VIDEO KLIP MUSIK DALAM MAINSTREAM POSTMODERNISME (Analisis Semiotik pada Video Klip Musik “Gentleman” yang Dipopulerkan Oleh PSY)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gender merupakan sebuah konstruksi sosial dan kodifikasi

perbedaan antarseks. Konsep ini menunjukkan hubungan laki-laki dan perempuan. Gender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki identitas yang berbeda-beda, diantaranya dipengaruhi oleh faktor faktor seperti ideology, politik, ekonomi, sosial budaya, etnik, adat istiadat, golongan, faktor sejarah, waktu, dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.1

Gentleman, merupakan sikap yang selalu dilekatkan pada makhluk

laki-laki. Gentleman berasal dari Bahasa Inggris, perpaduan dari dua kata

gentle dan man. Gentle merupakan well born, soft and mild sedangkan

Man merupakan sosok laki-laki, pria. Sehingga jika kata tersebut digabung memilki arti laki-laki yang terlahir baik, lembut dan menyejukkan. Jadi definisi sesungguhnya Gentleman adalah kualitas yang terasa dari peran seorang pria.2 Contohnya, saat seorang laki-laki memilki peran sebagai suami atau ayah, maka kualitas yang dharapkan dari peran tersebut adalah laki-laki yang bisa melindungi, mengayomi dan bertanggungjawab pada keluarganya.

1 Fakih, Mansoer, Analisis Gender & Transformasi Sosial. 1996: Yogyakarta, Hal 71 2

Orl Jaf


(2)

1 Setiap laki-laki memiliki banyak peran, sebagai kekasih, teman, sahabat, pemimpin, dan lainnya. Dalam setiap peran tersebut, jika kualitas yang diharapkan bisa dirasakan oleh orang yang berhubungan dengan laki-laki tersebut, maka ia layak disebut gentleman. Jadi, perempuan jangan sampai terjebak pada tindakan yang dilakukan para laki-laki. Karena bicara kualitas, maka yang dinilai bukan dari otot. Laki-laki berotot akan dikatakan gentle, jika tubuhnya yang kekar dan dadanya yang bidang digunakan untuk memeluk wanita yang dikasihi, bukan menggunakannya untuk kekerasan. 3

Konsep gentleman dengan segala kebaikan sikap dan perilakunya terhadap orang lain sudah lama termindset dalam pemikiran masyarakat umum, khususnya pada kaum perempuan. Namun, seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi komunikasi dapat menggerakkan bahkan menggeser pemikiran manusia tentang sebuah makna atau identitas dari

gentleman itu sendiri. Hal tersebut bisa kita temui pada beberapa produk

media komunikasi yang kian hari menghadirkan realitas yang menjadi budaya baru pada kehidupan umat manusia saat ini.

Seorang sutradara Jo Soo Hyun asal korea menggarap sebuah video klip musik sebuah hits single dengan judul “Gentleman” yang dinyanyikan oleh Park Jae Saang (PSY), seorang penyanyi, rapper dan pencipta lagu asal Korea Selatan.4 Lagu tersebut merupakan salah satu

3

(http://AndaSeorangGentleman.htm), Loc.cit

4 Hari Qpli DJFM (http://psyprofil.html)


(3)

2 lagu yang menarik dan banyak mengundang perhatian publik karena konsep video klip musiknya yang kocak dan agak nyeleneh.

PSY sudah memulai debutnya pada tahun 2001 silam. Selama perjalanan karier PSY sudah memiliki 6 album rekaman, dan pada tahun 2012, PSY mengeluarkan album dengan hitsnya yang berjudul “Gangnam

Style” berhasil membawanya pada puncak kepopuleran. Setelah berhasil

merilis lagu dengan judul “Gangnam Style “ di akhir tahun 2012, dan pada pertengahan bulan April di tahun 2013 lalu, PSY kembali meluncurkan sebuah single yang berjudul “Gentleman” dengan lirik yang menggunakan Bahasa Korea dan Inggris.

