Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok.

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SYARIAH
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL
MENENGAH DI KOTA DEPOK

ALDESTA NURIKA PERWITASARI TUNAS

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di
Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Aldesta Nurika Perwitasari Tunas
NIM H54100054

ABSTRAK
ALDESTA NURIKA PERWITASARI TUNAS. Analisis Pengaruh Pembiayaan
Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok.
Dibimbing oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI dan DENI LUBIS.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini menjadi pusat perhatian
dari pemerintah dan masyarakat umum karena memiliki peranan penting terhadap
pertumbuhan ekonomi. UMKM yang memiliki peran strategis, menghadapi
permasalahan umum yang sering dijumpai yaitu keterbatasan modal. Baitul Maal
wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro hadir sebagai
lembaga yang melakukan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kecil dan
mikro. Penelitian ini menganalisis akses UMKM pada BMT dan dampaknya
terhadap perkembangan usaha dengan menggunakan metode regresi logistik dan
OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang

memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT adalah
lama usaha, omset usaha, total aset, dan jumlah tabungan. Jumlah pembiayaan
mikro syariah berpengaruh positif terhadap perkembangan UMKM dengan faktorfaktor yang mempengaruhi nilai perkembangan omset adalah frekuensi
pembiayaan, lama usaha, dan jumlah pembiayaan.
Kata Kunci : BMT, OLS, Regresi Logistik, UMKM.
ABSTRACT
ALDESTA NURIKA PERWITASARI TUNAS. The Impact Analysis of The
Sharia Micro Financing for MSMEs Development in Depok District. Supervised
by LUKYTAWATI ANGGRAENI and DENI LUBIS.
Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) is has an important role
to economic growth. Most of MSMEs faced common problem of lack of capital.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) as a micro finance institution exists as an
institution conducting the provision of financial services to micro and small
entrepreneurs. This study analyzed MSMEs access to BMT and its impact on
business development by using logistic regression and OLS (Ordinary Least
Square). The analysis shows the factors that affect the access of SMEs to Islamic
micro finance of BMT are business period, business turnover, total assets, and the
amount of savings. The number of Islamic micro financing has a positive
influence on the development of MSME business. Factors that affect the value of
turnover development are the frequency of the financing, the period of business,

and the amount of financing.
Keywords : BMT, OLS, Logistic Regression, MSMEs.

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SYARIAH
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL
MENENGAH DI KOTA DEPOK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok.
Nama
: Aldesta Nurika Perwitasari Tunas
NIM
: H54100054

Disetujui oleh

Lukytawati Anggraeni, Ph.D
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Deni Lubis, MA

Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro
Kecil Menengah di Kota Depok”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut
Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis akses pinjaman
dan simpanan UMKM pada lembaga keuangan, faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaku UMKM dalam mengakses pembiayaan pada BMT, dan pengaruh
pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil menengah.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Tunas Eko Purnomo dan Ibu Rusnawati serta
adik dari penulis, Muhammad Arkan dan Ahmad Andika atas segala doa dan
dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada :
1.
Ibu Lukytawati Anggraeni, Ph.D dan Bapak Deni Lubis, MA selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan,

saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Dr. Idqan Fahmi selaku dosen penguji utama dan Bapak Salahuddin
El Ayyubi, MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan
saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3.
Seluruh pihak pengurus Baituttamwil Tamzis Kota Depok yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4.
Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.
5.
Teman-teman satu bimbingan, Nadilla Ambarfauziah, Muhammad Haris,
Iin Zahratain, Dara Ayu Lestari, Angga Febriawan, Astika, dan Ayu yang
telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6.
Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47,48, dan
49 terimakasih atas doa dan dukungannya.

7.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Aldesta Nurika Perwitasari Tunas

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5


TINJAUAN PUSTAKA

5

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

5

Pembiayaan Syariah

6

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

8

Penelitian Terdahulu

9


Kerangka Pikir

13

METODE PENELITIAN

14

Jenis dan Sumber Data

14

Lokasi dan Waktu Penelitian

15

Metode Pengumpulan Data

15


Metode Pengolahan dan Analisis Data

15

GAMBARAN UMUM

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

19

Karakteristik Responden

19

Karakteristik Usaha Responden

20

Akses Rumah Tangga Responden pada Lembaga Keuangan

22

Dampak Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap Perkembangan UMKM 25
SIMPULAN DAN SARAN

30

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

51

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Jumlah Unit Usaha UMKM Tahun 2011-2012.................................................1
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Tahun 2011-2012 .........................2
Jumlah PDB Atas Dasar Harga Konstan Pada Tahun 2011-2012 ....................2
Pengelompokan UMKM Berdasarkan Nilai Aset dan Hasil Penjualan ...........6
Jumlah Simpanan, Pembiayaan, Aset, dan Mitra BMT 2012-2013................18
Statistik Deskriptif Karakteristik Responden ..................................................20
Lama Usaha UMKM Responden ....................................................................21
Penguasaan Aset Lahan dan Non Lahan Responden ......................................22
Akses Simpanan Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan ...........................23
Akses Pinjaman Rumah Tangga pada Lembaga Keuangan ............................23
Alasan Pengajuan BMT Sebagai Pembiayaan ................................................24
Struktur Pendapatan Rumah Tangga Responden ............................................25
Dampak Pembiayaan Syariah BMT terhadap Omset Usaha...........................25
Dampak Pembiayaan Mikro Syariah BMT terhadap UMKM .......................26
Hasil Pendugaan Parameter Model Logit .......................................................27
Faktor-faktor yang Memengaruhi Akses UMKM terhadap Pembiayaan
Syariah BMT ..................................................................................................27
17 Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai Perkembangan Omset Usaha ...........29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Kerangka Penelitian .........................................................................................14
Jenis Kelamin Responden ................................................................................19
Jenis Usaha Reponden......................................................................................20
Jenis Pembiayaan Responden BMT .................................................................24

