Bilangan Prima Sistem Tanda Tangan Digital Pada Pesan Teks Menggunakan Algoritma Kriptografi Kunci Publik Rsa

21 1. Terletak pada jumlah putaran round yang dilakukan untuk setiap operasi. Pada MD4 hanya operasi hanya dilakukan sebanyak 3 putaran, sedangkan pada MD5 diperbaiki menjadi 4 putaran. 2. Untuk setiap putaran ditambahkan sebuah konstanta baru yang unik untuk diprosesdioperasikan bersama-sama dengan string yang sudah ada. Hal ini tidak ada pada MD4 yang tetap memakai variabel yang sudah ada. 3. Fungsi g pada putaran kedua. Fungsi g pada MD4 adalah XY v XZ v YZ sedangkan pada MD5 adalah XZ v Y notZ. 4. Pada MD5, hasil dari suatu putaran merupakan penambahan dari hasil putaran sebelumnya, sehingga menambah kompleksitas algoritma. 5. Urutan operasi pada MD4 sedikit diubah pada MD5 untuk meniadakan pola yang terjadi sehingga terkesan acak dan menambah keamanan.

2.7. Bilangan Prima

Bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari 1, yang faktor pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri, dimulai dari 2. Misalnya angka 5, karena 5 habis dibagi 1 dan 5 tetapi tidak habis dibagi bilangan bulat positif yang lain, dapat disimpulkan bahwa 5 merupakan bilangan prima. Angka 9 bisa dibagi 3, ini berarti 9 bukan bilangan prima melainkan bilangan komposit, yaitu bilangan yang mempunyai lebih dari 2 faktor bilangan bulat positif. Semua bilangan prima merupakan bilangan ganjil kecuali angka 2. 2 adalah satu-satunya bilangan prima yang genap, karena bilangan genap selain 2 pasti habis dibagi 2 yang menyebabkan bilangan tersebut tidak memenuhi syarat atau definisi bilangan prima. 2.7.1. Metode penentuan bilangan prima Kashogi 2007 menyatakan ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan bilangan prima, diantaranya adalah: a. Metode Bruce Force Metode bruce force merupakan metode sederhana dalam menentukan bilangan prima. Metode ini dilakukan dengan teknik mengecek seluruh bilangan ganjil sampai dengan Universitas Sumatera Utara 22 batas bilangan yang ditentukan dan membandingkannya dengan bilangan prima yang telah dimasukkan ke dalam list. Jika bilangan tersebut tidak dapat dibagi oleh seluruh bilangan prima yang ada dalam list maka bilangan tersebut adalah bilangan prima sehingga bilangan tersebut bisa dimasukkan ke dalam list bilangan prima. Pengecekan hanya dilakukan hingga akar kuadrat dari batas nilai yang ditentukan. b. Metode The Sieve of Eratosthenes Dalam metode ini, teknik yang digunakan adalah dengan membuat sebuah array sepanjang kandidat prima terbesar ditambah satu yang diberi tanda prima. Kemudian untuk setiap bilangan prima yang ditemukan, setiap array pada indeks kelipatan dari bilangan tersebut akan ditandai sebagai bukan prima. Pada akhir proses, jika suatu indeks masih memiliki penanda prima pada sel array yang ditunjuk berarti indeks tersebut bilangan prima. Waktu yang diperlukan dengan metode ini jauh lebih cepat dibandingkan metode bruce force. c. Metode Sieve of Atkins Sieve of Atkins merupakan algoritma pengembangan dari Sieve of Eratosthenes. Algoritma ini ditemukan oleh A. O. L. Atkin dan Daniel J. Bernstein. Dalam algoritma ini: 1. Semua sisa bilangan adalah hasil modulo bilangan tersebut dengan 60 2. Semua bilangan, termasuk x dan y, adalah bilangan bulat positif 3. Membalikkan sebuah entri dalam daftar “penyaringan” berarti membalikkan penandaan tentang primalitas bilangan tersebut ke keadaan sebaliknya prima ke bukan prima, dan sebaliknya 2.7.2. Metode The Sieve of Eratosthenes The Sieve of Eratosthenes merupakan sebuah algoritma klasik untuk menentukan seluruh bilangan prima sampai bilangan N yang ditentukan. Cara kerja dari metode ini adalah dengan melakukan eliminasi bilangan yang bukan bilangan prima untuk menyaring suatu kumpulan bilangan menjadi kumpulan bilangan prima Alghazali, 2010. Lebih jelasnya, metode Sieve of Eratosthenes digambarkan pada langkah- langkah berikut: Universitas Sumatera Utara 23 1. Tuliskan daftar bilangan dari 2 sampai bilangan yang akan dicari bilangan primanya. 