BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pemikiran
Sebagai sumberdaya alam, hutan merupakan ciptaan Tuhan yang tiada nilainya dan sangat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta bagi
organisme lainnya. Selain bermanfaat bagi hidup dan kehidupan, hutan juga mempunyai fungsi pokok yaitu fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Fungsi sosial dan ekonomi menempatkan hutan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan jalan memanfaatkan
hutan dengan sebaik-baiknya. Pemanfaatan hutan dengan menggunakan kaidah- kaidah dan norma-norma yang berlaku menjadikan hutan akan lebih lestari dan
akan bermanfaat bagi kepentingan generasi yang akan datang. Fungsi lingkungan yang antara lain sebagai fungsi hidro – orologi menempatkan hutan sebagai
tonggak dan penopang pengaturan tata air dan perlindungan tanah, yang pada prinsipnya merupakan bagian yang terpenting dan tidak dapat dipisahkan bagi
kehidupan. Fungsi ekologi yang lain yaitu fungsi estetika menempatkan hutan sebagai pelindung alam dan lingkungan dan menjadikan hutan sebagai paru-paru
dunia. Hutan juga merupakan asset multiguna yang tidak saja menghasilkan produk hutan seperti kayu, arang, pulp dan lain-lain, namun juga memiliki nilai
lain non-use, seperti pelindung panas, pemecah angin dan penyelamat tanah terhadap bahaya erosi Fauzi, 2004
T Namun demikian dalam era globalisasi sekarang ini, kecenderungan
masyarakat untuk memanfaatkan hutan, lebih dititikberatkan pada kepentingan ekonomi saja dengan mengabaikan fungsi sosial maupun fungsi lingkungan.
Pemanfaatan hutan yang cenderung lebih dititikberatkan pada kepentingan ekonomi telah banyak memberikan dampak yang negatif bagi fungsi hutan itu
sendiri maupun bagi kehidupan. Penebangan hutan yang dilakukan tanpa menggunakan kaidah dan norma
yang berlaku, sering disebut sebagai penebangan liar atau illegal - logging, menjadikan hutan kehilangan fungsi pokoknya. Akibat lebih lanjut dari hilangnya
1
fungsi hutan ini adalah banyak terjadi banjir, tanah longsor, turunnya mutu tanah, perambahan hutan yang berakibat semakin menyempitnya areal hutan,
berkurangnya pendapatan masyarakat di sekitar hutan, dan dampak penting lainnya adalah berkurangnya kemampuan biosfer menyerap CO
2
yang berakibat pada penambahan tinggi suhu di permukaan bumi. Saling ketergantungan antara
hutan dengan masyarakat telah ditunjukkan dengan adanya kontribusi dan manfaat hutan kepada masyarakat. Sementara kontribusi masyarakat terhadap
hutan sebenarnya adalah adanya upaya masyarakat untuk ikut serta dalam memelihara dan menjaga agar hutan selalu berkelanjutan. Namun demikian pada
kenyataannya kontribusi masyarakat terhadap hutan justru sebaliknya. Hal ini nampak pada adanya tekanan dan perlakuan masyarakat terhadap hutan sangat
berlebihan dan bahkan cenderung merusak destruktif. Salah satu bentuk tekanan tersebut adalah adanya kegiatan penebangan liar atau illegal logging.
Berdasarkan Buku Statistik Perum Perhutani tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, tekanan masyarakat terhadap hutan di Pulau Jawa menunjukkan
bahwa, meskipun mengalami penurunan dari tahun ke tahun, pencurian kayu masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 2002 sebanyak 1.539.334 pohon menjadi
sebesar 126.024 pohon pada tahun 2006. Demikian juga untuk bibrikan atau perambahan hutan, yang pada tahun 2002 seluas 9.328 ha, pada tahun 2006 hanya
mencapai seluas 1.200 ha. Sementara itu untuk babat liar tanaman pada tahun 2003 juga menunjukkan realisasi yang paling besar yaitu mencapai 1.138.531
pohon dan menurun menjadi 202.581 pohon pada tahun 2006. Tingginya angka realisasi pada tahun 2002 tersebut disebabkan adanya krisis multi dimensi yang
berkelanjutan, sehingga mengakibatkan tekanan ekonomi terhadap masyarakat di sekitar hutan cukup berat.
