Katalis Pengeringan Serat LANDASAN TEORI

commit to user Penggunaan resin jenis ini dapat dilakukan dari proses hand lay up sampai dengan proses yang kompleks yaitu dengan proses mekanik. Resin ini banyak digunakan dalam aplikasi komposit pada dunia industri dengan pertimbangan harga relatif murah, curing yang cepat, warna jernih, kestabilan dimensional dan mudah penanganannya Billmeyer, 1984. Pengesetan termal digunakan Benzoil Peroksida BPO sebagai katalis. Temperatur optimal adalah 80 -130 C, namun demikian kebanyakan pengesetan dingin yang digunakan. Metyl Etyl Keton Peroksida MEKPO digunakan sebagai katalis dan ditambahkan pada 1-2 Surdia dan Saito, 1985. Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin Unsaturated Polyester UP Yukalac 157Ò BTQN-EX. Pemberian bahan tambahan katalis jenis methyl ethyl ketton peroxide MEKPO pada resin UPRs berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan cairan resin curing . Penambahan katalis dalam jumlah banyak akan menimbulkan panas yang berlebihan pada saat proses curing Bilmeyer, 1984.

c. Katalis

Metyl Etyl Keton Peroksida MEKPO Katalis yang digunakan adalah katalis Methyl Ethyl Keton Peroxide MEKPO dengan bentuk cair, berwarna bening. Fungsi dari katalis adalah mempercepat proses pengeringan curring pada bahan matriks suatu komposit. Semakin banyak katalis yang dicampurkan pada cairan matriks akan mempercepat proses laju pengeringan, tetapi akibat mencampurkan katalis terlalu banyak adalah membuat komposit menjadi getas Surdia dan Saito, 1985. Penggunaan katalis sebaiknya diatur berdasarkan kebutuhannya. Pada saat mencampurkan katalis ke dalam matriks maka akan timbul reaksi panas 600- 900C. Proses pengerasan resin diberi bahan tambahan yaitu, katalis jenis Metyl Etyl Keton Peroksida MEKPO , katalis digunakan untuk mempercepat proses pengerasan cairan resin pada suhu yang lebih tinggi. Pemakaian katalis dibatasi sampai 1 dari volume resin P.T. Justus Sakti Raya, 2001. commit to user Table 2.3. Spesifikasi resin Unsaturated Polyester Yukalac BQTN 157 Sumber : Justus Kimia Raya, 1996

2.3. Pengeringan Serat

Proses pengeringan adalah proses terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam proses ini kandungan uap air udara lebih sedikit atau dengan kata lain udara mempunyai kelembaban relatif yang rendah, sehingga terjadi penguapan. Kemampuan udara membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban udara pengering dengan udara disekitar bahan semakin besar. Faktor yang dapat mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir dan penambahan temperatur. Akan tetapi pengeringan yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan terlalu cepat kering, sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan air bahan ke permukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan case hardening . Selanjutnya air bahan tidak dapat lagi menguap karena terhalang Taib, dkk. 1988. Kandungan air yang terkandung pada material terdiri dari Reeb, 1995 : a. Air bebas free water adalah air yang terdapat di antara rongga sel selulosa. Air bebas paling mudah dan terlebih dahulu keluar apabila mengalami Item Satuan Nilai tipikal Catatan Berat Jenis Grcm3 1,215 25 Kekerasan 40 Barcol GYZJ 934-1 Suhu distorsi panas C 70 Penyerapan air suhu Ruangan 0,188 24 Jam 0,446 3 Hari Kekuatan Fleksural Kgmm 2 9,4 Modulus Fleksural Kgmm 2 300 Daya Rentang Kgmm 2 5,5 Modulus rentang Kgmm 2 300 Elongasi 1 commit to user pengeringan. Air bebas ini tidak mempengaruhi sifat dan bentuk kecuali berat. Bila air bebas telah keluar dan kondisi dinding sel jenuh air, maka dapat dikatakan suatu bahan telah mencapai kadar air titik jenuh serat fiber saturation point . b. Air terikat bound water adalah air yang berada di dalam sel selulosa. Air teikat ini sangat sulit untuk dilepas apabila mengalami pengeringan. Air terikat inilah yang dapat mempengaruhi sifat misalnya penyusutan. Kadar air bebas sel selulosa pada serat harus dihilangkan, namun kadar air terikat di dalam sel harus dipertahankan agar tidak terjadi degradasi kekuatan serat selulosa Diharjo, dkk. 2006. Penentuan kadar air pada serat dilakukan dengan membagi massa serat basah massa awal dengan massa serat setelah kondisi kering massa tetap. Kadar air pada kayu dan serat dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 2.1 Simpson, 1997. dengan catatan : Kd air = kadar air ; W a = massa serat basah gr; W o = massa kering serat gr.

2.4. Fraksi Volume Serat v

Dokumen yang terkait

Studi Temperatur Optimal Terhadap Kekuatan Tarik dan Makrostruktur pada Komposisi Campuran Polypropiline (PP) dan High-Densitiy Polyethylene (HDPE) dengan Mesin Ekstruder

5 77 110

Analisa Struktur Parking Bumper Material Komposit Polymeric Foam Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Akibat Beban Tekan Statik Menggunakan Ansys Rel. 5.4

3 50 94

Penyelidikan Karakteristik Akustik (Acoustical Properties) Material Komposit Polimer Yang Terbuat Dari Serat Batang Kelapa Sawit Menggunakan Variabel Komposisi Dan Ketebalan

10 96 132

Kajian Koefisien Absorpsi Bunyi Dari Material Komposit Serat Gergajian Batang Sawit Dan Gypsum Sebagai Material Penyerap Suara Menggunakan Metode Impedance Tube

5 92 107

Perbedaan kekuatan tarik perlekatan permukaan internal restorasi onlay resin komposit indirek pada gigi pasca endodonti dengan dan tanpa silanisasi.

4 75 68

Perbedaan Kekuatan Tarik Perlekatan Antara Resin Komposit Dan Permukaan Gigi Dengan Aplikasi Single, Double, Dan Triple Sistem Adhesif

2 25 73

Kekuatan Tarik Perlekatan (Tensile Bond Strength) Antara Dentin Dan Komposit Resin Dengan Memakai Bahan Adhesif Yang Berbeda

0 38 76

Perbandingan Kekuatan Tarik Perlekatan Dari Resin Komposit Terhadap Dentin Dengan Menggunakan Bahan Adhesif Berbasis Ethanol Dan Acetone

1 20 74

STUDY PERLAKUAN ALKALI DAN FRAKSI VOLUME SERAT TERHADAP KEKUATAN BENDING, TARIK, DAN IMPAK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK POLYESTER BQTN 157.

2 16 246

Pengaruh Fraksi Volume Serat Terhadap Sifat Tarik dan Lentur Komposit Berpenguat Serat Rami dengan Matriks Polyester.

0 0 14