3. Partisipasi
Partisipasi merupakan unsur esensial dalam proses implementasi. Partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan
penumbuhan kesadaran untuk mencapai keberhasilan pembangunan. Menurut Erwan dalam Dwiyanto, 2005: 189 Partisipasi publik merupakan
salah satu indikator penting atau ciri-ciri eksistensi sistem pemerintahan yang demokratis, disini tidak hanya dilihat sebagai keterlibatan publik
dalam pemilihan umum, tetapi juga dalam berbagai aktivitas politik lain yang berimplikasi terhadap kepentingan masyarakat banyak. Partisipasi
masyarakat dalam pembuatan kebijakan merupakan hal penting yang harus dilakukan di negara yang menganut paham demokrasi. Partisipasi publik
dalam proses pembuatan kebijakan yang mengakomodasi kepentingan- kepentingan stakeholders adalah cara untuk meyakinkan kepada masyarakat
bahwa pembuatan kebijakan publik dilakukan secara demokratis. Demokrasi hanya akan memiliki arti ketika masyarakat atau warga negara
sebagai stakeholder utama selalu dilibatkan dalam proses pembuatan semua jenis kebijakan publik yang dihasilkan oleh pemerintah.
Prinsip partisipasi dalam upaya mewujudkan good governance ini sejalan dengan pandangan baru yang berkembang di dalam upaya
meningkatkan pelayanan publik dengan cara melihat masyarakat tidak hanya sebagai pelanggan customer melainkan sebagai warga negara yang
memiliki Negara sekaligus pemerintahan yang ada didalamnya owner.
commit to users
UNDP sebagaimana yang dikutip oleh Joko Widodo 2007: 116 bahwa Partisipasi setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingnnya. Partisipasi seperti itu, dibangun
atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. Menurut Rukminto 2008: 111 partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi. Moelyarto dalam Hessel 2005 menempatkan partisipasi sebagai
komponen strategis pendekatan pembangunan sosial, dengan asumsi dasarnya bahwa rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir dari
pembangunan, dimana partisipasi merupakan akibat logis dan dalil tersebut. Sedangkan Lukman Sutrisno dalam Hessel 2005 menempatkan
partisipasi sebagi style of development yang berarti bahwa partisipasi dalam kaitannya dengan proses pembangunan haruslah diartikan sebagi suatu
usaha mentransformasikan sistem pembangunan, dan bukan sebagai suatu bagian dari usaha system maintenance.
Menurut Keith dalam Hessel 2005 unsur partisipasi ada tiga : pertama adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan
aktifitas kelompok, kedua adanya motivasi individu untuk memberikan
commit to users
kontribusi tergerak yang dapat berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan, ketiga timbulnya rasa tanggung jawab dalam diri individu
terhadap aktivitas kelompok dalam usaha pencapaian tujuan. Menurut Jim dan Frank 2008: 285 pengembangan masyarakat
harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-
proses dan kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Dengan demikian, partisipasi merupakan
suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang menjadi peserta aktif dan semakin lengkap
partisipasinya, semakin ideal kepemilikan dan proses masyarakat serta proses inklusif yang akan diwujudkan. Partisipasi adalah sebuah konsep
sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat. Dari berbagai definisi tentang partisipasi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat stakeholder berupa aktivitas-aktivitas baik secara langsung atau tidak,
dalam proses pembuatan kebijakan sistem pembangunan, sehingga masyarakat akan tumbuh kesadaran dan kepemilikannya. Konsep partisipasi
kaitannya dengan implementasi program penyelenggaraan ibadah haji di Kabupaten Madiun ini ini bisa diartikan sebagai keterlibatan stakeholder
Kepala Kantor Departemen Agama, pegawai staf karyawan, dan calon jamaah haji berupa aktivitas-aktivitas baik secara langsung atau tidak,
commit to users
dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan, sehingga mereka akan tumbuh kesadaran dalam kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji ini.
4. Diskresi