Pelayanan Kesehatan Jaminan Sosial

lxxv Cara pemberian upah tersebut mengakibatkan adanya perbedaan kesejahteraan hidup antara buruh pemetik daun teh, pimpinan Perkebunan, dan buruh-buruh yang lain. Kesejahteraan hidup administrator dianggap berlebihan. Semua kebutuhannya dicukupi secara mewah, yaitu: rumah, mobil, air, listrik, dan pelayanan-pelayanan lainnya. Jaminan hari tua, tunjangan, semua ditanggung oleh perusahaan. Cara kerja di Perkebunan lebih banyak menekan biaya, terutama dilakukan terhadap para tenaga borongan dengan menekan upah dan kesejahteraannya. 80

2. Pelayanan Kesehatan

Perkebunan teh Kemuning memiliki sebuah klinik kesehatan yang digunakan untuk para tenaga kerja. Klinik ini mempunyai seorang dokter dan seorang perawat. Bagi tenaga pemetik daun teh yang merupakan tenaga borongan, pelayanan kesehatan hanya mereka peroleh apabila mereka bekerja, tetapi apabila sudah tidak bekerja di Perkebunan buruh pemetik tidak mendapatkan pelayanan kesehatan di klinik Perkebunan, Itupun yang mendapatkan pelayanan hanya yang bekerja sebagai tenaga pemetik. Untuk anggota keluarganya yang tidak bekerja di Perkebunan akan dikenakan biaya pengobatan apabila berobat di klinik tersebut. 81 Pembedaan pelayan ini jelas menunjukkan adanya diskriminasi gender. Pihak Perkebunan membeda-bedakan perlakuan antara tenaga kerja borongan dengan tenaga kerja tetap. Padahal yang bekerja sebagai tenaga borongan sebagian besar adalah wanita. Jaminan kesehatan bagi wanita sangat diperlukan, sebab wanita di dalam dunia kerja dianggap paling rawan terhadap kesehatannya.

3. Jaminan Sosial

80 Wawancara dengan Sutarto, Tanggal 20 April 2009 81 Wawancara dengan Sutarto, Tanggal 20 April 2009 lxxvi Para tenaga kerja dimanapun ia bekerja harus mendapatkan jaminan sosial dari pengusaha ataupun dari pemerintah. Apalagi bagi tenaga borongan juga perlu mendapatkan jaminan sosial yang merupakan hak setiap tenaga kerja. Pada masa awal kemerdekaan tentang tenaga kerja khususnya wanita kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Keadaan tenaga kerja di Perkebunan hampir tidak berbeda dengan masa sebelum kemerdekaan, mereka hidup dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Pemberian jaminan sosial kepada tenaga pemetik hanya diberikan pada saat ia sakit, dengan diperbolehkan berobat di poliklinik yang disediakan oleh Perkebunan. Bagi tenaga pemetik yang menikah atau hamil tidak mendapatkan jaminan cuti atau kesejahteraan. Mereka dianggap keluar atau tidak bekerja lagi apabila ketauan hamil, tetapi setelah melahirkan dan anak mereka dapat ditinggal buruh pemetik bisa kembali bekerja. Selama tidak bekerja, pekerja ini tidak mendapatkan pesangon atau semacamnya, ia hanya keluar begitu saja dengan sebelumnya minta ijin kepada mandor tanah dan nantinya akan disampaikan kepada pihak perusahaan. Untuk tenaga wanita yang akan melahirkan, biasanya menggunakan bantuan dukun desa atau juga tenaga kesehatan perusahaan dengan pembayaran yang lebih murah. Pihak Perkebunan hanya memberikan jaminan sosial bagi tenaga petik saja dan tidak diberikan bagi keluarganya. Jaminan sosial hanya diberikan bagi tenaga kerja tetap, bukan bagi tenaga kerja borongan atau lepas. 82

4. Perlindungan Tenaga Kerja