xlv
F. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Pembelajaran
psikomotor melalui praktik dan instruksi
langsung
Pembelajaran kognitif melalui
analisis kasus Kompetensi
komunikasi terapetik
lebih tinggi Bedside
teaching komunikasi
terapetik Pembelajaran afektif
melalui interaksi mahasiswa-
preseptor-pasien
Motivasi belajar
tinggi Dorongan
belajar kuat
Usaha belajar
maksimal Peningkatan
kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor
lebih optimal
Motivasi belajar
rendah Dorongan
belajar lemah
Usaha belajar
minimal Pembelajaran
psikomotor melalui observasi
Pembelajaran kognitif melalui
diskusi Kompetensi
komunikasi terapetik
lebih rendah
Demonstrasi komunikasi
terapetik Pembelajaran afektif
melalui interaksi mahasiswa-
pembimbing Peningkatan
kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor
kurang optimal
xlvi Berdasarkan skema kerangka berpikir di atas yang disusun atas hasil
tinjauan pustaka, dapat dijelaskan bahwa pengajaran kompetensi komunikasi terapetik menggunakan metode bedside teaching akan memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk melakukan pembelajaran psikomotor melalui praktik dan instruksi langsung, pembelajaran afektif melalui interaksi antara mahasiswa-pembimbing dan
pasien, serta pembelajaran kognitif melalui analisis kasus, sehingga peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya lebih optimal dan pencapaian
kompetensi komunikasi terapetiknya lebih tinggi. Sedangkan pada pengajaran kompetensi komunikasi terapetik menggunakan metode demonstrasi hanya
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan pembelajaran psikomotor melalui observasi peragaan pembimbing, pembelajaran afektif melalui interaksi
antara mahasiswa dan pembimbing, serta pembelajaran kognitif melalui diskusi, sehingga peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya kurang
optimal dan pencapaian kompetensi komunikasi terapetiknya lebih rendah. Faktor motivasi belajar juga berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi
komunikasi terapetik. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan menunjukkan dorongan belajar yang kuat dan usaha belajar yang maksimal, sehingga
peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya lebih optimal dan pencapaian kompetensi komunikasi terapetiknya lebih tinggi. Sebaliknya, mahasiswa
yang memiliki motivasi belajar rendah akan menunjukkan dorongan belajar yang lemah dan usaha belajar yang minimal, sehingga peningkatan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotornya kurang optimal dan pencapaian kompetensi komunikasi terapetiknya lebih rendah.
xlvii Interaksi juga terjadi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar,
dimana metode pembelajaran bedside teaching ketika diberikan pada kelompok mahasiswa dengan motivasi belajar rendah akan lebih efektif meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa yang berujung pada pencapaian kompetensi komunikasi terapetik mahasiswa yang lebih baik. Sedangkan
metode pembelajaran demonstrasi ketika diberikan pada kelompok mahasiswa dengan motivasi belajar tinggi juga akan lebih efektif meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa yang berujung pada pencapaian kompetensi komunikasi terapetik mahasiswa yang lebih baik.
G. Hipotesis Penelitian