Strategi lembaga keuangan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah al-Munawwarah Pamulang

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I)Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh : SUKRON NIM. 206046103886

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I)

Oleh : SUKRON NIM. 206046103886

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Zainal Arifin, M.Pd.I Muh. Fudhoil Rahman, Lc.,M.A NIP. 195911101991031001 NIP. 197508102009121001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2011


(5)

i

yang Maha Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Hanya Allah yang telah menyusupkan inspirasi ilmu kepada semua hambanya, dan hanya Allah SWT saja yang boleh sombong terhadap IlmuNya. Berkat petunjuk dari yang Maha Pemberi Petunjuk sajalah skripsi ini bisa diselesaikan oleh penulis. Shalawat dan Salam kepada pemimpin peradaban dunia Nabi Besar Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT untuk menyebarkan kitab yang terjaga keasliannya sepanjang zaman yaitu Al-Qur’an nulkarim. Dengan uswatun hasanahmu lah penulis dapat selalu tegar dan pantang putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini, walaupun tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan proses skripsi ini. Hanya dengan rencana Allah SWT sajalah skripsi ini selesai dengan tema ”Stategi pembiayaan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah”.

Penulis hanya bisa berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat kepada pihak pihak yang terkait. Secara umum dapat memberikan wacana terhadap masyarakat, dan secara khusus pertama kepada kalangan akademis maupun praktisi yang berkosentrasi pada bidang ekonomi Islam atau lembaga keuangan mikro syariah khususnya BMT.

Dalam menjalankan proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak dibantu oleh pihak-pihak yang secara langsung maupun secara tidak langsung membantu melancarkannya. Karena kalau tidak ada dukungan dan bantuan yang diberikan


(6)

ii

1. Orang tuaku, Ibunda Hj. Maspuroh dan Ayahanda H. Kiming. Ini mungkin bukan apa-apa bagi ibunda dan ayahanda, Tetapi semua ini adalah karena jasa-jasamu ini semua adalah berkat do’amu dan tanpa ibunda dan ayahanda aku bukanlah siapa-siapa.

2. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bpk. Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I dan Bpk. Muh. Fudhoil Rahman, Lc., M.A selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.


(7)

iii

7. Seluruh staff karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan hukum, staff dan karyawan Perpustakaan Pusat UIN atas kerjasamanya dalam membarikan pelayanan yang terbaik dalam pengumpulan materi skripsi yang diperlukan. 8. PT Bank CIMB NIAGA (Mikrolaju Karawang) dimana tempat sekarang ini

penulis bekerja, terimakasih untuk kang Andria Nugraha, kang Nur Roni Gustiana dan kang Eko Fitrian Nugraha yang telah banyak memberi masukan dan kebaikan hati sudah memberikan izin dan keleluasaan dalam menyelesaikan skripsi dan urusan terkait dengan keperluan skripsi penulis. 9. Terimakasih juga buat sahabat-sahabat di Counter: Jamruddin Furqaan, Iis

mulyadi Dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu terimakasih atas dukungannya saran-saran dan pengalamannya selama ini. Persahabatan kalian sangat berarti walaupun kadang kala ada sedikit amarah, benci, cekcok dan perbuatan yang tidak meynenangkan tapi itu semua adalah bumbu-bumbu dari persahabatan yang akan kita rindukan dimasa depan. Tiada suatu hal pun yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT saja. Oleh karena itu penulis sangat menyadari bahwa dalam skripsi ini masih sangat banyak kekurangan-kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik, saran dan koreksi sangat penulis harapkan untuk menuju dan mendekati kesempurnaan. Akhir kalam penulis mengucapkan banyak terima kasih


(8)

iv

Jakarta,………….

Penulis


(9)

v

MENGEMBANGKAN DAN MENINGKATKAN PEMBIAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

PAMULANG

SUKRON 206046103886

Penelitian ini tentang strategi pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang. Alasan mengapa diteliti, karena strategi pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang yang menunjukkan perkembangan dan usia BMT yang sudah relatif lama yaitu 15 tahun,,BMT Al-Munawwarah juga memiliki jaringan kerjasama yang luas. Berdasarkan alasan diatas peneliti berasumsi bahwasannya strategi pembiayaan di BMT Al-Munawwarah adalah bagus karena itu peneliti berkeinginan untuk mengetahui bagaimanakah strategi pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang.

Metode yang dipakai peneliti adalah metode penelitian lapangan dengan cara wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian tentang bagaimana strategi pembiayaan BMT Al-Munawwarah diantaranya adalah datang langsung ke tempat calon nasabah, rekomendasi mitra lama, promosi dengan brosur-brosur yang disebarkan ke masjid, jenis usaha yang dibiayai. Sedangkan keunggulan BMT Al-Munawwarah dari segi produknya adalah pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah yang lebih maksimal dan kompetitif serta penekanan pelayanan dan kepercayaan kepada mitra BMT Al-Munawwarah.


(10)

vi

long: 15 years, Al-Munawwarah BMT also has an extensive network of cooperation. Based on the above reasons the researchers assume Praise be to Allaah financing strategies in BMT Al-Munawwarah is good because the researchers wanted to know how the financing strategy of Al-Munawwarah Pamulang BMT.

The method is a method researchers used field research by way of interviews and documentation. Results of research on how the financing strategy of BMT Al-Munawwarah them are coming directly to the prospective customer, the old partners recommendation, promotion brochures are distributed to the mosques, the type of business being financed. Meanwhile, Al-Munawwarah BMT advantage in terms of financing their products are, the more leverage murabahah competitive and the emphasis of service and trust to the partners of Al-Munawwarah BMT.


(11)

vii

ABSTRAK ………. v

DAFTAR ISI ………..…….. vii

DAFTAR TABEL ………..……….. x

DAFTAR GAMBAR ………..………..….. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………..….…..…8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..9

D. Tinjauan Pustaka ………..…………10

E. Metode Penelitian ………...12

F. Sistematika Penulisan ………...………..………….16

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi pembiayaan ……….……....…17

1. Pengertian Strategi ……….17

2. Pengertian Pembiayaan ……….……….18

3. Unsur-unsur Pembiayaan .……….…..……...19

4. Jenis-jenis Pembiayaan ……….……….………21

5. Tujuan Pembiayaan ………. ..…………..……..24


(12)

viii

7. Analisis SWOT ………..28

B. BMT ( Baitul Maal wat Tamwil) …………..…..……….…31

1. Pengertian BMT ……….31

2. Tujuan dan Fungsi BMT ………32

3. Badan Hukum BMT ………..35

C. Usaha Kecil dan Menengah ………...………..…37

1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ……….37

2. Karakteistik Usaha Kecil dan Menengah ………...38

3. Peran Usaha Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Indonesia ………...40

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-MUNAWWARAH A. Sejarah singkat dan Latar Belakang BMT Al Munawwarah ……...41

B. Visi dan Misi BMT Al-Munawwarah .……..……….………..42

C. Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah ..………..43

D. Produk dan Jasa BMT Al-Munawwarah .……….…50

E. Pola dan Alur Proses Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah pada BMT Al-Munawwarah………...………... F. Prosedur dan Persyaratan untuk Mengajukan Pembiayaan pada BMT Al-Munawwarah …...………... G. Reputasi ………..………..…56


(13)

ix BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Strategi-strategi Pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Al- Munawwarah dalam Mengembangkan dan Meningkatkan

Pembiayaan UKM…...57 B. Perkembangan Pembiayaan BMT Al-Munawwarah terhadap Usaha

Kecil dan Menengah di Daerah Pamulang …….…….……….72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………..………82

B. Saran ……..…….………...………..85 DAFTAR PUSTAKA


(14)

x

2. Tabel 4.2 Pertumbuhan O/S Funding ………. 3. Tabel 4.3 Pertumbuhan O/S Financing ………... 4. Tabel 4.4 Pertumbuhan Saldo Modal ………. 5. Tabel 4.5 Pertumbuhan SHU ………. 6. Tabel 4.6 Pertumbuhan Anggota ……… 7. Tabel 4.7 Pertumbuhan Mitra-Bina ……… 8. Tabel 4.8 Rasio Keuangan ……….


