PERUBAHAN VISUAL ORNAMEN KARO PADA BANGUNAN JAMBUR.
PERUBAHAN VISUAL ORNAMEN KARO
PADA BANGUNAN JAMBUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
CHRISTO BENY ARJUNA BARUS
NIM 2113151011
JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, April 2016
Christo Beny Arjuna Barus NIM. 2113151011
(3)
PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi ini Diajukan Oleh: Christo Beny Arjuna Barus, NIM: 2113151011 Program Studi Pendidikan Seni Rupa/S-1
Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Dinyatakan Telah Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Medan, April 2016
Disetujui oleh: Pembimbing Skripsi
Drs. Dermawan Sembiring, M.Hum. NIP. 19531001 198803 1 003
(4)
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini Diajukan Oleh: Christo Beny Arjuna Barus, NIM 2113151011 Jurusan Seni Rupa
Program Studi Pendidikan Seni Rupa/S-1 Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Panitia Ujian
Medan, April 2016 Ketua,
Dr. Isda Pramuniati, M.Hum NIP. 19641207 199103 2 002
Sekretaris,
Drs. Mesra, M.Sn
(5)
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Medan, April 2016
Tim Penguji,
Nama Tanda Tangan
1. Drs. Dermawan Sembiring, M.Hum. NIP. 19531001 198803 1 003
2. Dr. Daulat Saragi, M.Hum. NIP. 19641107 199103 1 010
3. Drs. Mesra, M.Sn.
NIP. 19640712 199203 1 002
4. Drs. Syahruddin Harahap, M.Si. NIP. 19551203 198203 1 004
(6)
i ABSTRAK
CHRISTO BENY ARJUNA BARUS, Nim: 2113151011, “PERUBAHAN VISUAL ORNAMEN KARO PADA BANGUNAN JAMBUR”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Rupa S1, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan visual ornamen Karo pada banguan Jambur. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari januari sampai dengan akhir pebruari 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dokumentasi dan observasi yang bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan, menguraikan pengamatan secara langsung kelapangan dengan melihat bangunan-bangunan Jambur tersebut. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah banguna Jambur yang dibanguan dari tahun 1950 sampai dengan tahun 2000. Sampel yang diambil dengan tehnik purposive sample yaitu sampel yang disesuaikan dengan kriteria yang dianggap penting dan memenuhi syarat dalam penelitian. Hasil temuan pada penelitian menunjukkan bahwa perubahan visual ornamen karo pada banguan Jambur dari rahun 1950 – 2000 mengalami banyak perubahan dari warna hingga bentuk ornamennya. Terlihat dari semua Jambur yang dihiasi dengan ornamen sudah menambah warna baru dan sebagian merubah bentuk sebagai kreasi baru pada ornamen tersebut. Tahun 1960 merupakan tahun yang paling banyak menerapkan ornamen serta mengalami banyak perubahan dan pada tahun 1950 yang paling sedikit menerapkan ornamen. Kata Kunci :perubahan, ornamen, warna,bentuk
(7)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan berkatNya, yang melindungi, menyertai, membimbing dalam setiap langkah penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Skripsi berjudul “Perubahan Visual Ornamen Karo Pada Bangunan Jambur”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan untuk jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan, dukungan dalam penyusunan Skripsi ini, baik berupa materi maupun jasa. Dengan penuh ketulusan, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan
Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Drs. Mesra, M.Sn. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan serta Dosen Penguji
Drs. Gamal Kartono, M.Si. Sekretaris Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Drs. Dermawan Sembiring, M.Hum. Dosen pembimbing Skripsi Dr. Daulat Saragi, M.Hum. Dosen Penguji
Drs. Syahruddin Harahap, M.Si. Dosen Penguji serta Pembimbing Akademik.
(8)
iii
Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Seni Rupa serta Administrasi dan perlengkapan di lingkungan FBS Universitas Negeri Medan.
Pemda Karo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
Kedua Orang Tua penulis Jabana Barus dan Novilla Rutsyda br Ginting atas bantuan doa, materi, moral dan motivasinya.
Saudara penulis Nada Octora Barus dan istrinya Elvira br Ginting serta Jeeri Chrisnael Barus dan Dave Yoksan terimakasih atas do’a dan dukungannya.
Saudari penulis Mirnawati Meidina br Barus terimakasih atas do’a dan dukungannya.
