara individual maupun kelompok.

Hasil Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) adalah:

Suatu hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Diungkapkan pula oleh Hamalik (2004: 31):

Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan.

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari suatu interaksi dan setelah melalui kegiatan pembelajaran. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan evaluasi hasil belajar. Hasil belajar merupakan proses dari seseorang untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang relatif tetap. Berhasil tidaknya anak dalam belajar dapat dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya.


(36)

18

Dalam perkembangannya, hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan guru dalam mengajar. Hal ini terlihat dari apa yang telah dicapai siswa serta

keberhasilan siswa dalam memahami, mengerti konsep, dan materi yang telah diajarkan oleh guru.

Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26) mengategorikan hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

pembelajaran. Melalui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang diperoleh melalui tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.


(37)

19

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berasumsi bahwa penggunaan modul sebagai bahan ajar sangat mendukung proses pembelajaran mandiri. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dalam proses pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam

pembelajaran, melainkan memberikan bimbingan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dalam mencari solusi berdasarkan masalah yang dihadapi. Dalam pembelajaran berbasis masalah tidak sekedar bagaimana siswa mudah dalam belajar, tetapi bagaimana siswa memahami suatu persoalan nyata, tahu solusi yang tepat, serta dapat menerapkan solusi tersebut untuk memecahkan masalah. Pembelajaran menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah termasuk dalam pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan tanggung jawab individu atau kelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan dua kelas. Penelitian ini dilakukan pengujian membandingkan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah, sehingga diketahui apakah ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan


(38)

20

berbasis masalah. Penelitian ini, menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

Hasil evaluasi kedua kelas tersebut dianalisis untuk memperoleh data hasil belajar mana yang lebih baik. Perolehan nilai dihitung melalui uji statistik. Hasil

akhirnya berupa kesimpulan hasil belajar fisika mana yang lebih tinggi antara siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah tersebut.

Keterkaitan penggunaan modul dengan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian ini adalah:

1. Kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang sama. 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika beragam atau berbeda-beda.

Modul berbasis latihan inkuiri terbimbing

Modul latihan berbasis masalah

Hasil Belajar

Hasil Belajar


(39)

21

3. Penggunaan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dan modul pembelajaran fisika berbasis masalah di dalam pembelajaran, sama-sama meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir, maka dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini ke dalam H0dan H1:

Hipotesis pertama:

1. H0: Tidak terdapat perbedaan hasil belajarfisika antara siswa yang

menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah.

2. H1: Terdapat perbedaan hasil belajarfisika antara siswa yang menggunakan

modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah.

Hipotesis kedua:

1. H0: Hasil belajar siswa yang menggunakanmodul berbasis latihan inkuiri

terbimbinglebih rendah daripada siswa yang menggunakanmodul latihan berbasis masalah.


(40)

22

2. H1: Hasil belajar siswa yang menggunakanmodul berbasis latihan inkuiri

terbimbinglebih tinggi daripada siswa yang menggunakanmodul latihan berbasis masalah.


(41)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X.IPA SMA Negeri 2 Metro pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah lima kelas.Pada penelitian ini ada dua kelas yang diambil sebagai sampel dengan teknikPurposive Sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan penelitian. Syarat peneitian ini, yaitu kelassampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang sama, kemudian ditentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

B. Disain Penelitian

a. Penilaian Afektif

Penilaian afektif dilakukan dengan menggunakan angket dengan teknik penilaian diri dan teman sejawat, yang diambil nilai rata-rata antara nilai penilaian diri dan penilaian sejawat.