(15)

xi

2. Gambar 3.1 Alur Proses Pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang …… 59 3. Gambar 4.2 Tingkat Hasil Investasi Yang Diperoleh Anggota dan Mitra BMT


(16)

1

Krisis moneter yang terjadi pertengahan tahun 1997 membuat Indonesia menjadi morat-marit, betapa tidak, karena krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi serta pelbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada berbagai aspek hidup dan kehidupan bangsa1.

Pada saat krisis moneter melanda, perbankan konvensional tidak memiliki ketersediaan dana liquid yang cukup untuk operasionalnya karena nilai tukar yang turun tajam. Nasabah peminjam mengalami ketidak mampuan untuk mengembalikan dana pinjaman karena tingginya nilai suku bunga yang diterapkan. Kemacetan pengembalian dana pinjaman dari pihak nasabah keperbankan berimplikasi pada ketidakmampuan pihak perbankan untuk mengembalikan dana pinjaman kepada Bank Indonesia. Selain itu perbankan konvensional juga cenderung kurang dalam pengembangan sektor riil dan lebih bermain pada transaksi yang spekulatif berdasarkan nilai suku bunga.

Sistem ekonomi kapitalis dengan jargon mekanisme pasar dan persaingan bebas yang kebanyakan diterima dan di anggap final oleh masyarakat dunia ternyata tidak lepas dari kelemahan-kelemahan vital2

1

Juanita, Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan, (Sumatera Utara :

Universitas Sumatera Utara Digital Library, 2003)

2


(17)

Sedangkan sistem perbankan syariah memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh bank konvensiaonal yaitu terletak pada sistem bagi hasil. Bagi hasil adalah konsep yang lazim dan tidak ada keraguan di dalamnya dan hampir seluruh ulama sepakat dengan transaksi bagi hasil3

Oleh karena itu terpuruknya perbankan konvensional menjadi suatu pelajaran bagi pengambil kebijakan moneter untuk mencoba sistem moneter alternatif. Sistem syariah di yakini dapat membantu menjadi solusi dalam membangun kembali sistem perekonomian Indonesia. Para ulama, ahli fiqih dan Isalamic

banker dikalangan dunia Islam menyatakan bahwa bunga yang diterapkan dalam

perbankan konvensional adalah riba dan riba itu diharamkan. Pernyataan ini menstimulasi pertumbuhan perbankan syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 Mei 1992. Seiring dengan waktu, perbankan syariah mengalami peningkatan baik dari sisi pertumbuhan asset maupun kuantitas kelembagaan.

Perkembangan perbankan syariah yang sangat cepat dalam lima tahun belakangan ini ditandai pula dengan peningkatan penyaluran pembiayaan. Pembiayaan menjadi sangat penting karena faktor pembiayaan inilah yang menjadi kunci perkembangan bank syariah dimasa datang. Idealnya pembiayaan bank syariah didominasi oleh akad musyarakah dan murabahah dimana keduanya dijalankan dengan sistem bagi hasil.

3

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan


(18)

Permasalahan yang selalu dihadapi oleh Usaha kecil dan Menengah (UKM) adalah modal atau biaya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akses sumber-sumber permodalan, keterbatasan pengetahuan atau kemampuan dalam mencukupi kebutuhan prosedur atau persyaratan perbankan. Untuk itu ada beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam membangun sistem pembiayaan, yang mencakup kepentingan usaha kecil dan menengah dan lembaga keuangan. Mengingat faktor persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan pinjaman merupakan hal yang mendasar yang sangat penting dipenuhi oleh sebagian besar usaha kecil, maka faktor ini menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan terutama dalam membangun sistem untuk usaha skala mikro. Selain itu juga perlu adanya segmentasi kebutuhan dari masing-masing usaha kecil dan menengah.

Usaha kecil dan menengah merupakan kegiatan ekonomi yang mendominasi lebih dari 75% struktur perekonomian Indonesia. Sektor ini memiliki peranan yang sangat penting baik secara ekonomi maupun sosial politik. Fungsi sektor ini antara lain menyediakan barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah dan sedang. Sektor ini menyumbang lebih dari separuh pertumbuhan ekonomi serta kontribusi dalam perolehan devisa Negara. Secara sosial politik fungsi sektor ini sangat penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja serta upaya pengentasan kemiskinan4. Bukan hanya di Indonesia tetapi di Negara

4

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang. Tantangan dan Prospek


(19)

paman Sam Usaha Kecil dan Menengah juga berperan penting untuk kesetabilan ekonomi, pada tahun 1953, hanya ada lebih dari empat juta usaha kecil. Di tahun 1983, jumlah usaha kecil di Amerika Serikat diperkirakan hampir empat kali lebih besar dari tahun 1953 hanya dalam 30 tahun yang lalu (The Wall Street Journal. 25 Juli 1983 hal. : 13)5

Potensi usaha mikro di Indonesia yang besar menjadi peluang bagi perbankan syariah. Pengamat ekonomi syariah, Agustianto Mingka, menilai penyaluran usaha mikro bank syariah secara mandiri atau lewat linkage harus tetap dilaksanakan untuk mempercepat pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Saat ini ada potensi sekitar 40 juta usaha UMKM. "Pembiayaan langsung dengan pendirian unit mikro juga harus didorong karena sekarang ini banyak juga bank asing yang menyerbu sampai level mikro. Bank syariah juga harus gencar dan memprioritaskan pembiayaan ke mikro," katanya. Ia mengakui, terdapat sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam penyaluran pembiayaan mikro. Untuk mendirikan unit mikro diperlukan jaringan yang luas dan banyak sumber daya manusia (SDM). Jika melalui linkage program, rekan lembaga keuangan syariah juga harus diseleksi.

Fakta menunjukkan bahwa hampir 90 persen pelaku usaha ekonomi berskala kecil adalah umat Islam. Namun ironisnya, dari keseluruhan usaha mikro yang ada, dapat dikatakan umat Islam masih belum memiliki institusi yang kuat,

5


(20)

mapan, dan bebas dari intervensi pihak manapun. Untuk itu, pengembangan usaha mikro umat pun harus mendapat perhatian kita semua.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah memberi pelajaran penting tentang kondisi ekonomi Indonesia sebenarnya. Perekonomian negeri ini ternyata dikuasai sektor korporasi atau usaha besar yang dikuasai segelintir orang. Sementara itu, di sisi lain, pilar pembangunan ekonomi lainnya seperti usaha kecil dan menengah (UKM) tidak mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah. Perannya seringkali tidak berarti dalam perekonomian nasional. Ironisnya, ketika terjadi krisis, terbukti sektor korporasi tidak mampu bertahan dengan baik. Justru UKM, yang tadinya dianggap kurang berperan dalam perekonomian nasional, terbukti lebih mampu bertahan menghadapi gejolak perekonomian yang mengarah pada krisis multidimensi tersebut.

Dengan fakta tersebut, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan sektor ini dengan melahirkan paradigma pengembangan sektor UKM secara lebih serius. Sehingga kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan, nantinya, benar-benar mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap sektor ini.

Hingga tahun 2002, jumlah LKM dari berbagai jenis yang beroperasi secara aktif di Indonesia mencapai sekitar 53 ribu unit. Namun demikian, dari jumlah tersebut, lembaga yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah masih sangat kecil. Jumlah nasabah yang dilayani LKM melebihi 17 juta orang,


(21)

sedangkan jumlah kredit mikro yang telah disalurkan mencapai lebih dari Rp 16 triliun.

BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri

Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh-kembangkan bisnis usaha mikro, dalam upaya mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah ditumbuhkan oleh prakasa dan dengan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat sebagai landasan sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian dan kesejahteraan.6

Keberadaan BMT sudah sangat berkembang dan tesebar di daerah. Menuut Aslichan Burhan Pimpinan PINBUK center (Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil) menyatakan, saat ini jumlah BMT di Indonesia 3.037 unit dengan total asset Rp.300 miliar dan dana swadaya masyarakat Rp. 264 miliar. Dari 3.037 BMT yang aktif di Indonesia hanya 107 yang memiliki asset diatas 1 miliar, 223 berasset Rp. 500 juta-Rp1 miliar, 1.202 berasset Rp 250 juta-Rp 500 juta, 1.206 berasset Rp 50 juta-Rp 250 juta, dan 299 berasset Rp 50 juta kurang.7

Sekalipun mengalami pekembangan yang cukup baik, namun faktanya BMT masih banyak kendala yang dialami. Salah satunya adalah belum memiliki status landasan hukum yang kuat. Maka dibutuhkan adanya Undang-undang khusus

6

M. Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT, Jakarta, Pinbuk Press, 2004, h, 1

7

Aslichan Burhan, BMT KUBE Sejahtera : sebuah Model Pengembangn BMT Berbasis


(22)

tentang BMT sehingga aturan mainnya menjadi semakin jelas dan dapat dihindari munculnya kecendrungan persaingan yang tak sehat antar BMT ditengah pangsa sejenis. Berbeda dengan perkembangan syariah yang telah memiliki landasan hukum yaitu UU No.10 Tahun 1998.

