Generasi pertama menggunakan pendekatan evaluasi vektor yaitu vector
sesuai untuk komoditas pertanian yang diperlukan ke industri pengolahan. Kontak pertanian akan mengahasilkan kesepakatan-kesepatan dan aturan-aturan yang
memberi manfaat bagi petani dan industri pengolahan.
Kemitraan industri pengolahan tepung lokal dengan industri tepung terigu bertujuan untuk keberlanjutan subsitusi tepung terigu dengan tepung lokal.
Industri tepung lokal sebagai pemasok tepung lokal dengan jumlah, mutu dan waktu pengiriman yang disepakati. Pada kemitraan industri pengolahan tepung
lokal dengan industri terigu akan menghasilkan kesepakatan harga, yang mana akan sesuaikan dengan risiko untuk masing-masing eselon rantai pasok.
Beberapa model kelembagaan rantai pasok yang telah dikembangkan antara lain oleh Nur et al. 2010 dengan mengembangkan model kelembagaan
penelusuran pasokan bahan baku kulit sapi untuk industri gelatin. Nur et al. 2012 merancang sistem kelembagaan untuk menjamin mutu produk pada rantai
pasokan bahan baku industri gelatin. Metode analisis yang digunakan Nur adalah teknik ISM untuk merumuskan model kelembagaan, AHP untuk memilih strategi
kelembagaan, dan Data Envelopment Analysis DEA untuk menguji tingkat efisien model. Sejati 2011 melakukan analisis terhadap rantai pasok telur ayam
ras untuk peternakan rakyat. Saptana et al. 2006 melakukan analisis kelembagaan kemitraan rantai pasok komoditas hortikultura di Bali dengan
merekomendasikan kelembagaan rantai pasok terintegrasi.
Beberapa penelitian
sebelumnya mengenai
perancangan dan
pengembangan kelembagaan antara lain dilakukan oleh Saraswati 2007 yaitu mengembangkan kelembagaan pengelolaan sampah kota dengan melibatkan
partispasi masyarakat dengan menggunakan analisis statistik, organizational capacity assessment tool
OCAT dan analisis prospektif. Widyananda 2007 merancang sistem kelembagaan untuk optimasi industri gula. Perancangan
kelembagaan oleh Widyananda mengunakan teknik AHP untuk mengkaji prioritas lembaga pembiayaan dan teknik ISM untuk menganalisis sistem kelembagaan
yaitu strukturisasi elemen, klasifikasi elemen dan hierarki kelembagaan. Saptono 2011 merancang lembaga pembiayaan pertanian nasional sektor tanaman pangan
dengan menggunakan teknik Interpretative Structural modeling ISM untuk menstrukturkan elemen-elemen sistem dan Analytical Hierarchy Process AHP
untuk mendapatkan pilihan model kelembagaan yang terbaik, dan benchmarking untuk mendapatkan model praktek terbaik. Jaya et al. 2011 menggunakan teknik
ISM dan fuzzy Multi Expert Multi Criteria Decision Making ME-MCDM untuk memperbaiki sistem kelembagaan dan mutu kopi di Dataran Tinggi Gayo. Ananto
2012 mengembangkan model kelembagaan perencanaan pembangunan peternakan yang terintegrasi lintas kementerian, lembaga dan daerah. Kerangka
kerja yang digunakan Ananto 2012 dalam pengembangan model kelembagaan adalah analitycal network process ANP untuk menetapkan faktor-faktor yang
menjadi prioritas dalam pengembangan model, strategic assumption surfacing technique
SAST untuk melakukan eksplorasi asumsi strategis dengan tingkat keyakinan dan kepastian tinggi yang harus mendapat perhatian dalam
pengembangan model, interpretative structural modelling ISM untuk mengungkap hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen, dan
wawancara mendalam untuk mendapatkan pemahaman atas tacit knowledge contextual
dan validasi hasil penelitian.