Lampiran II. Lay Out Penelitian
a. Lay out Penelitian
Keterangan : A
1
: Kompos MOL Bonggol Pisang 1 liter 25 kg Ulangan 1 A
2
: Kompos MOL Bonggol Pisang 1 liter 25 kg Ulangan 2 A
3
: Kompos MOL Bonggol Pisang 1 liter 25 kg Ulangan 3 B
1
: Kompos MOL Rebung Bambu 1 liter 25 kg Ulangan 1 B
2
: Kompos MOL Rebung Bambu 1 liter 25 kg Ulangan 2 B
3
: Kompos MOL Rebung Bambu 1 liter 25 kg Ulangan 3 C
1
: Kompos MOL Rumen Sapi 1 liter 25 kg Ulangan 1 C
2
: Kompos MOL Rumen Sapi 1 liter 25 kg Ulangan 2 C
3
: Kompos MOL Rumen Sapi 1 liter 25 kg Ulangan 3 D
1
: Kompos EM4 50 ml 25 kg Ulangan 1 D
2
: Kompos EM4 50 ml 25 kg Ulangan 2 D
3
: Kompos EM4 50 ml 25 kg Ulangan 3 A
3
B
3
D
2
C
1
A
1
C
2
D
3
B
1
A
2
B
2
D
1
C
3
b. Pengambilan Sampel
c. Uji Kematangan Kompos
d. Lay out Uji Perkecambahan
Keterangan : K.A+Benih : Kompos MOL Bonggol Pisang + Jagung
K.B+ Benih : Kompos MOL Rebung Bambu + Jagung K.C+ Benih : Kompos MOL Rumen Sapi + Jagung
K.D+ Benih : Kompos EM4 + Jagung T.K+ Benih : Tanpa Kompos Kapas + Jagung
Sampel Atas Sampel Tengah
Sampel Bawah
Benih
K.A+Benih K.B+Benih
K.C+Benih K.D+Benih
T.K+Benih
Lampiran III. Perhitungan Kebutuhan Bahan A.
Kebutuhan Air untuk Pengomposan Untuk mengomposkan 1000 kg bahan dibutuhkan air 200 liter sehingga air
yang dibutuhkan untuk mengomposkan 25 kg kulit kakao adalah : Volume air yang dibutuhkan =
Total kebutuhan air 5 liter perlakukan x 4 perlakuan x 3 ulangan = 60 liter air B.
Kebutuhan Larutan MOL Penggunaan aktivator EM4 pada penelitian ini menggunakan standar
penggunaan EM4 yaitu 10 mlliter air Temperaturt dan Salundik, 2006, sedangkan penggunaan MOL dalam pengomposan menurut Isroi 2015
penggunaannya yaitu 1 liter MOL dilarutkan dalam 4 liter air sehingga volumenya menjadi 5 liter, maka kebutuhan aktivator masing
– masing MOL adalah : 1
MOL Bonggol Pisang = 1 liter larutan MOL x 3 ulangan = 3 liter 2
MOL Rebung Bambu = 1 liter larutan MOL x 3 ulangan = 3 liter 3
MOL Rumen Sapi = 1 liter larutan MOL x 3 ulangan = 3 liter 4
EM4 = 10 x 5 = 50 ml larutan aktivator 5 liter air x 3 ulangan = 150 ml
C. Kebutuhan Bahan Tambahan
Menurut penelitian Heny 2015, kebutuhan bahan tambahan untuk 25 kg bahan kompos yaitu :
