Pengaruh Membaca Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2012
i
PENGARUH MEMBACA AL-QURAN TERHADAP TEKANAN
DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2012
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
Imam Maula Fikri
108104000037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1433 H
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Imam Maula Fikri
Tempat, Tgl. Lahir : Sukabumi, 03 September 1990
Alamat : Jl. Sriwidari no 97 rt 04 rw 02 Sriwidari Gunung Puyuh Sukabumi Jawa Barat
No. Telp/HP : 08978567460
e-mail : [email protected] Riwayat Pendidikan :
1. TK Al Azhar, Sukabumi, Jawa Barat
2. SDN Pasirhalang III, Sukabumi, Jawa Barat 3. SMP Tahfidh Al-Amien, Sumenep, Madura 4. SMA Tahfidz Al-Amien, Sumenep Madura
5. Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Pengalaman Organisasi :
1. Rayon Al-kindy organisasi RITMA Al-Amien Prenduan
2. sekretaris bagian bahasa organisasi santri RITMA Al-Amien Prenduan
3. Ketua Divisi Keislaman Baadan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan Periode 2011-2012
4. Staff ahli Divisi Pendidkan dan Pengembangan Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) HMI Cabang Ciputat Periode 2010-2011
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr.WbSebagai seorang hamba yang lemah, penulis panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Tak lupa pula shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, atas jasa beliaulah Penulis dapat merasakan nikmatnya ilmu dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Membaca Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2012 ”. Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada:
1. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Waras Budiutomo, S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
3. Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
4. Ernawati,S.Kp, M.Kep, SpKMB selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi 6. Segenap staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan
(8)
viii
7. Papa dan Mama serta saudara-saudaraku tercinta, teh ani, teh usi, ilham, faris, anna terima kasih atas do’a dan dukungannya yang telah diberikan selama ini. Kalian orang -orang dekatku yang terbaik.
8. Hilda Fakhrani Fardiani, S.Ked yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberikan semangat.
9. Ibu Yeni selaku petugas puskesmas Ciputat, ibu-ibu kader serta para responden penelitian. Terima kasih atas kerja sama serta sikap kooperatif kalian semua
10. Novi fardilla, Roseliana, Nurdiansyah, Endah Nurfitriani. Terima kasih atas bantuannya selama menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-temanku, sahabat PSIK ’08 terima kasih atas dukungannya.
12. Keluarga besar Hima PUI Jakarta (khususnya penghuni sekretariat : kopeng, bajay, uki, ulum, a luthfi) terima kasih atas sumbangan ide serta diskusinya.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses skripsi ini, karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah. Semoga skripsi ini bisa dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat. Amiin
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb
Ciputat, Januari 2013
(9)
ix
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Desember 2012
Imam Maula Fikri, NIM : 108104000037
Pengaruh Membaca Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2012
x+72 halaman+11 tabel+6 bagan+5 lampiran
ABSTRAK
Terapi bagi penderita hipertensi dapat diberikan secara farmakolgis dan non farmakologis. Untuk terapi non farmakologi biasanya pasien penderita hipertensi dianjurkan untuk bergaya hidup sehat juga mengurangi stress dengan berelaksasi. Membaca Al-quran dapat menjadi sarana relaksasi religious yang bermanfaat untuk kesehatan. Berdasar studi literature, belum ditemukannya penelitian dalam bidang ini menjadi alasan ketertarikan dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh membaca Al-Quran terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Metode yang digunakan ialah kuasi eksperimen dengan rancangan control group pretest-posttest design dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling dengan uji statistic non parametric (uji wilcoxon dan mann whitney). Responden penelitian ini berjumlah 28 orang dengan rentang usia antara 50-75 tahun. 96,4% berjenis kelamin perempuan dan 3,5 % berjenis kelamin laki-laki dan 100% responden memiliki IMT normal yang secara statistik memiliki varian sama. Hasil penelitian ini melaporkan penurunan tekanan darah sistol dan diastol kelompok intervensi (P<0.05) serta melaporkan perbedaan nilai tekanan darah yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok (P<0.05). kesimpulannya ialah ada pengaruh membaca al-Quran terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Untuk peneliti selanjutnya dengan ruang lingkup yang sama diharapkan mampu mengendalikan faktor penggangu.
Kata kunci : membaca Al-Quran, Al-Quran, lansia, Tekanan darah, Hipertensi Daftar bacaan : 39 (1989-2010)
(10)
x
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Undergraduates Thesis, December 2012
Imam Maula Fikri, NIM : 108104000037
Effect of Reading Al-Quran on Blood Pressure in Elderly Hypertension in The Region of Community Health Center in 2012
x+72 pages+11 tables+6 charts+5 attachments
ABSTRACT
The therapy given to patients with hypertension can be pharmacological therapy and non-pharmacological therapies. For non pharmacological therapy a method that suggest patients for doing a healthy lifestyle and reducing psychological stress with doing relaxation. Reading Al-Quran can be a religious relaxation that beneficial for human health. This research implemented based on literature study that was not found any research yet that looking the effect of reading Quran for blood pressure. This study aimed to investigate the effect of reading the Holy Quran on blood pressure in elderly people with hypertension in the clinic work Ciputat. The method used was a quasi-experimental design with pretest-posttest control group design and the sampling technique used was purposive sampling with non parametric statistical test (Wilcoxon and Mann Whitney ). The respondents numbered were 28 peoples with range of age between 50-75 years old. 96.4% was ladies and 3.6% was gentle with 100% normal body mass index. This research reported the lowering of intervention group’s blood pressure (P<0.05). Also reported the significant difference between the intervention and control group (P<0.05). In conclusion, reading Quran influential on lowering blood pressure in elderly with hypertension. To the next researcher with the same topic, suggested can control the confounding factor.
Keyword: reading Al-Quran, Al-Quran, elderly, blood pressure, hypertension References: 33 (1989-2012)
(11)
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK………..i
KATA PENGANTAR………..iii
DAFTAR ISI………..v
DAFTAR TABEL……….………...vii
DAFTAR GAMBAR………ix
DAFTAR LAMPIRAN………..x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1
B. Rumusan Masalah………6
C. Tujuan………..7
1. Umum……….7
2. Khusus………7
D. Manfaat………8
E. Ruang lingkup penelitian……….9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Al-Quran………...………..10
1. Al-Quran dan keutamaannya………..………..10
2. Ilmu Membaca Al-Quran………...………...13
B. Hipertensi………..…….18
1. Definisi dan Klasifikasi…………..………..18
2. Etiologi………...20
3. Jenis Hipertensi………..………..23
4. Patofisiologi………..…24
5. Penatalaksanaan………..……..28
C. Relaksasi………..………...30
D. Kerangka Teori………..……….37
E. Penelitian Terkait………...………...38
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep………...39
B. Hipotesis……….39
(12)
xii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian………...41
B. Populasi, Sample, dan Tekhnik Sampling………..43
C. Tempat dan Waktu Penelitian………...44
D. Alat Pengumpulan Data………..45
E. Prosedur Intervensi……….46
F. Pengolahan Data……….46
G. Tekhnik Analisa Data……….47
H. Etika Penelitian………...48
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian………...51
B. Analisa Univariat………52
1. Karakteristik Reponden………53
2. Nilai Tekanan Darah………55
C. Analisa Bivariat………..57
1. Uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)………58
2. Analisa kesetaraan kelompok intervensi dan kontrol………...59
3. Uji Beda Dua Mean Dependen (Wilcoxon Signed Rank Test)………..59
4. Uji Beda Dua Mean Independen (Mann Whitney)………...61
BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI A. Interpretasi dan Hasil Diskusi………62
1. Karakteristik Responden Penelitian……….62
2. Analisa Kesetaraan Usia, Nilai Tekanan Darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol………...63
3. Pengaruh Membaca Al-Quran pada Lansia Hipertensi………...63
B. Keterbatasan Penelitian………..69
C. Implikasi Penelitian………69
1. Implikasi Pelayanan Keperawatan………...69
2. Implikasi Pendidikan Keperawatan………..70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….71
B. Saran………...72
DAFTAR PUSTAKA
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII……….19
TABEL 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO 1999………....19
TABEL 3.1 Definisi Operasional………...40
TABEL 5.1 Data Demografi Berdasar Usia Lansia Hipertensi Oktober 2012……….53 TABEL 5.2 Data Demografi Berdasar Jenis Kelamin dan IMT Lansia Hipertensi
Oktober 2012………..53
TABEL 5.3 Rata-rata Nilai Tekanan Darah Sistol dan Diastol Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Lansia Hipertensi Kelompok Intervensi
Oktober 2012………..55
TABEL 5.4 Rata-Rata Nilai Tekanan Darah Sistol dan Diastol Intervensi pada Lansia Hipertensi Kelompok Intervensi dan kontrol pada Evaluasi awal dan
Akhir Oktober 2012………...57
TABEL 5.5 Analisa Hasil Uji Normalitas Data Responden Intervensi dan Kontrol
Oktober 2012………...58
TABEL 5.6 Analisa Kesetaraan Kelompok Intervensi dan Kontrol Lansia Hipertensi
Berdasarkan Usia, Oktober 2012………..59
TABEL 5.7 Analisa Hasil Uji Wilcoxon pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada
Evaluasi Awal dan Akhir, Oktober 2012……….60
TABEL 5.8 Analisa Hasil Uji Beda Dua Mean Independen (Mann Whitney )pada Kelompok Intervensi dan Kontrol saat Evaluasi Akhir,
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah……...22
Gambar 2.2 Patofisiologi Hipertensi………..27
Gambar 2.3 Algoritma Penangnanan Hipertensi……….36
Gambar 2.4 Kerangka Teori………...37
Gambar 3.1 Kerangka Konsep………...39
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan responden
2. Lembar Observasi
3. Lembar kerja SPSS 20
4. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
(16)
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sistem kardiovaskular merupakan sebuah sistem yang tersusun dari organ jantung dan pembuluh darah. Pada sebuah pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan, biasa diukur tekanan darah yang merupakan tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Ada dua jenis tekanan yang diukur yaitu tekanan sistol ialah tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi. Sedangkan tekanan yang lainnya ialah tekanan diastole atau tekanan terendah yang terjadi saat jantung berelaksasi. Rata-rata nilai tekanan darah normal pada orang dewasa ialah 120/80, sedangkan tekanan darah yang melampui batas normal diatas disebut hipertensi (Smeltzer&Suzenne, 2002).