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kuisioner Penelitian Responden BMT ............................................................33
Kuisioner Penelitian Responden Kontrol .........................................................42
Hasil Olahan Data Regresi Logistik .................................................................47
Hasil Olahan Data OLS ....................................................................................49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini menjadi pusat perhatian
dari pemerintah dan masyarakat umum karena memiliki peranan penting terhadap
pertumbuhan ekonomi. UMKM sebagai sarana untuk menciptakan lapangan kerja
dan mendorong kemajuan perekonomian serta menciptakan sektor swasta
sehingga pengembangan dari UMKM berperan penting dalam pembangunan
ekonomi.
Peranan UMKM sangat penting dengan karakteristik yang membedakannya
dengan usaha besar yakni di antaranya: 1) Jumlah usaha mikro dan usaha kecil
yang banyak tersebar dan mendominasi usaha di pedesaan dibandingkan usaha
besar menunjukkan UMKM memiliki pengaruh terhadap kemajuan pembangunan
desa, 2) Sifat UMKM yang padat karya menunjukkan bahwa UMKM mempunyai
potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, 3) Usaha mikro di
negara sedang berkembang yang berlokasi di pedesaan melakukan kegiatan
produksi yang berbasis pertanian karena itu UMKM secara tidak langsung
mendukung pertumbuhan produksi sektor pertanian, 4) Banyak UMKM yang bisa
bertahan saat krisis ekonomi tahun 1997/98, 5) UMKM menjadi titik permulaan
bagi mobilisasi tabungan/investasi pedesaan dan berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan berwirausaha dari orang desa, 6) Sasaran pasar utama bagi UMKM
adalah barang konsumsi (Tambunan, 2009).
Peranan UMKM yang begitu besar ditunjukkan dengan jumlah total unit
usaha sebanyak 99% dari usaha yang ada berdasarkan hasil data dari Kementrian
Koperasi dan UKM tahun 2013. Perkembangan jumlah UMKM pun mengalami
peningkatan sebesar 2.41% pada tahun 2011-2012 (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah Unit Usaha UMKM Tahun 2011-2012
Tahun 2011
Tahun 2012
Perkembangan
Indikator
Jumlah (Unit) Jumlah (unit)
%
Usaha Mikro (UMi)
54 559 969
55 856 176
2.38
Usaha Kecil (UK)
602 195
629 418
4.52
Usaha Menengah(UM)
44 280
48 997
10.65
Total Usaha Mikro, Kecil
55 206 444
56 534 592
2.41
dan Menengah (UMKM)
Total Usaha Besar (UB)
4 952
4 968
0.32
UNIT USAHA
55 211 396
56 539 560
2.35
(UMKM+UB)
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (2013)

Hal tersebut menunjukkan jumlah UMKM telah mendominasi usaha-usaha
lainnya. Keberadaan UMKM yang mendominasi ini menjadi bukti bahwa UMKM
berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian melalui aktivitasnya.
Banyaknya jumlah unit UMKM yang ada memberikan pengaruh positif dalam hal
penyerapan tenaga kerja.

2
Tabel 2 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Tahun 2011-2012
Tahun 2011
Tahun 2012
Perkembangan
Indikator
Jumlah
Jumlah
%
(Orang)
(Orang)
Usaha Mikro (UMi)
94 957 797
99 859 517
5.16
Usaha Kecil (UK)
3 919 992
4 535 970
15.71
Usaha Menengah(UM)
2 844 669
3 262 023
14.67
Total Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah
101 722 458
107 657 509
5.83
(UMKM)
Total Usaha Besar (UB)
2 891 224
3 150 645
8.97
TENAGA KERJA
104 613 681
110 808 154
5.92
(UMKM+UB)
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (2013)

Terlihat pada Tabel 2, sektor UMKM mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 101.7 juta orang pada tahun 2011 dan 107.6 juta orang pada tahun 2012
dari total angkatan kerja yang bekerja. Adanya peningkatan jumlah penyerapan
tenaga kerja sebesar 5.83% membuktikan bahwa UMKM turut mampu untuk
menumbuhkan kesempatan kerja.
UMKM pun memiliki kontribusi terhadap pembentukkan Produk Domestik
Bruto (PDB) yang cukup signifikan, dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah PDB Atas
Dasar Harga Konstan Pada Tahun 2011-2012.
Tabel 3 Jumlah PDB Atas Dasar Harga Konstan Pada Tahun 2011-2012
Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan
Indikator
Jumlah
Jumlah
%
(Rp Miliar) (Rp Miliar)
Usaha Mikro (UMi)
761 228.8
790 825.6
3.89
Usaha Kecil (UK)
261 315.8
294 260.7
12.61
Usaha Menengah(UM)
346 781.4
366 373.9
5.65
Total Usaha Mikro, Kecil dan
1 369 326.0 1 451 460.2
6.00
Menengah (UMKM)
Total Usaha Besar (UB)
1 007 784.0 1 073 660.1
6.54
PDB ATAS DASAR HARGA
2 377 110.0 2 525 120.4
6.23
KONSTAN 2000
(UMKM+UB)
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (2013)

Data-data di atas menunjukkan bahwa UMKM memberikan kontribusi
terbesar terhadap PDB dengan peningkatan sebesar 6.00% pada periode tahun
2011-2012. Hal ini menjelaskan bahwa UMKM memiliki potensi besar dalam
pertumbuhan ekonomi dan masih dapat dikembangkan baik dalam hal
produktivitas maupun daya saing. Selain itu UMKM dengan segala
keterbatasannya mampu bertahan pada saat krisis moneter yang melanda
Indonesia pada tahun 1997 yang mana hampir 80% usaha besar mengalami
kebangkrutan dan menyebabkan terjadinya PHK massal.