1 Dedak = 400 gram
2 Kapur = 100 gram
3 Gula = 50 gram
Kebutuhan keseluruhan : 1
Dedak 400 gram x 4 perlakuan x 3 ulangan = 4.800 gram atau 4,8 kg 2
Kapur 100 gram x 4 perlakuan x 3 ulangan = 1.200 gram atau 1,2 kg
3 Gula jawa 50 gram x 4 perlakuan x 3 ulangan = 600 gram.
D. Kebutuhan Bahan untuk Pembuatan MOL
Pembuatan MOL dilakukan dengan membuat konsentrasi 100 dengan perbandingan 3 kg bahan MOL : 2,5 liter air kelapa : 2,5 liter air cucian beras :
150 g gula jawa. Dalam penelitian ini akan dibuat 3 kg bahan, sehingga kebutuhan bahannya yaitu :
1 MOL Bonggol Pisang = 3 kg bonggol pisang : 2,5 liter air kelapa : 2,5 liter air
cucian beras : 150 g gula jawa 2
MOL Rebung Bambu = 3 kg rebung bambu : 2,5 liter air kelapa : 2,5 liter air cucian beras : 150 g gula jawa
3 MOL Rumen Sapi = 3 kg isi rumen sapi : 2,5 liter air kelapa : 2,5 liter air
cucian beras : 150 g gula jawa Total kebutuhan bahan bioaktivator diulang 3 kali adalah :
1 Bonggol pisang 3 kg x 3 ulangan = 9 kg
2 Rebung bambu 3 kg x 3 ulangan = 9 kg
3 Rumen sapi 3 kg x 3 ulangan = 9 kg
4 Air kelapa 2,5 liter x 3 perlakuan x 3 ulangan = 22,5 liter
5 Air cucian bera 2,5 liter x 3 perlakuan x 3 ulangan = 22,5 liter
6 Gula jawa 150 gram x 3 perlakuan x 3 ulangan = 1.350 gram atau 1,35 kg
E. Kebutuhan kulit kakao
Kebutuhan kulit kakao untuk pengomposan masing – masing 25 kg dan terdapat 4
perlakuan 3 ulangan sehingga kebutuhan kulit kakao adalah : 25 kg x 4 perlakuan x 3 ulangan = 300 kg kulit kakao.
Lampiran IV. Skema Alat Penelitian Fermentasi MOL
Keterangan : 1.
Alat aerator menggunakan airpump untuk memompa pertukaran udara. 2.
Tabung PK menggunakan larutan KMnO
4
untuk anti mikroba dalam penyaringan udara.
3. Tabung filter menggunakan spon untuk menyaring udara.
4. Tabung utama menggunakan wadah tabung yang digunakan sebagai
wadah larutan MOL. 5.
Tabung air menggunakan air aquadest untuk menyaring udara yang keluar dari MOL.
Alat Aerator
Tabung PK
Tabung Filter
Tabung Utama MOL
Tabung Air
Lampiran V. Kandungan Kulit Kakao; Hasil Analisis Kimia Kulit Kakao a.
Kandungan kulit kakao No
Komposisi Kandungan
1 Protein kasar
5,69-9,69 2
Lemak 0,02-0,15
3 Glukosa
1,16-3,92 4
Sukrosa 0,02-0,18
5 Pektin
5,30-7,08 6
Serat kasar 33,19-39,45
Garam – garam
7 CaO
0,22-0,59 8
MgO 0,40-0,52
9 K
2
O 3,85-5,27
10 P
2
O
5
0,30-0,49 11
SO
2
0,06-0,14 Sumber : Wanti 2008
b. Hasil analisis kimia kulit kakao
No Komponen
Kulit dalam Kulit luar
Kulit campuran 1
Abu 0,318
0,691 0,398
2 Protein
0,823 0,754
0,733 3
Serat kasar 4,219
5,751 6,095
4 Kadar air
94,248 91,447
91,622 5
Kadar lemak 0,105
0,147 0,095
6 Hemiselulosa
3,259 3,791
2,946 7
Selulosa 0,306
0,262 0,333
8 Lignin
0,474 0,266
0,482 9
Karbohidrat Disakarida 0,285
1,208 0,553
Sumber : Fitriana 2011
Lampiran VI. Data Standarisasi Nasional Kompos SNI 19-7030-2004
No Parameter
Satuan Minimum
Maksimum
1 Kadar Air
- 50
2 Temperatur
o
C temperatur air
tanah 3
Warna Kehitaman
4 Bau
berbau tanah 5
Ukuran partikel mm
0,55 25
6 Kemampuan ikat air
58 -
7 pH
6,80 7,49
