Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

A. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Sebelum Nabi Muhammad SAW. Lahir, masyarakat Mekah di kenal dengan sebutan kaum jahiliyyah, artinya masyarakat yang bodoh. Kebodohan mereka bukannya tidak mengetahui sesuatu, melainkan ketidaktahuan dari segi aqidah sehingga moral dan tingkah laku mereka menjadi tidak manusiawi. Dalam kehidupan, mereka berprinsip bahwa orang yang kuat itulah yang berkuasa dan yang lemah akan tertindas dengan menghalalkan berbagai cara. Pada saat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidup, lahirlah ke duani dari keluarga yang sederhana, seorang bayi laki-laki yang kelak membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia. Dialah Nabi besar Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW. Lahir di kota Mekah al-Mukkarramah pada hari senin, 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah, bertepatan pada tanggal 20 April 571. Ibunya bernama Siti Aminah binti Wahab dan ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalid yang telah meninggal dunia kala Nabi Muhammad SAW, dalam kandungan ± 6 bulan. Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, dinamakan Tahun Gajah, karena pada tahun tersebut kota Mekah diserang oleh pasukan yang berkendara gajah di bawah pimpinan Abrahah, seorang gubenur dari kerajaan Nasrani Abesenia Habsyi yang memerintah Kota Yaman. Mereka datang ke Mekah bermaksud ingin menghancurkan pasukan tersebut. Oleh karena itu, bala tentara tersebut dinamakan pasukan bergajah dan tahunnya di sebut Tahun Gajah. Nabi Muhammad SAW, adalah keturunan dari Qushai, pahlawan suku Quraisy yang telah berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza’ah atas kota Mekah. Pada waktu dilahirkan, Nabi Muhammad SAW. Sudah termasuk anak yatim. Sesudah beliau lahir maka menjadi kebiasaan orang Mekah jika mempunyai anak dicarikan orang yang menyususi dari daerah dusun dan mereka memilih orang yang mempunyai keturunan yang baik, agar berpengaruh pada bayinya. Menurut riwayat, Muhammad ketika lahir kemudian disusukan kira-kira tiga atau enam hari kepada Tsuaibah, yaitu bujangan perempuan Abu Lahab. Kemudian diserahkan pengasuhnya kepada orang lain yang bernama Halimah Sa’diyah dari Bani Saad Hawazin Selama dalam pengasuhan Halimah Sa’diyah, Nabi Muhammad SAW. Mengalami pertumbuhan sangat bagus. Pada usia 5 bulan Nabi Muhammad SAW. Sudah bias berjalan, pada usia 9 bulan sudah pandai bicara, dan pada saat berusia 2 tahun Nabi Muhammad SAW, sudah bias mengikuti anak-anak Halimah Sa’diyah untuk mengembala kambing. Setelah 5 tahun diasuh oleh Halimah Sa’diyah, Nabi Muhammad SAW. Diserahkan kembali kepada ibunya. Tak lama kemudian ibu Nabi Muhammad SAW. Jatuh sakit, dan akhirnya meninggal. Jasad beliau dimakamkan di Desa Abwa’ yang terletak 36 Km dari sebelah selatan Madinah. Sepeninggal ayah dan ibunya Nabi Muhammad SAW. Hidup sebagi yatim piatu. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW. Diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib selama 2 tahun. Setelah kakeknya meninggal, Nabi Muhammad SAW. Diasuh pamannya bernama Abu Thalib sampai dewasa. Ketika Nabi Muhammad SAW. Berusia 12 tahun, beliau mengikuti pamanya berdagang ke negeri Syam. Mengabarkan pada Abu Thalib beretemu dengan seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Pendeta ini mengabarkan pada Abu Thalib agar memelihara dan menjaga Muhammad baik-baik, karena Muhammad akan menjadi nabi akhir zaman seperti diberitakan taurat dan injil. Selain turut berniaga dengan pamannya, Nabi Muhammad SAW. Juga pernah mengembalakan kambing. Pekerjaan ini banyak memberikan pelajaran yang amat baik pada diri beliau, seperti berlatih ulet, sabar, tabah, tenang, dan terampil. Nabi Muhammad SAW. Mendapatkan gelar “al-Amin” artinya yang dapat di percaya. Beliau dipercaya oleh seorang janda kaya raya dan dihormati bernama Siti Khadijah untuk menjual barang dagangannya. Karena kejujuran dan kepribadian beliau yang luhur, maka Siti Khadijah berniat menjadikannya suami. Pada saat menikah usia Nabi Muhammad SAW 25 tahun. Sedangkan Siti Khadijah berumur 40 tahun.

B. Nabi Muhammad SAW. Menjadi Rasul