Hipertensi ialah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah arterial secara abnormal dan berlangsung terus menerus. Namun WHO mengkategorikan hipertensi dengan hipertensi sistolik secara terpisah yaitu bila nilai tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140mmHg sedangkan nilai tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg (Brasher, 2008). Hipertensi masih menjadi momok menakutkan penyebab tingginya angka penyakit jantung yang berpengaruh juga terhadap tingginya angka mortalitas akibat penyakit jantung.
Angka kejadian hipertensi mencapai 30% dengan insiden kejadian komplikasi penyakit jantung lebih banyak pada wanita dibandingkan pada lelaki. Selain itu, hipertensi menjadi penyebab kematian terbanyak kedua setelah stroke dengan angka 6,8% dari populasi kematian di seluruh Indonesia. Dan sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi sehingga hal ini menjadi sangat berbahaya
(18)
2
yang akhirnya dapat menyebabkan kematian secara mendadak. Di beberapa daerah angka hipertensi masih tinggi (Depkes, 2010).
Dalam laporan Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007 disebutkan bahwa angka kejadian hipertensi nasional ialah sebesar 31,7 %. Dalam laporan yang sama, angka kejadian hipertensi di provinsi Banten lebih rendah dari angka nasional yaitu 27,6% . jika diurutkan berdasar kabupaten atau kota, angka kejadian hipertensi berdasar pemeriksaan tekanan darah berkisar antara 23,2-36,1%, yang mana angka kejadian tertinggi di dapat di kabupaten Tangerang sedangkan angka terendah terdapat di kota tangerang (Riskesdas, 2007). Meskipun angka kejadian hipertensi di daerah Banten lebih rendah dari angka nasional, namun tetap saja penanganan hipertensi masih diubutuhkan untuk menurunkan angka hipertensi tersebut. Baik itu penanganan farmakologi ataupun non farmakologi.
Terapi yang diberikan bagi penderita hipertensi secara garis besar terbagi menjadi dua bagian yaitu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang biasa diberikan antara lain ialah obat-obatan jenis diuretik seperti HCT; alpha, beta dan alpha-beta blocker seperti propanolol; penghambat simpatetik seperti metildopa; vasodilator seperti hidralasin; dan banyak yang lainnya. Untuk terpi non farmakologi sendiri biasanya penderita hipertensi dianjurkan untuk bergaya hidup sehat dan mengatur pola makan. Selain itu tidak jarang juga penderita hipertensi dianjurkan untuk tidak mudah mengalami stress (Dalimartha dkk, 2008).
Tekhnik penanganan stress dapat dilakukan dengan berbagai tekhnik relaksasi seperti meditasi. Dalam sebuah metode meditasi terdapat metode yang melibatkan unsur keyakinan atau biasa dikenal dengan meditasi transendental (transcendental meditation), meditasi ini mengambil frase atau mantra yang
(19)
3
berhubungan dengan keyakinan sebagai objek meditasi. Manfaat yang didapat dari relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut adalah dapat mempercepat terjadinya rileks (Purwanto, 2006).
Meditasi transendental yang menjadikan frase-frase keagamaan sebagai media untuk memfokuskan pikiran dalam konsep agama disebut meditasi spiritual .Meditasi spiritual dapat digunakan untuk menurunkan denyut jantung, tekanan darah, metabolisme, laju pernapasan, dan menurunkan hasil EEG, meningkatkan stabilitas sistem otonom selama stress dan mengubah respon endokrin terhadap stress. Dan tentu saja teknik relaksasi ini dapat dilakuakn oleh seorang perawat ketika memberikan asuhan pada kliennya (Pargament dan Wachholtz, 2005) .
Dalam melakukan intervensi keperawatan, tekhnik relaksasi sering digunakan untuk memberikan individu kontrol diri ketika klien mengalami rasa tidak nyaman atau nyeri, juga stress fisik dan emosi klien. Tekhnik relaksasi ini dapat dilakukan untuk klien sehat sebagai upaya pencegahan dan membantu tubuh tetap segar dan beregenerasi setiap hari. Selain itu, relaksasi yang berhasil juga dapat memberikan beberapa perubahan efek fisiologis dalam tubuh klien yang antara lain penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan; penurunan konsumsi oksigen; penurunan ketegangan otot; penururnan kecepatan metabolisme (Potter & Perry 2006). Sebagai seorang muslim ada cara lain berelaksasi yang telah diajarkan oleh Allah kepada kita yaitu dzikir.
Dzikir merupakan salah satu bentuk ibadah yang dilakukan oleh umat muslim. Dengan melafadzkan dzikir baik itu tahmid, tasbih, tahlil, ataupun takbir, hati seseorang akan lebih menjadi tenang. Dalam surah Ar-Ra’du Allah menjelaskan
(20)
4
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.
Selain menjadi ibadah, dzikir juga memiliki unsur meditasi yang dapat memberikan ketenangan. Terlebih setelah kita mengetahui bahwa dalam meditasi sendiri terdapat satu metode yang menggunakan frase atau mantra yang berhubungan dengan keyakinan seseorang sebagai objek meditasi. Membaca Al-quran merupakan salah satu bentuk dzikir yang dianjurkan oleh Nabi (Abidin, 2008).
Membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk dzikir yang dituntut oleh islam bagi umatnya selain ucapan tahmid, tasbih, tahlil, dan takbir. Bila kita melihat bahwasanya membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk dzikir dan kemudian kita analogikan dengan meditasi transendensi dalam memberikan manfaat positif bagi tubuh, maka benarlah firman Allah yang berbunyi
(21)
5
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Belakangan ini banyak yang mulai menyadari kemukjizatan dari setiap ibadah yang Allah perintahkan kepada kita. Khususnya di dunia kedokteran dan kesehatan, banyak para ilmuan baik muslim maupun non muslim yang akhirnya menemukan banyak manfaat yang didapat bagi tubuh setelah melakukan suatu ibadah seperti sholat ( baik wajib ataupun sunnah ), puasa, dzikir baik dengan menyebut-nyebut nama-Nya ataupun dengan membaca al-quran, dan lain-lain. Dan dzikir merupakan salah satu bentuk relaksasi religious yang dapat memberikan respon relaksasi. Selain itu, dari sebuah penelitian ditemukan bahwa faktor religious dapat terlibat dalam peningkatan usia harapan hidup, penurunan penggunaan alkohol, rokok, dan obat, penurunan depresi, marah, dan kecemasan, penurunan tekanan darah, dan perbaikan kualitas hidup bagi pasien kanker dan penyakit jantung (Larson dan Constance dalam Purwanto, 2006).
Atas dasar penulusuran pustaka diatas, maka penulis ingin meneliti pengaruh antara ibadah membaca Al-Quran dengan penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
B. Perumusan Masalah
Tekhnik relaksasi merupakan intervensi keperawatan yang diberikan terhadap pasien yang mengalami stress fisik ataupun emosi.Tekhnik ini juga dapat dilakukan pada orang sehat sebagai upaya pencegahan penyakit dan menjaga kebugaran tubuh. Relaksasi juga dapat memberikan beberapa perubahan efek fisiologis dalam tubuh seperti penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan;
(22)
6
penurunan konsumsi oksigen; penurunan ketegangan otot; penururnan kecepatan metabolisme (Perry&Potter 2006).
Membaca Al-Quran merupakan sebuah dzikir dan menjadi sebuah relaksasi religious. Relaksasi religious ini tidak hanya berfokus pada pengendoran fisik tapi juga digabungkan dengan sikap pasrah yang merupakan aktivitas psikis yang dapat menguatkan pengendoran fisik. Dengan kepasrahan yang ada dalam relaksasi religious ini, tidak hanya berdampak pada tataran fisik saja karena kepasrahan adalah menyerahkan atau menggantungkan (mentransendensikan) diri secara total kepada Sang Penguasa sehingga ketegangan yang ditimbulkan oleh permasalahan hidup dapat ditolerir (purwanto, 2006)
Berdasar uraian diatas, membuat penulis tertarik untuk melakukan penilitian apakah ada pengaruh membaca Al-Quran dengan penurunan tekanan darah yang akan dilakukakn di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara membaca Al-Quran dengan penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden
b. Mengidentifikasi nilai tekanan darah pada klien hipertensi sebelum
membaca Al-Quran pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
c. Mengidentifikasi pengaruh membaca Al-Quran pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
(23)
7
d. Membandingkan antara penderita yang diintervensi dengan penderita
hipertensi kontrol tentang nilai tekanan darah diwilayah kerja Puskesmas Ciputat
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Klien
Penelitian ini dapat memberi masukan kepada penderita hipertensi primer untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi dari hipertensi dengan mengagbungkan pengobatan medis dan non medis.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan dalam penanganan stress penderita hipertensi bagi semua mahasiswa keperawatan sebagai sumber ilmu dan informasi.