3
Beberapa alasan UMKM mampu bertahan disaat krisis di antaranya yaitu
barang dan jasa yang dihasilkan memiliki elastisitas permintaan yang rendah
terhadap pendapatan sehingga tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak
banyak berpengaruh terhadap permintaan yang dihasilkan, sebagian besar usaha
yang dijalankan tidak menggunakan modal yang diperoleh dari bank sehingga
keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga tidak banyak berpengaruh
terhadap usaha, dan terjadinya krisis ekonomi yang banyak menyebabkan sektor
formal memberhentikan pekerjanya sehingga banyak dari penganggur tersebut
memasuki sektor informal dengan melakukan usaha berskala kecil (Partomo dan
Soejoedono, 2002).
Potensi UMKM yang begitu besar untuk dikembangkan lebih lanjut tidak
dapat dilakukan dengan mudah, masih banyak permasalahan dan kendala dalam
menjalankan UMKM itu sendiri. Primiana (2009) menerangkan permasalahan
utama yang dihadapi UMKM saat ini disamping masalah produksi, pemasaran,
jaringan kerja dan teknologi yaitu mengenai masalah akses modal dan kesempatan
mendapat peluang usaha.
Widiyanto dalam Jumhur (2009) juga menjelaskan
bahwa kesulitan permodalan sering dijumpai dalam mengembangkan usaha yang
dilatar belakangi oleh sulitnya mendapatkan modal kerja dan dana investasi dari
lembaga perbankan.
Permasalahan lain yang menyangkut permodalan juga dikarenakan
perbedaan persepsi antara UMKM dengan lembaga keuangan yang memiliki
prinsip kehati-hatian. Resiko usaha yang cukup besar membuat lembaga keuangan
lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman kepada UMKM sehingga
diperlukan karakter pelaku UMKM yang dapat meyakinkan lembaga keuangan
dalam menjalin kerja sama untuk dapat meyakinkan lembaga keuangan bahwa
mereka mampu mengembalikan pinjaman. Hambatan yang dihadapi UMKM
terkait hal pembiayaan yang menyangkut akses UMKM terhadap pemberian
kredit dari perbankan yaitu dikarenakan dari permasalahan hal teknis maupun non
teknis (Bank Indonesia, 2005). Tambunan (2009) juga menjelaskan bahwa masih
banyaknya pengusaha kecil yang tidak pernah mendapatkan kredit dari lembaga
keuangan dan mereka sepenuhnya tergantung pada uang mereka sendiri. Hal ini
dikarenakan berbagai alasan di antaranya seperti adanya anggapan tidak layaknya
usaha untuk didanai karena resiko kredit yang tinggi, ketidaksanggupan UMKM
yang bersangkutan untuk memenuhi jaminan dan tingkat bunga yang tinggi, serta
kurangnya pemahaman mengenai skim permodalan.
Keterbatasan akses yang dihadapi UMKM membuat mereka beralih kepada
lembaga keuangan non formal dengan alasan sifatnya yang lebih fleksibel dalam
hal persyaratan, jumlah pinjaman, dan pencairan kredit. Keberadaan lembaga
keuangan non formal yang menjangkau usaha kecil saat ini dikenal sebagai
Lembaga Keuangan Mikro (LKM). LKM dalam kegiatannya mencakup
penyaluran dana kredit dalam skala mikro (Wijono, 2005). Berdasarkan studi
yang telah dilakukan menyatakan bahwa pada saat usaha mikro dan kecil berada
pada puncak krisis serta lembaga keuangan formal tidak dapat membantu, maka
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berperan untuk membantu bertahan (Chotim
dan Handayani, 2001). Lembaga Keuangan Mikro sebagai lembaga yang
memberikan jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat
berpenghasilan rendah yang tidak dapat dijangkau oleh lembaga keuangan formal
(Supriyanto, 2006). Adanya keterbatasan modal menjadikan lembaga keuangan

4
mikro non bank sebagai alternatif untuk mempercepat pemberdayaan UMKM.
Studi Jumhur (2009) menunjukkan bahwa keberadaan dan eksistensinya lembaga
keuangan non bank yang telah berkembang saat ini salah satunya adalah Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) diperlukan oleh masyarakat.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah
dalam bentuk non-bank dipandang mampu untuk dapat berinteraksi dengan usahausaha kecil yang memberikan kemudahan pembiayaan sehingga BMT berfungsi
sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan permodalan. Prinsip dalam hal
pembiayaan syariah pada BMT dipandang sesuai dengan karakteristik UMKM.
Pola pembiayaan yang ditawarkan BMT diharapkan mampu untuk menghapuskan
ketakutan UMKM dalam hal tingkat bunga dan resiko lainnya sehingga UMKM
dapat mengembangkan usahanya tanpa kendala.
Perumusan Masalah
UMKM yang memiliki peran strategis menghadapi permasalahan umum
yang sering dijumpai yaitu keterbatasan modal. Keterbatasan modal yang sering
dialami UMKM akan menyebabkan UMKM tersebut sulit untuk berkembang
misalnya mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya dikarenakan
tidak mampu memenuhi pesanan dari konsumen. Salah satu faktor
penyebabnya yaitu sulitnya akses UMKM kepada lembaga keuangan.
Permasalahan tersebut masih dialami para pelaku UMKM di Kota Depok. Jumlah
UMKM di Kota Depok telah mencapai 15,607 pada tahun 2011 akan tetapi 90%
usaha berada pada kondisi survival sehingga membutuhkan bantuan modal untuk
menjalankan dan mengembangkan usahanya. Banyaknya jumlah UMKM di Kota
Depok merupakan cerminan dari visi dan misi pemerintah Kota Depok untuk
menjadikan Kota Depok sebagai kota niaga dan jasa dengan meningkatkan dan
mengembangkan UMKM yang berada di Kota Depok, akan tetapi pemerintah
masih mengkhawatirkan akan sulitnya akses UMKM dalam mendapatkan
suntikan modal sehingga dibutuhkan lembaga keuangan mikro yang diharapkan
mampu untuk mengatasi permasalahan.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro
hadir sebagai lembaga yang melakukan penyediaan jasa keuangan kepada
pengusaha kecil dan mikro serta kepada masyarakat yang tidak terlayani oleh
lembaga keuangan formal dan yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah sampai dengan akhir tahun 2011 jumlah unit koperasi secara mencapai
187,598 unit koperasi dengan jumlah koperasi simpan-pinjam sebanyak 71,365
unit merupakan dan kurang lebih 5,500 unit (7.7%) diantaranya adalah BMT.
Asosiasi BMT Indonesia (Absindo) mencatat, saat ini terdapat 5,500 BMT yang
tersebar di 33 provinsi Indonesia dengan lebih dari 22 ribu gerai dan 22 juta
rekening. Data dari Bank Indonesia hingga akhir 2012, jumlah dana linkage
program perbankan syariah yang disalurkan ke BMT selama satu tahun mencapai
Rp 829.67 miliar, jauh lebih besar dari dana linkage ke BPRS yang sebesar Rp
432.97 miliar dalam periode yang sama.
Lembaga keuangan mikro tersebut sebagai lembaga pendukung bagi
UMKM dalam menjalankan usahanya agar terlindungi dari resiko dan sebagai
lembaga yang difungsikan untuk memberdayakan UMKM (Soetrisno, 2005).