Lirik lagu PSY yang berjudul “Gentleman” menceritakan tentang tokoh (seorang laki-laki) yang mencoba memperkenalkan pada dunia bahwa dirinya adalah seorang yang Gentleman. Dia ingin menunjukkan semangat, keberaniannya dalam memikat seorang wanita. Dengan konsep video klip yang cenderung tidak menampilkan hakikatnya seorang

laki-laki gentleman pada umumnya namun seakan lebih merendahkan atau membalikkan pengertian sikap gentleman tersebut.

Dalam video klip musik tersebut, Gentleman hadir dengan sosok yang berbeda, karakter yang lembut dan baik hati khas para laki-laki sejati pada umumnya tidak ada dalam diri PSY (sosok yang memerankan tokoh

Gentleman). Sikap dan perilaku negatif yang selalu mengiringi setiap

adegan tokoh dalam MV (Movie Video) tersebut, konsep yang demikian ini sangat bertentangan dengan tema lagu yang dinyanyikan.


(4)

3 Seperti halnya, video klip musik merupakan media penyampaian pesan kepada khalayak banyak, video klip berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi dan sajian lainnya kepada masyarakat luas. Sehingga membuat sebuah video klip diperlukan kreativitas yang tinggi, karena sangat berpengaruh dalam proses penyampaian pesan kepada audience. Yang diperlukan dalam pembuatan video klip adalah konsep yang matang, baik dari segi idea atau alur cerita serta penempatan objek, sehingga pesan yang ada dalam lirik lagu tersebut bisa diterima oleh masyarakat.

Namun disamping video klip musik bagian dari media komunikasi, juga termasuk dalam produk seni. Dalam bidang seni, seseorang bisa bebas dalam menghasilkan sebuah produk atau karya, Robert Rauschenberg yang memberontak keharusan penilaian yang hanya bertolak dari satu titik tertentu. Menurutnya, seni itu ekspresi bebas, bisa

bertolak dari mana saja. 5

Intervensi postmodern dalam seni seringkali diinterpretasikan sebagai reaksi terhadap modernisme, terhadap gerakan karya-karya tinggi modernisme yang melumpuhkan. Video klip sering kali dianggap “postmodern”, yang didalamnya terdapat tampilan dan citarasa baru: penanda telah dibebaskan, dan citra mendahului narasi, seiring lepasnya citra-citra estetis yang artifisial dan menjelma pusat kepuasan, kenikmatan

5


(5)

4 yang menggoda dan pengalaman estetis yang kuat namun terpecah dan sementara. 6

Melihat pernyataan tersebut, video klip musik “Gentleman”-nya PSY juga menghadirkan konsep yang berorientasi dari manapun, bukan dari satu totalitas makna saja. Pesan yang dikomunikasikan dikemas dengan estetika permainan penanda-petanda yang bebas, cenderung tanpa menghiraukan kedalaman maknanya. Jadi dibanding penyampaian pesannya lebih kuat menampilkan sisi citra dan tanda dalam video klip tersebut.

Melihat perkembangan konsep video klip yang semakin kreatif, tentunya para kreator harus bisa menempatkan objek visual yang sesuai dengan tema lagunya, sekalipun ingin menunjukkan estetika dalam berkarya seni namun setidaknya tidak luput makna. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan analisa semiotik karena merupakan sarana untuk menganalisa peristiwa, kejadian yang dianggap sebagai tanda dari

proses komunikasi. Jadi berdasarkan latarbelakang diatas, peneliti ingin mengambil judul “Video Klip Musik Musik dalam Mainstream Postmodernisme (Analisis Semiotik pada Video Klip Musik “Gentleman” yang dipopulerkan Oleh PSY)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti menarik rumusan masalah “ Bagaimana Video Klip Musik “Gentleman” yang di populerkan oleh PSY dalam Mainstream Postmodernisme?

6


(6)

5 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini setelah peneliti uraikan dalam rumusan masalah, adalah untuk memperoleh pemahaman bagaimana video klip musik “Gentleman” oleh PSY tersebut dalam mainstream postmodernisme.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dilihat dari segi sosial dan akademis, yaitu:

D.1. Manfaat Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi kepada para generasi muda, para pecinta bidang kajian komunikasi dalam pembuatan sebuah karya serupa agar lebih kreatif dan sarat akan nilai kehidupan yang positif.