3. Untuk Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti dan sebagai sarana menambah khazanah keilmuan peneliti.
4. Untuk penelitian akan datang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
E. Ruang Lingkup penelititan
Penelitian ini dilakukan dengan desain studi kuasi eksperimen dan metode pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan intervensi langsung terhadap penderita hipertensi. Intervensi yang digunakan yaitu dengan membaca Al quran. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
(24)
8
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Al-Quran
A.1 Al-Quran dan keutamaan membacanya
Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi penutup yaitu Muhammad SAW.selama 23 tahun dan diturunkan dengan berangsur-angsur. Membaca Al-Quran menjadi sebuah kewajiban bagi setiap orang muslim. Karena membaca Al-Quran merupakan pintu awal dalam memahami, merenungkan hingga mengamalkan isinya sebagai pedoman hidup. Bahkan kita dianjurkan untuk menghafalkan Al-Quran (Ibn Nasir, 2010).
Secara bahasa, Al-Quran berarti bacaan atau yang dibaca. Adapun secara istilah, Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang dihimpun dalam mushaf yang merupakan mukjizat Nabi dan menjadi ibadah bagi siapapun yang membacanya (Muhaemin, 2008)
Banyak sekali anjuran kepada umat muslim untuk membaca Al-Quran yang datang langsung dari Allah SWT sebagai pemilik wahyu. Antara lain :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
(25)
9
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan ( QS.Al-Ankabnut : 45 ).
Selain itu, Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu pun memberi keutamaan kepada umat muslim yang membaca Al-Quran. Hal ini dapat dilihat dari berbagai hadits berikut :
1.
عت ك خ ا س ع ها ص لا ع ع ها ض ا ثع ع
ع أ لا
Dari Utsman bin Affan ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda :“sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya” HR. Bukhari (Shohih Bukhori Juz 6, Jilid 3 hal 108)
2.
ا إ :
س ع ها س تع س : ا ع ها ض ا ُأ ع
س ا حصأ اع ش ا لا ت إف أ لا
Dari Abu Umamah Al-Bahili ra, ia berkata “saya mendengar Rasulullah bersabda : “ bacalah Al-Quran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi ahlinya ( yaitu orang yang membaca, memeplajari dan mengamalkannya ).” HR. Muslim (Riyadus Shalihin, bab keutamaan membaca al-quran hadist nomor satu)
3.
لا : س ع ها ص ها س ا : تلا ا ع ها ض شئاع ع
أ لا
لا
لا ا لا سلا ع ب ا
أ لا
ع ت ا ج ل اش
ف عتعتت
Dari Aisyah radiyallahu „anha, ia berkata, nabi Muhammad SAW bersabda : “orang yang membaca Al-Quran dan ia mahir dalam membacanya maka ia
(26)
10
dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dan ia masih terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya, maka ia mendapatkan dua pahala.”Muttafaqun Alaihi (Riyadus Shalihin, bab keutamaan membaca al-quran hadist nomor empat).
A.2 Ilmu Membaca Al-Quran
Dalam mebaca Al-Quran tidak dapat dilakukan dengan sesuka hati. Ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan oleh seorang pembaca Al-Quran. Secara garis besar ilmu yang mempelajari tentang itu terdapat dalam suatu ilmu yang disebut ulum al-quran yaitu suatu ilmu yang objek materinya adalah al-quran.
Ulum al-quran memiliki tiga cabang ilmu yaitu bacaan/qiraat, penulisan, kandungan/tafsir. Dalam bab ini penulis akan membahas sebatas tentang ilmu qiraat seperti ilmu tajwid, ilmu nagham, dan ilmu qiraat.
Ilmu nagham ialah ilmu yang mempelajari lagu-lagu yang digunakan saat membaca al-quran. Ada tiga tingkatan penggolongan bagi orang yang membaca al-quran dengan mengunakan lagu yaitu :
Mu‟allam ialah orang membaca al-quran pada tingkat belajar, sehingga pembacaan difokuskan pada benar atau salahnya bacaan tanpa memperhatikan lagu. Dalam beberapa hal mu’allam memiliki persamaan dengan tahsin
Murottal ialah pembacaan al-quran difokuskan pada benar salahnya bacaan dan lagu. Karena fokus pada dua hal, maka porsi lagu dalam tingkatan ini tidak dibawakan sepenuhnya hanya pada nada asli
Mujawwad ialah membaca al-quran dengan lagu yang dibawakan secara sempurna baik dalam tingkatan nadanya maupun jenis dan variasi lagunya
(27)
11
Sedangkan ilmu qiraat ialah ilmu yang mempelajari perbedaan lafadz-lafadz Al-Quran baik yang disepakati ataupun yang diperdebatkan oleh para ahli qiraat yang diperoleh melalui periwayatan. Ada tujuh qiraat yang mutawatir yang disebut qiraat sab‟ah yang pengklasifikasiannya didasarkan pada panjang pendeknya mad jaiz munfashil, yakni salah satu hukum bacaan yang ada dalam ilmu tajwid (Ridwan, 2007).
Ilmu tajwid ialah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-quran dengan sebaik-baiknya. Bagi seorang muslim, belajar ilmu tajwid hukumnya ialah fardu kifayah sedangkan membaca Al-quran dengan ilmu tajwid hukumnya fardu „ain. Ada beberapa hukum tajwid yang harus dipelajari antara lain : hukum nun sukun dan tanwin, hal mim sukun, mim tasydid dan nun tasydid, lam ta‟rif, lam tebal dan tipis, idgham, mad, bacaan ra‟, qalqalah dan waqaf.
Dalam subbab ini penulis akan sedikit mengulas beberapa hukum tajwid yang harus digunakan saat membaca Al-Quran.
Hal nun sukun dan tanwin
Hukum yang berkaitan dengan nun sukun dan tanwin ada empat yaitu idzhar halqi, idgham bighunnah, idgham bi laa ghunnah, dan ikhfa‟ haqiqi. Yang kesemuanya memliki huruf masing-masing dan cara melafalkannya.
Hal mim sukun
Ada tiga hukum dalam hal mim sukun yaitu apabila mim sukun bertemu dengan huruf baa‟ maka dibaca ikhfa‟ syafawi, sedangkan apabila mim sukun bertemu dengan mim maka hukum bacaannya idgham mimi, dan apabila mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah selain baa‟ dan mim maka hukum bacaannya idzhar syafawi.
(28)
12
Hal mim tasydid dan nun tasydid
Apabila ada mim tasydid atau nun tasydid, maka hukum bacaannya ialah ghunnah yang dibaca dengan mendengung.
Hal lam ta‟rief
Lam ta‟rief ialah apabila ada huruf alif dan lam yang selalu dihubungkan. Ada dua hukum yang terkait dengan lam ta‟rief ini yaitu idzhar qamariyah dan idgham syamsiah
Hal lam tebal dan lam tipis
Suatu bacaan dibaca lam tebal apabila ada lam dalam lafadz Allah didahului oleh fathah atau dhommah. Sedangkan apabila didahului oleh kasrah maka hukum bacaannya dibaca lam tipis.
Hal idgham
Terdapat tiga hal idgham yang harus dipelajari dalam ilmu tajwid yaitu : idgham mutamatsilain yakni apabila ada dua huruf yang sama sedangkan huruf sebelumnya mati seperti baa sukun bertemu baa, idgham mutaqribain yakni apabila ada dua huruf yang tempat keluar hurufnya sama ( makharijul huruf ) maka dibaca dengan dimasukan ke dalam huruf yang kedua contohnya seperti qaf bertemu kaf, dan idgham mutajnisain apabila ada taa sukun bertemu tha, taa sukun bertemu dal, tha sukun bertemu taa, dal sukun bertemu taa, lam sukun bertemu raa, dan dzal sukun bertemu dhaa maka harus dibaca dengan cara ditasydidkan ke dalam huruf yang kedua.
Hal mad
Hukum mad ialah hukum bacaan panjang yang harus dibaca apakah dua harakat, empat harakat, atau enam harakat. Ada lima belas hukum bacaan mad diantaranya : mad thabi‟ie, mad wajib muttashil, mad jaiz munfashil, mad
(29)
13
lazim mutsaqal kilmi, mad lazim mukhaffaf kilmy, mad layin, mad „aridh li sukun, mad shilah qasiroh, mad shilah thawilah, mad iwadl, mad badal, mad lazim harfi musybba‟ mad lazim harfi mukhaffaf, mad tamin, dan mad farq.
Hal membaca raa
Ada dua hal dalam membacakan huruf raa yaitu raa tebal dan raa tipis. Raa dibaca tebal ketika huruf raa tersebut berharakat fathah, dhammah, atau sukun yang sebelumnya didahului oleh huruf berharakat fathah atau dhamah. Sedangkan huruf raa boleh dibaca tipis apabila huruf raa tersebut berharakat kasroh.