5
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana akses pinjaman dan simpanan UMKM pada lembaga keuangan?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pelaku UMKM dalam mengakses
pembiayaan pada BMT?
3. Bagaimana pengaruh pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan
usaha mikro kecil menengah?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis akses pinjaman dan simpanan UMKM pada lembaga keuangan
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pelaku UMKM dalam
mengakses pembiayaan pada BMT
3. Menganalisis pengaruh pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan
usaha mikro kecil menengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian mencakup penerima pemberian pembiayaan syariah untuk usaha
mikro kecil menengah dari BMT dan non penerima pembiayaan syariah. Periode
waktu yang diambil dalam studi kasus ini adalah pemberian pembiayaan pada
periode tahun 2012-2013.
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pengertian UMKM
UMKM yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2008 menyatakan bahwa:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

6
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kategori UMKM
Pengelompokkan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah didasarkan
pada nilai aset yang dimiliki usaha dan hasil penjualan yang didapatkan. Tabel 3
di bawah ini menerangkan pengelompokkan UMKM yang diatur dalam UU No.
20 Tahun 2008.
Tabel 4 Pengelompokan UMKM Berdasarkan Nilai Aset dan Hasil Penjualan
Skala Usaha
Nilai Aset
Hasil Penjualan
Mikro
< Rp 50 juta
< Rp 300 juta
Kecil
Rp 50 juta – Rp 500 juta
Rp 300 juta – Rp 2.5 miliar
Menengah
500 juta – Rp 10 miliar
Rp 2.5 miliar – Rp 50 miliar
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

Pembiayaan Syariah
Definisi Pembiayaan Syariah
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah seperti yang dijelaskan dalam
Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana
dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah),
atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Pembiayaan syariah yang erat dengan prinsip bagi hasilnya yang
membedakan dengan pembiayaan berprinsip bunga. Menurut Antonio (2001) hal
yang membedakan bunga dengan bagi hasil yang pertama yaitu penentuan bunga
pada waktu akad dengan asumsi selalu untung sedangkan pada bagi hasil besarnya
nisab memperhitungkan untung rugi. Kedua, besarnya bunga tergantung pada
modal yang dipinjamkan sedangkan rasio bagi hasil tergantung pada jumlah
keuntungan yang diperoleh. Ketiga, pembayaran bunga tanpa memperhatikan
apakah usaha yang dijalankan nasabah untung atau rugi sedangkan bagi hasil
bergantung pada keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Keempat, jumlah
pembayaran bunga tidak meningkat ketika jumlah keuntungan meningkat
sedangkan pada bagi hasil pembagian laba sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan. Kelima, sistem bunga diragukan oleh semua agama termasuk Islam
sedangkan pada sistem bagi hasil tidak ada yang meragukannya.

7
Kategori Pembiayaan Syariah
Biro Perbankan Syariah dalam Sudarsono (2008) mengelompokkan jenis
pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaannya, antara lain:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli yang ditujukan untuk memiliki barang
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil untuk usaha kerjasama guna
mendapatkan barang dan jasa
Adanya kategori berbagai jenis pembiayaan memberikan nasabah pilihan
untuk menentukan jenis pembiayaan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhannya. Berikut jenis produk pembiayaan syariah (Sudarsono, 2008):
Berdasarkan Prinsip Jual-Beli
1. Bai’ al-Murabahah
Jual-beli barang pada harga asal antara penjual dan pembeli dengan
menyebutkan harga pembelian dan laba yang disyaratkan oleh penjual yang
telah disepakati. Penjualan barang dilakukan atas dasar cost-plus profit.
2. Bai’ as-Salam
Jual-beli barang dengan kondisi barang yang belum tersedia, barang tersebut
diserahkan di kemudian hari dengan pembayaran di awal. Spesifikasi,
kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan ditentukan pada saat akad.
Bai’ as-Salam merupakan pembiayaan yang umum dilakukan di bidang
pertanian.
3. Bai’ al-Istishna
Jual-beli barang dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara kedua belah pihak. Bai’ al-Istishna biasanya
dipergunakan di bidang manufaktur dengan pembayaran yang dapat
dilakukan dengan berberapa kali pembayaran.
Berdasarkan Prinsip Sewa
1. Al-Ijarah
Pemindahan hak guna atas barang melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
2. Al-Ijarah al-Muntahia bit-Tamlik
Merupakan bagian dari akad Al-Ijarah dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang di akhir masa sewa.
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
1. Al-Musyarakah
Kerjasama antara kedua pihak atau lebih yang mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan pembagian keuntungan dan resiko yang
ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
2. Al-Mudharabah
Kerjasama usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama sebagai
penyedia modal dan pihak lain sebagai pengelola modal. Keuntungan usaha
dibagikan sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung oleh
penyedia modal selama kesalahan bukan akibat dari kelalaian pengelola
modal.