Dari segi formalitas hukum BMT memiliki beberapa alternatif badan hukum yaitu koperasi dalam kelompok simpan pinjam, Yayasan, Paguyuban, maupun Himpunan. Dalam bentuk koperasi, BMT akan tunduk pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan-pinjam oleh koperasi.

Kegiatan usaha simpan-pinjam oleh koperasi yang diatur dalam peaturan pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1995 diartikan sebagai kegiatan yang menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain anggotanya. Dalam rangka menghimpun dana tersebut koperasi simpan pinjam akan memberikan imbalan yang ditentukan oleh rapat anggota. Pembagian imbalan tersebut berupa bagi hasil.8

Diantara BMT yang sudah terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap ketahanan ekonomi masyarakat kecil menengah adalah BMT Al- Munawwarah. Kehadiran BMT Al-Munawwarah sangat berpengaruh terhadap kegiatan sektor

8

Baihaqi, Abd. Majid dan Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah: Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, Jakarta, Pinbuk, 2000, h 206


(23)

riil, khususnya di darerah Pamulang. Hal yang tentunya sangat membantu bagi pengembalian kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan (termasuk dunia perbankan).

Sehingga, bagi kita, membangun perekonomian nasional yang kuat, hanya dapat dilakukan manakala institusi ekonomi mikro negeri ini mendapatkan perhatian dan dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, DPR, maupun masyarakat lain secara keseluruhan. Inilah paradigma yang harus dibangun dan ditanamkan, agar problematika kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di tanah air tercinta ini dapat diatasi.9

Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil sebuah judul “Strategi Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Mengembangkan dan Meningkatkan Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada BMT Al-Munawwarah Pamulang.)”

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak meluas dan mencapai fokus yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan. Batasan yang dimaksud dalam penulisan ini adalah bahwa data yang diambil dalam penelitian ini adalah pada BMT Al-Munawwarah.

9

Pembiayaan Mikro Syariah, artikel ini diakses pada tanggal 25 Januari 2011 dari http://sumeleh99.wordpress.com/ Pembiayaan Mikro Syariah


(24)

Dari pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah?

2. Bagaimana perkembangan pembiayaan mikro syariah yang dilakukan oleh BMT Al-Munawwarah kepada Usaha Kecil dan Menengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif antara pembiayaan mikro syariah dalam mengembangkan pembiayaan usaha kecil dan menengah, dan mengetahui seberapa besar keberhasilan yang dicapai oleh LKMS dalam mengembangkan pembiayaan usaha kecil dan menengah dengan strategi-strategi yang digunakan yang dalam hal ini dilakukan oleh BMT Al-Munawwarah di daerah Pamulang.

Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademik, lembaga keuangan, dan khususnya penulis sendiri. Bagi pihak akademik memberikan sumbangsih hasil penelitian dan menambah literature

kepustakaan mengenai konsep pembiayaan mikro syariah dan pengembangan usaha kecil menengah; sedangkan bagi dunia perbankan syariah memberikan manfaat yang berarti bagi praktisi perbankan syariah dalam mengambil kebijakan pembiayaan mikro pada usaha kecil dan menengah; dan bagi penulis,


(25)

memberikan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman langsung mengenai pembiayaan mikro syariah dan pengembangan pembiayaan usaha kecil dan menengah.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penelitian tentang pembiayaan untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah telah banyak dilakukan di antaranya oleh Muhammad Taufiq (2003) dengan judul “membangun sistem pembiayaan bagi usaha kecil, menengah dan koperasi” yang diterbitkan oleh Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi mengharapkan terpenuhinya kebutuhan modal dalam waktu yang tepat, dengan persyaratan dan prosedur yang mudah serta dengan biaya yang murah10

Penelitian lain yang mengkaji tentang usaha kecil dan menengah yaitu dilakukan oleh Rosidah (2005) dengan judul “Analisis SWOT Strategi Baitul Maal wat Tamwil dalam Peningkatan usaha kecil dan menengah”. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa Baitul Maal wat Tamwil sebagai lembaga ekonomi dan keuangan syariah bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat Islam dari jurang kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan jalan pemerataan pendapatan melalui jalur investasi serta penciptaan peluang dengan memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif

10

Muhammad Taufiq, Membangun Sistem Pembiyaan Bagi Usaha Kecil, Menengah dan


(26)

berdasarkan prinsip kemiteraan dan terciptanya kemandirian dalam berusaha. Selain itu dijelaskan beberapa lembaga keuangan akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lapisan bawah terhadap sistem pendanaan yang dapat memberikan bantuan modal untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka, dan sebagai upaya untuk memenuhi keterbatasan pelayanan lembaga yang selama ini yang belum atau bahkan tidak sama sekali mampu menjangkau kebutuhan masyarakat lapisan bawah terhadap akses permodalan

Kemudian Herni Murniasih (2003) melakukan penelitian dengan judul “Peranan Perbankan Syariah dalam Membangun Usaha Kecil dan Menengah”. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam penyaluran pembiayaan kepada pengusaha kecil dan menengah selain aspek permodalan adalah kurangnya jiwa kewirausahaan, terbelakangnya teknis produksi serta lemahnya kemampuan dan pemasaran. Oleh karenanya pola pembinaan, pengawasan, dan pendampingan secara teknis harus selalu dilaksanakan dalam setiap aktivitas penyaluran pembiayaan. Kesulitan pengusaha kecil untuk mengakses kredit usaha kecil disebabkan karena adanya aturan atau adanya tata cara permohonan kredit yang menurut kebanyakan pengusaha kecil dan menengah dirasakan terlalu panjang dan berbelit-belit. Kesulitan untuk mengakses fasilitas kredit semacam itu terutama sangat dirasakan oleh pengusaha kecil yang berada di sektor informal

Dari ketiga hasil penelitian tersebut, ditemukan adanya kesimpulan bahwa terdapat peranan antara pembiayaan mikro syariah yang dilakukan oleh


(27)

perbankan syariah dan BMT terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah. Namun dari ketiga hasil penelitian tersebut tidak dibahas strategi lembaga keuangan mikro syariah untuk mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan dari usaha kecil dan menengah untuk mencapai taraf nasional bahkan merambah pasar Internasional.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Kualitatif, 1. Pendekatan Kualitatif

Cirri-ciri penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif diantaranya:

a. Sumber data bersifat ilmiah, artinya sehari-hari masyarakat;

b. Penelitian sendiri merupakan instrument yang paling penting didalam pengumpulan data dan penginterpretasikan data;

c. Penelitian kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta dibaca (via wawancara) atau bukan, catatan lapangan foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memodokumen resmi atau bukan dan lain-lain dan penelitian harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan, dan menarik kesimpulan;


(28)

d. Penelitian harus dilakukan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu (shaping) atau kasus (studi kasus)11

Langkah pendekatan kualitatif adalah mencari makna, berawal dari fakta, melakukan observasi, mencatat semua fakta secara holistik dan bersifat alamiah (naturalistik). Memahami interpretasi fakta: membuat deskripsi fenomena yang diamati, perumusan generalisasi bersifat teoritis.

Skripsi ini mendeskripsikan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi riil dilapangan. Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini pendekatan empiris dengan kajian politik ekonomi.

2. Jenis Penelitian

Corak penelitian menggunakan penelitian deskriptif analisis yaitu penelitian yang berusaha menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subjek penelitian pada masa sekarang kemudian dijelaskan, dianalisa dan disajikan sedemikian rupa sehingga menjadi gambaran yang sistematis.12 Dalam hal ini penulis menggambarkan langsung tentang strategi lembaga keuangan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan UKM dengan mengumpulkan data-data akurat kemudian dianalisis.