Sahabat terbaik dan tersayang Adek Atra Brebina br Ginting yang selalu menyemangati dalam pembuatan Skripsi dan membantu dalam proses penelitian.
Tenen Barus dan Njenep Ginting Narasumber dalam penelitian ini.
Seluruh teman-teman stambuk 2011 yang selalu menyemangati dan membantu dalam pengerjaan Skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun Skripsi ini lebih baik lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Seni Rupa.
Medan, April 2016 Penulis,
Christo Beny Arjuna Barus NIM. 2113151011
(9)
iv DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah... 5
E. Tujuan penelitian ... 5
F. Manfaat penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Kerangka Teoritis ... 7
1. Pengertian Perubahan visual ... 7
2. Defenisi Ragam Hias (Ornamen) ... 10
a. Fungsi Ragam Hias ... 11
3. Ragam Hias (Ornamen) Karo... 13
a. Pola (Motif) Ornamen ... 15
4. Bangunan Tradisional Batak Karo ... 38
a. Pengertian Jambur ... 39
b. Bentuk bagian-bagian dari Jambur ... 41
c. Fungsi Jambur... 42
d. Perubahan Jambur... 43
B. Kerangka Konseptual ... 45
(10)
v
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46
B. Populasi dan Sampel ... 47
C. Metode Penelitian... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ... 49
E. Instrumen Penelitian... 50
F. Teknik Analisis Data ... 51
G. Skema Penelitian ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian ... 54
1. Bentuk, Motif dan Perubahan Ornamen pada Jambur ... 55
a. Jambur Asli ... 55
b. Jambur Pengenbangan setelah Indonesia merdeka ... 58
1. Jambur Desa Barus Jahe (Jambur kecil) ... 58
2. Jambur Taras Berastagi ... 59
3. Jambur Desa Tanjung Barus ... 61
4. Jambur Desa Namo Simpur ... 63
5. Jambur Suka Julu ... 65
6. Jambur Besar Desa Barus Jahe ... 66
7. Jambur Desa Lingga Julu ... 68
8. Jambur Tamsaka Medan ... 69
2. Perubahan bentuk, warna dan penempatan ornamen pada Jambur ... 71
B. Pembahasan ... 95
1. Bentuk ornamen ... 97
2. Warna ornamen ... 98
3. Penempatan ornamen ... 99
4. Makna ornamen ... 100
C. Temuan Penelitian ... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106
A. Kesimpulan ... 106
(11)
vi
DAFTAR PUSTAKA ... 109 GLOSARIUM ... 111 LAMPIRAN ... 112
(12)
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tupak Salah Silima-Lima ... 15
Gambar 2.2 Tupak Salah Sipitu-Pitu ... 16
Gambar 2.3 Desa Siwaluh ... 16
Gambar 2.4 Tapak Raja Sulaiman ... 17
Gambar 2.5 Bindu Matagah ... 17
Gambar 2.6 Panai ... 18
Gambar 2.7 Bindu Matogu ... 18
Gambar 2.8 Indung-Indung Simata ... 19
Gambar 2.9 Ipen-Ipen ... 19
Gambar 2.10 Bendi-Bendi (Pengalo-Ngalo) ... 19
Gambar 2.11 Teger Tudung ... 20
Gambar 2.12 Bunga Lawang ... 20
Gambar 2.13 Tutup Dadu / Cimba Lau ... 21
Gambar 2.14 Lukisen Suki ... 21
Gambar 2.15 Surat Buta ... 21
Gambar 2.16 Pantil Manggis ... 22
Gambar 2.17 Bunga Bincole ... 23
Gambar 2.18 Tulak Paku ... 23
Gambar 2.19 Tulak Paku Petundal... 23
Gambar 2.20 Lukisen Para-Para / Gundur Mangalata ... 24
Gambar 2.21 Bunga Gundur ... 24
Gambar 2.22 Lukisen Tonggal ... 24
(13)
viii
Gambar 2.24 Lukisen Bulung Binara ... 25
Gambar 2.25 Taruk-Taruk ... 25
Gambar 2.26 Pucuk Tenggiang ... 26
Gambar 2.27 Pucuk Merbung ... 26
Gambar 2.28 Lukisen Perdamaiken ... 27
Gambar 2.29 Embun Sikawiten ... 27
Gambar 2.30 Lipan Nangkih Tongkeh ... 28
Gambar 2.31 Pengeret-Ret ... 28
Gambar 2.32 Keret-Keret Ketadu ... 28
Gambar 2.33 Kite-Kite Perkis ... 29
Gambar 2.34 Celiki Kambing ... 29
Gambar 2.35 Litap-Litap Lembu ... 29
Gambar 2.36 Kidu-Kidu ... 30
Gambar 2.37 Tanduk Kerbo Payung ... 30
Gambar 2.38 Raja Sulaiman ... 31
Gambar 2.39 Cuping-Cuping ... 31
Gambar 2.40 Raksasa ... 32
Gambar 2.41 Kurung Tendi ... 32
Gambar 2.42 Embun Sikawiten ... 33
Gambar 2.43 Tampune-Tampune ... 33
Gambar 2.44 Piseren Kambing ... 34
Gambar 2.45 Mata-Mata Lembu ... 34
Gambar 2.46 Lumut-Lumut Lawit ... 34
Gambar 2.47 Bunga Gundur ... 35
(14)
ix
Gambar 2.49 Bak-Bak Tenggiang ... 35
Gambar 2.50 Anjak-Anjak Beru Ginting ... 36
Gambar 2.51 Pancung-Pancung Cekala ... 36
Gambar 2.52 Pakau-Pakau ... 36
Gambar 2.53 Tampuk-Tampuk Pinang ... 37
Gambar 2.54 Bunga Gundur Sitelinen ... 37
Gambar 2.55 Gambar Jambur ... 41
Gambar 2.56 Gambar Jambur yang seharusnya ... 43
Gambar 2.57 Jambur yang ada ... 44
Gambar 4.1 Gambar Jambur yang Asli ... 55
Gambar 4.2 Motif yang digunakan pada Jambur asli ... 57
Gambar 4.3 Jambur kecil desa Barus Jahe ... 58
Gambar 4.4 Motif yang digunakan pada Jambur Kecil Barus Jahe ... 59
Gambar 4.5 Jambur Taras Berastagi ... 59
Gambar 4.6 Motif yang digunakan pada Jambur Taras ... 60
Gambar 4.7 Jambur desa Tanjung Barus ... 61
Gambar 4.8 Motif yang digunakan pada Jambur Tanjung Barus ... 62
Gambar 4.9 Jambur desa Namo Simpur ... 63
Gambar 4.10 Motif yang digunakan pada Jambur Namo Simpur ... 64
Gambar 4.11 Jambur desa Suka Julu ... 65
Gambar 4.12 Motif yang digunakan pada Jambur Suka Julu ... 65
Gambar 4.13 Jambur besar desa Barus Jahe ... 66
Gambar 4.14 Motif yang digunakan pada Jambur Besar Desa Barus Jahe ... 67
(15)
x
Gambar 4.16 Motif yang digunakan pada Jambur Lingga Julu ... 68 Gambar 4.17 Jambur Tamsaka ... 69 Gambar 4.18 Motif yang digunakan pada Jambur Tamsaka ... 70
(16)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ... 46 Tabel 3.2 Format Tabel Perubahan Visual Ornamen Karo Pada Bangunan
Jambur ... 52 Tabel 3.3 Skema Penelitian ... 53 Tabel 4.1 Perubahan Bentuk, Warna, dan Penempatan Ornamen Karo Pada
Bangunan Jambur Tahun 1950-2000 ... 72 Tabel 4.2 Jumlah Ornamen Yang Mengalami Perubahan ... 102 Tabel 4.3 Persentase Perubahan Visual Ornamen Pada Tiap Periode ... 103
(17)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Narasumber ... 112 Lampiran 2 Dokumentasi ... 113 Lampiran 3 Bentuk Ayo-ayo yang sebenarnya ... 115
(18)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahNegara Indonesia memiliki keanekaragaman seni budaya, agama, dan berbagai macam etnik suku serta adat istiadat. Keberadaan budaya ini perlu dilestarikan dan diarahkan sebagai identitas bangsa dan menjadi bentuk kepribadian Bangsa Indonesia.
Budaya merupakan aset bangsa yang harus dipertahankan, dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan. Salah satu aset budaya Indonesia adalah kebudayaan etnis Karo yang dewasa ini beberapa asetnya semakin berkurang dan tidak terawat. Contohnya rumah adat Karo (lampiran 1), bangunan Jambur, Geriten, Sapo Page, dan Lesung. Suatu desa (kuta) pada daerah Karo biasanya memiliki semua bangunan-bangunan tersebut. Rumah Adat sebagai tempat tinggal, Jambur sebagai tempat bersosialisasi, Sapo Page sebagai lumbung padi, dan Lesung sebagai tempat untuk menumbuk padi. Suatu desa tidaklah bisa dikatakan lengkap jika tidak memiliki Jambur sebagai tempat bermusyawarah orang tua, tempat tidur bagi pemuda-pemudi beserta tamu laki-laki, dan juga sebagai tempat atraksi-atraksi kesenian dalam kampung bersangkutan.
Alamsyah, dalam Ronald Sinaga (2013:3) menjelaskan “Jambur sebagai tempat berlangsungnya upacara tradisional suku Karo. Bentuk Jambur hampir menyerupai bentuk rumah , akan tetapi tidak memiliki dinding (derpik) dan ukuran nya lebih besar”. Darwin Prinst (1984:95) juga mengemukakan “bentuk Jambur ini hampir sama dengan bentuk rumah adat Karo, namun ukurannya
(19)
2
berbeda, serta Jambur tidak memiliki dinding sedangkan rumah adat memiliki dinding”.
Setiap Jambur harus dilengkapi dengan unsur-unsur kesenirupaan yang berupa ragam hias (Gerga). Ragam hias ini dibuat dengan ukiran pada bagian bagian tertentu pada Jambur. Sebagian ragam hias tersebut memiliki kekuatan magis dan nilai spiritual tersendiri. Gerga terdapat pada tiga bagian yaitu pada palang lantai bangunan (melmelen), dinding rumah (derpik), hingga anjungan atap (ayo). Dan setiap gerga tersebut memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing. Pola gerga yang terdapat pada melmelen dominan dengan pola stilasi tumbuhan, sedang pada derpik dan ayo bangunan terdapat pola geometris. Atap Jambur selain terdapat ayo-ayo yang penuh dengan ornamen, pada bagian ujung atap memiliki kepala kerbau atau tanduk kerbau, yang melambangkan kekuatan.
Sesuai keyakinan masyarakat tradisional Batak Karo, gerga yang terdapat pada bangunan adat mengandung makna-makna simbolik baik bersifat profan maupun sakral. Makna-makna simbolik selain berfungsi sebagai hiasan, juga terkait dengan sistem kepercayaan (religi) dan kekerabatan yang menjadi dasar kosmologi masyarakat tradisional Batak Karo (Fuad, 2011:117).
Seiring dengan berjalannya waktu, Jambur - Jambur Karo mengalami perubahan. Berdasarkan pendapat dari pemuka adat Desa Tanjung Barus, Nageri Barus (2 Pebruari 2016) perubahan Jambur terjadi karena biaya perawatan jauh lebih mahal daripada merubah Jambur menjadi bangunan permanen dari semen. Selanjutnya Nageri Barus menambahkan kayu yang diperlukan untuk menggantikan yang lama susah didapat. Selain itu pande atau tukang yang bisa
(20)
3
membuat ornamen juga semakin sedikit. Jadi untuk mengembalikan Jambur ke bentuk aslinya memang tidaklah mudah karena bahan sangat sulit didapat, bentuknya yang rumit dan biaya yang dibutuhkan cukup besar. Perubahan juga tampak dari segi senirupanya, Jambur yang seharusnya dilengkapi dengan ornamen berubah menjadi minimalis dan kurang menunjukkan identitas sebagai karya dari budaya Karo. Struktur bangunannya juga mengalami perubahan.
Sebagai salah satu ikon kebudayaan Karo sebaiknya identitas dari sebuah Jambur harus tetap ada dan lengkap. Karena pengaruh dari kebudayaan luar, penggunaan ragam hias (gerga) menjadi semakin sedikit, Seni arsitekturnya mulai menghilang.
Sitanggang (1992:210) menyatakan “hal ini akan mengurangi nilai seni dari sebuah ikon, dan mengurangi nilai keindahan dari sebuah warisan budaya. Sebuah warisan budaya seharusnya mengalami perkembangan kearah yang positif dan bukan sebaliknnya mengalami kemunduran seperti yang kita temukan dewasa ini”.
Perubahan ornamen pada Jambur menjadi fenomena menarik bagi peneliti untuk dijadikan tema dalam fokus penelitian dalam rangka untuk memahani lebih jauh penyebab perubahan ornamen. Oleh karena itu penulis memilih judul: “Perubahan Visual Ornamen Karo Pada Jambur”.