8 Bahan asing
1,5
Unsur makro 9
Bahan organik 27
58 10
Nitrogen 0,40
- 11
Karbon 9,80
32 12
Phosfor P
2
O
5
0.1 -
13 CN-rasio
10 20
14 Kalium K
2
O 0,20
Unsur mikro 15
Arsen mgkg
13 16
Kadmium Cd mgkg
3 17
Kobal Co mgkg
34 18
Kromium Cr mgkg
210 19
Tembaga Cu mgkg
100 20
Merkuri Hg mgkg
0,8 21
Nikel Ni mgkg
62 22
Timbal Pb mgkg
150 23
Selenium Se mgkg
2 24
Seng Zn mgkg
500
Unsur lain 25
Kalsium 25,5
26 Magnesium Mg
0,6 27
Besi Fe 2
28 Aluminium Al
2,2 29
Mangan Mn 0,1
Bakteri 30
Fecal coli MPNgr
1000 31
Salmonella sp. MPN4 gr
3 Sumber : Badan Standar Nasional 2004
Keterangan : Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
Lampiran VII. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair dan Kandungan Unsur Hara dalam Bonggol Pisang Apu
a. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair
No Parameter
Satuan Kandungan POC
1 C-organik
≥4,5 2
CN rasio -
3 Bahan ikutan kerikil,beling, dan plastik
- 4
Kadar air -
-Granula -
-Curah -
5 Kadar logam berat
-As ppm
≤10 -Hg
ppm ≤1
-Pb ppm
≤50 -Cd
ppm ≤10
6 Ph
4-8 7
Kadar total -P
2
O
5
5 -K
2
O 5
8 Mikroba patogen E.coli, Salmonella
Dicantumkan 9
Kadar unsur mikro Zn, Cu, Mn
Maks 0,2500 Co
Maks 0,0005 B
Maks 0,1250 Mo
Maks 0,0010 Fe
Maks 0,0400 C-organik 7-12 dimasukkan sebagai pembenah tanah
Sumber : Suriadikarta dan Setyorini, 2012 b.
Kandungan Unsur Hara dalam Bonggol Pisang Apu Kandungan unsur hara
Satuan Bonggol pisang
NO
3 -
ppm 3087
NH
4 -
ppm 1120
P
2
O
5
ppm 439
K
2
O ppm
574 Ca
ppm 700
Mg ppm ppm
800 Cu ppm
ppm 6,8
Zn ppm ppm
65,2 Mn ppm
ppm 98,3
Fe ppm ppm
0,09 C-org
1,06 CN
2,2 Sumber: Suhastyo 2011
Lampiran VIII. Hasil Analisis Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang; Hasil Kompos Sampah
Organik dengan Memanfaatkan Mikroorganisme Bonggol Pisang; Komposisi Unsur Hara Cairan MOL Rebung
a. Hasil Analisis Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan
Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang No
Kandungan unsur Kompos TKKS
1 pH
8,59 2
CN 31,48
3 N
1,78 4
P
2
O
5
0,41 5
K
2
O 1,59
Sumber : Kesumaningwati 2015 b.
Hasil Kompos Sampah Organik dengan Memanfaatkan Mikroorganisme Bonggol Pisang
No Analisis
Hasil kompos 1
CN 18
2 pH
6,8-6,85 3
Kadar Air 32
4 Asam humat gram
0,08-0,1 Sumber : Benediktus 2013
c. Komposisi Unsur Hara Cairan MOL Rebung
No Mol Rebung
Satuan Kandungan
1 pH
3,64 2
Carbon C 24,92
3 Nitrogen N
1,62 4
P
2
O
5
0,08 5
K
2
O 0,09
6 S
0,32 7
CN 15
8 Besi Fe
mg.kg
-1
2,70 9
Zinc Zn mg.kg
-1
1,08
Sumber : Hersanti, 2007
Lampiran IX. Parameter Kualitas Limbah Padat RPH Tamangapa Kota Makasar; Perbandingan standar kualitas kompos SNI dengan kompos blotong
menggunakan Kotoran Sapi; Perbandingan kompos ampas aren menggunakan Rumen Sapi
a. Parameter Kualitas Limbah Padat RPH Tamangapa Kota Makasar
No Nama Bahan
Parameter Kualitas Limbah Padat RPH Tamangapa N-Total
P2O5 K2O
C- Organik
CN Kadar
Air pH
BO
1 Isi rumen ternak
1,71 1,3
0,56 24,5
14 13,5
9 3,2
2 Kotoran ternak
1,63 0,55
1,06 15,51
10 23,4
9,1 2,9
Sumber : Hartono, dkk 2014 b.
Perbandingan standar kualitas kompos SNI dengan kompos blotong menggunakan Kotoran Sapi
No Parameter
SNI Kotoran
Sapi Min
Maks 1
Temperatur °C -
Temperatur air tanah
28,8 2
Kadar air -
50 56,99
3 Kandungan serat
- -
44 4
Warna -
Kehitaman Coklat
kehitaman 5
pH 6,8
7,49 7,26
6 Total
asam ml
NaOH 0,1N100g
- -
16,8 7
Bahan organik 27
58 30,67
8 Carbon
9,8 32
17,79 9
Nitrogen 0,40
- 0,87
10 CN rasio
10 20
20,44 Sumber : Pratama, 2013
c. Perbandingan kompos ampas aren menggunakan Rumen Sapi
Perlakuan Kadar pH
Temperatur C
Kadar BO
Kadar C- organik
Kadar N total
CN Rasio
SNI Kompos 6,80-7,49 Suhu air tanah 27-58
9,80-32 0,40
10-20 Ampas aren
5,99 -
26,54 15,34
1,14 13,46
aktivator rumen sapi 60 7,35
26,00 36,66
21,26 2,04
10,42 aktivator rumen sapi 70
7,30 26,70
32,98 19,13
2,15 8,89
aktivator rumen sapi 80 7,50
27,30 35,80
20,76 2,16
9,61 aktivator rumen sapi 90
7,46 26,00
33,03 19,16
2,27 8,44
aktivator rumen sapi 100 7,19
28,00 46,53
26,98 2,12
12,72 Sumber : Larasati, 2016
Lampiran X. Komposisi Aktivator EM4; Perbandingan standar kualitas kompos SNI dengan kompos blotong menggunakan EM4
a. Komposisi Aktivator EM4
No Nama Bakteri
Satuan Kandungan
1 Total plate count
2,8 x 10
6
2 Lactobacillus
CFUml 3,0 x 10
5
3 Bakteri pelarut fosfat
CFUml 3,5 x 10
5
4 Yeast ragi
CFUml 1,95 x 10
3
5 Actinomycetes
CFUml +
6 Bakteri fotosintetik
CFUml +
7 E.coli
8 Salmonella
9 C-organik
ww 1,88
10 Nitrogen
ww 0,68
11 P
2
O
5
Ppm 136,78
12 K2O
Ppm 8.403,70
13 Kalsium Ca
Ppm 3.062,29
14 Magnesium Mg
Ppm 401,58
15 Iron Fe
Ppm 129,38
16 Aluminium Al
Ppm ≤ 0,01
17 Zinc Zn
Ppm 1,39
18 Tembaga Cu
Ppm 1,14
19 Mangan Mn
Ppm 4,00
20 Sodium Na
Ppm 145,68
21 Boron B
Ppm ≤ 0,0002
22 Nikel Ni
Ppm ≤ 0,05
23 Clorida Cl
Ppm 2.429,54
Sumber: Lab. MIPA IPB 026IPBCCAn-Mik611 b.
Perbandingan standar kualitas kompos SNI dengan kompos blotong menggunakan EM4
No Parameter
SNI EM4
Min Maks
1 Temperatur °C
- Temperatur air
tanah 28,6
2 Kadar air
- 50
63,13 3
Kandungan serat -
- 42
4 Warna
- Kehitaman
Hitam 5
pH 6,8
7,49 6,96
6 Total asam ml NaOH 0,1N100g -
- 23,5
7 Bahan organik
27 58
26,15 8
Carbon 9,8
32 15,17
9 Nitrogen
0,40 -
0,96 10
CN rasio 10
20 15,80
Sumber : Pratama, 2013
Lampiran XI. Pengaruh Berbagai Dekomposer Terhadap Penurunan Rasio CN Pada Pengomposan Jerami Padi; Komposisi Kimia Jerami Padi;
Hasil Analisis Kompos Kulit Kakao Menggunakan Aktivator EM4
a. Pengaruh Berbagai Dekomposer Terhadap Penurunan Rasio CN Pada
Pengomposan Jerami Padi No
Dekomposer Dosis
Lama Pengomposan
minggu CN
awal CN
N P
K 1
EM4 1 L +gula pasir
0,25 kg1 ton jerami
5 32
11 1,70 1,21
2,53
2 Mol Pepaya
2 L +gula pasir 0,25 kg1 ton
jerami 5
32 11
1,92 1,28 3,17
3 Mol Bambu
2 L 1 ton jerami 5
32 11
1,57 1,52 3,39
4 Pupuk
kandang Sapi 100 kg 1 ton
jerami 5
32 12
1,12 1,29 2,16
Sumber : 1. Suhartatik, dkk 2001, 2. Gunarto, dkk 2002, 3. Husein, E. Dan Irawan 2008, 4. Nuraini 2009 dalam Juwita, 2014.