8
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Pengertian BMT
Baitul Maal Wat Tamwil terdiri dari dua istilah yaitu Baitul Maal yang
artinya rumah harta dan Baitul Tamwil yang artinya rumah pengembangan harta.
BMT melakukan kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana yang bersifat nonprofit seperti zakat, infak, dan sedekah (baitul maal) dan bersifat komersial (baitul
tamwil) yang melakukan kegiatan pengembangan usaha produktif dan investasi
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha mikro dan kecil (Soemitra,
2009).
Orientasi bisnis pada BMT ditujukan supaya BMT dapat berjalan secara
profesional dan berkembang untuk mampu memberikan bagi hasil yang
kompetitif bagi para nasabah sedangkan orientasi sosial yang dimiliki BMT
ditujukan untuk meningkatkan kehidupan yang tidak dijangkau orientasi bisnis.
BMT dalam menjalankan usahanya selalu didasarkan pada prinsip-prinsipnya.
Prinsip yang dipegan teguh BMT dalam menjalankan usahanya yaitu keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT, keterpaduan, kekeluargaan, kebersamaan,
kemandirian, profesionalisme, dan istiqomah (Ridwan, 2004).
Peran dan Karakteristik BMT
Keberadaan BMT saat ini memiliki peranan penting bagi masyarakat, di
antaranya sebagai berikut (Sudarsono, 2008):
1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan bagi usaha kecil.
3. Melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir.
4. Menciptakan keadilan ekonomi dengan distribusi yang merata.
BMT dalam menjalankan usahanya juga memiliki karakteristik di antaranya
sebagai berikut (Ridwan, 2004):
1. Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama untuk anggota dan masyarakat.
2. Mengefektifkan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, sedekah
walau bukan sebagai lembaga sosial.
3. Mengikutsertakan peran masyarakat.
4. Milik bersama masyarakat.
Alokasi Dana BMT
Pembiayan BMT yang didasarkan pada pemanfaatannya yaitu sebagai
berikut (Ridwan, 2004):
1. Pembiayaan investasi
Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan permodalan (capital goods).
2. Pembiayaan Modal Kerja
Ditujukan untuk memenuhi kegiatan produksi yang menyangkut semua sektor
ekonomi.

9
Menurut sifatnya, pembiayaan BMT dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut (Ridwan, 2004):
1. Pembiayaan produktif
Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan modal dalam hal peningkatan jumlah
penjualan dan produksi barang dan jasa.
2. Pembiayaan konsumtif
Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi baik dalam waktu jangka
pendek maupun jangka panjang.
Kegiatan Usaha Keuangan BMT
Jenis kegiatan usaha BMT yang berhubungan dengan keuangan di antaranya
yaitu (Soemitra, 2009):
1. Berasaskan akad mudarabah, BMT memobilisasi dana dari modal awal
berupa simpanan pokok dan simpanan wajib kedalam bentuk: Simpanan
biasa, pendidikan, haji, umrah, qurban, idul fitri, walimah, akikah,
perumahan, kunjungan wisata, dan mudarabah berjangka (deposito 1,3,6,12
bulan)
Berasaskan akad wadi’ah (titipan tidak berbagi hasil) di antaranya:
a. Simpanan yad al-amanah; seperti zakat, infaq, sedekah
b. Simpanan yad ad-damanah; seperti giro yang sewaktu-waktu dapat
diambil oleh penyimpan
2.

Kegiatan pembiayaan usaha kecil bawah (mikro) dan kecil di antaranya:
Pembiayaan mudarabah, musyarakah, murabahah, bay’ bi saman ajil, dan
qard al-hasan
Penelitian Terdahulu

Septiana (2013) dalam penelitiannya mengenai Analisis Dampak
Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di Kabupaten Bogor
menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap
pembiayaan mikro syariah dari BMT berdasarkan hasil model logit adalah dummy
akses pinjaman perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis
usaha perdagangan. Faktor yang memengaruhi perkembangan keuntungan usaha
berdasarkan analisis OLS adalah lama pendidikan, jumlah pembiayaan mikro
syariah BMT, perubahan omset dan total aset. Hasil penelitiannya juga
menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif
terhadap perkembangan keuntungan usaha UMKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Ritonga (2013) dengan menggunakan
metode regresi logistik mengenai Analisis Faktor yang Memengaruhi Akses dan
Pembatasan Kredit pada UMKM di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa BMT
sebagai lembaga penunjang (komplementer) bagi UMKM. Berdasarkan hasil dari
model logit pendidikan, jenis usaha, omset usaha, dan total aset sebagai variabel
yang memengaruhi akses responden terhadap lembaga keuangan mikro syariah.

10
Faktor yang memengaruhi realisasi kredit pada BMT dilakukan berdasarkan
model logit adalah lama usaha dan frekuensi pinjaman.
Puspitasari (2012) tentang Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro
Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha (Kasus: BMT Tadbiirul
Ummah, Bogor) menunjukkan bahwa pembiayaan mikro syariah yang diberikan
BMT mampu meningkatkan keuntungan pemilik UMKM sebesar 6.21 persen.
Hasil analisis faktor yang memengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan
mikro syariah BMT dengan menggunakan metode regresi logit adalah dummy
akses simpanan pada BMT, umur, dummy jenis usaha industri manufaktur serta
omset usaha. Berdasarkan hasil Weighted Least Square (WLS), pembiayaan mikro
syariah BMT berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan
keuntungan usaha. Lama pendidikan, dummy jenis usaha perdagangan, lama
usaha, total tenaga kerja, total aset, besar dan frekuensi pembiayaan mikro syariah
BMT serta besarnya kredit konvensional sebagai faktor yang memengaruhi nilai
perkembangan keuntunga UMKM.
Nuruddarajat (2013) tentang Pengaruh Pembiayaan Koperasi Baytul Ikhtiar
(KBI) Terhadap Perkembangan Usaha Agribisnis Anggotanya. Penelitian ini
menggunakan alat analisis uji T data berpasangan untuk mengukur perbedaan
nyata terhadap pengaruh perbedaan pembiayaan terhadap omset, keuntungan,
dan aset usaha pada tahun 2012-2013. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan nyata antara omset, keuntungan, dan aset usaha. Namun dari
hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pembiayaan yang disalurkan KBI
mampu meningkatkan omset usaha sebanyak 55 persen responden,
keuntungan usaha sebanyak 58 persen responden, aset usaha sebanyak 61
persen responden, dan luas lahan yang diusahakan sebanyak 58 persen
responden.
Wahid (2011) tentang Peranan Kredit Produktif UMKM Dalam
Perekonomian Indonesia : Pendekatan Makro dan Mikro. Metode analisis tabulasi
silang yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendapatan
usaha, permodalan usaha, keuntungan usaha, aset usaha, pengeluaran usaha, dan
jumlah tenaga kerja dari kegiatan usaha para pelaku usaha penerima kredit
(debitur) mengalami peningkatan antara sebelum dan sesudah menerima kredit,
baik penerima kredit KUR maupun non KUR. Berdasarkan hasil model regresi
cross section menunjukkan besarnya modal awal, jumlah tenaga kerja, jumlah
kredit yang diterima, dan dummy untuk variabel jenis usaha (usaha selain dagang
sebagai basis) signifikan berpengaruh positif terhadap omset usaha per bulan para
penerima kredit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa alokasi penyaluran kredit
produktif melalui skema KUR memiliki pengaruh yang nyata terhadap berbagai
indikator perekonomian secara makro dan mampu meningkatkan kinerja unit
usaha pelaku UMKM.
Siwang (2012) mengenai Akses Terhadap Kredit Formal dan Keberhasilan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Sulawesi Tengah, Indonesia. Penelitiannya
bertujuan untuk menganalisis determinan akses kredit formal UMKM nonpertanian di Sulawesi Tengah dan untuk menentukan peran akses kredit bagi
keberhasilan UMKM. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model
logit dan OLS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang
memengaruhi terhadap akses kredit adalah pendidikan, nilai aset, dan usia pemilik
usaha. Sementara hasil dari OLS model membuktikan bahwa batas kredit formal

