KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

6

BAB III KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4 1 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. 2 Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Identifikasi: Tetap. Presiden adalah kepala eksekutif oleh karena itu Presiden memegang kekuasaan pemerintahan. Pasal 5 1 Presiden memegang kekuasaan membentuk undang- undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 2 Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Identifikasi: 1 Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai kekuasaan untuk menetapkan peraturan pemerintah. Namun, karena Presiden memegang kekuasaan penuh atas pembentukan undang-undang, hal ini menyebabkan kurang maksimalnya rancangan undang-undang yang telah dibuat oleh Presiden.

BAB III KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA

Pasal 4 1 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. 2 Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Identifikasi: Tetap. Pasal 5 1 Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. 2 Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Identifikasi: 1 Ayat ini menjelaskan bahwa DPR mempunyai fungsi pengawasan, hak menyatakan pendapat menyampaikan usul, serta hak mengajukan pertanyaan atas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden, karena DPR adalah lembaga legislatif yang memegang kekuasaan legislatif. Dalam artian agar rancangan undang-undang yang dibuat 7 2 Tetap. Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai kekuasaan menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang. Pasal 6 1 Presiden ialah orang Indonesia asli. 2 Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara terbanyak. Identifikasi: 1 Pernyataan bahwa Presiden adalah orang Indonesia “asli” kurang jelas. Hal ini menyebabkan salah penafsiran. Selain itu, tidak dijelaskan syarat-syarat mengenai Wakil Presiden dan syarat-syarat khusus mengenai pencalonan Presiden dan Wakil Presiden. 2 Fungsi kedaulatan rakyat kurang berfungsi dengan baik, karena rakyat tidak memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden mereka. benar-benar sesuai dengan keadaan yang ada dan isinya merupakan hasil pemikiran bersama. 2 Tetap. Pasal 6 1 Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 2 Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Identifikasi: 1 Ayat ini menjelaskan bahwa dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden terdapat syarat umum dan syarat khusus dengan harapan bahwa siapapun yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal. 2 Ayat ini membantu memberikan informasi tambahan akan kemungkinan ketidakpahaman terhadap ayat 1. Pasal 6A 1 Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. 8 2 Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. 3 Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. 4 Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara terbanyak dilantik sebagai Presiden dan wakil Presiden. 5 Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang. Identifikasi: 1 Ayat ini menerangkan tentang kedaulatan rakyat yang salah satunya memberikan kesempatan bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasi mereka dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Serta pembentukan pasangan Presiden dan Wakil Presiden ditujukan karena mereka mempunyai visi 9 Pasal 7 Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Identifikasi: Dalam ayat ini menimbulkan adanya penafsiran yang beragam mengenai masa jabatan Presiden dan wakil Presiden, yaitu dan misi yang sama. 2 Diusulkan oleh partai politik dimaksudkan untuk menyempurnakan visi dan misi partai politik itu sendiri sebagai pemersatu bangsa yang memperjuangkan aspirasi rakyat. 3 Perhitungan tersebut dilakukan untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia yang tiap-tiap provinsi memiliki jumlah penduduk, suku, ras, agama, serta budaya yang berbeda. Dengan demikian Presiden dan Wakil Presiden adalah mayoritas pilihan rakyat Indonesia. 4 Ayat ini berfungsi untuk melengkapi ayat 3 untuk mengantisipasi jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang memenuhi perolehan yang disyaratkan. 5 Ayat ini membantu memberikan informasi tambahan akan kemungkinan ketidakpahaman terhadap ayat-ayat sebelumnya. Pasal 7 Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Identifikasi: Disini telah ditentukan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden yaitu bisa dipilih kembali hanya untuk satu kali masa 10 Presiden beserta Wakil Presiden boleh menjabat berulang kali seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu Presiden seumur hidup atau hanya menjabat dua kali. jabatan. Jadi Presiden dan Wakil Presiden maksimal dapat menjabat dua kali masa jabatan. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia yang lain untuk turut serta berpartisipasi dalam pemerintahan negara. Pasal 7A Presiden danatau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakialn Rakyat, baik apabilan terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil Presiden. Identifikasi: Pasal baru. Pasal ini memberikan keterangan mengenai alasan pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden dalam masa jabatannya. Presiden danatau Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya hanya atas alasan yang tercantum pada pasal 7A saja. Itu pun hanya dapat dilakukan setelah mendapat keputusan dari MK. Pasal 7B 1 Usul pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahlamah 11 Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden danatau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; danatau pendapat bahwa Presiden danatau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil Presiden. 