88
A. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Padi Daerah Hulu dan Hilir
Analisis fungsi produksi usahtani padi daerah hulu dan hilir di Daerah Istimewa
Yogyakarta bertujuan
untuk mengetahui
faktor-faktor yang
mempengaruhi usahatani padi sawah. Penelitian ini menggunakan model fungsi Cobb-Douglas. Didalam model tersebut terdapat dua variabel, yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah produksi padi sawah dan variabel independennya terdiri dari lahan, benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja, lokasi dan musim. Berikut adalah tabel rata-rata pada variabel.
89
Tabel 9. Faktor-faktor Produksi Usahatani Padi Daerah Hulu Dan Hilir
Uraian Hulu
Hilir Benih Kg
13,13 7,20
Pupuk urea Kg 70,83
50 Pupuk ponska Kg
84,33 20,86
Pupuk kandang Kg 179,58
141,9 Pestisida lt
0,78 0,89
Lahan m
2
2505 1726,33
Tenaga Kerja HKO 18,35
14,70 Produksi padi Kg
1148,49 902
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui rata-rata input yang digunakan pada usahatani padi di daerah hulu dan hilir. Jumlah penggunaan benih terbanyak
di daerah hulu sebesar 13,13 kg dalam 2 kali musim tanam yaitu musim hujan dan musim kemarau selain itu produksi padi terbanyak di miliki daerah hulu dengan
banyaknya 1148,49 kg dan luas lahan yang dimiliki lebih luas untuk daerah hulu. Hal ini menunjukan penggunaan benih yang banyak bisa memaksimalkan
produksi padi. Selain itu penggunaan pupuk daerah hulu lebih tinggi daripada daerah hilir. Hal ini juga yang mempengaruhi pertumbuhan padi kurang maksimal
dikarenakan penggunaan pupuk yang berlebihan. Pupuk yang digunakan untuk usahatani padi di kedua daerah meliputi, pupuk urea, ponska, ZA, TSP, KCL, dan
beberapa jenis pupuk organik. Berbeda dengan penggunaan pestisida, daerah hilir menggunakan pestisida lebih tinggi daripada di daerah hulu. Sedangkan rata-rata
penggunaan tenaga kerja untuk daerah hulu dengan luas lahan 2505 m
2
sebanyak 18,35 HKO dan daerah hilir dengan luas lahan 1726,33 m
2
sebanyak 14,70 HKO. Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja
luar keluarga. Lama waktu tenaga kerja bekerja di lahan selama ± 8 jam per hari. Semakin luas lahan yang digunakan untuk budidaya, semakin banyak tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk pengerjaan usahatani padi. Hal ini juga berimbas pada produksi yang dihasilkan dari kedua daerah tersebut. Untuk daerah hulu, dari
penggunaan input usahatani akan memproduksi padi sebesar 1148,49 kg per 2505 m
2
luas lahan, sedangkan daerah hilir produksi padi mencapai 902 kg per 1726,33 m
2
. Hal ini berbeda dengan penelitian dari Irawan 2005 yang menyatakan bahwa konversi lahan sawah secara langsung akan mengurangi kuantitas
90 ketersediaan pangan akibat berkurangnya lahan pertanian yang ditanami padi dan
komoditas pangan lainnya. Akan tetapi hal ini masih dimungkinkan bila terjadi penurunan produksi padi karena serangan hama atau cuaca yang tidak terkendali.
Analisis varian digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi yang meliputi lahan, benih, pupuk urea, pupuk ponska, tenaga kerja, lokasi dan
musim secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi usahatani padi sawah. Penelitian tersebut menggunakan uji F, sedangkan untuk mengetahui
besarnya pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi usahatani padi sawah dengan menggunakan uji t.
Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi padi sawah irigasi ini bila digunakan bersama-sama akan berpengaruh terhadap
produksi padi sawah irigasi daerah hulu dan hilir. Hasil analisis varian fungsi produksi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Analisis Fungsi Produksi Usahatani Padi Daerah Hulu Dan Hilir Sumber
Df F hitung
F table Regression
10 22,08
2,57 Residual
109 Total
119 Keterangan : Tingkat kesalahan 1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Hal ini berarti Ho ditolak, artinya semua faktor produksi yang
digunakan meliputi : lahan, benih, pupuk urea, pupuk ponska, pupuk kandang, pestisida, tenaga kerja, lokasi, musim dan status kepemilikan lahan secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di daerah hulu dan hilir pada tingkat kepercayaan 99.
Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran kesesuaian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan. Nilai berkisar antara 0
sampai 1. Model dianggap baik bila nilai R
2
mendekati satu.Nilai koefisien determinasi pada penelitian ini sebesar 0,67. Nilai ini menunjukan bahwa
usahatani padi sawah di daerah hulu dan hilir dapat dijelaskan oleh ke sepuluh faktor produksi seperti lahan, benih, pupuk urea, pupuk ponska, pupuk kandang,
pestisida, tenaga kerja, lokasi, musim dan status kepemilikan lahan sebesar 67