2. Tandai bilangan di dalam daftar yang mempunyai nilai kelipatan 2 dan bilangan 2 tidak ditandai 3. Kemudian ke bilangan 3 dan tandai kelipatan setiap kelipatan 3 dan bilangan 3 tidak di tandai 4. Kemudian ke bilangan berikutnya, bila bilangan tersebut sudah di tandai maka di lanjutkan ke bilangan berikutnya 5. Kemudian lakukan penandaan seperti bilangan di atas sampai bilangan yang di tentukan. Semua bilangan yang tidak di tandai adalah bilangan prima Sebagai contoh untuk menentukan bilangan prima atau tidak dari deret 2 sampai 150 dapat anda lakukan langkah – langkah sebagai berikut : Keterangan warna pada Gambar 2.12, Gambar 2.13, Gambar 2.14, Gambar 2.15, Gambar 2.16, Gambar 2.17 yaitu: a. : Bilangan prima b. : Bukan bilangan prima 1. Buatlah daftar bilangan prima yang akan di tentukan, yaitu bilangan bulat lebih besar dari 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Gambar 2.12 Proses 1 pembangkit bilangan prima The Sieve of Eratothenes Universitas Sumatera Utara 24 2. Kemudian beri tanda pada bilangan yang mempunyai nilai kelipatan 2 kecuali 2. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Gambar 2.13 Proses 2 pembangkit bilangan prima The Sieve of Eratothenes 3. Kemudian beri tanda bilangan kelipatan 3 kecuali 3. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Gambar 2.14 Proses 3 pembangkit bilangan prima The Sieve of Eratothenes 4. Kemudian ulangi langkah di atas untuk bilangan prima selanjutnya. Karena bilangan 4 sudah tertandai pada proses sebelumnya, lanjut ke bilangan 5. Beri tanda setiap bilangan kelipatan 5 kecuali 5. Universitas Sumatera Utara 25 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Gambar 2.15 Proses 4 pembangkit bilangan prima The Sieve of Eratothenes 5. Kemudian menandai bilangan 6, karena bilangan 6 sudah ditandai pada proses sebelumnya maka dilanjutkan ke bilangan 7. Karena bilangan 7 merupakan bilangan prima beri tanda setiap bilangan kelipatan 7 kecuali 7. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Gambar 2.16 Proses 5 pembangkit bilangan prima The Sieve of Eratothenes 6. Karena kelipatan bilangan 8, 9 dan 10 sudah tertandai dari proses sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah menandai kelipatan bilangan 11 kecuali 11. Universitas Sumatera Utara 26 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Gambar 2.17 Proses 6 pembangkit bilangan prima The Sieve of Eratothenes 7. Kemudian tandai bilangan 12. Karena bilangan 12 sudah ditandai pada proses sebelumnya maka dilanjutkan menandai bilangan 13 kecuali 13. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 8. Karena kelipatan bilangan 14 dan 15 sudah ditandai dari proses sebelumnya, maka deretan bilangan prima yang dihasilkan antara lain 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, 97, 101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137 dan 139. Dan bilangan prima dengan metode The Sieve of Eratosthenes ini akan digunakan pada penerapan algoritma RSA. Universitas Sumatera Utara 27

2.8. Algoritma RSA