D.2. Manfaat Akademis

- Tersedianya referensi guna menambah informasi untuk penelitian komunikasi, khusunya dalam kajian semiotika.

- Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis

E. TINJAUAN PUSTAKA E.1. Video Klip Musik

E.1.1. Pengertian Video Klip Musik

Video klip musik adalah potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan


(7)

6 ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya dan penampilan band, kelompok musik untuk mengenalkan dan memasarkan produk lagunya.7

Video klip musik memang bukan program televisi. Video klip bukan non drama atau jurnalistik. Namun video klip adalah bagian dari program acara televise non drama yang paling mudah diingat. Nonfiksi (nondrama adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinatif kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus meninterpretasikan ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan). Video klip musik memberikan imbas bagi seluruh stasiun TV untuk mendapatkan pemasukan dari iklan yang membeli tayangan baik dalam bentuk program musik atau sebagai iklan itu sendiri, bahkan juga memberikan kesempatan bagi seluruh insan muda yang kreatif baik sebagai sutradara atau crew

kreatif dalamnya.

E.1.2. Unsur-Unsur dalam Video Klip Musik

Dalam pembuatan video klip musik ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

a. Symbol

7


(8)

7 Dalam pembuatan video klip tidak memerlukan adanya keselarasan antara gambar dan lirik, bahkan seringkali tidak ada hubungan antara keduanya.

b. Verbal

Biasanya dalam pembuatan video klip, gaya desain penggambaran akan disesuaikan denagn isi lirik (gambar dan lirik saling menyatu).

Ada juga beberapa unsur dalam pembuatan video klip musik :

a. Bahasa Ritme (irama)

Pelajari birama dulu apakah slow beat, fast beat, middle beat dan coba rasakan ketukan-ketukan kaki untuk memperoleh tempo yang pas.

b. Bahasa Musikalisasi

Pembuatan video klip musik atau biasa disebut clipper

haruslah mempunyai wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan denagn musik baik itu jjenis musik, alat musik, bahkan juga profil penyanyi.

c. Bahasa Nada

Perhatikan aransemen nada, diskusikan denagn pinata musiknya tentang aransemen yang dibuat.

d. Bahasa Lirik

Seorang video clipper dituntut mempunyai imainasi visual terhdap lirik dan lagu walaupun tidaklah harus secara


(9)

8 verbal. Jika lirik yang mengungkapkan kata “cinta” maka sebagai simbolisasi tidak harus dengan bunga, warna pink, atau hati. Bisa saja berupa kertas (surat), sepatu butu (cinta tidak mengenal status sosial), air (cinta yanag mengalir). Bahkan bias dengan tarian kontemporer.

e. Bahasa Performance

Selami karakter musik, penyanyi, pemain band dari latar belakang bermusiknya hingga ke profil fisiknya (hidung, mata, style, fashion dan gerak tubuh).8

E.1.3. Jenis Video Klip Musik

Para pakar dan pemerhati video klip musik membaginya menjadi beberapa tipe berbeda, menurut Colin Stewart dan Adam Kowaltzke, industri musik membagi video klip ke dalam dua tipe utama:

1. Video Klip Conceptual yaitu sebuah video klip musik

berdasarkan tema sentral tertentu, pada umunya video ini memilki plot atu alur cerita, tapi ada juga yang hanya berupa kumpulan gambar-gambar yang disatukan. Video klip ini dibagi menjadi dua tipe utama:

a. Narrative Music Video

Klip yang memilki visualisasi sesuai dengan apa yang ingin diceritakan oleh lirik musiknya.

8


(10)

9

b. Non-Narative Music Video

Dalam tipe non-narrative, jalan cerita selalu selalu diabaikan. Biasanya tipe video klip ini terdiri dari kumpulan-kumpulan gambar yang mungkin tidak memilki satu tema. Tipe ini lebih mementingkan penggabungkan antara musik dan visual dengan harapan dapat membangkitkan suatu emosi pada audiencenya.

