Berakhirnya Sewa-Menyewa Tinjauan Umum Tentang Sewa-Menyewa 1. Pengertian Sewa-Menyewa

Perjanjian sewa-menyewa dapat berakhir karena pembatalan, baik berdasarkan pada persetujuan antara pihak yang menyewakan dan pihak penyewa maupun karena wanprestasi dengan atau tanpa putusan pengadilan. Pembatalan berdasarkan pada persetujuan, misalnya: 68 a. Karena benda sewaan musnah sebagian, pihak penyewa memilih alternatif pembatalan sewa-menyewa Pasal 1553 ayat 2 KUHPerdata. b. Karena perbaikan benda sewaaan sedemikian rupa sehingga tidak dapat di diami, pihak penyewa minta supaya perjanjian sewa menyewa dibatalkan Pasal 1553 ayat 3 KUHPerdata. c. Karena benda sewaan dijual, perjanjian sewa-menyewa dibatalkan berdasarkan pada syarat perjanjian Pasal 1576 KUHPerdata. d. Karena benda sewaan akan dipakai sendiri, perjanjian sewa-menyewa dibatalkan berdasarkan pada syarat perjanjian Pasal 1579 KUHPerdata. Pembatalan juga dapat dilakukan berdasar pada wanprestasi, yaitu tidak memenuhi perjanjian sama sekali atau memenuhi, tetapi tidak sebagaimana mestinya atau melanggar syarat perjanjian yang telah ditentukan. pembatalan berdasarkan wanprestasi, misalnya: 69 68 Ibid. Hlm. 367. 69 Ibid. Hlm. 368. a. Tidak menggunakanmemakai benda sewaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan sejak penandatanganan, perjanjian sewa- menyewa dibatalkan. b. Memakai benda sewaan untuk keperluan lain dari tujuan pemakaiannya atau untuk keperluan yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak yang menyewakan. c. Mengulangsewakan atau mengalih sewakan benda sewaan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan pemilik. 48 BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan konseptual , yaitu mencari asas-asas doktrin-doktrin dan sumber hukum dalam arti filosofis yuridis. Penelitian ini akan mengkaji asas-asas yang berlaku umum atau disebut penelitian filosofis, terhadap norma, kaidah serta peraturan perundangan yang terkait dalam penelitian. B. Bahan Penelitian Untuk mendapatkan bahan penelitian tersebut, maka penelitian ini akan dilakukan dengan studi pustaka yang mengkaji bahan hukum. Bahan hukum sebagai bahan penelitian diambil dari bahan kepustakaan yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. 1. Bahan hukum primer, merupakan bahan pustaka yang berisikan perundangan yang terdiri dari : a KUHPerdata. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitanya dengan bahan hukum primer, dan dapat membantu untuk proses analisis, yaitu: a Buku-buku tentang perjanjian dan sewa menyewa. b Hasil penelitian. 3. Bahan hukum tersier, yaitu berupa kamus dan ensiklopedi.

C. Tempat Pengambilan Bahan Penelitian

Bahan hukum baik primer, sekunder maupun tersier dalam penelitian ini akan diambil dari: 1 Perpustakaan. 2 Wawancara dirumah Bapak Wastajib selaku pihak penyewa. 3 Media internet.

D. Alat dan Cara Pengambilan Bahan Penelitian

1. Bahan hukum primer, sekunder dan tersier akan diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara menghimpun semua peraturan perundangan, dokumen-dokumen hukum dan buku-buku serta jurnal ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan. Selanjutnya untuk peraturan perundangan maupun dokumen yang ada akan diambil pengertian pokok atau kaidah hukumnya dari masing-masing isi pasalnya yang terkait dengan permasalahan, sementara untuk buku, makalah dan jurnal ilmiah akan diambil teori, maupun pernyataan yang terkait, dan akhirnya semua data data tersebut diatas akan disusun secara sistematis agar memudahkan proses analisis. 2. Bahan hukum sekunder yang merupakan pendapat dari ahli hukum yang terkait dengan penelitian cara pengambilannya dengan menggunakan metode wawancara langsung, bertatap muka di antara pewawancara dengan para responden yang menjadi subyek penelitian.