Tekanan masyarakat terhadap hutan di Pulau Jawa di sampaikan pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Tekanan masyarakat terhadap hutan di Pulau Jawa periode tahun 2002 sd 2006
No Uraian
Sat. 2002 2003 2004 2005 2006
1 Pencurian Pohon
Phn 1.539.334 501.797 325.242 519.844 126.024
2 Bibrikan
Hutan Ha
9.328 2.117 1.023 1.619 1.200
3 Babat liar tanaman
Phn 390.745 1.138.531 110.473 91.363 202.581
4 Penggembalaan Ha
952 705 347 397 290
Sumber : Buku Statistik Perum Perhutani tahun 2002-2006 Sementara itu tekanan masyarakat terhadap hutan khususnya di Jawa
Barat juga menunjukkan realisasi yang cukup besar. Pencurian pohon pada tahun 2002 mencapai 39.411 pohon dan pada tahun 2006 menurun hanya mencapai
8.261 pohon. Bibrikan hutan yang paling besar adalah pada tahun 2002 yaitu mencapai 8.648 ha. Sedangkan babat liar tananam yang paling tinggi pada tahun
2004 yaitu mencapai 16.279 pohon. Kondisi yang seperti inilah yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah dan masyarakat bersama, agar tekanan
terhadap hutan sebagai penopang kehidupan, dapat dikurangi dan bahkan sebaliknya justru akan memberikan keseimbangan antara apa yang diberikan oleh
hutan kepada masyarakat dengan apa yang diberikan masyarakat kepada hutan. Tekanan masyarakat terhadap hutan di Jawa Barat ditunjukkan pada Tabel 2
berikut :
Tabel 2. Tekanan masyarakat terhadap hutan di Jawa Barat periode tahun 2002 sd 2006
No Uraian
Sat. 2002 2003 2004 2005 2006
1 Pencurian Pohon
Phn 39.411 30.721
10.694 8.796 8.201 2
Bibrikan Hutan Ha
8.648 666 667
1,324 491 3
Babat liar tanaman Phn
- 4.103
16.279 2.296
15.004 4
Penggembalaan Ha 65
101 116 124 50
Sumber : Buku Statistik Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Tahun 2002-2006
Kegiatan illegal – logging dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan terjadi karena beberapa hal yang kesemuanya saling terkait. Penyebab
tersebut adalah : 1. Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan kayu, sehingga mengakibatkan nilai ekonomi kayu terus menerus meningkat, sementara pemenuhan kebutuhan kayu belum dapat
dicukupi, karena semakin terbatasnya daya dukung hutan. 3
2. Adanya krisis ekonomi berkelanjutan mengakibatkan tingginya harga barang
konsumsi, sementara masyarakat di sekitar hutan yang sudah miskin tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga salah satu cara yang paling
mudah adalah memanfaatkan hutan untuk kepentingan diri sendiri dengan jalan memanfaatkan hutan dengan tanpa memperhatikan kaidah pemanfaatan
hutan, khususnya kayu, dengan cara yang tidak benar. 3.
Krisis ekonomi yang berkelanjutan yang menyebabkan terjadinya krisis multi dimensi mengakibatkan perusahaan yang bergerak di sektor kehutanan,
khususnya industri kayu, banyak mengalami kemunduran usaha, karena tingginya harga barang produksi, sehingga untuk mendapatkan bahan baku
kayu dengan harga murah dilakukan pembelian kayu tidak syah yang berasal dari hasil praktek illegal logging.
4. Lemahnya penegakan hukum, karena tidak ada concerted action yang dapat
menyuburkan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Disamping itu kurang dana atau lack of budget dalam upaya mendukung kemampuan politik dan
kurangnya tekanan publik. Pada tataran masyarakat, kondisi moral, sosial dan budaya masyarakat, serta aparat cenderung tidak kondusif terhadap
kelestarian hutan dan di lain pihak masih banyak industri pengolahan kayu membeli dan mengolah kayu hasil illegal logging.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun suatu formulasi kebijakan yang dapat mengatasi praktek illegal logging dalam rangka mencapai
pengelolaan hutan berkelanjutan Sustainable Forest Management – SFM . Untuk mencapai tujuan dimaksud, diperlukan beberapa kajian sebagai berikut :
a. Menghitung dampak kerugian akibat illegal logging, baik dari aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan.
b. Identifikasi faktor atau elemen yang berpengaruh dan selanjutnya menetapkan faktor dominan terhadap terjadinya praktek illegal logging.
c. Menganalisis dampak illegal logging terhadap Sustainable Forest
Management SFM.
4
d. Menganalisis implikasi kebijakan mengatasi kegiatan illegal logging. e. Merancang formulasi kebijakan yang dapat dengan tepat mengatasi kegiatan
illegal logging. f. Membuat rekomendasi untuk menetapkan kebijakan dalam mempertahankan
pengelolaan hutan berkelanjutan Sustainable Forest Management – SFM .
1.3. Rumusan Masalah
Permasalahan yang sering timbul dalam pengelolaan hutan berkelanjutan Sustainable Forest Management – SFM adalah kebijakan dan regulasi dari
pemerintah baik yang bersifat sektoral maupun multi-sektoral belum mampu mengatasi semakin berkembangnya kegiatan illegal logging. Hal tersebut terjadi
karena beberapa hal antara lain : 1. Terjadinya kesalahan dan kekurangseragaman persepsi pemerintah daerah
terhadap Undang-undang Otonomi Daerah utamanya dibidang kehutanan, sehingga penanganan dan pengelolaan hutan berjalan sendiri-sendiri dan
bahkan ada kecenderungan masing-masing daerah untuk memikirkan kepentingan daerahnya, tanpa memperhatikan kepentingan nasional.
2. Meskipun pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan MDH terus dilakukan oleh pemerintah, namun upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf
hidup masyarakat desa hutan belum dapat dicapai, sehingga masyarakat desa hutan cenderung untuk memanfaatkan hutan di sekitarnya, dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya, dan bahkan dalam memanfaatkan hutan tanpa menggunakan kaidah-kaidah yang benar.
3. Pengelolaan hutan oleh masyarakat yang tidak menggunakan kaidah-kaidah yang benar, mengakibatkan terganggunya ekosistem hutan dan pada akhirnya
akan memperburuk kondisi hutan dan menjadikan hutan tidak berkelanjutan. 4. Peningkatan kebutuhan kayu yang tidak diimbangi dengan kecukupan luasan
hutan, akan meningkatkan nilai ekonomi kayu, dan pada gilirannya secara ekonomis kecenderungan masyarakat untuk memperoleh kayu dengan jalan
apapun akan ditempuh, sehingga menimbulkan adanya kegiatan illegal logging.
5
5. Kegiatan illegal logging yang semakin berkembang akibat meningkatnya nilai ekonomi kayu yang tidak diimbangi dengan penegakan hukum law
enforcement yang tegas dan tanpa kecuali, mengakibatkan aktor-aktor yang berperan aktif semakin leluasa untuk terus melakukan kegiatannya. Kondisi
ini digambarkan pada Gambar 1.
Volume against age curve
Gambar 1. Grafik terjadinya illegal logging
Illegal logging
Loging Non
Illegal
Government Loss Value
of timber
Law of Enforcement
Selanjutnya permasalahan
yang terjadi dengan adanya illegal logging adalah : 1. Timbulnya kerugian baik dari aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan yang
secara sistematis dapat mengganggu kelangsungan hidup dan kehidupan masyarakat dan pemerintah.
2. Terjadinya pengaruh terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan, sehingga dikhawatirkan keberlanjutan fungsi hutan akan semakin terganggu dan
akibatnya akan berpengaruh juga terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan masyarakat dan pemerintah.
3. Kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun daerah, baik dibidang otonomi daerah, kehutanan maupun lingkungan hidup masih belum mampu
secara sistematis mengatasi terjadinya illegal logging.