b. Komposisi Kimia Jerami Padi
No Sifat kimia
Jerami padi 1
Selulosa 43-49
2 Hemiselulosa
23-28 3
Lignin 12-16
4 Abu
15-20 5
Silika 9-4
Sumber Indriyati 2006 dalam Mulyadi 2008 c.
Hasil Analisis Kompos Kulit Kakao Menggunakan Aktivator EM4 No
Hasil analisis Awal
Selama dekomposisi Akhir
1 C
30,19 35,89
31,17 2
N 1,57
1,89 1,53
3 CN
19,22 10,49
10,33 4
P 2,73
2,69 2,73
5 pH
5,09 7,46
6 Temperatur °C
28,00 54,88
28,00 Sumber : Yangoritha, 2013
Lampiran XII. Hasil Sidik Ragam
Temperatur Hari ke-30 Sidik
Ragam DB
Jumlah Kuadrat
Kuadrat tengah
F Hitung Prob
Model 3
0,19670000 0,06556667
0,33 0,8031ns
Galat 8
1,58266667 0,19783333
Total 11
1,77936667 CV : 1,559098
pH Hari ke-28 Sidik
Ragam
DB Jumlah
Kuadrat Kuadrat
tengah F Hitung
Prob Model
3 0,33333333
0,11111111 0,67
0,5957ns Galat
8 1,33333333
0,16666667 Total
11 1,66666667
CV : 5,696488 Perhitungan Jumlah Bakteri Hari ke-28
Sidik Ragam
DB Jumlah
Kuadrat Kuadrat
tengah F Hitung
Prob Model
3 1,88856667
0,62952222 1,35
0,3261ns Galat
8 3,73753333 0,46719167
Total 11
5,62610000 CV : 27,06987
Perhitungan Jumlah Cendawan Hari ke-28 Sidik
Ragam
DB Jumlah
Kuadrat Kuadrat
tengah F Hitung
Prob Model
3 0,63928608 0,21309536 0,37
0,7769ns Galat
8 4,60653761 0,57581720
Total 11
5,24582369 CV : 62,35484
Keterangan : ns : perlakuan tidak berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5.
s : perlakuan berpengaruh secara signifikan beda nyata 0,05.
Lampiran XIII. Munsell Soil Color Chart
5YR
7,5 YR
Lampiran XIV. Dokumentasi Penelitian : Sumber MOL, Hasil Fermentasi MOL, Sifat Aerobisitas MOL
Bonggol Pisang Bambu
Isi Rumen Sapi a.
Sumber MOL
MOL Bonggol Pisang MOL Bambu
MOL Isi Rumen Sapi b.
Hasil fermentasi MOL
Aerob Anaerob
c. Sifat Aerobisitas MOL
Lampiran XV. Dokumentasi Penelitian : Hasil Identifikasi Spora Cendawan
Spora cendawan hijau dari MOL bonggol pisang
Spora cendawan Penicillium Sumber : Fathoni, 2014
Spora cendawan hijau dari MOL bambu Spora cendawan Penicillium Sumber : Fathoni, 2014
Spora cendawan hijau muda dari MOL bambu Spora cendawan Aspergilus
Sumber : Habibie, 2011
Spora cendawan hijau dari MOL rumen sapi Spora cendawan Trichoderma
Sumber : Aguskrisno, 2011
Lampiran XVI. Dokumentasi Penelitian : Pelaksanaan Pengomposan, Pengamatan Mikrobiologi selama Dekomposisi, Pengamatan Temperatur,
Pengamatan Asam Titrasi
Pencacahan kulit kakao Penambahan Bioaktivator
Penyimpanan dirumah kompos a.
