KESIMPULAN SARAN Penyakit Ginjal Kronis

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Jumlah pasien hemodialisis yang memiliki kelainan kuku sebanyak 21 pasien dari total populasi 120 pasien. 2. Gambaran kelainan kuku pada pasien sesuai lamanya hemodialisis adalah pada 3 bulan hingga 1 tahun, half and half nail sebanyak 4 pasien 19,0 dan absent lunula sebanyak 7 pasien 33,3. Sedangkan yang lebih dari 1 tahun, half and half nail sebanyak 4 pasien 19,0 dan absent lunula sebanyak 6 pasien 28,6. 3. Gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut adanya riwayat menderita DM atau tidak, pada half and half nail tidak terdapat pasien yang menderita DM sedangkan absent lunula terdapat 4 pasien 19,0. 4. Gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut ras pasien terbanyak pada ras Batak dengan kelainan kuku half and half nail sebanyak 6 pasien 28,6 dan absent lunula sebanyak 9 pasien 42,9. 5. Gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut jenis kelamin pasien terbanyak pada perempuan dengan kelainan kuku half and half nail sebanyak 7 pasien 33,3 dan absent lunula sebanyak 8 pasien 38,1.

6.2 SARAN

Pada seluruh proses penelitian dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu: 1. Bagi masyarakat agar menjaga kesehatan dan pola makan untuk mengurangi risiko terkena penyakit ginjal kronis. Universitas Sumatera Utara 2. Bagi pasien penyakit ginjal kronis agar menjalani hemodialisis reguler secara rutin untuk mengurangi keparahan penyakit dan menghilangkan kelainan kuku yang timbul pada pasien. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Ginjal Kronis

A. Definisi Penyakit ginjal adalah ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan internal tubuh karena penurunan fungsi ginjal bertahap diikuti penumpukan sisa metabolisme protein dan ketidakseimbangan cairan elektrolit Sudoyo, 2009. Penyakit Ginjal Kronik CKD atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan ireversibel NKF, 2002. Penyakit ginjal kronis merupakan kepenyakitan fungsi ginjal unit nefron yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit toksik uremik sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit. B. Klasifikasi Klasifikasi penyakit ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan, sedang dan tahap akhir. Ada beberapa klasifikasi dari penyakit ginjal kronik yang dipublikasikan oleh National Kidney Foundation NKF Kidney Disease Outcomes Quality Initiative KDOQI. Klasifikasi tersebut adalah : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Sumber : renal.org Stadium GFR Deskripsi 1 90+ Fungsi ginjal normal tapi temuan dari urine atau kelainan struktural atau genetik mengarah ke ciri-ciri penyakit ginjal 2 60-89 Sedikit berkurangnya fungsi ginjal dan temuan-temuan lain mengarah ke ciri-ciri penyakit ginjal mild 3A 3B 45-99 40-44 sedang moderate 4 15-29 Parah severe 5 15 atau dalam dialysis Sangat parah atau biasa disebut endstage renal failure Pada penyakit ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal.

C. Patofisiologi

Apabila ginjal kehilangan sebagian fungsinya oleh sebab apapun, nefron yang masih utuh akan mencoba mempertahankan laju filtrasi glomerulus agar tetap normal. Keadaan ini akan menybabkan nefron yang tersisa harus bekerja melebihi kapasitasnya, sehingga timbul kerusakan yang akan memperberat penurunan fungsi ginjal. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertropi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh badan kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsobsi tubulus dalam setiap nefron meskipun filtrasi glomerulus untuk seluruh masa nefron yang terdapat pada ginjal turun dibawah nilai normal. Mekanisme dari adaptasi ini Universitas Sumatera Utara cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Bila sekitar 75 masa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan tubulus glomerulus tidak dapat lagi dipertahankan Arora, 2014. D. Manifestasi Klinis Gambaran klinik penyakit ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri, kelainan kardiovaskular, dan kelainan kuku Arora, 2014. a. Kelainan hemopoeisis Anemia normokrom normositer dan normositer MCV 78-94 CU, sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit. b. Kelainan saluran cerna Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien penyakit ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika. c. Kelainan mata Visus hilang azotemia amaurosis hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien penyakit ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan penyakit ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris. Universitas Sumatera Utara Kelainan retina retinopati mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien penyakit ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier. d. Kelainan kulit Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost. e. Kelainan selaput serosa Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada penyakit ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis. f. Kelainan neuropsikiatri Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik. Kelainan mental berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering dijumpai pada pasien PGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya personalitas. g. Kelainan kardiovaskular Patogenesis penyakit jantung kongestif GJK pada penyakit ginjal kronik sangat kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik terutama pada Universitas Sumatera Utara stadium terminal dan dapat menyebabkan kepenyakitan faal jantung.bila ureum darah lebih dari 100 mg atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit. h. Kelainan kuku Pada penyakit ginjal kronik, sebagian pasien yang melakukan hemodialisis memiliki salah satu kelainan pada kuku mereka. Kelainan kuku tersebut meliputi half and half nail dan absen lunula Martinez, 2010.

2.2. Hemodialisis