11
memiliki peran positif dalam keberhasilan UMKM di Sulawesi Tengah sedangkan
batas kredit informal secara tidak signifikan memengaruhi keuntungan karena
ketidakmampuan pemberi pinjaman informal untuk memberikan jumlah kredit
yang diperlukan oleh perusahaan. Selain batas kredit formal, variabel yang juga
berpengaruh signifikan terhadap laba UMKM adalah usia dan pendapatan usaha.
Huda (2010) tentang Dampak Pemberian Kredit Program CSR Terhadap
Peningkatan Pendapatan UMKM di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini
menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukkan
Kredit UMKM yang diberikan kepada UMKM berdampak positif terhadap
peningkatan pendapatan sektor UMKM yang sebagian besar adalah fakir miskin
dan faktor lain yang memengaruhi perkembangan UMKM adalah usia, nilai
aset, dan dummy kredit. Penyaluran kredit program CSR dari CGI dengan pihak
ketiga yaitu LSM dan Baitul Maal Muamalat mengalami peningkatan sebesar 41.7
persen selama 2007-2009.
Oktavi (2009) mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Pengambilan Pembiayaan dan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus: KJKS BMT Bina Umat Sejahtera, Lasem,
Jawa Tengah). Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda. Biaya
peminjaman, jangka waktu angsuran, dan ada tidaknya agunan adalah faktor yang
memengaruhi secara signifikan pengambilan pembiayaan. Variabel yang memiliki
pengaruh besar terhadap pengembalian pembiayaan adalah biaya peminjaman.
Tujuan pembiayaan usaha kecil masih belum sepenuhya tercapai yang
ditunjukkan dengan besarnya pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh nyata
terhadap peningkatan pendapatan yang disebabkan karena pembiayaan yang
diberikan hanya cukup untuk menutupi modal tetapi belum mampu menyebabkan
peningkatan pendapatan.
Bui (2013) melakukan penelitian untuk menganalisis perbedaan penggunaan
keuangan mikro antara peminjam keuangan syariah dengan peminjam keuangan
konvensional dalam keputusan mereka terhadap investasi bisnis, proyek
peningkatan kualitas rumah dan pembelian barang konsumsi. Model probabilitas
linier dan model regresi panel data digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh. Secara keseluruhan dari hasil penelitian menunjukkan terjadinya
peningkatan investasi bisnis yang dilakukan peminjam. Hasil dari model yang
digunakan tidak menemukan perbedaan tipe investasi antara peminjam keuangan
syariah dengan peminjam keuangan konvensional berdasarkan usaha mikro
mereka.
Fatoki dan Asah (2011) menganalisis karakteristik perusahaan dan
pengusaha terhadap akses pada lembaga keuangan di Afrika Selatan. Alat analisis
yang digunakan pada penelitian ini meliputi statistik deskriptif, korelasi Pearson
dan regresi logistik. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan dan
pengusaha berdampak pada akses pembiayaan. Berdasarkan Hasil korelasi
Pearson dan regresi logistik faktor-faktor yang menunjukkan adanya hubungan
positif terhadap akses pembiayaan dari lembaga keuangan dan secara signifikan
lebih mungkin untuk berhasil dalam permohonan kredit mereka yaitu agunan yang
dimiliki, informasi bisnis, lama usaha lebih dari lima tahun, jumlah karyawan
lebih dari 50, berada di daerah perkotaan, dan memiliki kompetensi manajerial.
Nguyen dan Luu (2013) menyelidiki faktor-faktor dari sisi perusahaan yang
menentukan pola pembiayaan mereka dalam melakukan proyek investasi dan