Pelaksanaan Pengomposan Minggu 1
Minggu 2 Minggu 3
Minggu 4
NA
PDA b.
Pengamatan Mikrobiologi Kompos selama Dekomposisi
c. Pengamatan Temperatur dengan
Thermometer d.
Pengamatan Asam Titrasi
Lampiran XVII. Dokumentasi Penelitian : Pengujian Kadar Air, Pengamatan pH, Uji Daya Kecambah, Hasil Akhir Kompos
a. Pengujian kadar air
b. Pengamatan pH
Kontrol kapas hari ke 0 Perlakuan Kompos hari ke 0 Perlakuan Kompos hari ke 5
c. Uji Daya Kecambah pada Benih Jagung
d. Hasil Akhir Kompos
Lampiran XVIII. Hasil Uji Kandungan Kompos
1
PENGARUH BIOAKTIVATOR BERBAGAI MIKROORGANISME LOKAL TERHADAP AKTIVITAS DEKOMPOSER DAN KUALITAS KOMPOS KULIT
KAKAO
Oleh: Bernadhita Nur Utami, Ir. Agung Astuti M.Si. dan Dr. Ir. Gatot Supangkat M.P.
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UMY
ABSTRACT
This research was to identify and analyze the activity and change of cacao skin waste compost during the decomposition process, analyze the effect of several bioactivators of
MOL towards the quality of cacao skin compost and determine the most effective bioactivator of MOL to decompose the cacao skin. This research was done from May
– September 2016, by using experimental method, arranged on RAL Complete Random Arrangement single
factor with 4 treatments which were 1 liter25kg of MOL of banana hump, 1 liter25kg MOL of bamboo, 1 liter25kg
MOL of cow’s rumen contents and 50 ml25kg EM4. Each of them was repeated 3 times so that there were 12 units of experiments. The parameters that were
observed encompassing observation of changes in microbiological, physical, chemical and compost maturity test.
The microbe identification of banana hump MOL, MOL of bamboo and MOL of cow’s rumen content produced 13 varieties of bacteria and 3 varieties of fungi. The MOL bacteria
was suspected as Bacillus sp. and Streptococcus sp. The MOL fungi was suspected as a group of Penicillium sp., Aspergillus sp. and Trichoderma sp. The bioactivator of MOL can
be used as an alternative of EM4 on cacao skin decomposition. The banana hump MOL,
MOL of bamboo, MOL of cow’s rumen content and EM4 experienced a change at the same time during compost maturation process. The cacao skin compost on MOL of banana hump,
MOL of bamboo, MOL of cow’s rumen and EM4 had been appropriate with the standard of quality compost SNI 19-7030-2004, except CN ratio.
Keywords : Bioactivator, MOL, Cacao Skin Compost
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor biji kakao terpenting di dunia. Tahun 2010 Indonesia menduduki posisi sebagai pengekspor biji kakao terbesar ke tiga dunia
dengan produksi biji kering 550.000 ton Rubiyo dan Siswanto, 2012. Data dari Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian FAO menyebutkan, Indonesia menyumbang sekitar 16 persen
dari produksi kakao secara global Zakiya, 2012. Coklat dihasilkan dari biji buah Kakao, sedang daging buah dan kulitnya akan menghasilkan limbah.
Kasus penanganan limbah perkebunan kakao sampai saat ini masih merupakan kendala dalam program penanganan limbah di tingkat petani. Masalah ini diantaranya
keterbatasan waktu, tenaga kerja, biaya maupun keterbatasan areal pembuangan. Di samping itu limbah pertanian dan perkebunan belum banyak dimanfaatkan, walaupun dalam beberapa
kondisi memiliki potensi sebagai bahan pakan ternak maupun bahan baku pembuatan kompos. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan dalam mendukung program pemanfaatan
limbah potensial terutama limbah yang dihasilkan oleh tanaman kakao yaitu limbah kulit kakao menjadi kompos yang dipercepat proses dekomposisinya menggunakan bioaktivator.