(21)
4
B. Identifikasi Masalah
Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara agar permasalahan yang ada dapat diidentifikasi. Berbagai permasalahan yang sudah diketahui dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Hilangnya makna dan nilai keindahan yang terkandung dalam bangunan Jambur karo.
2. Masyarakat kurang memperhatikan makna dan visual ornamen Karo yang diterapkan pada bangunan Jambur.
3. Beberapa Jambur Karo mengalami perubahan visual ornamen dan ada Jambur yang sama sekali tidak menerapkan ornamen karo.
4. Banyak generasi muda Karo yang kurang mengetahui fungsi dan makna simbol yang terkandung pada ornamen yang diterapkan pada bangunan Jambur.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu dan kemampuan teoritis. Penulis membatasi permasalahan pada ragam hias (ornamen) Karo dan ayo-ayo yang mengalami perubahan pada pembuatan Jambur dari tahun ke tahun dengan periode 10 tahun sekali.
(22)
5
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu titik dari pada penelitian yang hendak dilakukan. Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perubahan bentuk, warna , dan penempatan ornamen pada bangunan Jambur Karo ?
2. Bagaimanakah penekanan makna ornamen Karo yang terkandung pada bangunan Jambur ?
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, maka pada umumnya memiliki tujuan tertentu. Tanpa adaya tujuan tertentu yang jelas maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah. Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui adanya perubahan bentuk, warna , dan penempatan ornamen pada bangunan Jambur Karo.
2. Untuk mengetahui makna ornamen Karo yang terkandung pada bangunan Jambur.
(23)
6
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian terlaksana, maka diharapkan penelitian ini akan memberi manfaat, baik oleh peneliti itu sendiri, masyarakat, lembaga, atau orang lain. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
1. Sebagai referensi bacaan tentang seni perubahan visual ornamen Karo. 2. Sebagai bahan masukan untuk menciptakan motif-motif yang lebih baik
sesuai dengan kebutuhan masyarakat Karo yang sebelumnya.
3. Sebagai sumber dan referensi bagi penerapan ornamen Karo pada Jambur yang akan didirikan kemudian hari.
4. Untuk mengetahui proses dan tahapan perubahan pada visual ornamen tersebut.
(24)
106 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Beberapa bentuk motif ornamen Karo juga mengalami perubahan, perubahan tersebut beberapa diantaranya karena distorsi, munculnya kreasi baru dari pembuat ornamen, dan karena setelah direnovasi pengerjaan dilakukan oleh anak muda desa yang tidak mempunyai wawasan tentang seni ragam hias Karo.
2. Warna ornamen Karo banyak mengalami perubahan karena masuknya budaya baru, perubahan tersebut tampak dengan adanya warna biru, hijau, keemasan, dan orange.
3. Penempatan ornamen Karo mengalami perubahan. Beberapa bangunan yang bisa diterapkan pada derpik atau mel-melen kini ada pada tiang atau pada ayo-ayo Jambur.
4. Pada zaman sekarang makna ornamen Karo yang terkandung pada bangunan Jambur hanya sebagai hiasan saja. Makna magis yang terkandung pada ornamen Karo sudah hilang, masyarakat tidak lagi menganggap ornamen adalah sesuatu yang sakral, namun hanya sebagai pelengkap saja.
5. Pada bangunan Jambur di setiap periode 10 tahun mengalami perubahan ornamen, selain itu jumlah motif ornamen yang diterapkan pada Jambur
(25)
107
juga berubah. Motif yang paling banyak diterapkan pada bangunan Jambur adalah pada tahun 1960 dan paling sedikit adalah pada tahun 1950 karena situasi tanah Karo yang belum mendengar kemerdekaan dan tahun 1990 karena terjadinya moneter.
6. Perubahan ornamen yang terjadi pada bangunan Jambur tidak selalu mengakibatkan pengaruh negatif. Pengaruh positif tersebut adalah pembuat ornamen dapat menjadi lebih kreatif dalam pembuatan ornamen Karo dan dapat menciptakan ornamen Karo yang baru. Tetapi pengaruh negatifnya adalah kebanyakan bangunan akan kehilangan nilai budaya dan kehilangan kekhasan budaya Karo pada bangunan tersebut. Dan beberapa diantara bangunan Jambur di daerah suku Karo ada yang sama sekali tidak lagi menggunakan ornamen sebagai hiasan untuk Jambur tersebut.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah supaya pada bangunan Jambur, sebaiknya gerga Karo tetap diterapkan sebagai penanda kekhasan budaya Karo. Perubahan yang terjadi pada visual ornamen tersebut supaya tidak meninggalkan kesan asli (original) dari ornamen Karo. Adapun saran ditujukan peneliti kepada :
1. Pemerintah Daerah Karo supaya memperhatikan bangunan budaya Karo agar dapat dirawat dan dilestarikan agar seni kebudayaan tersebut tidak menghilang.
(26)
108
2. Masyarakat Karo agar peduli kepada kebudayaannya sendiri, karena mengingat banyaknya generasi muda Karo yang tidak peduli pada seni rupa kebudayaan Karo.
3. Peneliti yang lain supaya lebih dapat mengungkap bentuk asli dari ornamen jambur tersebut, sehingga bentuk asli dan ornamen asli dari bangunan jambur dapat terlihat dengan jelas.
(27)
109
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharmini. 2006. Prosedur Penelitian. Medan: Rineka Cipta. Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: Tema Baru.
Erdansyah, Fuad. 2011. Simbol dan Pemaknaan Gerga pada Rumah Adat Batak Karo di Sumatra Utara. Jurnal Seni Rupa 7(1):115-139.
Hartanti, Monica. 2013. Tranformasi Kelokalan Melalui Tanda Visual Dan Verbal Pada Desain. Jurnal Seni Rupa 2(1):71-77.
Meyer, Frans Sales. 1957. Handbook Of Ornamen. America: Dover publication Napitupulu, S.P dkk. 1997. Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prinst, Darwan & Darwin Prinst. 1984. Sejarah Dan Kebudayaan Karo. Bandung: Yrama.
Prinst, Darwin. 2002. Kamus Karo – Indonesia. Medan: Bina Media Perintis. Sastra, Rantinah. 2009. Ragam Hias Nusantara. Klaten: PT. Intan Pariwara. Sibeth, Achim. 1990. Mit den Ahnen leben Batak Menschen in Indonesia.
Germany: Linden-Museum.
Sembiring, Dermawan dkk. 2008. Buku Ajar Wawasan Seni. Medan: Jurusan Seni Rupa FBS UNIMED.
Sitanggang, Hilderia. 1992. Arsitektur Tradisional Batak Karo, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sitorus, Tamrin M & Wahyu Tri Armojo. 2012. Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Batak Toba Pada Alat Musik Batak Toba Di Kabupaten Samosir. Jurnal Seni Rupa 2(9):41-54.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo, Aryo. 2010. Aneka Ornamen Motif Flora Ada Relief Karmawibhangga Candi Borobudur. Jurnal Seni Rupa 6(2):113-125.
Tarigan, Sarjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan: Si B N B Press Babki.
(28)
110
________. 2012. Mutiara Hijau Orang Karo. Medan: Si B N B Press Babki.
Carapedia. 2011. Pengertian dan Definisi Visual.
https://carapedia.com/pengertian_definisi_visual_info2164.html /16 oktober 2015/02:08:27
________. 2015. Pengertian dan Definisi Perubahan.
https://carapedia.com/pengertian_definisi_perubahan_info2189.html diakses tanggal 16 oktober 2015. Jam 02:06:11
Fauziah. 2011. Perubahan Organisasi.
http://fauziah-youngentrepreneur.blogspot.co.id/2011/09/perubahan-organisasi.html/ 08 November 2015/7:35:53
Museum, Tropen. 1904-1919. Arnhemia
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Adathuis_te_Arnhemia_Sumatra_TM nr_10001484/ 15 september 2015/ 9:30:21.
Sinaga, Ronald Y C. 2014. Transformasi Bentuk Arsitektural Jambur Karo Pada Jambur Namaken Di Kota Medan.
http://www.academia.edu/13223872/Transformasi_Bentuk_Arsitektural_J ambur_Karo_Pada_Jambur_Namaken_Di_Kota_Medan/ 25 August 2015/
1:22:40
Syafrizal, Shelmi. 2011. Perubahan.
https://shelmi.wordpress.com/2011/10/23/perubahan-2/16 oktober 2015/02:04:19
Wiebowo, Andrian. 2014. Ornamen
http://artndree.blogspot.co.id/2014/01/ornamen.html/ 16 November 2015/
(29)
111
Glosarium
Anjung- anjung : loteng pada atap. Ayo-ayo : wajah rumah adat Karo;
muka bangunan tradisional Karo.
Belau : biru.
Dapur-dapur (melmelen) :
palang untuk dudukan dinding rumah adat Karo.
Derpik(derpih) : dinding.
Derpik angin : dinding atap; dinding angin.
Gerga : Ragam hias karo. Geriten : bangunan menyerupai
jambur namun lebih kecil, berfungsi untuk menyimpan tulang orang yang sudah meninggal.
Guru belin: dukun.
Jambur : bangunan tradisional karo yang menyerupai rumah adat
karo, agak luas tapi tidak memiliki dinding.
Kesain : halaman; kampung halaman. Kuta : kampung.
Meratah : hijau. Piso : pisau.
Raga dayang-dayang : keranjang yang terbuat dari rotan.
Sapo : gubuk. Suki : sudut. Suri : sisir. Tendi : roh.
Tersek : Tingkat bangunan; loteng. Ture : kaki lima rumah adat karo.
(1)
106 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Beberapa bentuk motif ornamen Karo juga mengalami perubahan, perubahan tersebut beberapa diantaranya karena distorsi, munculnya kreasi baru dari pembuat ornamen, dan karena setelah direnovasi pengerjaan dilakukan oleh anak muda desa yang tidak mempunyai wawasan tentang seni ragam hias Karo.
2. Warna ornamen Karo banyak mengalami perubahan karena masuknya budaya baru, perubahan tersebut tampak dengan adanya warna biru, hijau, keemasan, dan orange.
3. Penempatan ornamen Karo mengalami perubahan. Beberapa bangunan yang bisa diterapkan pada derpik atau mel-melen kini ada pada tiang atau pada ayo-ayo Jambur.
4. Pada zaman sekarang makna ornamen Karo yang terkandung pada bangunan Jambur hanya sebagai hiasan saja. Makna magis yang terkandung pada ornamen Karo sudah hilang, masyarakat tidak lagi menganggap ornamen adalah sesuatu yang sakral, namun hanya sebagai pelengkap saja.
5. Pada bangunan Jambur di setiap periode 10 tahun mengalami perubahan ornamen, selain itu jumlah motif ornamen yang diterapkan pada Jambur
(2)
107
juga berubah. Motif yang paling banyak diterapkan pada bangunan Jambur adalah pada tahun 1960 dan paling sedikit adalah pada tahun 1950 karena situasi tanah Karo yang belum mendengar kemerdekaan dan tahun 1990 karena terjadinya moneter.
6. Perubahan ornamen yang terjadi pada bangunan Jambur tidak selalu mengakibatkan pengaruh negatif. Pengaruh positif tersebut adalah pembuat ornamen dapat menjadi lebih kreatif dalam pembuatan ornamen Karo dan dapat menciptakan ornamen Karo yang baru. Tetapi pengaruh negatifnya adalah kebanyakan bangunan akan kehilangan nilai budaya dan kehilangan kekhasan budaya Karo pada bangunan tersebut. Dan beberapa diantara bangunan Jambur di daerah suku Karo ada yang sama sekali tidak lagi menggunakan ornamen sebagai hiasan untuk Jambur tersebut.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah supaya pada bangunan Jambur, sebaiknya gerga Karo tetap diterapkan sebagai penanda kekhasan budaya Karo. Perubahan yang terjadi pada visual ornamen tersebut supaya tidak meninggalkan kesan asli (original) dari ornamen Karo. Adapun saran ditujukan peneliti kepada :
1. Pemerintah Daerah Karo supaya memperhatikan bangunan budaya Karo agar dapat dirawat dan dilestarikan agar seni kebudayaan tersebut tidak menghilang.
(3)
108
2. Masyarakat Karo agar peduli kepada kebudayaannya sendiri, karena mengingat banyaknya generasi muda Karo yang tidak peduli pada seni rupa kebudayaan Karo.
3. Peneliti yang lain supaya lebih dapat mengungkap bentuk asli dari ornamen jambur tersebut, sehingga bentuk asli dan ornamen asli dari bangunan jambur dapat terlihat dengan jelas.
(4)
109
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharmini. 2006. Prosedur Penelitian. Medan: Rineka Cipta. Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: Tema Baru.
Erdansyah, Fuad. 2011. Simbol dan Pemaknaan Gerga pada Rumah Adat Batak Karo di Sumatra Utara. Jurnal Seni Rupa 7(1):115-139.
Hartanti, Monica. 2013. Tranformasi Kelokalan Melalui Tanda Visual Dan Verbal Pada Desain. Jurnal Seni Rupa 2(1):71-77.
Meyer, Frans Sales. 1957. Handbook Of Ornamen. America: Dover publication Napitupulu, S.P dkk. 1997. Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prinst, Darwan & Darwin Prinst. 1984. Sejarah Dan Kebudayaan Karo. Bandung: Yrama.
Prinst, Darwin. 2002. Kamus Karo – Indonesia. Medan: Bina Media Perintis. Sastra, Rantinah. 2009. Ragam Hias Nusantara. Klaten: PT. Intan Pariwara. Sibeth, Achim. 1990. Mit den Ahnen leben Batak Menschen in Indonesia.
Germany: Linden-Museum.
Sembiring, Dermawan dkk. 2008. Buku Ajar Wawasan Seni. Medan: Jurusan Seni Rupa FBS UNIMED.
Sitanggang, Hilderia. 1992. Arsitektur Tradisional Batak Karo, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sitorus, Tamrin M & Wahyu Tri Armojo. 2012. Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Batak Toba Pada Alat Musik Batak Toba Di Kabupaten Samosir. Jurnal Seni Rupa 2(9):41-54.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo, Aryo. 2010. Aneka Ornamen Motif Flora Ada Relief Karmawibhangga
Candi Borobudur. Jurnal Seni Rupa 6(2):113-125.
Tarigan, Sarjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan: Si B N B Press Babki.
(5)
110
________. 2012. Mutiara Hijau Orang Karo. Medan: Si B N B Press Babki.
Carapedia. 2011. Pengertian dan Definisi Visual.
https://carapedia.com/pengertian_definisi_visual_info2164.html /16 oktober 2015/02:08:27
________. 2015. Pengertian dan Definisi Perubahan.
https://carapedia.com/pengertian_definisi_perubahan_info2189.html diakses tanggal 16 oktober 2015. Jam 02:06:11
Fauziah. 2011. Perubahan Organisasi.
http://fauziah-youngentrepreneur.blogspot.co.id/2011/09/perubahan-organisasi.html/ 08 November 2015/7:35:53
Museum, Tropen. 1904-1919. Arnhemia
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Adathuis_te_Arnhemia_Sumatra_TM nr_10001484/ 15 september 2015/ 9:30:21.
Sinaga, Ronald Y C. 2014. Transformasi Bentuk Arsitektural Jambur Karo Pada Jambur Namaken Di Kota Medan.
http://www.academia.edu/13223872/Transformasi_Bentuk_Arsitektural_J ambur_Karo_Pada_Jambur_Namaken_Di_Kota_Medan/ 25 August 2015/
1:22:40
Syafrizal, Shelmi. 2011. Perubahan.
https://shelmi.wordpress.com/2011/10/23/perubahan-2/16 oktober 2015/02:04:19
Wiebowo, Andrian. 2014. Ornamen
http://artndree.blogspot.co.id/2014/01/ornamen.html/ 16 November 2015/
(6)
111
Glosarium
Anjung- anjung : loteng pada atap. Ayo-ayo : wajah rumah adat Karo;
muka bangunan tradisional Karo.
Belau : biru.
Dapur-dapur (melmelen) :
palang untuk dudukan dinding rumah adat Karo.
Derpik(derpih) : dinding.
Derpik angin : dinding atap; dinding angin.
Gerga : Ragam hias karo. Geriten : bangunan menyerupai
jambur namun lebih kecil, berfungsi untuk menyimpan tulang orang yang sudah meninggal.
Guru belin: dukun.
Jambur : bangunan tradisional karo yang menyerupai rumah adat
karo, agak luas tapi tidak memiliki dinding.
Kesain : halaman; kampung halaman. Kuta : kampung.
Meratah : hijau. Piso : pisau.
Raga dayang-dayang : keranjang yang terbuat dari rotan.
Sapo : gubuk. Suki : sudut. Suri : sisir. Tendi : roh.
Tersek : Tingkat bangunan; loteng. Ture : kaki lima rumah adat karo.