11

Burhan Bungin (Ed), Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2004),

hal.52

12

Irwan soeharto, Metode Penelitian social (Bandung : PT Raja Gravindo, 2004), cet.ke-6,


(29)

3. Data Penelitian

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis atau wawancara, dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pejabat BMT Al-Munawwarah yang berwenang.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan dokumen. Penulis mengumpulkan informasi berupa buku-buku, contoh: buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Library Research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. b. Field Research (lapangan) dengan wawancara, yaitu teknis dalam

upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan proses pemecahan maslalah tertentu sesuai dengan data. Teknik yang digunakan adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis mangajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian langsung dijawab oleh informan dengan bebas terbuka.13 Dalam hal ini penulis memberikan pertanyaan kepada narasumber dari masing-masing pihak yang bersangkutan.

13


(30)

c. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pada laporan keterangan pihak BMT Al-Munawwarah dan keterangan dokumen lainnya yang terkait dengan masalah penelitian.

5. Subjek-Objek Penelitian

Subjek adalah BMT Al-Munawwarah Pamulang.

Objek penelitiannya adalah strategi yang dilakukan BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan UKM.

6. Teknik Pengelolaan Data

Pengelolaan data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam kelompok, kategori, dan kesatuan. Pengelolaan data ini dilakukan terus-menerus selama pengumpulan data berlangsung maupun setelah data terkumpul.14

Adapun teknik pengolahan data adalah deskriptif kualitatif dan teknik penulisannya menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”.

14


(31)

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi menjadi lima bab, secara keseluruhan kelima bab tersebut merupakan satu rangkaian pembahasan yang saling terintegrasi dan saling berkaitan. Dengan demikian sistematika penyusunannya adalah sebagai barikut : Bab I merupakan suatu pendahuluan, pada bab ini penulis akan

menguraikan secara singkat latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan teknik penulisan, sistematika penulisan.

Bab II Kajian teori yang terdiri dari dua sub, sub yang pertama menjelaskan masalah strategi pembiayaan yang tediri dari pengertian strategi, pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, tujuan pembiayaan, prinsip pembiayaan syariah.

Bab III Gambaran umum BMT Al-Munawwarah, meliputi segala hal yang berkaitan dengan BMT Al-Munawwarah mulai dari sejarah singkat BMT Al-Munawwarah, latar belakang pendirian, visi dan misi, struktur organisasi, produk dan jasa pembiayaan BMT Al-Munawwarah, pola dan alur proses pembiayaan usaha kecil dan menengah pada BMT Al-Munawwarah, prosedur dan persyaratan untuk mengajukan pembiayaan pada BMT Al-Munawwarah, Reputasi.


(32)

Bab IV Membahas tentang penelitian terhadap data-data yang dikumpulkan dalam bab ini juga membahas strategi yang digunakan BMT Al-Munawwarah untuk memngembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah. Sub yang pertama menjelaskan mengenai strategi-strategi yang dilakukan BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah. Sub yang kedua mengenai perkembangan BMT Al-Munawwarah terhadap pembiayaan usaha kecil dan menengah.

Bab V Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan berupa jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian yang dikemukakan sebelumnya. Bab lima juga berisi saran yang sifatnya membangun dan memberi saran atas permasalahan yang telah ditemukan.


(33)

18 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Strategi Pembiayaan 1. Pengertian Strategi

Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos. Pada saat itu, strategos ditujukan sebagai “komandan militer” pada zaman demokrasi Athena. Sementara dalam ensiklopedia bebas Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.1

Dengan adanya arti penting nilai-nilai dan gaya manajemen, dan juga perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis, kita dapat menegaskan kembali gagasan strategi tingkat usaha untuk lebih erat menghubungkan “ masalah -masalah sosial dan etis” dengan “masalah-masalah bisnis” yang tradisional. Strategi tingkat usaha tidak mengharuskan adanya sekumpulan nilai-nilai tertentu, dan juga tidak mengharuskan agar setiap perusahaan “tanggap secara sosial” dengan cara tertentu.

1

Strategi, Wikipedia bahasa Indonesia, “Stategi” Artikel diakses pada 28 Januari 2011 dari


(34)

2. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan yang dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cara angsuran sesuai dengan perjanjian bisa juga berbentuk barang atau berbentuk uang.

Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Manajemen biaya merupakan suatu sistem yang didesain untuk menyediakan informasi baik bersifat keuangan (pendapatan dan biaya) dan non keuangan (kualitas dan produktivitas) bagi manajemen untuk identifikasi peluang-peluang penyempurnaan, perencanaan strategik dan pembuatan keputusan operasional memngenai pengadaan dan penggunaan sumber-sumber yang diperlukan oleh organisasi. Manajemen biaya juga merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang menunjukan adanya hubungan dengan sistem lainnya seperti sistem desain dan pengembangan, sistem pembelian dan produksi, sistem pelayanan konsumen serta sistem pemasaran dan distribusi.2

2

Drs. Harnanto, M. Soc., Akt. Zulkifli, SE., MM. Manajemen Biaya, Yogyakarta: Unit


(35)

3. Unsur-unsur Pembiayaan

Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam mengandung beberapa arti, jadi dengan menyebutkan kata pembiayaan sudah terkandung beberapa arti, sehingga jika kita bicara pembiayaan maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Adapun unsur-unsur yang tekandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut:3

a. Kreditur

Adalah orang atau badan usaha milik modal yang memberikan pinjaman kepada peminjam dengan ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.

b. Debitur

Adalah orang atau badan usaha pemilik modal yang diberi pinjaman. c. Kepercayaan

Yaitu suatu sifat yakin pihak pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali pada masa tertentu, dimasa datang kepercayaan ini diberikan oleh lembaga keuangan karena sebelum dana diberikan sudah dilakukan penelitian terlebih dahulu yang mendalam terhadap nasabah

3

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010


(36)

agar dapat mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar pembiayaan yang telah disalurkan.

d. Janji Kesanggupan Bayar/kesepakatan

Disamping unsur-unsur kesepakatan antara pihak pemberi pembiayaan dengan pihak penerima pembiayaan kesepakatan itu dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditandatangani kedua belah pihak.

e. Jangka waktu

Dalam pembiayaan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki jangka waktu. Adanya jangka waktu tersebut diakibatkan karena ditakutkan nasabah melakukan wanprestasi yang menyebabkan risiko atau kerugian bagi lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan.

f. Risiko

Faktor risiko kerugian dapat diketahui dua hal yaitu risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak membayar pembiayaan padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan nasabah tidak sengaja yaitu


(37)

akibat terjadinya musibah seperti kecelakaan atau bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya diakibatkan karena adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu) semakin panjang jangka waktu suatu pembiayaan semakin besar risikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan lembaga keuangan (bank) baik risiko yang disengaja maupun tidak disengaja.

g. Balas jasa

Akibat dari pemberian fasilitas pembiayaan lembaga keuangan (bank) tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa dalam bentuk bunga, biaya promosi dan komisi serta biaya administrasi pembiayaan ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.4

4. Jenis-jenis Pembiayaan

Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan masyarakat sangat beragam apalagi dalam perekonomian serta beragamnya jenis usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis pembiayaannya.

Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva non-produktif, yaitu:

4

Kasmir S.E., Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet.


(38)

a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah atau BMT dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut:

1) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:

a) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal, pembiayaan proyek dan pembiayaan ekspor.

b) Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian antara para pemilik dana modal untuk mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan diantara pihak pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.

2) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:


(39)

a)Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara pihak lembaga keuangan dan nasabah dimana lembaga keuangan syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut sebesar harga perolehan ditambah dengan margin atau keuntungan yang telah disepakati dalam akad. Dengan aplikasi pembiayaan aplikasi pembiayaan investasi atau barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan ekspor.

b) Pembiayaan Salam

Pembiayaan salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. Dengan aplikasi pembiayaan sektor pertanian dan produk manufakturing.

c) Pembiayaan Istishna

Pembiayaan pembiayaan istishna adalah perjanjian jual-beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Dengan aplikasi pembiayaan konstruksi, proyek, produk manufakturing.

3) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini diklasifikasikan menjadi pembiayaan:


(40)

a) Pembiayaan Ijarah

Pembiayaan ijarah adalah pembiayaan sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Dengan aplikasi pembiayaan sewa.

b) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik wa Iqtina

Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepimilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.

b. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah berbentuk pinjaman adalah: pinjaman qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.

5. Tujuan Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya seperti BMT. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan BMT Al-Munawwarah adalah Meningkatkan kesejahteraan bersama melalui kegiatan ekonomi yang menaruh perhatian pada nilai-nilai


(41)

dan kaidah-kaidah muamalah syar’iyyah yang memegang teguh keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.5 dan untuk memenuhi stakeholder, yaitu6: a. Pemilik

Dari sumber pendapatan tersebut, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada lembaga keuangan tersebut.

b. Pegawai

Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari lembaga keuangan yang dikelolanya.

c. Masyarakat 1) Pemilik dana

Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan keuntungan dari dana yang diinvestasikan.

2) Debitur yang bersangkutan

Dengan penyediaan baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk mengadakan barang produksi (barang konsumtif)

5

Hasil wawancara peneliti kepada Sutanto Samidjan, Operation Manager BMT Al-Munawwarah, pada hari kamis tanggal 27 Januari 2011

6


(42)

3) Masyarakat umumnya-konsumen

Mereka akan mendapat barang yang diinginkan dengan adanya pembiayaan yang disalurkan kepada para pengusaha.

d. Pemerintah

Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh BMT dan juga perusahaan-perusahaan)

e. Lembaga keuangan (bank atau BMT)

Bagi lembaga keuangan yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan BMT dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survive dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya.

6. Prinsip Pembiayaan syariah

Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:7 1. Keadilan

Pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.

7

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010


(43)

2. Kepercayaan

Merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:

a. Informasi data nasabah

Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah.

b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil

Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil. Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah.


(44)

c. Proyeksi laporan keuangan

Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi). Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).

d. Akad pembiayaan

Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.

7. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan ( Strengths ) dan peluang ( Opportunities ), namun secara bersamaan dapat meminimkan kelemahan ( Weknesses ) dan ancaman( Threats ). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan


(45)

demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan ( kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengtht dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang ( opportunities ) dan Ancaman ( threats ) dengan faktor internal kekuatan ( strengths ) dan Kelemahan ( Weaknesses ).8

Diagram Analisis SWOT

3. Mendukung Strategi 1. Mendukung Strategi Turnaround Agresif

4. Mendukung Strategi 2. Mendukung Strategi Devensif Diversifikasi

8

Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 18-19

Berbagai Peluang

Kelemahan Internal Kekuatan Internal


(46)

Keadaan 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus digunakan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif ( growth oriented strategy )

Keadaan 2 : Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman,perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi Internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi ( Produk/pasar )

Keadaan 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Keadaan 4 : Ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan Internal.


(47)

B. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) 1. Pengertian BMT

Baitul Maal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-maal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) baitul maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Adapun secara terminologis Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.

Kegiatan Baitul Maal wat Tamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya.

Baitul maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Rasulullah merupakan kepala Negara yang pertama memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan Negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan kekayaan Negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai


(48)

dengan kebutuhan Negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang pada masa Rasulullah SAW sumber pemasukan bait al-maal adalah 9:

a. Kharaj, yaitu pajak tanah

b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan hasil pertanian.

c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%

d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan keamanan dari Negara Islam.

e. Penerimaan lainya separti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak memiliki ahli waris.

2. Tujuan dan Fungsi BMT

Tujuan umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya sebagi berikut :

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat dan daerah kerjanya.

2. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

9


(49)

3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

4. Menjadi perantara keuangan antara agniya sebagai shahibul maal dengan dhu’afa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam fungsi ini bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq, shadaqah, dan dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya akan disalurkan kembali kepada golongan-golongan yang membutuhkannya.

5. Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha produktif.

Peran ini menegaskan arti penting prinsi-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat, sebagai Lembaga Keuangan Syariah (LKMS) yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil. Keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa fungsi :

1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.

Aktif melakukan sosialisasi ditengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami.


(50)

2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.

BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum. 3. Melespaskan ketergantungan pada rentenir.

Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.

4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya masalah dalam pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.


(51)

3. Badan Hukum BMT

Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan hukum resmi. BMT berkembang sebagai lembaga swadaya masyarakat atau kelompok simpan-pinjam. Namun mengantisipasi perkembangan ke depan, status hukum menjadi kebutuhan yang mendesak.

Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat atau koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang dijelaskan UU no. 7 tahun 1992 dan UU no. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Menurut undang-undang pihak yang berhimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah bank umum dan BPR, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun prinsip bagi hasil.

Dalam peraturan per undang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini oleh pembina-pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk berbadan hukum koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakat. Selain itu dengan terbentuk koperasi, BMT berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil.10

BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap, pertama dapat dimulai sebagai KSM atau LKM dan jika telah

10


(52)

mencapai modal dasar yang telah ditentukan barulah segera menyiapkan diri ke dalam badan hukum koperasi, KSM atau LKM dengan mendapat sertifikat dari PINBUK.

Jika mencapai keadaan dimana para anggota dan pengurus telah siap, maka BMT dapat dikembangkan menjadi badan hukum koperasi. BMT yang telah memiliki kekayaan Rp. 75.000.000 atau lebih diminta atau diharuskan untuk mempersiapkan proses administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat dan baik dilihat dari segi pengelolaan koperasi. Dianalisa dari ibadah yang harus dipertanggungjawabkan kinerjanya tidak saja pada anggota dan masyarakat, tetapi juga kepada Allah SWT, karena seharusnya BMT berbadan hukum koperasi ini dikelola secara syariah Islam yang penuh dengan nilai-nilai etika Islam.

Badan hukum BMT yang sesuai dengan kondisi peraturan yang berlaku adalah koperasi syariah, yaitu sebagai salah satu unit usaha yang dikelola koperasi. Secara organisatoris BMT dibawah badan hukum koperasi. Dalam hal ini pengelola BMT bertanggung jawab kepada pengurus koperasi. Sedangkan pengurus koperasi bertanggung jawab kepada rapat anggota tahunan.11

Adapun lebih singkatnya sebagai brikut :

a. BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM atau Koperasi :

KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat Keterangan dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)

11 Ahmad Sukamatjaya, “Baitul Maal Wat Tamwil”, 26

-28 Desember 2008, (Bogor: yayasan Al-Amin Dharma Mulia), h.10.


(53)

b. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah c. Koperasi simpan-pinjam syariah (KSP-S)

d. BMT berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah, kekeluargaan, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme). Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistem operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah sehingga produk-produk yang berkembang dalam BMT seperti apa yang ada di Bank Syariah. Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syariah.

C. Usaha Kecil dan Menengah

1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Pengertian tentang usaha kecil dan menengah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan Negara tersebut. Mengenai pengertian atau definisi usaha kecil dan menengah ternyata sangat bervariasi, disatu Negara berlainan dengan Negara lainnya. Dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga keja dan aspek pengelompokan perusahaan tersebut (range of the member of employees), misalnya usaha kecil di


(54)

United Kingdom adalah jumlah karyawannya antara 1-200 orang, di Jepang antara 1-300 orang, di USA antara 1-500 orang.

Departemen perindustrian RI pada tahun 1983 membagi sektor industri dalam tiga kelompok.12 Pertama adalah kelompok industri dasar (Basic Industry). Seperti metal dan kimia. Kedua adalah aneka industri yang menyerap banyak tenaga kerja dan menggunakan teknologi yang sifatnya tradisioanl atau sederhana.

Ketiga ialah industri yang mempunyai investasi berupa asset tetap (fixed asset)

kurang dari Rp. 70 juta di luar nilai tanah yang dikuasainya.

Dengan berkembangnya perekonomian nasional, pada tahun 1991 Departemen Perindustrian RI melakukan penyesuaian rumusan pengelompokan industri, yaitu untuk industri kecil dan kerajinan didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai asset kurang dari RP. 600 juta diluar nilai tanah dan bangunan yang digunakannya. Sedangkan Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari investasi, diluar tanah dan bangunan, sebesar 600 juta bagi pengertian industri kecil.13

2. Karakteristik UKM

INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha kecil menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai maksimal 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)

12

Tiktik Sartika Partomo, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2004), h. 51

13


(55)

Adapun kriteria umum UKM dilihat dari cirri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut:14

1. Struktur organisasi yang sangat sederhana. 2. Tanpa staf yang berlebihan.

3. Pembagian kerja yang “kendur.”

4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.