2 Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden danatau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. 3 Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 23 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangya 23 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. 4 Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya tehadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. 5 Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa 12 Presiden danatau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; danatau terbukti bahwa Presiden danatau wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggrakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. 6 Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. 7 Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyswaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangya 23 dari dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden danatau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. Identifikasi: Pasal baru. 1 DPR dan MPR sama-sama menjalankan fungsinya dalam 13 mengawasi dan saling membimbing antar lembaga. Dalam hal ini DPR bertugas terhadap pemberhentian Presiden danatau Presiden, serta MK bertugas menjalankan proses hukum dengan cara memeriksa, mengadili dan memutus pendapat DPR. 2 Ketentuan tersebut ditujukan untuk saling mengawasi dan saling membimbing antar lembaga negara karena DPR dan Presiden berada pada kedudukan sejajarseimbang. 3 Dijelaskan tentang ketentuan jumlah minimal dukungan anggota DPR yang artinya pendapat tersebut mendapat dukungan dari mayoritas anggota DPR. 4 Dijelaskan secara tegas mengenai batas waktu pemeriksaan oleh MK agar masalah tersebut tidak berlarut-larut dan menimbulkan masalah yang berkelanjutan. 5 Ketentuan itu menjelaskan fungsi MK karena dengan keputusan MK tersebut DPR dapat melakukan upaya pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden melalui penyelenggaraan sidang paripurna. 6 Dijelaskan dengan tegas mengenai batas waktu mengenai penyelenggaraan sidang guna membahas usulan DPR. 7 Ketentuan mengenai jumlah minimal dukungan anggota DPR dimaksudkan untuk menghasilkan putusan yang didukung suara mayoritas. Melalui rapat paripurna 14 Pasal 8 Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya. Presiden danatau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dan melalui rapat tersebut MPR dapat memutuskan untuk memberhentikan atau tidak diberhentikan dari jabatannya. Pasal 7C Presiden tidak dapat membekukan danatau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Identifikasi: Pasal baru. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi DPR sebagai lembaga kedaulatan rakyat. Ketentuan ini juga dimaksudkan untuk mewujudkan keseimbangan politis bahwa DPR tidak dapat memberhentikan Preside, kecuali sesuai pasal 7A, begitu pula Presiden tidak dapat membekukan DPR. Pasal 8 1 Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. 2 Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat- lambatnya dalam enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden. 3 Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya 15 Identifikasi: Pernyataan tersebut kurang tepat karena menimbulkan penafsiran bahwa pengunduran diri Presiden danatau Wakil Presiden dari jabatannya hanya atas prakarsa diri sendiri. Seharusnya presiden diberhentikan oleh lembaga negara DPR, MK dan MPR dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama- sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai poltik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya. Identifikasi: 1 Pernyataan tersebut tepat karena terdapat penambahan faktor penyebab penggantian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya dari rumusan pasal 8 sebelum dibuat yaitu, diberhentikan. Keputusan tersebut muncul dari luar diri Presiden danatau Wakil Presiden yaitu oleh lembaga negara DPR, MK dan DPR. 2 Dijelaskan mengenai pengisian Wakil Presiden yang kosong oleh MPR dengan memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan Presiden. Hal ini sebagai konsekuensi bahwa Presiden dan Wakil Presiden adalah pasangan. 3 Pelaksanaan fungsi Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersamaan apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, 16 Pasal 9 Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh- sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut: Sumpah Presiden Wakil Presiden: “Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus- lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”. Janji Presiden Wakil Presiden: “Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus- lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa” diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya krisis ketatanegaraan yang berkepanjangan. Pasal 9 1 Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagi berikut: Sumpah Presiden Wakil Presiden: “Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil- adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”. Janji Presiden Wakil Presiden: “Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik- baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang- Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”. 2 Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, 17 Identifikasi: Tetap. Namun, belum ada penjelasan tentang MPR dan DPR apabila tidak dapat menyelenggarakan sidang, sehingga dapat memicu timbulnya problem ketatanegaraan. Pasal 10 Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Identifikasi: Tetap. Ayat ini menjelaskan tentang konsekuensi dan kedudukan Presiden sebagai kepala Negara. Presiden membawahi langsung Angkatan Darat, angkatan Laut, dan Angkatan Udara yang berperan sebagai alat pertahanan negara. Pasal 11 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung. Identifikasi: 1 Tetap, namun hanya berubah penomoran menjadi ayat 1. 2 Ayat ini dimaksudkan untuk menghindari masalah apabila MPR dan DPR tidak dapat menyelenggrakan sidang karena suatu hal. Pasal 10 Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Identifikasi: Tetap. Pasal 11 1 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. 2 Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi 18 Identifikasi: Tetap. Pasal 12 Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang. Identifikasi: Tetap. kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, danatau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 3 Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang. Identifikasi: 1 Tetap. Hanya berubah penomoran ayatnya. 2 Dalam setiap mengambil keputusan yang menimbulkan akibat bagi rakyat, Presiden harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari DPR sebagai lembaga penyalur kepentingan dan aspirasi masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar Presiden tidak mengambil keputusan berdasarkan keinginannya sendiri, melainkan atas kepentingan rakyat sehingga tidak membawa dampak buruk terhadap rakyat pula. 3 Ayat ini membantu memberikan informasi tambahan akan kemungkinan ketidakpahaman terhadap ayat 1 dan 2. Pasal 12 Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang. Identifikasi: Tetap. 19 Ada kalanya negara dikatakan dalam keadaan tidak aman dan tentram, terjadi kerusuhan yang dapat menganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dalam berbagai bentuk baik peperangan, pemberontakan, dan sebagainya. Berhubungan dengan itu, pemerintah harus diberi kewenangan mengatasi segala macam bentuk malapetaka yang bersifat menganggu kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara tanpa mengabaikan perlindungan terhadap HAM. Pasal 13 1 Presiden mengangkat duta dan konsul. 2 Presiden menerima duta negara lain. Identifikasi: 1 Tetap. Dalam pengangkatan duta dan konsul Presiden mempunyai wewenang menentukan duta dan konsul sendiri tanpa pertimbangan lembaga lain 2 Presiden menentukan sendiri untuk menerima duta dari negara lain tanpa meminta pertimbangan DPR. Jadi jika terjadi kesalahan maka pemerintah akan disalahkan. Pasal 13 1 Presiden mengangkat duta dan konsul. 2 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. 3 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Identifikasi: 1 Tetap. 2 Pengangkatan duta berasal dari keputusan bersama mengingat duta besar memiliki peranan yang sangat penting dengan presiden mendapat masukan dan pertimbangan dari DPR maka keputusan yang diambil diharapkan lebih baik. 3 Dengan petimbangan DPR diharapkan agar duta negara lain di Indonesia benar-benar dipilih dengan cermat karena menyangkut hubungan baik antar kedua negara. 20 Pasal 14 Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi. Identifikasi: Sebelum amandemen, dalam pemberian grasi dan rehabilitasi Presiden tidak mendapat masukan dari siapapun. Sehingga keputusan hanya berasal dari 1 pihak saja yaitu Presiden. Pasal 15 Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan. Selain itu, dengan adanya pertimbangan DPR dalam menerima penempatan duta negara lain, maka presiden tidak sendiri dalam mengambil keputusan. Selain itu, Apabila ada kesalahan ataupun penolakan penempatan duta negara lain pemerintah tidak disalahkan karena telah ada pertimbangan DPR. Pasal 14 1 Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. 2 Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Identifikasi: 1 Presiden dalam memberi grasi dan rehabilitasi tidak sendiri dalam pengambilan keputusan dan mendapat masukan serta pertimbangan dari Makhamah Agung sebagai lembaga pelaksana fungsi yudikatif. 2 Pemberian Amnesti dan abolisi memerlukan adanya pertimbangan politik sehingga DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat atau lembaga politik kenegaraan dirasa paling tepat untuk membantu memberikan pertimbangan kepada presiden. Dengan demikian akan terjadi pengawasan antar lembaga kenegaraan. Pasal 15 Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang. 21 Identifikasi: Tidak adanya spesifikasi khusus untuk pemberian gelar dan tanda jasa. Hal itu memungkinkan pemberian tanda jasa tidak bersifat objektif. Identifikasi: Dengan adanya undang undang sebagai dasar pemberian gelar, tanda jasa dan lain lain, sehingga pemberian tanda-tanda kehormatan tersebut akan lebih transparan dan objektif. Pasal 16 Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang. Identifikasi: Pasal baru. Presiden diberi kuasa untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden dan berkedudukan dibawah Presiden. Dengan kedudukan di bawah Presiden, tugas dewan pertimbangan akan lebih efisien dan efektif karena langsung berada dibawah pimpinan dan koordinasi Presiden. 22

BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG