1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sekitar 23 luas wilayahnya terdiri dari lautan. Sampai saat ini pemanfaatan perikanan masih terbatas pada
perairan pantai atau perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 100 meter Suman et al. 2006. Penangkapan ikan pelagis di beberapa perairan Indonesia
terutama Selat Malaka dan Laut Jawa telah mencapai tingkat kelebihan tangkap over fishing. Data Biro Pusat Statistik 2002 menunjukkan bahwa di Selat
Malaka tingkat pemanfaatan lebih dari 100 potensi 276.030 tontahun dan produksinya 389.280 tontahun dan juga Laut Jawa potensi 796.640 tontahun
dan produksinya 1.094.410 tontahun Anonim 2005. Selain itu berdasarkan kajian stok oleh Ditjen Perikanan Tangkap, jumlah hasil tangkapan ikan dari
tahun 2004-2006 mengalami penurunan dari 4.881.810 ton menjadi 4.769.760 ton Husni 2007. Oleh karena itu perlu adanya daerah tangkapan baru, yaitu laut
dalam. Laut dalam adalah bagian dari lingkungan bahari yang terletak di bawah kedalaman yang dapat diterangi sinar matahari di laut terbuka dan lebih dalam
dari paparan benua 200 m Nybakken 1992. Ikan laut dalam merupakan sumberdaya alam yang baru bagi perikanan
Indonesia. Selama ini ikan laut dalam diperoleh dari hasil samping para nelayan tradisional. Salah satu ikan laut dalam jenis Satyrichtys welchii telah
dimanfaatkan sebagian masyarakat pesisir Banten sebagai obat kuat sebelum pergi melaut. Pemanfaatan ikan laut dalam di luar negeri sudah dioptimalkan dalam
bidang obat-obatan. Salah satunya squalene dari hati ikan hiu Centrophorus atromarginatus gaman
yang hidup pada kedalaman 500-1000 meter sebagai obat dalam pencegahan terhadap infeksi dan penyakit Anonim 2006
a
. Selain itu tulang rawan ikan hiu berfungsi sebagai antikanker Miller 1913 diacu dalam
Damayanti 2005. Pemanfaatan ikan laut dalam belum banyak digali karena kurangnya
informasi ekologi tentang laut dalam. Karakteristik laut dalam sebagai wilayah yang tidak mudah dijamah manusia, bukan hanya menjadi tempat hidup berbagai
jenis ikan, melainkan juga beragam biota laut lainnya yang belum banyak
diketahui serta kegelapannya yang sepanjang masa memerlukan penggunaan teknologi modern untuk bisa menelitinya secara optimal Nybakken 1992.
Badan Riset Perikanan Laut BRPL dari Departemen Kelautan dan Perikanan DKP Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Jepang OFCF
Overseas Fishery Cooperation Foundation Japan melalui ekspedisi kapal riset Baruna Jaya IV tahun 2004-2005 di Samudera Hindia mulai dari selatan Laut
Jawa hingga barat Sumatera berhasil menemukan 529 spesies ikan laut dalam, 70 spesies diantaranya baru diidentifikasi dan belum diketahui nama ilmiahnya.
Tim tersebut menemukan beberapa spesies ikan laut dalam yang diduga mengandung steroid dan taurin Suman et al. 2006. Hasil penelitian Ikhsan
2006 menunjukkan bahwa ikan laut dalam Bajacalifornia erimoensis mengandung steroid yang tinggi, yaitu 25,76 mg100 g. Beberapa spesies lainnya
belum diketahui manfaatnya, terutama kandungan steroid dan taurin sehingga perlu dilakukan penelitian. Melalui penelitian ini diharapkan akan dapat
menambah informasi awal potensi ikan laut dalam di Indonesia khususnya kandungan senyawa steroid dan taurin.
1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan steroid dan taurin dari
beberapa spesies ikan laut dalam hasil tangkapan di Perairan Barat Sumatera dan Selatan Jawa.
2. TINJAUAN PUSTAKA