Nilai afektif =

Nilai Afektif Penilaian Diri + Penilaian Teman Sejawat 2


(42)

24

b. Penilaian Kognitif

Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experiment designdengan jenisthe non-equivalent control group design. Secara paradigma, rancangan penelitian ini yaitu:

Materi ajar

Kelas A B

E1 O1--- X1--- O2 O3--- X2--- O4 E2 O3--- X2--- O4 O1--- X1--- O2 Gambar 2.The Non-equivalent Control Group Design

Keterangan:

A : Materi ajar elastisitas (pertemuan ke-1) B : Materi ajar hukum Hooke (pertemuan ke-2) E1: Kelas eksperimen I

E2: Kelas eksperimen II

O1:Pretestkelas eksperimen (menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing)

O2:Posttestkelas eksperimen (menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing)

X1: Perlakuan (menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing) X2: Perlakuan (menggunakan modul latihan berbasis masalah)

O3:Pretestkelas eksperimen (menggunakan modul latihan berbasis masalah) O4:Posttestkelas eksperimen (menggunakan modul latihan berbasis

masalah)

Dengan adanyapretestsebelum perlakuan, baik untuk kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II (O1dan O3), dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perubahan. Pemberianposttest(O2dan O4) pada akhir kegiatan akan dapat menunjukkan seberapa jauh akibat perlakuan (X1dan X2).


(43)

25

c. Penilaian Psikomotor

Penilaian psikomotor dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata angket dengan teknik observasi yang dilakukan langsung oleh observer.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah pada penelitian ini adalah: 1. Observasi penelitian

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan penelitian.

b. Menentukan populasi, sampel penelitian, dan waktu pelaksanaan penelitian, bersama guru mitra.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Tahap persiapan terdiri dari menyusun perangkat pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan pembelajaran:

1) Melakukanpretestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di masing-masing kelas dengan menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen 1 pada pertemuan ke-1 dan menggunakan modul latihan berbasis masalah pada pertemuan ke-2. Sebaliknya, menggunakan modul latihan berbasis masalah pada kelas eksperimen 2 pertemuan ke-1 dan menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing pertemuan ke-2.


(44)

26

3) Melaksanakanposttestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

4) Melakukan tabulasi dan analisis data. 5) Menarik kesimpulan.

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Penelitian

Data pada penelitian ini adalah data kuantitatif (data hasil belajar siswa), yang terdiri dari:

a. Aspek kognitif yaitu nilaiN-Gainyang diperoleh berdasarkan nilaipretest danposttest.

b. Aspek afektif yaitu nilai yang diperoleh dari angket.

c. Aspek psikomotor yaitu nilai yang diperoleh dari angket observasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar, yaitu:

a. Aspek kognitif, menggunakan tes uraian melaluipretestdanposttestyang dilakukan di awal dan di akhir pembelajaran.

b. Aspek afektif, membagikan dan mengarahkan siswa untuk mengisi angket penilaian diri siswa dan penilaian teman sejawat.

c. Aspek psikomotor, menilai kegiatan diskusi dan kegiatan percobaan yang dilakukan oleh siswa menggunakan angket observasi.


(45)

27

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penilain aspek kognitif adalah instrumen tes hasil belajar siswa pada materi Elastisitas Bahan dan Hukum Hooke yang terdiri dari lima soal uraian materi Elastisitas Bahan dan lima soal uraian materi Hukum Hooke berdasarkan kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah kognitif. Instrumen penilaian aspek afektif adalah instrumen penilaian diri dan penilaian teman sejawat yang terdiri dari 15 butir soal pernyataan yang dinilai oleh siswa berdasarkan kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah afektif. Instrumen penilaian psikomotor adalah instrumen penilaian observasi yang terdiri dari empat butir pernyataan yang diisi oleh observer berdasarkan kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah psikomotor. Dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas isi terhadap instrumen penilaian hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

F. Validitas Instrumen

Validitas isi dan konstruk menurut Jihad (2013: 179) dilakukan untuk

menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji.

Perangkat pembelajaran yang divalidasi, yaitu RPP serta instrumen penilaian pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:


(46)

28

Keterangan:

P : persentase kelayakan f : skor aspek

n : skor maksimum aspek

Kriteria P:

25% - 43,75% = tidak valid 43,76% - 62,50% = kurang valid 62,51% - 81,25% = valid

81,26% - 100% = sangat valid

G. Analisis Data

1. N-Gain

Analisis hasil belajar pada aspek kognitif menggunakan analisisN-Gain.Gain merupakan selisih data yang diperoleh daripretestdanposttest. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilaipretestdanposttestdari kedua kelas.