5. Aktivitas sedikit formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi memilikinya adalah:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak RP. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau

b. Memiliki hasil penjualan paling banyak 1 miliar/tahun. Sedangkan untuk kriteria usaha menengah:

a. Untuk sektor industri memiliki total asset paling banyak Rp. 5 miliar. b. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.

600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 miliar.

14


(56)

3. Peran Usaha Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Indonesia

Keberadaan usaha kecil di tanah air kita memang mewakili hampir seluruh unit usaha di berbagai sektor ekonomi yang hidup dalam perekonomian kita, karena jumlahnya yang amat besar. Sampai saat ini usaha kecil mewakili sekitar 99,85 % dari jumlah unit usaha yang ada, sedangkan usaha menengah sebesar 0,14% saja, sehingga usaha besar hanya merupakan 0,01%. Dengan demikian corak perekonomian kita ditinjau dari subjek hukum pelaku usaha adalah ekonomi rakyat yang terdiri dari usaha kecil di berbagi sektor, terutama sektor pertanian dan perdagangan maupun jasa serta industri pengolahan.15

Di masa krisis usaha kecil dan menengah dinilai masih mampu bertahan, karena fleksibilitasnya dan ketidak tergantungannnya pada pembiayaan melalui kredit perbankan. Semasa krisis walaupun banyak UKM yang mengalami kesulitan, tetapi juga masih cukup banyak yang berkembang. Hal ini juga terlihat dari adanya perbaikan posisi usaha kecil dan menengah dalam struktur pembentukan PDB pada saat dan setelah krisis dibanding masa sebelum krisis di mana pangsa UKM dalam pembentukan PDB mengalami peningkatan.

.

15

Perkembangan Usaha Mikro, artikel ini diakses pada tanggal 25 Januari


(57)

42 BAB III

GAMBARAN UMUM BMT AL-MUNAWWARAH

A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang BMT Al-Munawwarah

Ide dan inisiatif pendirian BMT Al-Munawwarah bermula dari keprihatinan bersama beberapa jama’ah dan pengurus Yayasan Al-Munawwarah, ICMI orsat Pamulang dan beberapa tokoh lingkungan sekitar Pamulang terhadap kondisi pengusaha mikro yang seringkali kesulitan mengakses permodalan guna mengembangkan usahanya sehingga mereka mencari alternatif ‘termudah’ dalam mengakses permodalan yaitu rentenir, walaupun pada kenyataan sebenarnya ketika mereka meminta bantuan terhadap rentenir tersebut justru itulah awal dari keterpurukan usaha mereka.

Beberapa pertemuan tokoh digagas guna menindaklanjuti keinginan mulia tersebut. Tidak lama berselang sejumlah calon pendiri bersedia menyertakan dana penggerak dalam bentuk SPK (Simpanan Pokok Khusus) sebagai modal awal operasional BMT. Setelah semua sepakat, maka didirikanlah BMT Al Munawwarah dengan mengambil bentuk KSM -Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai legalitas dan status hukum awal operasionalnya.

Tepat pada tanggal 26 Mei 1996, BMT Al-Munawwarah yang beralamat di Komp. Masjid Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah Blok A Pamulang 15417 Tangerang-Selatan Banten, bersama 16 BMT baru lainnya diwilayah Jakarta Selatan diresmikan operasionalnya oleh ketua PINBUK Jakarta Selatan H. Ali


(58)

Moeis dan Direktur Bank Muamalat H. Zainul Bahar Noor. Sejak itu BMT Al- Munawwarah yang didukung oleh para pendiri dari 2 lembaga yaitu Yayasan Al-Munawwarah dan ICMI orsat Pamulang serta 39 perorangan lainnya mulai berkiprah dalam komunitas usaha lapisan ‘grass root’ yakni usaha kecil-mikro.1

B. Visi dan Misi BMT Al-Munawwarah

Visi BMT Al-Munawwarah adalah untuk kesejahteraan bersama, yaitu : Terwujudnya BMT yang terdepan, tangguh dan profesional dalam membangun ekonomi umat.

Misi BMT Al-Munawwarah adalah sebagai berikut :

a. Memberikan layanan yang prima kepada seluruh anggota, mitra dan masyarakat luas.

b. Mendorong anggota, mitra dan masyarakat luas dalam kegiatan menabung dan investasi

c. Menyediakan permodalan dan melakukan pendampingan usaha bagi anggota, mitra dan masyarakat luas.

d. Memperkuat permodalan sendiri dalam rangka memperluas jaringan serta menambah produk dan fasilitas jasa layanan

e. Mencapai pertumbuhan dan hasil usaha BMT yang layak serta proporsional dan berkelanjutan.

1

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010.


(59)

C. Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah

Struktur organisasi BMT Al-Munawwarah bisa dilihat melalui gambar 3.1 di bawah ini. Dari gambar tersebut terlihat ada pemimpin cabang yang membawahi kepala bidang operasional, kepala bidang marketing.2

Gambar 3.1

Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah Pamulang

Sumber : BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010.

2

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010.


(60)

a. Anggota Pendiri dan Pengurus

BMT Al-Munawwarah untuk pertama kalinya didirikan oleh sebanyak 42 anggota yang terdiri dari 3 lembaga dan 39 dari perorangan. Sebagian besar anggota tersebut telah menyerahkan modal awal sebagai dana penggerak BMT berupa simpanan pokok sebesar antara Rp.250.000,- s/d Rp.1.000.000,-. Namun seiring dengan berkembangnya waktu, sesuai kesepakatan anggota dalam RAT (Rapat Anggota Tahunan), maka batas minimal dan maksimal simpanan pokok anggota (Pendiri) dirubah menjadi Rp.4 juta sebagai batas minimal dan Rp. 15 juta sebagai batas maksimal. Dan kesempatan menjadi anggota BMT akan tetap dibuka dengan ketentuan jumlah setoran simpanan pokok anggota yang baru tersebut. Sampai tahun 2009, mereka yang tercatat sebagai anggota BMT Al-Munawwarah sebanyak 51 anggota yang sebagian besar merupakan masyarakat asli daerah Pamulang (terlampir).

Adapun para pengelola BMT Al-Munawwarah sebagai berikut: 1. Murad (Direktur)

2. Sutanto (Manajer Operasional) 3. Samabiyanto (Manajer Marketing) 4. Rausin (Manajer Cabang 01-Depok) 5. Asep Soufian (Manajer Cabang 02-BSD)


(61)

Pengurus BMT Al-Munawwarah adalah:

1. Drs. H. Achyar Said Kabasaran (Ketua) 2. H. Sukamdi (Sekretaris)

3. Ir. H. Djoko Prabowo Sastrosatomo (Bendahara) Pengawas BMT Al-Munawwarah adalah:

1. Drs. Nadarsjah Mahdur, MM., Ak., CPA. (Ketua) 2. HM. Arief Ismail, MH., MHuk. (Anggota)

3. Prof. Dr. H. Gatot Suradji, MM., MSc. (Anggota) Dewan Pengawas Syariah:

1. Dr. Hj. Euis Amalia, M.Ag (Ketua) 2. Dr. H. Ali Rahmat, LC, MSc (Anggota) 3. KH. Bahruddin (Anggota)

b. Legalitas dan Badan Hukum

1. Status Hukum : Koperasi Syariah 2. Nomor Akta : No.518/26/BH/Dis KUK 3. Nomor Domisili : No.517/42-Kel.PT/2010 4. Nomor NPWP : No.02.289.745.8-411.000 5. Nomor TDP : No.30.08.2.65.00016


(62)

c. Budaya Kerja

Budaya Kerja BMT Al Munawwarah didasarkan pada keyakinan inti yaitu keyakinan dan semangat individu-individu BMT dalam upaya mencapai visi dan menjalankan misi BMT, sedangkan NILAI DASAR yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh BMT yang menjadi kebanggaan dan selalu dijaga untuk mengawal segala keputusan yang telah, sedang dan akan diambil.