Hal qalqalah
Terdapat dua macam qalqalah yang dipelajari yaitu qalqalah sughra dan qalqalah kubro. Huruf qaf, tha ,baa, jim, dal dibaca qalqalah sughra apabila berharakat sukun dan matinya itu berasal dari kata bahas arab sedangkan dibaca qalqalah kubro apabila matinya kelima huruf diatas karena waqaf atau berhenti
Waqaf
Ada beberapa tingkatan waqaf yang diajarkan dalam ilmu tajwid yang antara lain : waqaf Tam ialah Menghentikan bacaan pada suatu kata yang apabila ditinjau dari segi artin dan segi susunan kalimatnya sudah berada dalam kalimat sempurna. Yang kedua ialah Waqaf Kafi yaitu apabila berhenti pada kata atau kalimat yang kalau ditinjau dari segi susunan kalimat sudah berada dalam kalimat sempurna, tetapi kalau dilihat dari segi arti ayat, masih ada hubungan dengan ayat selanjutnya. ketiga Waqaf Hasan apabila Menghentikan bacaan pada kata yang pengertiannya masih ada hubungan dengan kalimat sesudahnya, sedang dilihat dari segi susunan kalimat, ada
(30)
14
hubungan kata yang sebelumnya. Keempat Waqaf Qobih yaitu Berhenti pada kata dimana kalau ditinjau dari segi susunan kalimat tidak berada dalam kalimat sempurna, dan tidak sempurna pula ditinjau dari segi arti (Zarkasyi, 2005).
B. Hipertensi
B.1. Definisi dan klasifikasi
Hipertensi atau yang dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistol. Dalam referensi lain disebutkan bahwa hipertensi ialah kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) bahkan angka kematian (Tambayong, 2000 ; Dalimartha dkk, 2008 ).
JNC VII mendefinisikan hipertensi pada orang dewasa sesuai dengan klasifikasi berikut
Kategori Sistolik ( mmHg ) Diastolic ( mmHg )
Normal <120 <80
Hipertensi
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap1
140-159 90-99
Hipertensi tahap2
≥160 ≥100
(31)
15
Dalam buku lain disebutkan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kali kesempatan yang berbeda (sudoyo et al dalam berek, 2010 ; Corwin, 2009).
Sementara menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO, hipertensi sistol diastol dapat didiagnosis bila TDS≥140 mmHg dan TDD≥90 mmHg. Berikut kalsifikasinya menurut WHO ( Kuswardhani, 2006 )
Kategori Sistolik Diastolic
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 ( ringan ) 140-159 90-99
Subkelompok : borderline 140-149 90-94
Hipertensi derajat 2 ( sedang ) 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 ( berat ) ≥180 ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Subkelompok : borderline 140-149 <90
Table 2.2 klasifikasi hipertensi menurut WHO 1999
B.2. Etiologi
Pada dasarnya hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang beragam. Kebanyakan patofisiologi dari hipertensi tidak diketahui penyebabnya yang
(32)
16
kemudian disebut hipertensi primer. Hal ini menyebabkan hipertensi tidak dapat diobati namun dapat dikontrol. Adapun sebagian kecil kejadian hipertensi memiliki penyebab khusus yang dikenal dengan hipertensi sekunder yang mana apabila penyebab dari hipertensi ini dapat diidentifikasi, hipertensi ini dapat disembuhkan secara potensial.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah dan berpotensi menyebabkan hipertensi antara lain
o Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatis yang mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress psikososial
o Produksi hormone yang menahan natium dan vasokontriktor o Asupan natrium berlebih
o Asupan kalium dan kalsium yang kurang
o Meningkatnya sekresi rennin yang menyebabkan produksi angiotensin dan aldosteron juga ikut meningkat
o Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitric oxide, peptide natriuretik o Perubahan dalam ekspresi sitem kallikrein-kininyang mempengaruhi tonus
vascular, dan penanganan garam oleh ginjal o Abnormalitas tahanan pembuluh darah o Dibetes mellitus
o Resistensi insulin o Obesitas
o Meningkatnya aktivitas vascular growth factor o Perubahan reseptor adrenergic
(33)
17
Factor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
kanan darah = Cardiac output X Resistensi perifer
Hipertensi = Peningkatan CO dan/atau Penurunan PR
Autoregulasi
Gambar 2.1 faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah dalam vikrant&tiwari 2001 e sodium
berlebih Jml nefron
berkurang Stress Kelainan
genetik
Obesitas
Factor yg didapat dari
endotelium
Retensi sodium ginjal
Penurunan membrane
filtrasi
Aktivitas saraf simpatetik
yang berlebih
Rennin-angiotensi n berlebih
Kelainan membrane
sel
hiperinsulinemia
Vol cairan
meningkat vasokontriksi
Preload meningkat
Kontraktabilitas meningkat
Kontriksi
(34)
18
B.3. Jenis Hipertensi
Ada dua jenis hipertensi yang dikenal, pertama Hipertensi primer yang merupakan jenis hipertensi yang banyak terjadi, angka kajadiannya mencapai 90-95 persen dari seluruh kejadian hipertensi. Banyak factor yang dapat menyebabkan hipertensi ini seperti lingkungan, kelainan metabolisme intraselular, dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan kelainan darah. Meski begitu, para ahli menunujuk stress sebagai penyebab utama. Hipertensi primer memiliki karakteristik patofisiologi yang antara lain : tidak diketahui penyebabnya, tekanan diastole >90 mmHg secara berulang, resistensi perifer total biasanya meningkat, tekanan nadi bisa meningkat atau menurun (Vitahealth, 2006 ; vikrant & tiwari, 2001). Dan jenis yang kedua ialah hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder tidak seperti hipertensi primer, hipertensi jenis ini sudah diketahui spesifik penyebabnya seperti gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, dan tumor kelenjar adrenal namun hal yang terakhir jarang terjadi. Angka kejadian hipertensi ini 5 sampai 10 persen dari seluruh kejadian hipertensi (Vitahealth, 2006).
B.4. Patofisiologi
Mekanisme vasokonstriktor dan relaksasi pembuluh darah terdapat pada pusat vasomotor yang terletak di medulla pada otak. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion akan melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
(35)
19
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin, maka akan terjadi vasokonstriksi yang berakibat pada meningkatnya tekanan darah.
Saat sistem saraf simpatis akan merangsang pembuluh darah sebagai respon dari emosi. Pada saat itu pula, kelenjar adrenal terangsang yang dapat menambah aktivitas vasokonstriksi. Medulla kelenjar adrenal mengeluarkan epinefrin dan korteks kelenjar adrenal akan mengeluarkan kortisol dan steroid lain yang semuanya akan memperkuat repons vasokonstriktor pembuluh darah. Terjadinya konstriksi pada pembuluh darah akan mengakibatkan menurunnya suplai darah ke ginjal yang kemudian akan mensekresikan rennin sebagai respon ginjal dari konstriksi tadi. Kemudian rennin akan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian akan dirubah menjadi angiotensin II yang merupakan suatu vasokonstriktor kuat yang kemudian angiotensin II ini akan merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini akan menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang pada akhirnya akan meningkatakan volume intravaskular. Dan semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzer&Suzenne, 2002).
Namun demikian, yang memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya hipertensi primer ialah faktor genetik yang mencapai 30-40 persen. Gen yang berpengaruh antara lain reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan rennin, gen sintetase oksida nitrat endothelial, gen protein reseptor kinase G, gen reseptor adrenergic, gen kalsium transport dan natrium hydrogen antipoler, dan gen yang berhubungan dengan resistensi insulin, obesitas, hiperlipidemia, dan hipertensi sebagai kelompok bawaan.
(36)
20
Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelasakan terjadinya hipertensi primer yaitu :
o Peningkatan sistem saraf simpatis ( SNS )
Respon maladaptif terhadap srimulasi saraf simpatis dapat mengakibatkan perubahan pada gen reseptor dan juga kadar katekolamin serum yang menetap. Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatis dapat diakibatkan oleh stress psikososial
o Peningkatan sistem rennin-angiotensin-aldosteron ( RAA )
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi secara langsung dan juga meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.
o Defek pada transport garam dan air
Asupan kalsium, magnesium dan kalium yang rendah dapat menyebabkan gangguan aktivitas pada peptide natriuretik otak, pepetida natriuretik atrial, adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin.
o Interaksi komplek yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan pelepasan endothelial oksida nitrat dan vasodilator lain serta mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi dan kadar insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis dan RAA (Brasher, 2008).
Adapaun penyebab hipertensi sekunder dapat diketahui sebelumnya. Disebutkan ada beberapa penyakit yang menjadi penyebab dari hipertensi sekunder yaitu : penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskular, aldosteronisme, penyakit tiroid, sindrom cushing, obat, dan kehamilan (Yusuf, 2008).