6
Memperhatikan dampak yang mengganggu kehidupan masyarakat, baik sosial, ekonomi maupun lingkungan, diperlukan suatu formulasi kebijakan yang dapat
mengatasi praktek illegal logging. Dalam upaya menanggulangi kegiatan illegal logging, secara internasional telah mendapat dukungan Presiden Amerika George
W. Bush dalam Global Climate Change pada tanggal 14 Februari 2002 yang menyatakan “ …I’ve also ordered the Secretary of State to develop a new
initiative to help developing countries stop illegal logging, a practice that destroys biodiversity and releases millions of tons of greenhouse gases into the
atmosphere.”
1.4. Kerangka Pemikiran
Ketika hutan dikelola dengan baik dan menggunakan kaidah dan norma yang benar, fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan dari hutan tersebut akan berjalan
dengan baik secara berkelanjutan. Untuk mempertahankan kondisi hutan tersebut, diperlukan adanya kebijakan pemerintah di bidang kehutanan. Regulasi
dan peraturan-peraturan yang telah dibuat pemerintah dari berbagai sektor telah dikeluarkan, antara lain Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah, Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang- undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
lainnya, namun demikian pada kenyataannya tekanan terhadap hutan terus berlangsung. Disamping itu tekanan tersebut juga terjadi karena meningkatnya
nilai ekonomi kayu akibat meningkatnya kebutuhan kayu di masyarakat, sementara penegakan hukum masih belum berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Lebih lanjut ketika terjadi krisis multidimensi yang berkelanjutan, dengan segala akibatnya, terjadilah tekanan pada hutan yang lebih kuat lagi yang
diwujudkan dengan adanya kegiatan illegal logging secara besar-besaran. Kegiatan illegal – logging ini mengganggu kondisi hutan berkelanjutan dan
berakibat pada terganggunya fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan dari hutan tersebut. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, kerusakan hutan terus
berlangsung dan mengakibatkan dampak yang sangat serius pada kehidupan manusia. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan suatu formulasi kebijakan
7
pemerintah yang dengan cepat dan tepat dapat mengatasi illegal - logging. Kebijakan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengendalikan praktek
illegal – logging dan dapat menstimulasi suatu pengelolaan hutan berkelanjutan dimasa mendatang. Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kebijakan Pemerintah
Hutan
Fungsi Sosial
Fungsi Ekonomi
Fungsi Lingkungan
Hutan Berkelanjutan
Krisis Multi
Dimensi
Illegal Logging
Formulasi Kebija- kan Mengatasi
Illegal Logging
Dampak Kerugian Sosial, Ekonomi dan
Lingkungan
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Otonomi Daerah Kehutanan
Lingkungan Hidup Nilai ekonomi kayu,
kebutuhan dan penyediaan kayu,
penegakan hukum
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut : a. Penetapan perhitungan kerugian akibat illegal logging dari aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan.
8
b. Pembuatan analisis kebutuhan, dimana pelaku sistem terkait yang dapat mengatasi masalah terjadinya illegal logging meliputi : a masyarakat, b
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, c pemerintah, d swasta, dan e perguruan tinggi.
c. Hutan dalam penelitian ini adalah hutan jati dan pinus.
1.6.. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Ilmu Pengetahuan
a. Memberikan hasil perhitungan secara ilmiah mengenai kerugian akibat illegal logging dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
b. Memberikan kontribusi pemikiran secara ilmiah dalam rangka pengelolaan hutan berkelanjutan Sustainable Forest Management –
SFM . 2. Stakeholder
Hasil penelitian ini sebagai alat informasi bagi stakeholder tentang besarnya dampak illegal logging dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, sehingga
dapat diciptakan kesadaran bagi seluruh stakeholder akan pentingnya kondisi hutan yang berkelanjutan.
3. Pemerintah a. Memberikan alternatif formulasi kebijakan dalam rangka mengatasi illegal
logging dan upaya menciptakan pengelolaan hutan berkelanjutan Sustainable Forest Management – SFM
b. Diperoleh gambaran tentang besarnya dampak kerugian material dan non material akibat illegal logging dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA