Irigasi menjadi suatu kebutuhan untuk bidang pertanian. Pasokan air untuk bidang pertanian sangat banyak, sehingga membutuhkan jaringan irigasi yang
lancar dan baik. Berikut tabel jaringan irigasi yang ada di Kabupaten Sleman dan Bantul.
Tabel 7. Jaringan irigasi daerah Kabupaten Sleman dan Bantul Uraian
Sleman Bantul
Panjang saluran Irigasi primer 346,8 km
149,3 km Panjang saluran Irigasi sekunder
421,4 km 224,3 km
Panjang saluran irigasi tersier 1960,9 km
1741,8 km Sumber : Dinas Sumber Daya Air Kabupaten Sleman dan Bantul
Berdasarakan tabel di atas dapat dilihat jaringan irigasi yang ada di daerah Kabupaten Sleman yang menjadi hulu sungai di daerah istimewa yogyakarta dan
Kabupaten Bantul sebagai daerah hilir. Dilihat dari panjangnya saluran irigasi dari primer sampai tersier lebih panjang di daerah Sleman. Hal ini dikarenakan daerah
Sleman lebih banyak aliran sungai dan mata air.
41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Petani
Petani sebagai pengelola usahatani tentunya di tuntut untuk cerdas dalam melaksanakan usahatani, hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi, kualitas
kuantitas dan pendapatan dalam berusahatani. Petani merupakan manajer dalam usahataninya. Peran petani diantaranya dalam mengelola lahan, tenaga kerja,
modal dan sumber daya lainnya untuk memperoleh pendapatan yang maksimal. Identitas petani padi merupakan gambaran secara umum tentang keadaaan
yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan petani dalam menjalankan usahatani tersebut. Identitas petani ini digunakan sebagai tolok ukur tingkat
kemampuan petani dalam melakukan usahatani terutama padi. Identitas petani meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama berusahatani dan
hak kepemilikan lahan. Petani dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan sawahnya untuk ditanami padi dengan sumber irigasi sungai dari
daerah hulu maupun daerah hilir sungai Daerah Istimewa Yogyakarta. Identitas tersebut akan menentukan bagaimana penerapan dalam usahataninya.
1. Umur
Umur akan berpengaruh pada kepiawaian petani dalam mengelola usahatani padi. Hal ini dikarenakan kemampuan fisik sangat dibutuhkan selama proses
budidaya padi di sawah. Umur para petani yang ada di hulu maupun hilir sungai dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Sebaran Umur Petani Padi di Daerah Hulu Dan Hilir Umur
Hulu Hilir
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang Persentase
32 – 47
5 17
5 17
48 – 63
13 43
17 57
64 12
40 8
27 Jumlah
30 100
30 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui umur petani yang mengusahakan lahan pertanian untuk padi sawah berada di usia produktif. Untuk daerah hulu
dengan persentase 43 adalah berumur 48-63 tahun sebanyak 13 orang, sedangkan di daerah hilir berjumlah 17 orang dengan persentase 57. Umur dapat
menunjukan bahwa sebagian besar petani secara fisik mampu mengelola usahataninya dengan baik, hal ini dapat menunjang keahlian dan kecarmatan
dalam berusahatani padi sawah. Selain itu masih ada petani yang berumur 64, dengan jumlah di daerah hulu lebih banyak daripada daerah hilir yaitu sebesar
40. Kondisi ini masih memungkinkan petani untuk mengelola usahataninya. Penduduk usia matang akan pengalaman dan tenaga masih dimungkinkan
untuk meningkatkan ketrampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola teknologi baru untuk memajukan usahatani padi. Meningkatnya ketrampilan dan
pengetahuan petani maka diharapkan dapat meningkatkan produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menerima dan menerapkan inovasi teknologi baru di samping kemampuan dan keterampilan
dalam usahatani padi sawah. Tingkat pendidikan petani umumnya akan
mempengaruhi cara berfikir petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka akan semakin mudah penerapan dalam mengelola usahatani.
pendidikan para petani yang ada di hulu maupun hilir sungai dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani Padi di Daerah Hulu Dan Hilir Tingkat
Pendidikan Hulu
Hilir Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase Tidak sekolah tidak
tamat sekolah 1
3 2
7 SD
11 37
10 33
SMP 4
13 6
20 SMA
10 33
11 37
Pendidikan Lain 4
13 1
3 Jumlah
30 100
30 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh petani bervariasi. Daerah hulu menunjukan
sebagian besar tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh pada pendidikan SD dengan presentase 37, sedangkan daerah hilir sebagian besar pada jenjang SMA
sebanyak 11 orang. SMA disini setara dengan SMK dan STM. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan terakhir yang di tempuh para petani padi
sawah masih rendah, para petani hanya mengandalkan keterampilan bertani turun- temurun dan pengalaman dari orang lain. Selain itu pendidikan lain yang
dimaksud ialah pendidikan formal seperti perguruan tinggi. Pendidikan merupakan identitas suatu masyarakat. Apabila pendidikan yang
ditempuh oleh sebagian besar masyarakat tinggi, dapat diartikan lingkungan masyarakat tersebut mampu dengan mudah menerima pengetahuan baru. Terkait
teknologi yang baru di dunia pertanian khususnya dalam usahatani padi.