(37)
21
Patofisiologi hipertensi
Gambar 2.2 patofisiologi hipertensi dalam brunner&suddarth (2002), brasher (2008), dan yusuf ( 2008 )
Hipertensi
Primer Sekunder
r genetik
Peningkatan aktivitas saraf simpatis Peningkatan sistem RAA Peny parenkim ginjal aldosteronisme Peny
renovaskular kehamilan
Merangsang kel
renal Asetilkolin
dilepas a al Kortek adrenal Saraf pasca ganlion Sekresi kortisol dan steroid lain Sekresi norepinefrin Vasokontrksi nsi Sekresi renin
Merangsang angiotensin I
Angiotensi I diubah menjadi angiotensin II
Merangsang aldosteron
Retensi natrium Volume intravaskular
Retensi air dan garam Sekresi rennin hiperaldoster onisme CO meningkat, rennin plasma dan aldosteron meningkat Retensi air dan
garam Retensi air
dan garam
Suplai darah ke ginjal
(38)
22
B.5 Penatalaksanaan hipertensi
Pada dasarnya penatalaksanaan kasus hipertensi sama seperti kasus lainnya yaitu penatalaksanaan medis dan non-medis. Penatalaksanaan medis pada hipertensi dapat dailakukan dengan pemberian obat-obat seperti jenis diuretic; alpha, beta, dan alpha-beta blocker; penghambat simpatetik; vasodilator; penghambat enzim konversi angiotensin; antagonis kalsium; dan pengahambat reseptor angiotensin II
Selain terapi farmakologi yang dapat diberikan untuk menangani hipertensi, penanganan hipertensi pun dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi seperti :
Mengontrol pola makan
Menghindari makanan berlemak dan makanan yang mengandung banyak garam menjadi salah satu cara untuk menghindari hipertensi. American heart association menyarankan konsumsi garam setiap hari hanya satu sendok teh, sementara konsumsi lemak disarankan hanya 30 % dari total kalori yang dikonsumsi per harinya.
Tingkatkan asupan potassium dan magnesium
Buah-buahan dan sayuran segar merupakan sumber terbaik potassium dan magnesium. Kekurangan potassium dan magnesium dalam tubuh menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya hipertensi, oleh sebab itu banyak dokter yang menyarankan agar mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar pada penderita hipertensi
(39)
23
Mengkonsumsi padi-padian dapat menurunkan resiko terserang penyakit jantung koroner termasuk terserang hipertensi. Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition disebutkan bahwa pria yang mengkonsumsi sereal dari jenis padi-padian per hari mempunyai kemungkinan yang sangat kecil ( 0-20 persen ) untuk terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatkan aktivitas
Penderita yang memiliki banyak aktivitas dapat menurunkan tekanan darah. Berolahraga selama 30-45 menit per hari selama lima hari dalam seminggu dapat menurunkan hipertensi
Relaksasi
Pada awlanya tidak banyak yang mengetahui hubungan antara kondisi psikologis dengan keadaan fisik. Namun belakangan terakhir mulai banyak yang menyadari adanya hubungan antara stress psikologis dengan kondisi kesehatan fisik, sehingga munculah istilah psikoneuro-imunologi yang secara sederhana berarti adanya hubungan antara pikiran, sistem saraf, dan sistem kerja tubuh. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang ada. Salah satunya ialah hasil penelitian dari University College of London yang menunjukan bahwa orang yang memiliki stress akibat tekanan pada pekerjaan memiliki resiko sindrom gangguan metabolik lebih tinggi dari pada orang yang tidak memiliki tekanan pekerjaan. Oleh sebab itu tekhnik-tekhnik tertentu perlu digunakan untuk mengurangi stress seperti relaksasi, bersantai bersama keluarga ataupun lainnya yang dapat mengurangi beban pikiran kita.
Walaupun sedikit bukti yang menunjukan adanya hubungan berarti antara tekhnik relaksasi dengan penurunan angka kejadian stroke, namun teknik
(40)
24
relaksasi untuk mengulangi stress dapat mengurangi tekanan darah tinggi pada beberapa orang (Kowalski, 2010 ; Dalimartha dkk, 2008 )
C. Relaksasi
Relaksasi merupakan proses yang menurunkan keausan pada pikiran dan tubuh dari stressor hidup sehari-hari. Relaksasi yang berhasil dapat memberikan beberapa perubahan efek fisiologis dalam tubuh klien yang antara lain penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan; penurunan konsumsi oksigen; penurunan ketegangan otot; penururnan kecepatan metabolisme (Aprillia, 2011 ; Potter & Perry 2006). Banyak manfaat dari teknik relaksasi yang dapat dirasakan oleh tubuh kita, yang antara lain ialah sebagi berikut :
Menurunkan tekanan darah
Memperlambat detak jantung
Memperlambat laju nafas
Meningkatkan aliran darah ke otot-otot utama dalam tubuh
Mengurangi ketegangan otot dan sakit kronis
Meningkatkan konsentrasi
Mengurangi kemarahan dan frustrasi
Meningkatkan rasa percaya diri untuk menangani masalah
Semua manfaat yang disebutkan diatas dapat dirasakan dengan melakukan tekhnik relaksasi tanpa memandang teknik apa yang digunakan.
Tekhnik relaksasi sendiri memiliki beberapa jenis yang secara umum memusatkan perhatian kepada sesuatu yang menenangkan dan meningkatkan kesadaran tubuh. Diantara jenis-jenis itu ialah :
(41)
25
Autogenik relaksasi. Autogenik berarti sesuatu yang berasal dari dalam diri. Dalam teknik relaksasi ini, seseorang menggunakan citra visual dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres. Dengan cara mengulang kata-kata atau saran dalam pikiran untuk membantu memberikan kondisi rileks dan mengurangi ketegangan otot. Sesorang yang melakuakn teknik ini dapat membayangkan tempat damai dan kemudian fokus, pernapasan santai, memperlambat detak jantung, atau merasa sensasi fisik yang berbeda, seperti santai pada kaki atau lengan satu per satu.
relaksasi otot progresif. Dalam teknik relaksasi ini, sesorang berfokus menengangkan otot-otot yang kemudian perlahan-lahan merilekskannya. Hal ini akan membantu seseorang berfokus pada perbedaan antara ketegangan otot dan relaksasi. Dengan relaksasi ini sesorang menjadi lebih sadar akan sensasi fisik. Salah satu metodenya adalah dimulai dengan menegangkan dan merelaksasi otot-otot jari-jari kaki hingga leher dan kepala. Kemudian rasakan ketegangan otot sekurang-kurangnya lima detik lalu kendurkan selama 30 detik, dan ulangi beberapa kali.
Visualisasi. teknik relaksasi ini digunakan dengan cara seseorang membentuk citra mental untuk mengambil perjalanan visual untuk suatu yang menenangkan, tempat atau situasi yang damai. Selama visualisasi, mencoba untuk menggunakan banyak indera sebisa mungkin, termasuk bau, suara, penglihatan dan sentuhan. Yang termasuk teknik relaksasi ini antara lain :Yoga, Tai chi, Mendengarkan music, Latihan, Meditasi, Hipnosis, dan Pijat (Aprillia, 2011).
Meditasi menjadi salah satu tekhnik relaksasi yang telah diuraikan diatas. Meditasi pada dasarnya adalah upaya memasuki alam bawah sadar kita.Semakin
(42)
26
dalam kita menyelam, kita semakin dapat mencapai puncak kehidupan spiritual kita. Meditasi biasanya dilakuakn dengan memusatkan perhatian pada satu objek meditasi tertentu seperti memandang lilin, merasakan denyut nadi atau memfokuskan diri pada bacaan tertentu seperti mantra, do’a, dzikir, atau bacaan quran. Ada dua jenis meditasi yang dikenal selama ini yaitu meditasi duduk seperti yoga dan tafakkur juga meditasi gerak seperti pada perguruan bela diri seperti tai chi (Chapila, 2011).
Yoga yang berasal dari bahasa sangsekerta kuno memiliki pengertian yang sangat luas. Yoga yang juga berarti sebagai penyatuan dengan alam atau penyatuan dengan Sang Pencipta memiliki beberapa jenis. Namun yang sering digunakan ialah hata yoga yang menggabungkan antara unsur gerakan dengan unsur pernapasan (Wartawarga, 2010). Selain yoga meditasi juga memiliki berbagai bentuk termasuk meditasi islam seperti sholat, tafakur, dzikir, membaca Al-Quran dan berbagai ibadah lainnya.
Sebagai seorang mukmin, sholat merupakan ibadah pertama yang akan Allah perhitungkan di akhirat kelak. Menurut M Sholeh apabila kita melaksanakan sholat lima waktu secara teratur, penuh kekhusuan, dan tumakninah akan menimbulkan kondisi yang tenang, terhindar dari kegelisahan dan kecemasan maupun depresi. Relakasasi religious seperti ibadah sholat ini dapat membawa seseorang kepada kondisi equilibrium antara jiwa dan badan (Lekrer dan nizami dalam abidin, 2009 ).
Sebuah study menunjukan bahwa pada dua kelompok pasien psikiatri yang beragama islam diberikan dua perlakuan yang berbeda. Kelompok pertama diberikan terapi konvensional sementara kelompok kerdua diberikan terapi
(43)
27
konvensional ditambah terapi psikoreligious seperti shalat, dzikir, membaca Al-Quran dan berdoa. Hasil studi menunjukan bahwa kelompok kedua mengalami perbaikan yang bermakna dari gejala-gejala stress dibandingkan dengan kelompok pertama. Relaksasi seperti diuraikan diatas disebut sebagai meditasi transendensi yang mana meditasi ini menggunakan frase-frase agama sebagai objeknya (Hawari dalam Abidin, 2009 ; Purwanto, 2006 ).