12
keputusan perusahaan untuk memilih kredit informal, formal, atau keduanya.
Model random-effect digunakan untuk menganalisis pola pembiayaan dalam
melakukan proyek investasi dan Unordered-Multinomial Logistic untuk
memperkirakan probabilitas pemilihan akses terhadap lembaga keuangan. Hasil
estimasi RE menunjukkan karakteristik pemilik usaha (umur, etnis, dan gender)
tidak memengaruhi pola pembiayaan mereka dalam melakukan proyek investasi
sedangkan tingkat pendidikan pemilik usaha memiliki pengaruh positif.
Perusahaan besar lebih mengandalkan pada permodalan dari bank. Perusahaan
yang berlokasi di provinsi kecil sebagian besar mengandalkan modal sendiri
dibandingkan modal dari bank maupun lembaga keuangan lainnya. Hasil dari
metode Unordered-Multinomial Logistic menunjukkan semakin lama usaha
dijalankan maka semakin besar kemungkinan sebuah perusaahaan tersebut
mendapat akses terhadap lembaga keuangan. Perusahaan yang memiliki jaminan
bernilai tinggi terutama tanah dan perusahaan yang berlokasi di daerah perkotaan
lebih memilih pada lembaga formal daripada informal. Network yang dimiliki
perusahaan secara signifikan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
mengakses bank dan lembaga keuangan lain. Karakteristik pemilik perusahaan
yaitu usia, etnis, dan pengalaman profesional secara signifikan memengaruhi
kemampuan untuk meminjam dari lembaga formal.
Akoten et al. (2006) menganalisis faktor yang memengaruhi akses ke
berbagai sumber kredit untuk usaha mikro dan kecil serta mengidentifikasi
dampak faktor tersebut terhadap keuntungan dan pertumbuhan lapangan kerja.
Model probit multivariat dan OLS digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari
estimasi probit multivariat menunjukkan pengusaha yang memiliki pengalaman
yang kurang akan mengakses pada lembaga informal. Lama usaha berpengaruh
secara signifikan terhadap meningkatnya akses pada kredit LKM. Perusahaan
yang telah lama berdiri dan relatif besar cenderung mengakses pada lembaga
perbankan. Hasil dari metode OLS menunjukkan bahwa usaha dijalankan oleh
orang yang berstatus menikah, mendapatkan pelatihan, dan lama mendapatkan
pendidikan akan memengaruhi keuntungan usaha. Faktor yang memengaruhi
tingkat pertumbuhan lapangan kerja juga dipengaruhi oleh usaha dijalankan oleh
orang yang berstatus menikah, mendapatkan pelatihan, lama mendapatkan
pendidikan, dan memiliki kerabat di bisnis yang sama.
Rahman (2010) menganalisis dampak program keuangan mikro syariah
terhadap pengentasan kemiskinan dan pengembangan moral etika nasabah.
Penelitian ini menggunakan metode ordinary least square (OLS) dan model logit.
Hasil analisis OLS menunjukan bahwa jumlah pinjaman, usia, jumlah angota
keluarga, dan moral etika berpengaruh signifikan dan positif terhadap peningkatan
pendapatan rumah tangga. Hasil model logit menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan, usia, dan lama menjadi anggota berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pengembangan moral dan etika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara siginifikan terjadi pengembangan tingkat ibadah pada nasabah seperti
shalat dan puasa. Adanya program investasi mikro syariah untuk mendorong etika
dan perilaku ekonomi yang mengarah pada pengentasan kemiskinan.

13
Kerangka Pikir
UMKM sebagai cikal bakal usaha besar yang kemampuannya harus terus
ditingkatkan agar terus maju. Bantuan permodalan dan kemitraan dengan lembaga
keuangan sangat diperlukan oleh UMKM untuk membantu mengatasi
permasalahan, namun masih sulitnya UMKM dalam mengakses lembaga
keuangan formal karena dihadapkan persoalan besarnya resiko yang dimiliki
UMKM sehingga munculnya kekhawatiran dari lembaga keuangan formal
mengenai pengembalian modal atau yang biasa sering terjadi yaitu kredit macet.
Hal ini terkait karakter dari pelaku UMKM yang perlu memberikan keyakinan
kepada lembaga keuangan bahwa pelaku UMKM yang akan diberikan pinjaman
dapat dipercaya. Alternatif lain yang dimiliki oleh UMKM yaitu dengan
mengandalkan lembaga keuangan mikro non formal yaitu BMT. BMT sebagai
lembaga keuangan mikro yang berprinsip pada syariah ajaran Islam.
BMT sebagai usaha mandiri yang mampu mengembangkan usaha produktif
melalui peningkatan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha UMKM dengan
mendorong kegiatan menabung dan memberikan tambahan modal dalam bentuk
pembiayaan kegiatan ekonominya. Masyarakat mempercayakan kepada BMT
yang berperan sebagai lembaga keuangan untuk menyimpan dananya supaya
dikelola oleh BMT dengan kegiatan ekonominya. Penelitian ini ditujukan untuk
menganalisis akses UMKM kepada BMT dan menganalisis pengaruh pembiayaan
syariah pada perkembangan UMKM.

14

Keterbatasan akses
terhadap modal

BMT
memberi
akses
pembiayaan sistem bagi hasil
dengan
prosedur
dan
persyaratan yang terjangkau
bagi UMKM

UMKM

BMT sebagai alternatif
Lembaga Keuangan Mikro
Syariah yang menjangkau
UMKM

Identifikasi
akses
terhadap BMT

UMKM

Dampak pemberian pembiayaan
syariah
oleh
BMT
pada
perkembangan omset
Rekomendasi bagi BMT dalam
mengambil kebijakan terkait
pembiayaan syariah
Gambar 1 Kerangka Penelitian

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara langsung kepada
nasabah/pelaku UMKM yang mendapat pembiayaan syariah dari Baitutamwil
TAMZIS dan kepada pelaku UMKM yang tidak mendapat pembiayaan syariah.
Data sekunder diperlukan untuk melengkapi dan mendukung data primer yang
ada. Data sekunder diperoleh melalui dokumen dan laporan tahunan dari
Baitutamwil TAMZIS. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari Kementrian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, buku, skripsi, thesis, dan jurnal yang
terkait.

