51
BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Pada bab ini akan membahas tentang interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang telah diurai di bab V, keterbatasn penelitian, karakteristik responden, implikasi penelitian ini pada
pelayanan keperawatan dan pengembangan penlitian selanjutnya.
A. Interpretasi dan hasil diskusi
Seperti telah diuraikan bahwa tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada pengaruh membaca Al-quran terhadap tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi.di wilayah kerja puskesmas Ciputat. Berikut akan coba diuraikan interpretasi hasil diskusi dari semua variabel.
1. Karakteristik responden penelitian
Data karakteristik responden dalam penelitian ini disusun berdasarkan usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh. Rentang usia antara 52 hingga 75 tahun.
sedangkan untuk responden kontrol, rentang usia antara 50 hingga 73 tahun.Untuk jenis kelamin, pada penelitian ini kelompok responden intervensi dan kontrol semua
berjenis kelamin perempuan. Sedangkan unuk indeks massa tubuh IMT semua memiliki IMT normal.
Responden lansia dipilih karena kelompok usia lanjut banyak mengalami hipertensi. Hal ini karena tubuh lansia mengalami penurunan baik fungsi ataupun
strukturnya seperti Aterosklerosis, berkurangnya elastisitas, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah dapat menurunkan curah jantung dan meningkatkan
tahanan perifer sehingga terjadi hipertensi Smeltzer Bare, 2002. Secara insidensi pun usia lebih dari dan sama dengan 55 tahun 90 memiliki resiko terserang
hipertensi. Dan di usia 55-74 tahun perempuan beresiko lebih tinggi terserang
52
hipertensi dibandingkan laki-laki Depkes, 2006. Selain itu, pemilihan responden perempuan dimaksudkan untuk menghomogenkan karakteristik responden.
2. Analisa kesetaraan usia, dan tekanan darah kelompok intervensi dan kelompok
kontrol
Untuk hasil analisa kesetaraan usia, dan nilai tekanan darah pada penelitian ini, menunjukan bahwa usia dan nilai tekanan darah baik sistol maupun diastole pada
responden intervensi dan responden kontrol setara varian sama. Hal ini dikuatkan dengan nilai P value yang lebih dari 0.05 P0.05. Secara statistik berarti usia dan
nilai tekanan darah responden dalam penelitian ini homogen
3. Pengaruh membaca al-quran terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi
Distribusi nilai tekanan darah sistol dan diastol setiap pertemuan menunjukan adanya penurunan rata-rata nilai tekanan darah sistol dan diastole setelah dilakukan
intervensi pada kelompok inervensi dari pertemuan awal hingga pertemuan terakhir.Sedangkan untuk perbandingan rata-rata tekanan darah kelompok intervensi
dan kontrol menunjukan adanya perbedaan rata-rata nilai tekanan darah pada evaluasi awal dan evaluasi akhir.
Hasil analisa pengaruh membaca Al-quran terhadap penurunan tekanan darah secara statistik menunjukan adanya penurunan tekanan darah sistol dan diastol yang
signifikan setelah dilakukan intervensi selama 12 pertemuan. Hal ini dibuktikan dengan nilai P value yang kurang dari 0.05 P0.05 pada uji beda dua mean tekanan
darah sistol dan diastol antara evaluasi awal dan evaluasi akhir kelompok intervensi. Sedangkan untuk kelompok kontrol hasil P value uji beda dua mean tekanan darah
sistol dan diastol antara evaluasi awal dan akhir lebih dari 0.05 P0.05.
53
Hal ini jelas bisa terjadi karena pada saat seseorang menerima stressor yang menimbulkan ketegangan dan kecemasan, saraf-saraf simpatis dalam tubuh akan akan
bekerja dan memicu penyempitan pembuluh darah perifer dan akan menimbulkan peningkatan tekanan darah. Kemudian apabila seseorang tersebut melakukan
relaksasi, akan terjadi aktifasi saraf parasimpatis yang memiliki fungsi berlawanan dengan saraf simpatis. Yang berarti dalam hal ini relaksasi dapat menjadi active
coping skill pada saat seseorang menerima stressor Purwanto, 2006. Membaca Al- Quran dengan dipenuhi rasa yakin atas Allah, akan menimbulkan proses pemasrahan
diri kepada Sang Pencipta yang akan membawa kondisi pasif bagi tubuh si pembaca. Selain itu, membaca Al-Quran seperti ini juga akan menimbulkan efek plasebo yang
menyehatkan dan membaca Al-quran sendiri dapat menjadi salah satu bentuk relaksasi disebut dengan metode meditasi transendensi.