Adapun keyakinan inti Al-Munawwarah terangkum dalam kata 'ILAHI' :3 1. ISLAH

Kami yakin bahwa keunggulan diperoleh dengan cara perbaikan dan inovasi terus menerus

2. LILLAH

Kami yakin bahwa semua aktivitas kerja harus dilandasi semata-mata karena Allah SWT

3. AMANAH

Kami yakin bahwa semua pekerjaan harus dilakukan dengan penuh kejujuran, dedikasi dan tanggungjawab

4. HISAB

Kami yakin bahwa kita harus selalu melakukan intropeksi (muhasabah) atas segala kekurangan dan kesalahan

5. IBADAH

3

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010


(63)

Kami yakin bahwa semua aktivitas dan kegiatan kerja yang dilakukan akan bernilai ibadah di mata Allah SWT

Sedangkan NILAI DASAR BMT Al Munawwarah terangkum dalam kata 'MANTAP' :

1. MANFAAT

Berusaha mengkreasi produk dan layanan BMT yang multi-manfaat untuk semua pihak

2. ANTUSIAS

Berusaha melayani semua pihak dengan antusias, kesungguhan, dan tanggungjawab

3. NYAMAN

Berusaha membuat situasi dan kondisi kerja dan pelayanan yang nyaman 4. TRANPARAN : Berusaha mencitrakan BMT yang transparan, acountable

dan dapat dipercaya 5. ADIL

Berusaha adil dan seimbang dalam memperoleh dan berbagi keuntungan financial

6. PATUH

Berusaha mematuhi dan mentaati regulasi, aturan-aturan dan undang-undang yang berlaku untuk BMT


(64)

D. Produk-produk dan Jasa BMT Al-Munawwarah

Baitul-Maal merupakan bagian dari kegiatan CSR (sosial) nya BMT Al-Munawwarah yang meliputi: 4

a. Penghimpunan Dana, terdiri dari: 1. Zakat

2. Infaq 3. Shodaqoh 4. Wakaf

b. Penyaluran Dana, terdiri dari : 1. Bea-Pendidikan

2. Sumbangan Kemanusiaan

3. Sumbangan Lembaga Keagamaan 4. Sosial Keagamaan

Produk dan layanan diperuntukan bagi nasabah yang mengutamakan prinsip syariah disertai kenyamanan, keamanan, keleluasaan dan kemudahan bertransaksi. Berbagai produk BMT Al Munawwarah adalah :

a. Penghimpunan Dana b. Penanaman Dana c. Jasa Layanan

1. Penghimpunan Dana (Funding)

4

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Brosur Produk, Profil Perusahaan 2010


(65)

a. Simpanan INSANI (Investasi Syariah Non-Ribawi).

INSANI merupakan tabungan berbagi hasil dengan memberikan keleluasaan berinvestasi dengan transaksi yang mudah, cepat, aman dan insyaAllah menguntungkan. Dengan prinsip mudharabah Al-Mutlaqah, simpanan anda diperlakukan sebagai investasi dengan memberi kebebasan penuh pada BMT untuk mengelola dana dalam bentuk pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan investasi akan dibagihasilkan antara Anda dan BMT sesuai dengan nisbah yang disepakati sebelumnya. BMT telah mengemas tabungan INSANI dalam beberapa bentuk yaitu: 5 1) SIMAPAN (Simpanan Amanah untuk Masa Depan)

2) SAHAJA (Simpanan Haji Al Munawwarah) 3) TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban)

4) SAPITRI (Simpanan Pendidikan untuk Puter-Puteri) 5) TAFADDAL (Simpanan Fasilitas Debet Al Munawwarah) 6) SAHARA (Simpanan Hari Raya)

7) TAZKIAH (Tabungan Zakat-Infaq-Shadaqah) b. Deposito BERKAH (Berjangka Mudharabah)

Deposito bekah merupakan investasi dengan nisbah bagi hasil kompetitif dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dengan prinsip Mudharabah Muthlaqah dimana debitur memberi kebebasan penuh kepada BMT untuk

5

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Brosur Produk, Profil Perusahaan 2010


(66)

mengelola dana sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Adapun manfaat dan kelebihan dari deposito ini adalah:

1) Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana debitur

2) Jangka waktu yang fleksibel yaitu 2, 3, 6, 9 dan 12 bulan sesuai rencana debitur.

3) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan

4) Hasil investasi debitur dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke rekening tabungan atau ditambahkan ke pokok deposito, sesuai dengan keinginan debitur.

c. Pembiayaan/Pinjaman dari Pihak Lain

Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain dalam bentuk hutang pembiayaan atau investasi dengan jangka waktu tertentu. Investor akan mendapatkan bagi-hasil sesuai kesepakatan nisbah yang dimusyawarahkan diawal.

d. Penanaman/Penyertaan Modal

Penyertaan modal adalah penyertaan yang bertujuan investasi untuk memupuk penguatan modal BMT. Untuk tahap awal produk ini ditawarkan bagi pendiri BMT yang berminat. Penyerta modal akan mendapatkan imbalan berupa deviden tahunan yang ditentukan oleh RAT-BMT


(67)

2. Penanaman Dana (Financing)

a. Sistem Bagi-Hasil (Mudharabah dan Musyarakah) 1. Pembiayaan Mudharabah :6

Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama, disalurkan untuk berbagai jenis usaha halal seperti industri rumah tangga, perdagangan, jasa dan pertanian.

2. Musyarakah :

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, diperuntukan bagi mitra yang telah memiliki usaha produktif halal dan bermaksud untuk menambah modal usahanya. BMT menempatkan porsi penyertaan/sharing dana terhadap usaha mitra.

b. Sistem Jual-Beli (Murabahah)

1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli barang dengan keuntungan/margin yang disepakati

2. Pembayaran dapat diangsur sesuai kesepakatan bersama

3. Diperuntukan bagi Anda yang memerlukan asset berupa barang dan tidak ingin melunasi sekaligus (angsuran dicicil)

c. Sistem Jasa (Ijarah Multijasa, Hiwalah, Pembiayaan Pembayaran Rek.Telepon) Pembiayaan atas dasar prinsip jasa, disalurkan untuk berbagai jenis kebutuhan yang benar-benar halal:

6

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010


(68)

1. Ijaroh Multijasa : Untuk pembayaran biaya pendidikan,pengobatan,sewa tempat dan lain-lain

2. Hiwalah : Untuk anjak hutang-piutang, dan 3. Pembiayaan Tagihan Rekening Rekening Telepon d. Sistem Pinjaman (Alqard)

Al-Qard adalah penyediaan dana pinjaman berdasarkan kesepakatan antara BMT dan Mitra peminjam yang mewajibkan mitra peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Dalam sistem ini mitra peminjam diperkenankan memberi imbalan kepada BMT tanpa dipersyaratkan sebelumnya oleh BMT.

3. Jasa Layanan dan Perdagangan a. Transaksi ONLINE, meliputi :

1. Pembayaran Listrik PLN 2. Pembayaran Telpon TELKOM 3. Pembayaran Air PAM-TPJ

4. Pembayaran Angsuran Kredit Motor FIF 5. Pembayaran Tagihan Kartu Kredir CitiBank 6. Pembayaran Tagihan Ponsel PASCA-BAYAR 7. Transfer Antar BANK


(69)

b. Unit Usaha GAS & AIR MINERAL

UU-GAM merupakan usaha perdagangan retail yang menyediakan kebutuhan rumah tangga berupa gas elpiji dan air minum mineral baik yang galonan maupun kemasan.

Adapun jasa layanan unggulan adalah:

1. Fasilitas mikro CARD BMT yang berpungsi sebagai :

a. Kartu Penarikan tabungan nasabah BMT melalui ATM bersama, BSM, Mandiri, Prima BCA dan Bankcard Malaysia.

b. Kartu Belanja diseluruh super/hyper mart melalui jaringan EDC BSM, Mandiri dan prima BCA

c. Fasilitas Transfer ke seluruh bank jaringan ATM bersama dan Prima BCA

d. Fasilitas Pembayaran tagihan listrik, telepon dan seluler 2. Jasa Layanan transaksi ONLINE BMT meliputi :

a. Pembayaran tagihan PLN, TELKOM, PAM, Seluler Pasca- Bayar, Kartu Kredit, Angsuran Motor.

b. Transfer Bank


(70)

E. Pola dan Alur Proses Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah pada BMT Al-Munawwarah

Adapun pola dan alur proses Pemberian Pembiayaan calon mitra pada BMT Al-Munawwarah sebagai berikut:7

1. Pembiayaan/Pinjaman dari Pihak Lain

Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain dalam bentuk hutang pembiayaan atau investasi dengan jangka waktu tertentu. Investor akan mendapatkan bagi-hasil sesuai kesepakatan nisbah yang dimusyawarahkan diawal. BMT menerima pembiayaan dari pihak lain dalam bentuk akad mudharabah mutlaqah maupun muqayyadah

2. Penanaman/Penyertaan Modal

Penyertaan modal adalah penyertaan yang bertujuan investasi untuk memupuk penguatan modal BMT. Untuk tahap awal produk ini ditawarkan bagi pendiri BMT yang berminat. Penyerta modal akan mendapatkan imbalan berupa deviden tahunan yang ditentukan oleh RAT-BMT

3. Penanaman Dana (Financing)

Sistem Bagi-Hasil (Mudharabah dan Musyarakah) a. Pembiayaan Mudharabah :

Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama, disalurkan untuk berbagai jenis usaha halal seperti industri

7

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010


(71)

rumah tangga, perdagangan, jasa dan pertanian. Dalam pembiayaan mudharabah tidak ada porsi penyertaan/sharing dana dari mitra, total dana pembiayaan total dari BMT.

b. Musyarakah :

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, diperuntukan bagi mitra yang telah memiliki usaha produktif halal dan bermaksud untuk menambah modal usahanya. BMT menempatkan porsi penyertaan/sharing dana terhadap usaha Mitra.