15
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitutamwil
TAMZIS yang berlokasi di daerah Depok, Jawa Barat. Penentuan lokasi
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan Baitutamwil
TAMZIS sebagai Lembaga Keungan Mikro Syariah (LKMS) yang melakukan
program pembiayaan syariah kepada nasabahnya. Penelitian dilakukan pada bulan
Februari hingga Maret 2014.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
studi kasus kepada para pelaku UMKM melalui kuisioner dan wawancara serta
penelusuran literatur terkait. Sampel dalam penentuan responden yang dipilih
mengunakan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak) dengan
purposive sampling. Jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu
berjumlah 30 orang pelaku UMKM yang memperoleh pembiayaan syariah dari
Baitutamwil TAMZIS selama periode 2011-2012 dan 30 orang pelaku UMKM
yang tidak memperoleh pembiayaan syariah sebagai responden kontrol.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis
data kualitatif dilakukan dengan data berupa fakta-fakta dari hasil wawancara
kuisioner untuk mengetahui akses pelaku UMKM terhadap BMT dalam
penyaluran pembiayaan syariah dan analisis data kuantitatif dilakukan untuk
menampilkan data ke dalam bentuk Tabel serta untuk mengetahui pengaruh
pemberian pembiayaan terhadap UMKM.
Metode Regresi Logistik
Pada penelitian ini metode regresi logistik digunakan untuk menganalisis
faktor yang memengaruhi pelaku UMKM terhadap akses pembiayaan BMT.
Model regresi logistik atau yang sering disebut logit merupakan bagian dari
analisis regresi. Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk mengkaji
hubungan pengaruh peubah penjelas terhadap peubah respon melalui model
persamaan matematis tertentu (Firdaus et al, 2011). Model logit ini diturunkan
berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif (Juanda, 2009). Variabel yang
digunakan di dalam model mengacu pada model penelitian yang dilakukan oleh
Fatoki (2011) dan Siwang (2012). Berikut model regresi logistik dalam penelitian
ini:
Pi= F(Zi) = F(α+ βXi) =



16
Keterangan:
Pi
= Peluang pelaku UMKM untuk mengakses pembiayaan mikro syariah
BMT (1 = Pelaku UMKM mendapat pembiayaan mikro syariah BMT, 0
= Pelaku UMKM tidak mendapat pembiayaan mikro syariah BMT)
α
= Intersep
βi
= Parameter peubah Xi
X1
= Umur Responden (tahun)
X2
= Lama Pendidikan (tahun)
X3
= Jumlah Anggota Keluarga (orang)
X4
= Lama Usaha (tahun)
X5
= Omset Usaha (Rp)
X6
= Total Aset (Rp)
X7
= Jarak (Km)
X8
= Jumlah Tabungan (Rp)
D1
= Dummy Jenis Kelamin; (1 = laki-laki dan 0 = perempuan)
D2
= Dummy Moral dan Etika; (1 = nilai di atas rata-rata 34.8 dan 0 = nilai di
bawah rata-rata 34.8)
Odds ratio sebagai rasio peluang terjadinya P1 yaitu mendapat pembiayaan
mikro syariah BMT terhadap peluang terjadinya P0 yaitu tidak mendapat
pembiayaan mikro syariah BMT. Odds ratio dilambangkan dengan Pi sebagai
indikator responden untuk memilih pilihan 1. Nilai odds yang semakin besar
menunjukkan besar peluang untuk mendapat pembiayaan mikro syariah BMT.
Nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang untuk
menentukan pilihan 1 (mendapat pembiayaan mikro syariah BMT). Hubungan
antara parameter dan odds ratio yaitu:
OddsRasio =
Keterangan:
Pi
=

Rasio peluang terjadi pilihan 1

Metode Ordinary Least Square (OLS)
Penggunaan metode ini untuk menganalisis pengaruh pembiayaan mikro
syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil. Metode regresi linier
berganda, yaitu suatu teknik analisis data dalam membahas hubungan antar
variabel terikat dengan variabel bebas. Regresi linear berganda merupakan regresi
dimana variabel bebas yaitu variabel Y dalam hal ini adalah perkembangan
keuntungan usaha yang dihubungkan dengan lebih dari satu variabel terikat.
Model yang digunakan pada penelitian ini merupakan pengembangan model dari
penelitian Rahman MM (2010) untuk menganalisis dampak pembiayaan mikro
syariah. Variabel bebas yang digunakan yaitu umur, lama pendidikan, frekuensi
pembiayaan, jumlah pembiayaan, lama usaha, perubahan omset usaha, total aset,
tenaga kerja, moral etika, dan jumlah anggota keluarga. Metode OLS digunakan
untuk mengetahui dampak pembiayan yang diberikan dengan variabel terikatnya,
berikut model OLS dalam penelitian ini:

17
Ln Y = β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + β4 Ln X4 + β5 Ln X5 + β6 Ln X6 +
ui
Keterangan:
Y
=
X1
X2
X3
X4
X5
X6

=
=
=
=
=
=

Perkembangan Omset Usaha Responden BMT setelah memperoleh
pembiayaan mikro syariah BMT (Rp)
Frekuensi Pembiayaan Mikro Syariah BMT (kali)
Lama Usaha (Tahun)
Jumlah Pembiayaan Mikro Syariah BMT (Rp)
Lama Pendidikan (tahun)
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Total Aset (Rp)
Definisi Operasional

Akses Pembiayaan

:

Umur

:

Jenis kelamin

:

Lama Pendidikan

:

Anggota Keluarga

:

Lama Usaha

:

Akses Pinjaman

:

Frekuensi Pembiayaan :
Jumlah Pembiayaan

:

Omset Usaha

:

Aset

:

Tabungan

:

Jarak

:

Tenaga Kerja
Etika dan Moral

:
:

Akses responden dalam mendapatkan pembiayaan
mikro syariah dengan peluang P1 = Pelaku UMKM
mendapat pembiayaan mikro syariah BMT dan P0 =
Pelaku UMKM tidak mendapat pembiayaan mikro
syariah BMT.
Usia responden yang terhitung sejak lahir hingga
ulang tahun terakhir dalam satuan tahun.
Jenis kelamin responden dengan Dummy 1 = laki-laki
dan 0 = perempuan.
Tingkat pendidikan formal yang sudah ditempuh
oleh responden dalam satuan tahun.
Jumlah total individu pada keluarga responden
(orang).
Lamanya waktu yang telah dijalani responden untuk
melakukan usaha dalam satuan tahun.
Akses responden terhadap pinjaman pada LKMS
dengan Dummy 1