lxxvi Para tenaga kerja dimanapun ia bekerja harus mendapatkan jaminan sosial dari
pengusaha ataupun dari pemerintah. Apalagi bagi tenaga borongan juga perlu mendapatkan jaminan sosial yang merupakan hak setiap tenaga kerja. Pada masa awal
kemerdekaan tentang tenaga kerja khususnya wanita kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Keadaan tenaga kerja di Perkebunan hampir tidak berbeda dengan
masa sebelum kemerdekaan, mereka hidup dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.
Pemberian jaminan sosial kepada tenaga pemetik hanya diberikan pada saat ia sakit, dengan diperbolehkan berobat di poliklinik yang disediakan oleh Perkebunan.
Bagi tenaga pemetik yang menikah atau hamil tidak mendapatkan jaminan cuti atau kesejahteraan. Mereka dianggap keluar atau tidak bekerja lagi apabila ketauan hamil,
tetapi setelah melahirkan dan anak mereka dapat ditinggal buruh pemetik bisa kembali bekerja. Selama tidak bekerja, pekerja ini tidak mendapatkan pesangon atau
semacamnya, ia hanya keluar begitu saja dengan sebelumnya minta ijin kepada mandor tanah dan nantinya akan disampaikan kepada pihak perusahaan. Untuk tenaga wanita
yang akan melahirkan, biasanya menggunakan bantuan dukun desa atau juga tenaga kesehatan perusahaan dengan pembayaran yang lebih murah. Pihak Perkebunan hanya
memberikan jaminan sosial bagi tenaga petik saja dan tidak diberikan bagi keluarganya. Jaminan sosial hanya diberikan bagi tenaga kerja tetap, bukan bagi tenaga kerja
borongan atau lepas.
82
4. Perlindungan Tenaga Kerja
Padatnya penduduk yang tinggal di pedesaan menimbulkan banyaknya tenaga kerja produktif di daerah tersebut. Tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya
penguasaan tanah terutama di daerah-daerah Perkebunan mengakibatkan banyaknya
82
Wawancara dengan Karjo, Tanggal 20 April 2009
lxxvii penduduk yang masuk menjadi tenaga buruh di Perkebunan. Dengan demikian
Perkebunan dengan mudah dapat mencari tenaga borongan dari masyarakat desa yang memang sedang terjepit dalam usahanya memenuhi kebutuhan keluarganya.
Para mandor kebun biasanya mencari tenaga borongan dengan cara keliling memasuki desa-desa sekitar Perkebunan. Perjanjian biasanya dilakukan secara lisan
antara mandor kebun denga calon tenaga borongan, setelah ada perjanjian lisan tersebut, esok harinya dapat langsung bekerja di Perkebunan. Perjanjian yang dilakukan
tersebut dirasa lebih efektif dan cepat, karena disamping mudahnya mencari tenaga kerja borongan, juga keterbatasan para pekerjanya yang umumnya tidak pernah
merasakan pendidikan formal dan buta huruf. Pemberian perlindungan kerja di Perkebunan teh Kemuning berupa jaminan
kerja. Para tenaga borongan hanya mendapatkan jaminan kerja pada saat melakukan aktifitas kerja di Perkebunan.
lxxviii
BAB IV DAMPAK PERKEBUNAN TEH KEMUNING TERHADAP
MASYARAKAT LOKAL
Perkebunan teh yang ada di daerah Kemuning mengalami perkembangan dari masa ke masa, yang dulu merupakan tanah praja Mangkunegaran yang disewakan
kepada orang Belanda. Pada masa pendudukan Jepang perkebunan ini diambil alih oleh pemerintah Belanda dan pengalami penurunan yang cukup drastis dalam
produksinya. Pada masa revolusi terjadi perebutan kepemilikan tanah perkebunan antara tentara Republik Indonesia dengan pihak swasta Belanda. Perkebunan teh
Kemuning akhirnya dikelola oleh militer dan kemudian diserahkan kepada pihak swasta untuk dikelola.
Perkebunan teh Kemuning yang memiliki perjalanan panjang dalam pengelolaanya, juga mempunyai dampak positif maupun negatif. Dampak positif bagi
masyarakat sekitar, yakni adanya kemajuan di bidang sosial yakni pendirian sekolah rakyat atau desa dan pendirian poliklinik, di bidang ekonomi yakni adanya peningkatan
pendapatan penduduk, pasar, dan koperasi, dan di bidang transporasi an Infrastruktur. Dampak negatif bagi masyarakat yakni munculnya kelas-kelas sosial yang baru atau
stratifikasi sosial di daerah perkebunan dan adanya perbanditan atau krminalitas di perkebunan teh Kemuning.
A. Dampak Sosial Perkebunan Teh Kemuning
1. Pembangunan Sekolah-Sekolah Desa
Laju pertumbuhan perekonomian dan perindustrian telah menuntut adanya suatu perluasan dalam sistem administrasi dan sistem birokrasi pemerintahan yang di sisi lain