Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian perjanjian

pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakannya secara prinsip dari perjanjian lainnya. 8 Unsur ini adalah unsur yang harus ada didalam suatu perjanjian. Unsur ini merupakan sifat yang harus ada dalam perjanjian. Sifat ini yang menentukan atau mengakibatkan suatu perjanjian tercipta, tanpa adanya unsur ini maka tidak ada perjanjian. 9 Unsur esensialia merupakan sesuatu yang harus ada dan pokok sebagai syarat yang tidak boleh diabaikan dan harus dicantumkan dalam suatu perjanjian. Unsur ini bersifat mengikat para pihak serta ditentukan oleh undang-undang, oleh karena itu tidak adanya unsur ini perjanjian menjadi tidak sah dan mengikat. b. Unsur naturalia Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang oleh hukum diatur tetapi dapat dikesampingkan oleh para pihak. Bagian ini merupakan sifat alami perjanjian secara diam-diam melekat pada perjanjian. 10 c. Unsur accidentalia Unsur accidentalia adalah unsur yang merupakan sifat pada perjanjian yang secara tegas diperjanjikan oleh para pihak. Misalnya 8 Kartini Muljadi dan Gunawan widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hlm.85. 9 Ridwan Khairandy, Hukum kontrak Indonesia, dalam perspektif perbandingan, Yogyakarta, 2013, Hlm.67. 10 Ibid. dalam perjanjian jual-beli tanah, ditentukan bahwa jual beli ini tidak meliputi pohon atau tanaman yang berada diatasnya. 11 Unsur accidentalia merupakan bagian tambahan dalam perjanjian. Tambahan tersebut dinyatakan atau ditetapkan sebagai peraturan yang mengikat para pihak atau sebagai undang-undang yang harus dilaksanakan. Penambahan tersebut dilakukan karena tidak dalam undang-undang. 12

3. Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sah penting untuk diperhatikan para pihak ketika akan membuat suatu perjanjian, sahnya perjanjian dapat dilihat jika perjanjian tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang- undang. Sebagai dampaknya apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan didalam undang-undang maka perjanjian tersebut tidak sah atau batal demi hukum. Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian adalah sah atau tidak sah, maka perjanjian tersebut harus di uji dengan beberapa syarat. Pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat syarat untuk sah nya suatu perjanjian, yaitu: a. Sepakat mereka mengikat dirinya; b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian; 11 Ibid. 12 Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2011. Hlm. 133. c. Mengenai suatu hal tertentu; d. Suatu sebab yang halal; Syarat yang pertama dan kedua merupakan syarat subyektif, sedangkan syarat yang ketiga dan keempat adalah syarat yang obyektif. Suatu syarat subyektif apabila tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Hal ini berarti selama belum dimintakan pembatalan maka perjanjian tersebut masih berjalan dan wajib dilaksanakan para pihak. Sedangkan syarat obyektif apabila tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada sejak semula. 13 Berikut penjelasan-penjelasan dari syarat tersebut: a. Sepakat Supaya perjanjian menjadi sah maka para pihak harus sepakat terhadap segala hal yang terdapat di dalam perjanjian dan memberikan persetujuan atau kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Dalam preambule perjanjian sebelum masuk ke pasal- pasal, biasa dituliskan sebagai berikut “atas apa yang disebutkan diatas, para pihak setuju dan sepakat hal-hal sebagai berikut: Pencantuman kata-kata setuju dan sepakat sangat penting dalam suatu perjanjian. Tanpa ada kata-kata ini atau kata-kata lain yang bermaksud memberikan ikatan atau setuju saja atau sepakat saja, maka perjanjian tidak memiliki ikatan bagi para pembuatannya. Setuju dan 13 J.satrio, Op,cit. Hlm. 127.