Menurut Benson ( 2000 ), secara singkat meditasi transendensi ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut
Memilih frase yang akan digunakan sesuai dengan keyakinan
Atur posisi tubuh yang nyaman
Memejamkan mata secara perlahan
Melemaskan otot mulai dari otot kaki dan terus hingga kepala
Memeperhatikan napas dan mulai mengulang frase yang digunakan
Pertahankan sikap pasif untuk mengabaikan pikiran yang muncul di saat bermeditasi ( Purwanto, 2006 )
(44)
28
Atau atau
Gambar 2.2 Algoritma penanganan hipertensi dalam Brunner & Suddarth, 2002
Modifikasi gaya hidup
Penurunan berat badan
Pengurangan konsumsi alcohol
Aktivitas fisik teratur
Pengura,anagn asupan natrium
Berhenti merokok
Relaksasi
Respon tidak adekuat
Lanjutkan modifikasi gaya hidup
Pemilihan farmakologi awal :
Diuretic atau B bloker
Respon tidak adekuat
Naikan dosis obat
Ganti dengan obat lain
Tambahkan bahan kedua dari jenis yang berbeda
Respon tidak adekuat
Tambahkan bahan kedua atau ketiga dan atau diuretica bila belum diresepkan
(45)
29
D. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah modifikasi yang berdasar pada teori dalam buku Brunner dan Suddarth ( 2002 ), serta Perry dan Potter ( 2006 ), Purwanto ( 2006 ).
Terjadi paparan awal
Terjadi terus menerus
Terjadi hipertensi primer
Penatalaksanaan Hipertansi Terjadi
peningkatan TD
Farmakologi
Non farmakologi
Obat diuretic dan obat HT lain
Modifikasi gaya hidup
Aktivitas fisik yang teratur
Relaksasi
Membaca Al-Quran
Terjadi penurunan TD
Factor yang mempengaruhi nilai TD : Merokok,obesitas, factor genetik
(46)
30
E. Penelitian terkait
.
1. Sudiarto, dkk. ( 2007 ). Pengaruh terapi relaksasi meditasi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah binaan rumah sakit Emanuel klampok banjanegara
Hasil penelitian ini ada pengaruh yang bermakna bagi penurunan tekanan darah sistol lansia setelah melakukan terapi relaksasi meditasi yang dilakukan selama 2x15 menit dan 3 kali dalam satu minggu. Rata-rata nilai takanan darah sistol pasien sebelum melakukan relaksasi meditasi 147,3 mmHg dan rata-rata nilai tekanan darah setelah melakukan relaksasi 139,6 mmHg. Adapun rata-rata tekanan darah diaastolik sebelum intervensi 90,7 dan setelah melakukan intervensi 90,0 mmHg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi penurunan tekanan darah baik pada sistol ataupun diastoliknya.
(47)
31
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
Variabel independen adalah membaca Al quran.
Variabel dependen adalah penurunan tekanan darah yang diukur menggunakan sphygmomamometer.
Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara membaca Al-
quran dengan penurunan nilai tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas ciputat.
B. Hipotesis
Ada pengaruh antara membaca Al quran terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas ciputat.
Membaca Al quran dengan tartil sesuai dengan ilmu tajwid
penurunan tekanan darah
(48)
32
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
Variable Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Skala
Independen Membaca Al-Quran Membaca Al-Quran sesuai ilmu ulum al-quran yaitu ilmu nagham, ilmu qiraat dan ilmu tajwid Diukur waktu membaca Al-Quran yaitu 15 menit selama 3 kali dalam satu minggu
timer Subjek mampu membaca Al-Quran dalam waktu 15 menit 3 kali dalam satu minggu ( sudiarto, dkk) Dependen Hipertensi kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal Diukur menggunakan sphygmomanom eter. Seorang dikatakan hipertensi bila TD ≥ 140/90 mmHg Sphygmoman ometer Borderline TS: 140-149 mmHg
TD : 90-94 mmHg
Sedang TS : 160-179 mmHg TD : 100-109 mmHg
Berat
TS: ≥180 mmHg TD : ≥110 mmHg
(49)
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan metode kuasi eksperimen. Tujuan dari metode ini ialah untuk menjelaskan hubungan-hubungan, mengapa suatu peristiwa terjadi atau keduanya (Cook & Campbel dalam Danim, 2003).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah control group pretest-posttest design. Desain ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian dilakukan posttest atau pengamatan akhir (Notoatmodjo, 2010 ).
Subjek diukur tekanan darahnya sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada waktu penelitian, dan kelompok kontrol diukur tekanan darahnya pada hari pertama dan terakhir tanpa diberi perlakuan. Setelah dilakukan intervensi diharapkan terjadi suatu perubahan atau pengaruh pada variabel ini. Secara sederhana penelitian ini dapat dilihat dengan gambaran sebagai berikut :
Gambar 4.1
Dibandingkan
E1 – E2 = X1
E1
Intervensi membacaAl-quran
E2
(50)
34 E3 – E4 = X2
E1 – E3 = X3 E2 – E4 = X4 X1 – X2 = X5 Keterangan:
E1 = nilai tekanan darah sebelum membaca Al quran pada pasien hipertensi E2 = nilai tekanan darah setelah membaca Al quran pada pasien hipertensi E3 = nilai tekanan darah hari pertama pasien hipertensi pada kelompok kontrol E4 = nilai tekanan darah hari terakhir pada pasien hipertensi pada kelompok kontrol X1 = Deviasi / perubahan nilai tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi membaca Al quran pada kelompok intervensi
X2 = Deviasi / perubahan nilai tekanan darah tidak membaca Al quran hari pertama dan hari terakhir pada kelompok kontrol
X3 = Perbedaan nilai tekanan darah sebelum dilakukan membaca Al quran pada kelompok intervensi dan kontrol
X4 = Perubahan nilai tekanan darah sesudah dilakukan membaca Al qur’an pada kelompok intervensi dan kontrol
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek penelitian atau yang diteliti (Notoatmojo, 2010). Populasi penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatann, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Hidayat, 2007). Tekhnik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling.
(51)
35 Kriteria inklusi
a. Responden menderita hipertensi primer ( tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg)
b. IMT normal
c. Mampu membaca Al-quran
d. Responden dengan terapi standar antihipertensi
e. Responden sedang tidak mengikuti program meditasi atau terapi relaksasi lainnya
Penulis membuat perhitungan besar sampel minimal berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji hipotesis beda dua mean derajat kemaknaan 5% kekuatan uji 90%, didapatkan besar sampel sebagai berikut ( Hidayat, 2007).
n = 2.σ² ( Z1-α + Z1-β )² (μ1 –μ2)²
n = 2.6,26² (1,96 + 1,28)² = 13,9 dibulatkan 14 (147,3 – 139,6)²
Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 14 kasus dan 14 kontrol
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal
Z1-α = Nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96 bila α 5% Z1-β = Nilai Z pada kekuatan 1,28 bila β 10%
σ² = Standar deviasi dari beda dua mean berpasangan 6,26 μ1 = Rerata nilai TDS sebelum intervensi 147,3 mmHg
(52)
36
μ2 = Rerata nilai TDS sesudah intervensi 139,6 mmHg Sumber : sudiarto, dkk ( 2007 )
C. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas ciputat pada oktober 2012.
D. Alat pengumpul data dan Prosedur penelitian 1. Alat Pengumpul Data
a. Timmer
Timmer digunakan untuk menghitung waktu saat responden membaca Al quran selama 15 menit.
b. Spygmomanomemeter
spygmomanomemeter adalah alat untuk mengukur tekanan darah, yang mana terdapat dua jenis yaitu jenis raksa dan digital.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat kerakteristik responden yaitu, nama (inisial), usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi.
d. Meteran Tinggi Badan
Meteran adalah alat untuk mengukur tinggi badan dalam satuan senti meter (cm). e. Timbangan berat badan
Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan dengan satuan kilogram (kg).
(53)
37
2. Prosedur Intervensi
Bagan 3.1 Alur penelitian
E. Pengolahan Data
Analisa data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahapan utama yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
1. Pengolahan Data
a. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali lembar observasi yang telah diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan, data responden. Data
Penderita hipertensi Penyaringan responden
Informed consent
Dilakukan pengukuran tekanan darah
Catat dalam lembar observasi
Lakukan intervensi membaca Al-Quran selama 15 menit
Ukur tekanan darah Catat dalam lembar observasi
Pemilihan 14 orang
responden intervensi Pemilihan 14 orang
responden kontrol
Dilakukan pengukuran tekanan darah pada hari pertama Catat dalam lembar observasi
Dilakukan pengukuran tekanan darah pada hari terakhir
Catat dalam lembar observasi
Member itahukan hasi; penelitian
(54)
38
yang belum lengkap akan dikembalikan kepada responden dan untuk diisi kembali pada saat itu juga.
b. Entri data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer.
c. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadinya kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.