Relaksasi ini tidak berfokus pada proses pengenduran otot atau proses pelemasan fisik lainnya, melainkan pada frase yang diucapkan berulang dengan ritme
yang teratur disertai kepasrahan diri pada Tuhan. Pada saat dilakukan pengulangan frase tersebut, tubuh akan terjadi proses relaksasi yang pada dasarnya ialah
mengaktifkan saraf-saraf parasimpatis yang akan menurunkan semua respon tubuh yang telah dinaikan oleh saraf simpatis Purwanto, 2006. Saat melakukan relaksasi,
ketegangan pikiran akan berkurang dan mengurangi respon “fight or flight”, sehingga jumlah adrenalin yang dilepas pun ikut berkurang dan sirkulasi darah pun ikut
membaik vitahealth, 2006. Hasil uji mann whitney menunjukan nilai P value 0.000 P0.05 baik pada
tekanan darah sistol ataupun diastole. Secara statistic ini berarti ada perbedaan antara kelompok yang diberikan intervensi dengan yang tidak diberikan intervensi atau
54
dengan kata lain ada pengaruh membaca Al-quran terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Data statistik menunjukan bahwa membaca Al-|quran yang dilakukan oleh responden selama 3 hari
dalam satu minggu selama 4 minggu dapat menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh sudiarto, dkk
2007 tentang Pengaruh terapi relaksasi meditasi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah binaan rumah sakit Emanuel Klampok
Banjanegara. Secara umum tujuan dari dua penelitian diatas tercapai yakni untuk mengetahui pengaruh intervensi yang diberikan terhadap penurunan tekanan darah.
Walaupun terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudiarto dkk.
Perbedaan itu ialah jumlah responden yang menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri sebanyak 28 orang dengan rentang usia 50-75
tahun dan distribusi berdasar jenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang 3.6 dan perempuan 27 orang 96.4. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sudiarto
menggunakan responden 30 orang dengan rentang usia 60-74 tahun dan distribusi jenis kelamin laki-laki 8 orang 26.7 dan perempuan 22 orang 73.3. Untuk
metode penelitian yang peneliti gunakan ialah kuasi eksperimen dengan rancangan control group pretest-posttest design, sedangkan yang digunakan oleh Sudiarto ialah
metode pra eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest. Dan perbedaan yang terakhir ialah durasi intervensi serta bentuk intervensi. Intervensi yang dilakukan
peneliti ialah membaca Al-Quran selama 15 menit setiap pertemuan sedangkan yang dilakukan oleh Sudiarto teknik relaksasi meditasi selama 2x15 menit setiap
pertemuannya.
55
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai tekanan darah selain faktor usia dan stress psikososial antara lain diet garam, dan kebiasaan berolahraga. Bagi
penderita hipertensi, keteraturan minum obat pun akan mempengaruhi nilai tekanan darah serta keberhasilan pengobatan.
Garam dapur yang biasa digunakan dalam masakan sangat mempengaruhi nilai tekanan darah dikarenakan garam dapur bersifat menarik cairan dari ekstrasel.
Sehingga menyebabkan volume cairan dalam pembuluh darah bertambah yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan tekanan darah. tingkat konsumsi
garam masyarakat Indonesia pada tahun 2009 ialah 5.7 gkaphari angka ini belum termasuk jumlah garam yang ada pada makanan jajanan seperti bakso, soto,
gorengan dan sebagainya juga tidak termasuk garam yang terdapat pada makanan produk pabrik dan industri lain. Namun angka tersebut sudah melebihi batas
konsumsi garam yang dianjurkan oleh WHO yaitu 5 gkaphari Hardiansyah, 2011. Diet garam yang dilakukan dengan benar oleh penderita hipertensi dapat
memberikan efek positf pada nilai tekanan darah serta membantu terapi yang sedang dijalankan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 10.000 responden dengan usia populasi 22-55 yang diminta untuk mngurangi konsumsi garam perhari sebanyak 3
gram menunjukan hasil yang positif yakni penurunan tekananan darah sistol 5 mmHg dan diastole 2,5 mmHg Temple dalam Nurifadah dan Candra, 2012.
Ketidak patuhan dalam diet garam sering menyebabkan tidak berhasilnya suatu terapi. Diet garam menjadi hal yang sulit bagi masyarakat kita dapat timbul karena
kebiasaan yang disebabkan adanya faktor budaya yang sudah melekat sejak lahir. Dalam sebuah penelitian, dari 60 responden yang diminta untuk melakuakn diet
56
garam oleh petugas kesehatan, 56,7 atau 34 orang mengaku tidak patuh atas anjuran tersebut Agrina dkk, 2011.
Kebiasaan berolahraga juga dapat mempengaruhi perdaran darah seseorang. Dengan berolahraga, jantung akan memompakan darah lebih banyak ke seluruh
tubuh. Darah yang dipompakan membawa oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh untuk pertumbuhan. Dengan meningkatnya oksigen yang diterima oleh sel,
meningkat pula pertumbuhan dan fungsinya sehingga menjadikan sel dalam tubuh ada dalam kondisi yang optimal. Senam jantung yang dilakukan secara rutin 2 kali
seminggu dalam 15 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistol 6 mmHg dan tekanan darah diastol 4 mmHg Werdhani, 2006.
Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan oleh penderita hipertensi dalam menjalankan terapi ialah kualitas minum obat anti hipertensi yang diberikan.
Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Konsumsi obat anti hipertensi yang baik dapat menurunkan tekanan darah serta dapat
menurunkan resiko terjadinya komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi. Ketidak patuhan pasien mengkonsumsi obat antihipertensi dapat menyebabkan
komplikasi yang lebih buruk seperti kerusakan organ otak, stroke, pembesaran jantung, gagal jantung, kerusakan pembuluh darah di retina hingga kebutaan. Di
Indonesia angka ketidak patuhan minum obat anti hipertensi mencapai 50 dengan berbagai faktor sebagai penyebab Ali 2009.
B. Keterbatasan penelitian