RumusN-Gain(Meltzer, 2002: 1260) adalah:

(g) =

Kriteria interpretasiN-Gain(Hake, 1999) yaitu: Tabel 2. Kriteria InterpretasiN-Gain

N-Gain Kriteria Interpretasi

N-Gain > 0,7 Tinggi

0,3 < N-Gain < 0,7 Sedang

= 100%

N-Gain (g)

Nilai Posttest - Nilai Pretest Skor Maksimal Ideal - Nilai Pretest


(47)

29

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan secara manual menggunakan Uji Chi Kuadrat (x2) atau menggunakan ujiKolmogorov Smirnovuntuk mengetahui data

berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji normalitasnya adalah data nilai siswa dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotor dari penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah. a. Rumusan Hipotesis

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi tidak normal

b. Rumus statistik dengan Uji Chi Kuadrat (x2)

= ( )

c. Kriteria uji

Secara manual data akan berdistribusi normal jika hitung< tabeldengan

dk = k-1 dengan taraf signifikansi 5%. Secara komputerisasi data berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05 atau terima H0jika sig. > 0,05.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar siswa dari dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan secara manual menggunakan uji F atau menggunakan uji homogenitasLevene Statistic. Jika salah satu data tidak berdistribusi normal, maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas (Sudjana,


(48)

30

2005). Data yang diuji homogenitasnya adalah data nilai siswa dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotor dari penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah.

a. Rumusan Hipotesis

H0 : = (data hasil belajar siswa memiliki varians yang homogen) H1 : (data hasil belajar siswa memiliki varians yang tidak

homogen) b. Kriteria Uji

Kedua data homogen jika signifikansi > 0,05 atau terima H0jika sig. > 0,05.

4. Uji Beda

Jika kedua data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji beda yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2005). Salah satu uji parametrik adalah uji-t (independent sample test) sedangkan untuk data sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, uji beda menggunakan uji non parametrik.Salah satu uji non parametrik adalah uji Mann-Whitney.

a. Rumusan Hipotesis

H0 : = (rata-rata nilai hasil belajar siswa yang modul berbasis latihan inkuiri terbimbing sama dengan hasil belajar siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah)


(49)

31

H1 : (rata-rata nilai hasil belajar siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing tidak sama dengan hasil belajar siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah) b. Uji-t

Uji-t digunakan untuk melakukan uji beda dengan menggunakan dua sampel bebas. Artinya, kedua sampel tidak memiliki ketergantungan satu sama lain.

c. UjiMann-Whitney

UjiMann-Whitneydigunakan untuk melakukan uji beda dengan

menggunakan dua sampel bebas. Artinya, kedua sampel tidak memiliki ketergantungan satu sama lain.

d. Kriteria Uji

H0diterima jika sig. < 0,05 dan sebaliknya. Artinya, kedua data memiliki perbedaan jika signifikansi kurang dari 0,05.

5. Perbandingan Kuantitatif Hasil Belajar Siswa

Perbandingan kuantitatif hasil belajar siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan modul latihan berbasis masalah adalah dengan mengkonversi nilai ke rentang 0-4, lalu membandingkan kedua rata-rata nilai tersebut.


(50)

32

6. Nilai Kualitatif Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan peraturan Kurikulum 2013 mengenai bobot penilaian siswa secara kualitatif, hasil belajar siswa pada ranah afektif, kognitif, dan

psikomotor, diperoleh dari total nilai yang siswa peroleh dengan rentang nilai 0-4, dengan mengacu pada Tabel 4.