2. Video Klip Performance merupakan sebuah bentuk video

klip yang sering kita temui, menampilkan secara keseluruhan performance dari artis penyanyi. Video klip ini bertujuan untuk menjual style/lifestyle, fashion dan lain-lain. Video klip tipe ini mungkin terlihat kuno bagi kebanyakan audiences sekarang karena merupakan tipe video klip yang populer pada tahun 1960an- 1970-an.

Sedangkan dalam bukunya “making music video” David Keller dan Robert Moses membagi video klip menjadi

Cinematic Video dan Photographic Video. Keduanya dibedakan

dari ada tidaknya jalan cerita video dalam video klip tersebut. Adam Bernstein, seorang sutradara video klip menjadi

performance video, narrativ video, ethereal video dan kemudian

menggabungkan ketiga jenis video klip tersebut. Sedangkan Douglas Rushkoff, seorang analis media, mengaktegorikan


(11)

10 video klip menjadi dua genre yakni: cinematic video dan

photographic video.

a. Cinematic Video

Merupakan sebuah video klip yang mengandalkan tutur film berupa narasi. Video dengan genre ini menggunakan tutur film tradisional yaitu lebih menyerupai cerita pendek. Beberapa contoh diantaranya “papa dont preach” dari madonna, “jani’es got a gun” dari Aerosmith. Video klip tersebut merupakan ilustrasi cerita dari liriknya. Narasi diceritakan melalui gambar-gambar yang dramatis yang kemudian digabungkan dengan penampilan artisnya.

b. Photographic Video

Video ini merupakan kebalikan dari video klip cinematik, yang merupakan salah satu video klip yang tidak mengandalkan cara tutur film. Genre ini lebih berlandaskan

pada fotografi, gambar, warna, gerak dan juga penampilan dan rasa dibanding dengan jalan ceritanya.

Gambar yang diambil biasanya gambar yang memprofokasi, menakutkan, mewah dan menggunakan gambar-gambar yang dramatis sehingga menimbulkan respon yang emosional. Sedangkan penampilan artisnya dibuat berinteraksi dengan gambar atau objek yang dibuat tidak emplisit, tidak jelas maksud dan artinya.


(12)

11 Video klip musik ini merupakan kombinasi dari berbagai macam objek atau kombinasi dari berbagai macam gambar yang dapat memberikan efek atau rasa kepada audiences berkat bantuan dari penempatan gambar-gambarnya.9

E.2. Industri Musik dan Video Klip

Industri musik mulai berkembang di kawasan Amerika dan Eropa pada akhir tahun 1800-an hingga awal 1900-an. Yakni masih dengan aktivitas re-produced musik yang menggunakan perlengkapan mekanik berbentuk musicbox/Nickelodeons untuk konsumsi publik. Kemudian di pertengahan tahun 1960-an hingga 1970-an industri musik cukup melambung tinggi, sampai saat ini masih mengalami perkembangan.

Genre musik bisa dikelompokkan berdasarkan teknik, gaya, konteks dan tema (isi atau jiwa musik itu sendiri). Bahkan bisa

dikelompokkan berdasarkan dari geografi atau tempat musik itu berasal. Jenis-jenis musik pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu sama lain. Diantaranya adalah :

E.2.1. Musik Seni

Musik Seni atau sering disebut juga Musik Serius dan musik-musik sejenis (musik avant garde, kontemporer) adalah sebuah istilah pengelompokan jenis musik yang mengacu pada teori bentuk musik Klasik Eropa atau jenis-jenis musik etnik

9

Dini Faisal


(13)

12 lainnya yang di serap atau diambil sebagai dasar komposisinya Contohnya Musik Klasik

Musik klasik biasanya mengacu pada musik yang berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik orkestra. Dahulu musik klasik di Eropa terutama digunakan untuk keperluan lagu di Gereja ataupun lagu untuk pengiringan Raja. Sejalan dengan perkembangan, mulai juga bermunculan musik klasik yang digunakan untuk keperluan lain, seperti misalnya musik klasik yang menggambarkan visual secara audio, contohnya lagu Cat and Mouse yang menggambarkan kucing mengejar tikus.10