F. Analisa Data a. Analisa Univariat
Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-masing variabel yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung mean, median, simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal dengan menghitung nilai tekanan darah. Pengujian masing-masing variabel dengan menggunakan tabel dan diintepretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Analisa univariat pada penelitian ini menjelaskan atau mendeksripsikan karakteristik responden yang meliputi usia, berat badan, tinggi badan dan variabel tekanan darah dengan menghitung nilai teakanan darah sebelum maupun sesudah intervensi.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat akan menguraikan perbedaan mean variabel tekanan darah dengan menghitung nilai tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi membaca Al quran selama 15 menit dengan interval waktu tiga kali dalam satu minggu. Uji statistik untuk seluruh analisis tersebut dianalisis dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05).
(55)
39
G. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan memperhatikan aspek-aspek etika sebagai berikut
1. Informed consent (otonomi)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan yang diberikan oleh responden sebelum penelititan dilakukan. Hal ini diberikan dalam bentuk tanda persetujuan yang tertulis dalam lembar informed consent yang disediakan peneliti bagi responden. Tujuan informed consent ini ialah agar subjek mengerti tujuan dan manfaat penelitian serta mengetahui dampaknya. Hal-hal yang harus tertulis dalam informed consent antara lain : partisipasi pasien, tujuan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang mungkin timbul, manfaat, kerahasiaan, dll.
2. Anonymity
Penelitian dalam keperawatan harus memberikan kenyamanan bagi responden. Salah satunya ialah melalui prinsip etik anonymity yaitu seorang peneliti tidak mencantumkan nama respondennya di lembar observasi dan hanya menuliskan nomor kode pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Peniliti harus menjamin kepada responden atas semua informasi yang telah diberikan. Masalah ini merupakan masalah etika yang harus diperhatikan ( Hidayat, 2007 ).
(56)
40
Segala tindakan yang dilakukan perawat terhadap pasien harus atas dasar prinsip kebaikan (promote good). Penelitian yang dilakukan dengan melibatkan pasien sebagai responden mengandung konsekuensi bahwa semuanya demi kebaikan pasien, guna mendapatkan suatu metode dan konsep baru ubtuk kebaikan pasien
5. Nonmaleficience
Tindakan seorang perawat juga harus jauh dari merugikan orang lain. Apabila intervensi dalam penelitian dapat menimbulkan cedera atau stress tambahan bagi pasien, maka pasien tersebut harus dikeluarkan dari penelitian untuk mencegah terjadinya hal-hal yang dapat merugikan responden tersebut.
6. Keadilan
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan serta adil. Dengan prinsip ini, penelitian harus dilakukan secara jujur, hati-hati, professional, serta berprikemanusiaan. Hal yang terpenting dari prinsip etik ini atas penelitian yang dilakukan ialah bagaimana beban dan keuntungan penelitian ini didistribusikan pada kelompok responden penelitian baik sebelum, selama dan sesudah penelitian dilakukan (Wasis, 2008)
(57)
41
Bab V
Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian pengaruh membaca Al-quran terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi yang dilakukan di puskesmas wilayah kerja ciputat dan ciputat timur. Penelitian dilakukan selama satu bulan lebih terhitung dari tanggal 10 september 2012 sampai 8 november 2012 dengan 14 responden yang diintervensi kemudian dibandingkan dengan 14 orang responden yang menjadi kontrol.
Penapisan responden penelitian ini diawali peneliti dengan mengikuti petugas puskesmas Ciputat ke posbindu. Dari tiga posbindu yang diikuti ditemukan 32 lansia hipertensi dengan rincian 28 perempuan dan 4 orang laki-laki. Semua responden perempuan tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, dan riwayat merokok. Sedangkan dari 4 responden laki-laki 2 diantaranya mempunyai riwayat merokok, 1 orang masih merupakan perokok aktif dan 1 orang tidak mempunyai riwayat merokok. Untuk menghomogenkan responden akhirnya peneliti hanya mengambil responden perempuan untuk diikutkan dalam penelitian. Setelah didapatkan 28 responden, peneliti kemudian melakukan penapisan untuk membagi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Lalu didapatkan 14 orang lansia yang bersedia diberikan intervensi dan 14 orang lainnya dimasukan kedalam kelompok kontrol.
Intervensi dilakukan peneliti dengan mengunjungi rumah responden yang dilakukan pada pagi hari dari pukul 09.00-12.30 dan sore hari pukul 16.00-17.30. Dari empat belas responden yang masuk ke dalam intervensi, 4 orang lansia dapat membaca Al-Quran dengan baik tanpa bimbingan. Dan 10 orang lansia sisanya dilakukan intervensi membaca Al-quran dengan bimbingan tajwid. Selama penelitian berlangsung, respon responden atas penelitaian
(58)
42
ini cukup baik. Para responden mengaku senang mengikuti program yang diberikan oleh peneliti. Meskipun begitu, terdapat beberapa responden saat penelitian berlangsung yang terlihat gugup saat melakukan intervensi sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian yang diharapakan.
Pada penelitian ini kriteria inklusi terpenuhi. Namun ada beberapa faktor yang tidak dikontrol dalam penelitian ini dan dapat mempengaruhi variabel dependen. Hal ini dikarenakan faktor-faktor tersebut tidak tergali oleh peneliti sendiri. Faktor-faktor itu adalah diet garam, kepatuhan minum obat dan frekuensi olahraga.
A. Analisa univariat
Analisa univariat mendeskripsikan karakteristik responden penelitian yang dalam hal ini ialah usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh dan nilai tekanan darah baik sebelum ataupun sesudah intervensi begitu juga dengan responden kontrol. Untuk data numerik dihitung mean, median, simpangan baku (standart deviasi), dan nilai masksimal dan minimal
1. Karakteristik responden
Table 5.1
Data Demografi Berdasarkan Usia, Berat Badan dan Tinggi Badan Pada lansia hipertensi, Oktober 2012 (n = 28)
Variable Mean Median SD
Min-Maks
Usia
1. Intervensi 2. Kontrol
63.36 62.57
64 63.50
5.943 3.128
52-75 50-73
Berdasarkan karakteristik responden, rata-rata usia responden yang mendapatkan intervensi adalah 63,36 dengan usia termuda 52 tahun dan usia tertua ialah 75 tahun.
(59)
43
Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata usianya adalah 62,57 dengan usia termuda responden kontrol ialah 50 tahun dengan 73 tahun sebagai usia tertua responden kontrol.
Tabel 5.2
Data Demografi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada lansia hipertensi oktober 2012 (n = 28)
Variabel Intervensi
(N=14)
Kontrol
(N=14)
Total %
Jenis kelamin
1. Laki-laki 2. Perempuan
0 14 0 14 0 28 0 100 IMT
1. Kurus (17.0-18.5) 2. Normal (18.5-25.0) 3. Gemuk (25.0-27.0)
0 14 0 0 14 0 0 28 0 0 100 0
Total 14 14 28 100
Dari total 28 orang responden, semua berjenis kelamin perempuan. Dan semua responden pada penelitian ini memiliki indeks massa tubuh normal yakni antara 18.5-25.0, hal ini sesui yang diharapkan dalam kriteria inklusi pada bab sebelumnya.
(60)
44
2. Nilai tekanan darah
Table 5.3
Rata-rata nilai tekanan darah sistol dan diastole sebelum dan sesudah intervensi, pada lansia dengan hipertensi padakelompok intervensi
Oktober 2012 ( n=28 )
Hari ke
Variable TD Mean Median SD
deviasi
Min-maks
1 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
151.43 143.57 85.71 80.71 150.00 145.00 85.00 80.00 11.67 12.157 6.462 7.300 140-170 130-160 80-100 70-90 2 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
149.29 139.29 83.57 80.00 150.00 140.00 80.00 80.00 9.169 9.972 4.972 6.794 140-160 130-160 80-90 70-90 3 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
143.57 136.43 83.57 78.57 145.00 135.00 80.00 80.00 12.157 9.288 7.449 5.345 130-160 120-150 70-100 70-90 4 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
142.14 135.00 80.71 77.14 140.00 130.00 80.00 80.00 11.217 8.549 4.746 6.112 130-160 120-150 70-90 70-90 5 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
140.71 130.00 79.29 77.14 140.00 130.00 80.00 80.00 9.169 8.771 4.746 4.688 130-150 120-150 70-90 70-80 6 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi
139.29 129.29 140.00 130.00 9.169 9.169 130-150 120-140
(61)
45 Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
80.00 77.14 80.00 80.00 5.547 4.688 70-90 70-80 Hari ke
Variable TD Mean Median SD
deviasi
Min-maks
7 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
137.14 128.57 79.29 77.14 130.00 125.00 80.00 80.00 9.139 9.493 4.746 4.688 130-150 120-140 70-90 70-80 8 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
137.86 128.57 79.29 77.14 135.00 125.00 80.00 80.00 8.926 9.493 4.746 4.688 130-150 120-140 70-90 70-80 9 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
137.86 128.57 80.00 77.14 135.00 125.00 80.00 80.00 8.926 9.493 3.922 4.688 130-150 120-140 70-90 70-80 10 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
137.86 128.57 79.29 77.14 135.00 125.00 80.00 80.00 8.926 9.493 4.746 4.688 130-150 120-140 70-90 70-80 11 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole
Pre intervensi
Post intervensi
136.43 127.86 79.29 77.14 130.00 120.00 80.00 80.00 10.082 9.750 4.746 4.688 120-150 120-140 70-90 70-80 12 Sistol
Pre intervensi
Post intervensi Diastole 136.43 127.86 130.00 120.00 10.082 9.750 120-150 120-140
(62)
46
Pre intervensi
Post intervensi
79.29 77.14 80.00 80.00 4.746 4.688 70-90 70-80
Dari tabel 5.3 dapat dilihat distribusi nilai tekanan darah sistol dan diastole kelompok intervensi dari evaluasi awal hingga evaluasi akhir. Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan rat-rata nilai tekanan darah baik sistol mauapun diastol setelah responden diberikan intervensi pada semua pertemuan.