4. Sistem Jual-Beli (Murabahah)

a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli barang dengan keuntungan/margin yang disepakati

b. Pembayaran dapat diangsur sesuai kesepakatan bersama

c. Diperuntukan bagi yang memerlukan asset berupa barang dan tidak ingin melunasi sekaligus (angsuran dicicil)

5. Sistem Jasa (ijarah multijasa, hiwalah, pembiayaan pembayaran Rek.Telepon) pembiayaan atas dasar prinsip jasa, disalurkn untuk berbagai jenis kebutuhan yang benar-benar halal:

a. Ijarah Multijasa : untuk pembayaran biaya pendidikan, pengobatan, sewa tempat dan lain-lain

b. Hiwalah : untuk anjak hutang-piutang, dan c. Pembiayaan Tagihan Rekening Telepon.


(72)

6. Sistem Pinjaman Al-Qard

Al-Qard adalah penyediaan dana pinjaman berdasarkan kesepakatan antara BMT dan mitra peminjam yang mewajibkan mitra peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Dalam sistem ini mitra peminjam diperkenankan memberi imbalan kepada BMT tanpa dipersyaratkan sebelumnya oleh BMT.

Alur proses pemberian pembiayaan calon mitra pada BMT Al-Munawwarah sebagai adalah:

Hari Pertama, calon mitra bertemu dengan marketing atau marketing datang

langsung ketempat usaha calon mitra untuk menawarkan pembiayaan. Biasanya hari itu juga marketing tersebut melakukan survey ketempat usaha dan rumah mitra, namun bisa juga keesokan harinya bila yang bersangkutan sudah ada janji dengan calon mitra lain.

Hari Kedua, Survey BMT dirumah, dan ditempat usaha mitra. Pada saat itu umumnya marketing menanyakan segala seluk beluk usaha mitra agar ia paham akan bisnisnya. Kecepatan persetujuan pembiayaan tergantung pula atas keyakinan marketing apakah bisnis mitra prospektif dan menguntungkan. Biasanya petugas juga akan mengambil foto usaha dan jaminan bank yang mitra akan berikan.

Sepulang dari tempat calon nasabah, marketing membuat report kunjungan dan menyerahkan report tersebut kepada petugas analis pembiayaan disertai surat


(1)

85

perkembangan BMT tergantung kepada masyarakat muslim pada khususnya, dengan merubah pola pikir dan tindakan nyata di lapangan dalam melayani kebutuhan UKM sehingga manfaat BMT dirasakan UKM dengan prinsip halal, sederhana, mudah, cepat dan tepat.


(2)

86 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah penulis kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi yang digunakan oleh BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah (UKM) antara lain: a. Datang langsung ketempat calon nasabah

Strategi ini digunakan untuk memberikan informasi sekaligus sebagai promosi BMT Al-Munawwarah kepada masyarakat di daerah Pamulang khususnya di Bukit Pamulang Indah dimana keberadaan BMT Al-Munawwarah, dan juga untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

b. Rekomendasi mitra lama

Yaitu dengan cara melihat data-data mitra yang memang sudah dikenal lebih dahulu atau melalui mitra ke mitra yang lain dan saling memberi informasi jika ada mitra yang lain membutuhkan pembiayaan untuk pengembangan usaha mereka.


(3)

87

c. Jenis usaha yang dibiayai

Strategi ini di gunakan untuk menyaring jenis usaha apa saja yang boleh dibiayai oleh BMT Al-Munawwarah, tentunya berdasarkan syariat Islam. Adapun beberapa kriterianya yaitu:

1. Perdagangan yang halal

2. Perdagangan yang produktif dan menguntungkan d. Promosi

Dalam melakukan promosi BMT Al-Munawwarah mengandalkan beberapa jenis, di antaranya:

1) Brosur

2) Media lainnya, seperti surat kabar, internet, stasiun radio, banner dan lain-lain.

2. perkembangan pembiayaan BMT Al-Munawwarah terhadap UKM., dengan strategi-strategi yang telah dilakukukan oleh BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan UKM terbukti berhasil karena rata-rata tiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan.


(4)

88

B. Saran-saran

Adapun saran-saran untuk BMT Al-Munawwarah dari penulis adalah:

a. Tetap mempertahankan strategi-strategi yang telah dilakukan selama ini, bahkan harus dikembangkan dan dikemas sedemikian rupa agar para pelaku UKM dapat lebih mengembangkan dan meningkatkan produktivitasnya. b. Tetap memberikan pelayanan yang lebih profesional dan memberikan yang

terbaik sesuai dengan motto yang di usung oleh BMT Al-Munawwarah yaitu “untuk kesejahteraan bersama”.

c. Lebih menggalakkan promosi agar meningkatkan dan kemajuan BMT Al-Munawwarah di masa depan.

d. Lebih selektif dalam memberikan pembiayaan, agar dapat meminimalisir kerugian.

e. Meningkatkan sumber daya teknologi yang kian canggih untuk kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an nul al-Karim, Surat An-Nisa ayat 29

Abd. Majid, Baihaqi dan Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah: Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, Jakarta, Pinbuk, 2000

Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005 Arifin, Zainul, Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang. Tantangan dan Prospek

Jakarta: Alvabet, 1999

Aziz, M. Amin, Pedoman Pendirian BMT, Jakarta: Pinbuk Press, 2004

BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010

Bungin, Burhan (Ed), Metode Penelitian Kualitatif Jakarta : PT Raja Grafindo, 2004 Burhan, Aslichan, BMT KUBE Sejahtera : sebuah Model Pengembangn BMT

Berbasis Masyarakat Miskin, Makalah Kongres Nasional BMT, Jakarta, 2005 Darmawan, Hary, Cara Sukses Merintis Bisnis, Jakarta : Progres 2004

Harnanto, M. Soc., Akt. Zulkifli, SE., MM. Manajemen Biaya, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 1987

Juanita, Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan, Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara Digital Library, 2003

Kasmir S.E., Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Keempat

Kajian Pengembangan Pola Industri Pedesaan Melalui Koperasi dan Usaha Kecil, LPM UGM dan Balitbang Departemen Koperasi & PPK, Yogyakarta. BPS. 1999


(6)

Majalah I-Syariah, Demam Syariah di Dunia, edisi September, Jakarta : 2009

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen PeusahaanYKPN, 2005

Muhammad, Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, P3EI press, yogyakarta, 2008 Perkembangan Usaha Mikro, artikel ini diakses pada tanggal 25 Januari 2011 dari

http://sumeleh99.wordpress.com/ Pembiayaan Mikro Syariah

Rangkuti,Freddy Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997

Sartika Partomo. Tiktik, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004

Soeharto, Irwan, Metode Penelitian social Bandung : PT Raja Gravindo, 2004, cet.ke-6

Sukamatjaya, Ahmad, “Baitul Maal Wat Tamwil”, Bogor: yayasan Al-Amin Dharma Mulia, 2008

Stategi Wikipedia bahasa Indonesia, artikel ini diakses pada tanggal 10 Januari 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi

Taufiq, Muhammad, Membangun Sistem Pembiyaan Bagi Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, Jakarta: Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, 2003 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk

dan Implementasi Operasional bank Syariah, Jakarta : 2001