Tabel 3. Interval Nilai Kriteria

Predikat Kriteria Aspek

Kognitif Psikomotor Afektif A 3,66–4,00 3,66–4,00 Sangat Baik (SB) A- 3,333,66 3,333,66

B+ 3,00–3,33 3,00–3,33

Baik (B) B 2,66–3,00 2,66–3,00

B- 2,33–2,66 2,33–2,66 C+ 2,00–2,33 2,00–2,33

Cukup (C) C 1,66–2,00 1,66–2,00

C- 1,33–1.66 1,33–1.66

D+ 1,00–1,33 1,00–1,33 Kurang (K) D 0,00–1,00 0,00–1,00


(51)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah pada ranah kognitif dan ranah psikomotor. Sementara itu, tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah pada ranah afektif. 2. Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan

inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah, ditinjau dari ranah kognitif dan psikomotor.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal, antara lain:

1. Penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif,


(52)

61

hendaknya guru dapat menggunakannya dalam pembelajaran sesuai dengan petunjuk pada modul serta langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran berbasis masalah yang sistematis.

2. Agar penilaian ranah psikomotor dalam penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan baik, hendaknya guru membimbing siswa dalam tahap pelaporan karena modul berbasis latihan inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk lebih aktif bekerja sama dalam kelompok, sehingga pembelajaran inkuiri lebih unggul dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan hasil.

3. Agar penilaian ranah psikomotor dalam penggunaan modul latihan berbasis masalah dapat berjalan dengan baik, hendaknya guru membimbing siswa dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pengembangan hasil karena modul latihan berbasis masalah lebih unggul dalam tahap pelaporan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, Lorin. W. 1980.Penilaian Afektif. Jakarta: Diknas.

Anwar, Ilham. 2010.Pengembangan Bahan Ajar.Bandung: Direktori UPI.

Arikunto, Suharsimi. 2003.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asyhar, H. Rayandra. 2011.Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:

Rineka Cipta.

Hake, R.R. 1999.Analyzing Change/Gain Scores. Dept.of Physics Indiana

University. (Online), http://www.physics.indiana.edu, diakses pada 04 Mei 2016.

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013.Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo. Kemendikbud. 2013.Permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK. (Online), https://belajarpedagogi.wordpress. com/pendekatan-mengajar/pembelajaran-berpusat-pada-siswa/, diakses pada 10 Februari 2016.

. 2013.Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2014.Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.


(54)

Kristin, Desmaria. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke.Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 3 No.1, Hlm. 105-115.Bandar Lampung: Universitas Lampung. Kunandar. 2010.Guru Profesional.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Laraswati, A. 2009. Hubungan antara Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa melalui Teknik Pembelajaran Tipe Talking Chips pada Materi

Pencemaran Tanah.Skripsi. Bandung: UPI (Tidak Diterbitkan).

Meltzer, David. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and conceptual learning gain in Physics: A possible hidden variable in diagnostic pretest scores.American Journal Physics. Vol 70. No.2 Hlm. 1259-1267. America: American University.

Memes, Wayan. 2000.Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo.

Nasution, S. 2008.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pangestuti, Rini. 2012. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Guru dalam

Mengimplementasikan Pembelajaran Beranah Afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.Jurnal Kultur Demokrasi, Vol.1 No.2. Lampung: Universitas Lampung.

Parwati, Arirani. 2013.Pergeseran Peran Guru Dari Pembelajaran Tradisional ke Pembelajaran Modern. (Online), http://ariraniparwati.blogspot.co.id/, diakses pada 26 November 2015.

Roestiyah, N. K. 2008.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya,Wina. 2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

. 2011.Peneliti Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. . 2012.Media Komunikasi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N. 2005.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya.


(55)

Sukanti. 2011. Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi.Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,Vol. IX. No. 1, Hlm. 7482.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suprawoto. 2009.Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. (Online), http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan Ajar-dengan-Menyusun-Modul, diakses 20 November 2015.

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012.Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sutirman. 2013.Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Trianto. 2007.Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

. 2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta: Kencana.

Uno, H.B dan N. Mohamad. 2012.Belajar Dengan Pendekatan Paikem:

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Winkel. 2009.Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Yanti, Fitri April. 2014. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika SMA/MA Berbasis Masalah pada Materi Usaha dan Energi untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.Jurnal Inkuiri, Vol.4 No.3, Hlm. 96-103. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Yusuf, Muri. 2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.


(56)

(1)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah pada ranah kognitif dan ranah psikomotor. Sementara itu, tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah pada ranah afektif. 2. Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan

inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah, ditinjau dari ranah kognitif dan psikomotor.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal, antara lain:

1. Penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif,


(2)

61

hendaknya guru dapat menggunakannya dalam pembelajaran sesuai dengan petunjuk pada modul serta langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran berbasis masalah yang sistematis.

2. Agar penilaian ranah psikomotor dalam penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan baik, hendaknya guru membimbing siswa dalam tahap pelaporan karena modul berbasis latihan inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk lebih aktif bekerja sama dalam kelompok, sehingga pembelajaran inkuiri lebih unggul dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan hasil.

3. Agar penilaian ranah psikomotor dalam penggunaan modul latihan berbasis masalah dapat berjalan dengan baik, hendaknya guru membimbing siswa dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pengembangan hasil karena modul latihan berbasis masalah lebih unggul dalam tahap pelaporan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, Lorin. W. 1980.Penilaian Afektif. Jakarta: Diknas.

Anwar, Ilham. 2010.Pengembangan Bahan Ajar.Bandung: Direktori UPI.

Arikunto, Suharsimi. 2003.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asyhar, H. Rayandra. 2011.Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:

Rineka Cipta.

Hake, R.R. 1999.Analyzing Change/Gain Scores. Dept.of Physics Indiana

University. (Online), http://www.physics.indiana.edu, diakses pada 04 Mei 2016.

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013.Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo. Kemendikbud. 2013.Permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK. (Online), https://belajarpedagogi.wordpress. com/pendekatan-mengajar/pembelajaran-berpusat-pada-siswa/, diakses pada 10 Februari 2016.

. 2013.Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2014.Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.


(4)

Kristin, Desmaria. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke.Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 3 No.1, Hlm. 105-115.Bandar Lampung: Universitas Lampung. Kunandar. 2010.Guru Profesional.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Laraswati, A. 2009. Hubungan antara Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa melalui Teknik Pembelajaran Tipe Talking Chips pada Materi

Pencemaran Tanah.Skripsi. Bandung: UPI (Tidak Diterbitkan).

Meltzer, David. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and conceptual learning gain in Physics: A possible hidden variable in diagnostic pretest scores.American Journal Physics. Vol 70. No.2 Hlm. 1259-1267. America: American University.

Memes, Wayan. 2000.Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo.

Nasution, S. 2008.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pangestuti, Rini. 2012. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Guru dalam

Mengimplementasikan Pembelajaran Beranah Afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.Jurnal Kultur Demokrasi, Vol.1 No.2. Lampung: Universitas Lampung.

Parwati, Arirani. 2013.Pergeseran Peran Guru Dari Pembelajaran Tradisional ke Pembelajaran Modern. (Online), http://ariraniparwati.blogspot.co.id/, diakses pada 26 November 2015.

Roestiyah, N. K. 2008.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya,Wina. 2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

. 2011.Peneliti Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. . 2012.Media Komunikasi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N. 2005.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya.


(5)

Sukanti. 2011. Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi.Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,Vol. IX. No. 1, Hlm. 7482.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suprawoto. 2009.Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. (Online), http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan Ajar-dengan-Menyusun-Modul, diakses 20 November 2015.

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012.Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sutirman. 2013.Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Trianto. 2007.Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

. 2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta: Kencana.

Uno, H.B dan N. Mohamad. 2012.Belajar Dengan Pendekatan Paikem:

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Winkel. 2009.Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Yanti, Fitri April. 2014. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika SMA/MA Berbasis Masalah pada Materi Usaha dan Energi untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.Jurnal Inkuiri, Vol.4 No.3, Hlm. 96-103. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Yusuf, Muri. 2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.


(6)