2 Proses pembuatan kompos ini salah satunya dapat menggunakan Mikro Organisme Lokal
MOL. Mikro Organisme Lokal mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya, dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar Purwasasmita, 2009.
Penelitian ini tentang teknik pengolahan limbah kulit kakao menjadi kompos dengan waktu yang relatif cepat. Penelitian ini menggunakan beberapa bioaktivator dari berbagai
sumber Mikro Organisme Lokal MOL yang ada di lingkungan sekitar. Diduga penambahan bioaktivator dari MOL rumen sapi memiliki pengaruh paling baik terhadap aktivitas
dekomposer dan kualitas kompos kulit kakao.
Permasalahannya bagaimana pengaruh penambahan bioaktivator dari berbagai sumber mikroorganisme lokal terhadap proses dekomposisi dan kualitas kompos kulit kakao.
Serta bioaktivator dari berbagai sumber mikroorganisme lokal manakah yang paling efektif dalam mendekomposisi kulit kakao.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengaji aktivitas dan perubahan kompos limbah kulit kakao selama proses dekomposisi berlangsung. Mengaji pengaruh
beberapa biaoktivator MOL terhadap kualitas kompos kulit kakao. Serta menentukan bioaktivator MOL yang terefektif untuk mendekomposisikan kulit kakao.
METODE PENELITIAN Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain kulit kakao, EM4, MOL Bonggol Pisang, MOL Rebung dan Akar Bambu, MOL Rumen Sapi, gula jawa, Sukrosa
Dextrose, agar, ekstrak kentang, ekstrak daging, aquades, pepton, desinfektan alkohol 70, ekstrak jerami, yeast ekstrak, K
2
HPO
4
, KH
2
PO
4
, KOH, NH
4 2
SO
4
, FeSO
4
.7H
2
O, MgSO
4
.7H
2
O, Glukosa, KCl, H
2
O Aquades, NaOH 0,01 N, Indikator Phenolptalein PP, air, benih jagung, dedak, kapur dan kapas.
Alat yang digunakan adalah dalam penelitian ini, yaitu aerator airpump, selang,
wadah pembuatan MOL, tabung reaksi, erlenmeyer, beaker gelas, gelas ukur, pengaduk, corong gelas, kertas saring, botol timbang, sendok, pisau, autoklaf, timbangan analitik,
petridish, pH stik, jarum ose, bunsen, korek api, biuret, pipet, labu takar, saringan diameter 2mm dan alat tulis.
Metode penelitian dilaksanakan menggunakan metode eksperimen yang disusun
dalam RAL Rancangan Acak Lengkap dengan rancangan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari empat perlakuan. Adapun perlakuannya yaitu A MOL Bonggol Pisang 1 liter 25
kg, B MOL Rebung Bambu 1 liter 25 kg, C MOL Rumen Sapi 1 liter 25 kg, D EM4 50 ml 25 kg. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga ada 12 unit percobaan. Tiap
unit percobaan berupa karung yang berisi masing
– masing 25 kg kulit kakao. Setiap ulangan diambil 3 sampel yaitu pada bagian atas, tengah, bawah.
Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan dan analisis. Tahap Persiapan terdiri dari pembuatan MOL, isolasi dan karakterisasi Mikroorganisme Lokal MOL. Tahap Pelaksanaan terdiri dari
beberapa tahap yaitu pencacahan kulit kakao, pengenceran aktivator dan pencampuran bahan pengomposan. Tahap Pengamatan terdiri dari pengamatan harian suhu, pengamatan per
3 tiga hari kandungan serat dan warna, pengamatan mingguan kadar air, pengukuran pH,
asam total dan aktivitas bakteri dan cendawan. Analisis akhir terdiri dari analisis hasil kompos analisis kadar karbon C, bahan organik BO, kadar nitrogen N, serta CN rasio
dan uji kematangan kompos pada perkecambahan benih.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi pengamatan perubahan
mikrobiologi, perubahan fisik dan perubahan kimia selama proses dekomposisi.
1. Pengamatan mikrobiologi selama proses dekomposisi
Pengamatan mikrobiologi dilakukan dengan metode total plate count-surface platting untuk menghitung jumlah total mikroorganisme cendawan dan bakteri selama dekomposisi.