Table 5.4
Rata-rata nilai tekanan darah sistol dan diastole kelompok intervensi dan control pada evaluasi awal dan evaluasi akhir lansia hipertensi
Oktober 2012 ( n=28 )
Evaluasi Mean Median Sd
Deviasi Min-maks Evaluasi Awal Intervensi Control Sistol diastol 151.43 85.71 150.00 120.00 11.67 9.750 140-170 80-100 Sistol Diastol 149.29 90.00 150.00 90.00 8.287 5.547 140-160 80-100 Evaluasi Akhir Intervensi control Sistol diastol 127.86 77.14 85.00 80.00 6.462 4.688 120-140 70-80 Sistol Diastole 151.43 89.29 150.00 90.00 14.064 6.157 140-180 80-100
Dari tabel 5.4 terlihat bahwa pada evaluasi awal responden intervensi rata-rata nilai sistol dan diastolnya ialah 151.43 dan 85.71, dan mengalami penurunan nilai rata-rata tekanan darah di akhir evaluasi yakni 127.86 dan 77.14. Dan untuk responden kontrol, nilai rata-rata sistol dan diastole ialah 149.29 dan 90.00, dan cenderung menigkat pada evaluasi akhir yakni 151.43 dan 89.29.
(63)
47
B. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yakni pengaruh membaca Al quran terhdadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, dengan menganalisa hasil penelitian perhari, dan hasil terapi hari pertama sebelum intervensi dengan hari kedua belas sesudah intervensi serta menganalisa penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi kontrol.
1. Uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)
Uji noramlitas digunakan untuk mengetahui jenis uji yang akan dipakai untuk menguji hipotesa penelitian ini. Untuk melakukan hal itu, digunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui apakah data yang ada berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal jika nilai P value lebih besar dari 0.05.
Table 5.5
Analisa Hasil Uji Normalitas Data Responden Intervensi dan Kontrol, Oktober 2012 (n=28)
Variable Pengukuran Kelompok Nilai signifikansi
TD sistol Pertemuan pertama Intervensi Control 0.009 0.051 Pertemuan terakhir Intervensi Control 0.000 0.014
TD diastole Pertemuan pertama Intervensi Control 0.001 0.000 Pertemuan terakhir Intervensi Control 0.000 0.000
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis uji yang akan digunakan pada penelitian ini ialah uji non parametric yaitu uji peringkat bertanda wilcoxon (wilcoxon
(1)
75
14 i.14 63 158 61 24.43 140 140 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 DATA HASIL OBSERVASI NILAI TEKANAN DARAH SISTOL SETELAH INTERVENSI
LANSIA DENGAN HIPERTENSI SELAM SATU BULAN no No
responden
Usia TB BB IMT TDS1 TDS2 TDS3 TDS4 TDS5 TDS6 TDS7 TDS8 TDS9 TDS10 TDS11 TDS12 1 i.1 53 155 60 24.97 160 160 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 2 i.2 52 156 53 21.78 160 150 150 150 140 140 140 140 140 140 140 140 3 i.3 65 162 55 20.96 160 150 150 150 140 140 140 140 140 140 140 140 4 i.4 64 154 54 22.78 130 130 130 130 120 120 120 120 120 120 120 120 5 i.5 75 155 63 24.52 150 150 140 130 130 120 130 130 130 130 120 120 6 i.6 70 160 50 19.46 150 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 7 i.7 65 162 51 19.46 130 130 130 130 120 120 120 120 120 120 120 120 8 i.8 63 162 63 24.04 140 130 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 9 i.9 59 155 60 24.66 150 140 150 140 140 140 140 140 140 140 140 140 10 i.10 65 155 62 24.97 130 130 130 130 130 130 120 120 120 120 120 120 11 i.11 67 160 54 21.09 130 130 130 130 120 120 120 120 120 120 120 120 12 i.12 62 161 55 21.23 150 140 140 140 130 130 130 130 130 130 130 130
(2)
76
13 i.13 64 157 59 23.98 140 140 130 130 130 130 120 120 120 120 120 120 14 i.14 63 153 61 24.43 130 130 130 130 120 120 120 120 120 120 120 120
DATA HASIL OBSERVASI NILAI TEKANAN DARAH DIASTOL SEBELUM INTERVENSI LANSIA DENGAN HIPERTENSI SELAM SATU BULAN
no No responden
Usia TB BB IMT TDD1 TDD2 TDD3 TDD4 TDD5 TDD6 TDD7 TDD8 TDD9 TDD10 TDD11 TDD12 1 i.1 53 155 60 24.97 90 90 100 80 80 80 80 80 80 80 80 80 2 i.2 52 156 53 21.78 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 3 i.3 65 162 55 20.96 90 90 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 4 i.4 64 154 54 22.78 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 5 i.5 75 155 63 24.52 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 6 i.6 70 160 50 19.46 100 90 90 90 80 90 90 90 90 90 90 90 7 i.7 65 162 51 19.46 80 90 90 80 70 70 70 70 80 70 70 70 8 i.8 63 162 63 24.04 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 9 i.9 59 155 60 24.66 80 80 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 10 i.10 65 155 62 24.97 90 90 90 90 90 90 80 80 80 80 80 80 11 i.11 67 160 54 21.09 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
(3)
77
12 i.12 62 161 55 21.23 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 13 i.13 64 157 59 23.98 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 14 i.14 63 153 61 24.43 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
DATA HASIL OBSERVASI NILAI TEKANAN DARAH DIASTOL SEBELUM INTERVENSI LANSIA DENGAN HIPERTENSI SELAM SATU BULAN
no No responden
Usia TB BB IMT TDD1 TDD2 TDD3 TDD4 TDD5 TDD6 TDD7 TDD8 TDD9 TDD10 TDD11 TDD12 1 i.1 53 155 60 24.97 90 90 100 80 80 80 80 80 80 80 80 80 2 i.2 52 156 53 21.78 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 3 i.3 65 162 55 20.96 90 90 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 4 i.4 64 154 54 22.78 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 5 i.5 75 155 63 24.52 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 6 i.6 70 160 50 19.46 100 90 90 90 80 90 90 90 90 90 90 90 7 i.7 65 162 51 19.46 80 90 90 80 70 70 70 70 80 70 70 70 8 i.8 63 162 63 24.04 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 9 i.9 59 155 60 24.66 80 80 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 10 i.10 65 155 62 24.97 90 90 90 90 90 90 80 80 80 80 80 80
(4)
78
11 i.11 67 160 54 21.09 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 12 i.12 62 161 55 21.23 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 13 i.13 64 157 59 23.98 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 14 i.14 63 153 61 24.43 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
DATA HASIL OBSERVASI NILAI TEKANAN DARAH DIASTOL SETELAH INTERVENSI LANSIA DENGAN HIPERTENSI SELAM SATU BULAN
no No responden
Usia TB BB IMT TDD1 TDD2 TDD3 TDD4 TDD5 TDD6 TDD7 TDD8 TDD9 TDD10 TDD11 TDD12 1 i.1 53 155 60 24.97 90 90 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 2 i.2 52 156 53 21.78 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 3 i.3 65 162 55 20.96 90 90 80 70 80 80 80 80 80 80 80 80 4 i.4 64 154 54 22.78 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 5 i.5 75 155 63 24.52 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 6 i.6 70 160 50 19.46 90 80 80 90 80 80 80 80 80 80 80 80 7 i.7 65 162 51 19.46 80 80 80 70 70 70 70 70 70 70 70 70 8 i.8 63 162 63 24.04 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 9 i.9 59 155 60 24.66 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
(5)
79
10 i.10 65 155 62 24.97 90 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 11 i.11 67 160 54 21.09 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 12 i.12 62 161 55 21.23 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 13 i.13 64 157 59 23.98 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 14 i.14 63 153 61 24.43 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
DATA HASIL OBSERVASI NILAI TEKANAN DARAH SISTOL DAN DIASTOL
LANSIA DENGAN HIPERTENSI KELOMPOK KONTROL HARI PERTAMA DAN HARI TERAKHIR
NO No
responden
Usia TB BB IMT TDS
Hari pertama
TDD Hari pertama
TDS Hari terakhir
TDD Hari terakhir
1 k.1 65 158 55 22.08 150 90 150 90
2 k.2 60 156 58 23.86 140 90 140 90
3 k.3 73 157 52 21.13 140 90 180 90
4 k.4 69 160 52 20.31 160 100 150 100
5 k.5 50 155 61 25.39 140 80 140 80
6 k.6 60 159 55 21.82 160 100 180 100
7 k.7 71 160 53 20.70 160 90 160 90
(6)
80
9 k.9 63 162 55 20.99 150 90 140 90
10 k.10 55 163 63 23.77 150 90 150 90
11 k.11 52 155 56 23.31 150 90 140 90
12 k.12 64 158 54 21.68 140 90 140 90
13 K.13 70 158 55 22.08 150 80 150 80