Kriminalitas di Kemuning Dampak Sosial Perkebunan Teh Kemuning

lxxxv kebayan, uang tersebut digunakan untuk keperluan desa. 95 Hal ini dilakukan agar terjadi keselarasan antar warga desa Kemuning yang lain dan hal di atas dapat diubah oleh warga desa dengan kesepakatan kepala desa.

4. Kriminalitas di Kemuning

Adanya perkebunan berdampak juga dalam kehidupan sosial masyarakat yang berdampak dalam keresahan sosial seperti pencurian hasil produksi teh, perebutan kekuasan tanah desa antar petani dan adanya kecu atau preman yang meresahkan kehidupan para pengusaha teh dan pejabat desa yang terlibat dalam aktifitas pabrik teh. Kasus pencurian di Kemuning dipengaruhi pada masa paceklik yaitu yang sering terjadi pada bulan April, Juli, dan September yang jumlah kasus pencurian relatif tinggi. 96 Latar belakang para kecu itu karena kurangnya kesejahteraan hidup para petani dan buruh teh, maka mereka membantu para petani dengan cara mencuri atau merampok rumah-rumah para pejabat desa. Hal ini merupakan bentuk solidaritas dikalangan masyarakat miskin karena tidak adanya pembela bagi wong cilik, mereka terus diperas tenaganya tetapi kesejahteraan hidup tidak dijamin sehingga muncul golongan tidak puas dari masyarakat desa. Memang peranan para kecu itu sangat meresahkan pejabat desa tetapi aktifitas para kecu memang tidak bisa dihentikan begitu saja. Kriminalitas di pedesaan Jawa tidak bisa dihindari karena kehidupan rakyat yang menderita ditambah dengan tenaga kerja yang diperas dengan dihargai sejumlah uang yang sedikit. Meluasnya usaha-usaha perkebunan modal asing disertai dengan tekanan pajak yang besar dan kerja wajib membuat realitas kehidupan petani makin buruk karena pencaplokan tanah mereka, tekanan pajak dan pengerahan tenaga kerja wajib tersebut. 95 Hanggabehi Suhatmaka, Proses Verbal: Wawaton Dalem Dhusun Sarta Tatacara Desa Kerdjo Naskah, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, 1918 Kode Arsip: 1470 96 Wawancara dengan Pawiro Mario, Tanggal 5 Mei 2009 lxxxvi Munculnya pergolakan merupakan usaha balas dendam terhadap agroindustri perkebunan yang telah menyengsarakan dan merugikan petani. Pada kalangan petani hal tersebut menciptakan kemiskinan yang tidak dapat diterima lagi dan suasana ketidakpuasaan yang berujung pada pemberontakan petani. Pemberontakan individual muncul dalam berbagai bentuk pencurian terhadap pengusaha perkebunan dengan cara pembakaran kebun teh atau gudang tempat penyimpanan teh. Dalam bentuk kolektif, kecu merupakan pemberontakan yang paling ditakuti. Protes yang dilakukan penduduk umumnya mengenai sewa menyewa tanah yang sering menimbulkan benturan bagi penduduk sebagai pemilik tanah dan perusahaan perkebunan. Pada akhirnya menimbulkan gerakan protes petani sebab kepentingan petani sering dikalahkan, petani yang miskin dan lemah hanya dapat protes dengan kekuatan kebersamaan karena tidak adanya kekuatan materi yang mendukungnya. Pihak perkebunan menggantikan kedudukan para penguasa tradisional sebagai patron baru. Mereka mendapatkan hak-hak seperti yang dimiliki penguasa tradisional yaitu kewajiban dari petani harus diserahkan pada patron baru. Kedudukan patron baru sama dengan raja baru atau penguasa tradisional baru. Mereka berhak menuntut apa saja yang dimiliki petani. Perubahan kedudukan ini menempatkan perkebunan sebagai pusat kekuasaan dan petani sangat tergantung dari kekuasaannya. Dengan demikian, petani sangat tergantung pada perkebunan, bukan hanya dari segi ekonomis tetapi juga dari segi politis. Petani makin dilemahkan artinya sudah tidak mempunyai otonomi lagi, mereka dimanfaatkan untuk kepentingan perkebunan. 97

B. Dampak Ekonomi Perkebunan Teh Kemuning