2. Pengamatan perubahan fisik selama proses dekomposisi
a.
Suhu ºC. Pengamatan suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer ºC.
b.
Perubahan kandungan serat . Pengamatan dilakukan dengan metode skoring.
c.
Perubahan warna . Pengamatan dilakukan menggunakan Munsell Soil Color
Chart dengan metode skoring. d.
Kadar air . Besarnya kadar air pada bahan kompos dinyatakan dalam basis basah wet basic.
3. Pengamatan perubahan kimia selama proses dekomposisi
a.
Tingkat Keasaman pH. Pengamatan pH diukur menggunakan pH stik.
b.
Total Asam Tertitrasi . Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode
titrasi NaOH. c.
Kadar C dan BO Total . Kandungan BO dianalisis dengan metode Walkey dan
Black. d.
Kadar N Total . Kandungan N total pada kulit kakao dianalisis dengan metode
Kjeldhal
4. Uji kematangan kompos dengan uji perkecambahan benih
Analisis Data. Aktivitas proses dekomposisi dari berbagai perlakuan disajikan dalam
bentuk grafik. Hasil pengamatan kuantitatif dianalisis dengan menggunakan sidik ragam atau Analysis of Variance
pada taraf α 5. Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test DMRT.
4
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.
Identifikasi Mikroorganisme Lokal
Hasil isolasi mikrobia dari MOL bonggol pisang, MOL bambu dan MOL rumen sapi diperoleh 13 jenis bakteri dan 3 cendawan.
Tabel 1. Hasil identifikasi Cendawan MOL
Identifikasi Cendawan 1
Cendawan 2 Cendawan 3
Sumber MOL Bonggol Pisang dan Bambu Bambu
Rumen Sapi Warna
Hijau Hijau muda hijau lumut
Hijau keputihan Diameter
0,5 cm 3,05 cm
0,4 cm Miselia
Bersekat Bersekat
Bersekat Spora
Bulat berantai memanjang Bulat
Lonjong Diduga Kelompok Penicillium sp.
Aspergillus sp. Trichoderma sp.
Dokumentasi
Tabel 2. Hasil Identifikasi Bakteri MOL
No Kode isolat Diduga Kelompok Bakteri Bonggol Pisang
Bambu Rumen Sapi
1 BP.K
Bacillus sp. +
- -
2 BP.P
Streptococcus sp. +
- -
3 PK.A
Streptococcus sp. +
+ +
4 PK.B
Bacillus sp. +
+ +
5 B.P
Streptococcus sp. -
+ -
6 B.PB
Streptococcus sp. -
+ -
7 IRS.PKB1
Bacillus sp. -
- +
8 IRS.PB
Bacillus sp. -
- +
9 IRS.P1
Bacillus sp. -
- +
10 IRS.PS
Bacillus sp. -
- +
11 IRS.PK
Streptococcus sp. -
- +
12 IRS. PKB2
Streptococcus sp. -
- +
13 IRS.P2
Streptococcus sp. -
- +
Hasil identifikasi cendawan pada MOL bonggol pisang, MOL bambu dan MOL rumen sapi diperoleh tiga jenis cendawan yang masing
– masing diduga kelompok dari Penicillium sp., Aspergillus sp. dan Trichoderma sp. Pada MOL bonggol pisang diperoleh
satu jenis cendawan yang diduga Penicillium. Identifikasi MOL bambu diperoleh dua jenis cendawan yang diduga Penicillium sp. dan Aspergillus sp. Hasil identifikasi cendawan yang
terdapat pada MOL rumen sapi diperoleh satu jenis cendawan yang diduga kelompok Trichoderma sp. Bakteri yang ada pada MOL bonggol pisang, bambu dan rumen sapi
terdapat dua jenis bakteri yang sama di setiap MOL. Hasil identifikasi bakteri pada MOL yang diperoleh, dua jenis bakteri tersebut diduga kelompok Bacillus sp. dan Steptococcus sp.
Pada MOL bonggol pisang diperoleh dua jenis bakteri yang diduga Bacillus sp. dan dua jenis bakteri yang diduga Steptococcus sp. Pada MOL bambu diperoleh satu jenis bakteri yang
Spora
Miselia Spora
Spora
Miselia Miselia