area yang luas. Ampas tebu mengandung karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan
panas dan mudah terbakar. Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel,ampas tebu juga dibakar secara berlebihan inefisien untuk mengatasi
kelebihan ampas. Berdasarkan siaran pers No :S. 563IIPIK-12005 yang dikeluar kan oleh
Departemen Kehutanan, menyatakan bahwa potensi ampas tebu di Indonesia cukup besar. Hal ini disebabkan oleh luas tanaman tebu di Indonesia adalah
395.399,44 ha ,yang tersebar di pulau Sumatera seluas 99.383,42 ha, pulau Jawa seluas 265.671,82 ha, pulau Kalimantan seluas 13.970 ha, dan pulau Sulawesi
seluas 16.373,4 ha. Diperkirakan setiap hektar tanaman tebu mampu menghasilkan 100 ton ampas tebu. Sehingga dari total luas tanaman tebu, potensi
yang dapat tersedia mencapai 39.539.994 ton per tahun.
2.2.3.2 Abu ampas tebu
Abu ampas tebu bagasse ash of sugar cane adalah hasil pembakaran ampas tebu yang berubah secara kimiawi, dan terdiri dari garam-garam inorganik.
Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan boiler dengan suhu mencapai 550
-600 C dan lama pembakaran setiap 4-8 jam, dan
dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari dalam boiler, apabila dibiarkan tanpa dibersihkan, maka akan terjadi penumpukan yang akan mengganggu proses
pembakaran ampas tebu berikutnya Batubara, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Rata – rata ampas tebu yang diperoleh dari proses giling 32 tebu. Dengan produksi tebu di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 24 juta ton potensi
ampas yang dihasilkan sekitar 7,68 juta ton ampas per tahun. Abu ampas tebu yang dibuang begitu saja sehingga menjadi limbah yang
tidak dimanfaatkan. Abu ampas tebu AAT pada setiap pabrik gula cukup banyak, mencapai sekitar 9.000 ton AAT yang dibuang tiap tahun sebagai tanah
uruk Noerwasito, 2004.
2.2.3.3 Pabrik Gula Sei Semayang PGSS PTPN II
Pabrik Gula Sei Semayang PGSS PTPN II merupakan pabrik gula terbesar di Sumatera Utara selain Kuala Madu. PGSS menghasilkan gula cukup
besar dengan dukungan dari 5 kebun yakni Sei Semayang, Bulu Cina, Helvetia, Klumpang dan Saentis. Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk
memenuhi kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di pulau Sumatera.
Berdasarkan pengelompokan gula negara, Pabrik Gula Sei Semayang dikategorikan dalam D pengelompokan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.59
KpstEKK 101977 yang mengelompokan pabrik gula berdasarkan kapasitas : a. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton
b. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton c. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton
d. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton
Universitas Sumatera Utara
limbah abu ampas tebu Pabrik gula Sei Semayang PGSS PTPN II umumnya dibuang begitu saja dihalam pabrik. Masyarakat sekitar biasanya
menggunakan abu ampas tebu ataupun limbah hasil penggilingan tebu lain seperti blotong sebagai pupuk. Ini membuat limbah abu ampas tebu terbuang sia-sia
karena tidak dimanfaatkan secara optimal. Produksi gula pada Pabrik gula Sei Semayang PGSS PTPN II dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Data Produksi Gula PTPN II tahun 2012
Sumber : ptpn2.com
Universitas Sumatera Utara
Komposisi kimia dari abu ampas tebu terdiri dari beberapa senyawa yang dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut.
Tabel 2.8 Komposisi Kimia Abu Pembakaran Ampas Tebu Senyawa kimia
Persentase SiO
2
71 Al
2
O
3
1,9 Fe
2
O
3
7,8 CaO
3,4 MgO
0,3 KzO
8,2 P
2
O
5
3,0 MnO
0,2 Sumber:http:digilib.petra.ac.idviewer.php?page=1submit.x=0submit.pdf
2.2.4 Stabilisasi Tanah