E.2.2. Musik Tradisional

Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan bukan sebagai sarana hiburan saja, melainkan ada juga dipakai untuk pengobatan dan

ada yang menjadi suatu sarana komunikasi antara manusia dengan penciptanya, hal ini adalah menurut kepercayaan masing-masing orang saja. Musik tradisional merupakan perbendaharaan seni lokal di masyarakat. Musik tradisional yang ada di Indonesia, diantaranya adalah gamelan ,angklung dan sasando. selain dari musik tradisional yang berasal dari kebudayaan lokal, juga terdapat musik tradisional yang berasal dari pengaruh

10


(14)

13 kebudayaan luar diantaranya gambang kromong, marawis dan keroncong.11

E.2.3. Musik Populer

Musik populer merupakan jenis-jenis musik yang saat ini digemari oleh masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuai dengan keadaan zaman saat ini, sehingga sesuai di telinga kebanyakan orang. Genre musik ini dapat ditemui di hampir seluruh belahan dunia oleh karena sifat musiknya yang hampir bisa diterima semua orang.

Musik pop, begitu istilahnya sekarang yang merupakan singkatan dari kata populer. Merupakan sebuah genre musik dari musik populer yang berasal dalam bentuk modern pada 1950-an, yang berasal dari rock n roll. Musik pop sebagai genre biasanya dianggap sebagai genre terpisah, dan memilki berbagai macam aliran diantarnya adalah: Jazz, Gospel, Blues, Rhytem, Blues,

Funk, Rock, Metal, Hardcore, Electronic, Ska, Reggae, Dub, Hip

Hop, Rap, Rapcore, dan jenis Pop itu sendiri.12

Musik pop telah menjadi industri menguntungkan di Amerika Serikat sejak abad ke-19. Istilah musik populer dan musik pop sering digunakan secara bergantian, meskipun yang pertama adalah deskripsi musik yang populer (dan dapat

11

(http://PengertianGenreMusikdanJenis-Jenisnya-ROS.htm), Loc.cit

12


(15)

14 termasuk gaya apapun), sedangkan yang terakhir adalah genre tertentu yang mengandung kualitas daya tarik massa.

Musik pop juga merupakan genre penting namun batas-batasnya sering kabur, karena banyak para musisi pop dimasukkan juga ke kategori J-Pop, K-Pop, rock, hip hop,

country, dan lainnya. Namun demikian sebagai genre, musik pop

sangat eklektik, sering meminjam elemen dari gaya-gaya lain termasuk urban, dance, rock, latin dan country,. Dan musik pop sendiri dianggap sebagai sebuah genre yang komersial dicatat berkeinginan untuk memiliki daya tarik audiens massa.

Musik pop begitu banyak digemari para pecinta musik di dunia, musik pop bisanya memilki kualitas musik yang easy

listening dan mudah di ingat dan dikenali banyak masyarakat.

dengan lirik yang menggunakan bahasa yang agak mellow, dangkal dan kata-kata yang sederhana.

Kemunculan sebuah musik juga memunculkan sebuah video klip lagu, video klip juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab kepopuleran sebuah lagu. Mungkin banyak orang yang menyukai sebuah lagu dan ketika di buat sebuah visualisasinya dalam sebuah video klip, bisa saja para audiences lebih menyukai lagu tersebut. Sejatinya video klip dan lagu memang saling mendukung semakin popluernya lagu, karena semakin banyak orang yang mengenal dan mengetahui lagu yang ada.


(16)

15 Begitu juga aliran musik populer, semakin berkembang dan semakin banyak memunculkan karya aliran-aliran musik baru yang dilengkapi dengan video klipnya. Konsep video klip musik popluer terus berkembang, dahulu video klip hanya berisi gambar dan penyanyi yang menyanyikan lagu tersebut, kini visualisator lebih kreatif dalam berimajinasi. Gambar tak hanya monoton berisikan tentang tema lagu dan penyanyi saja namun bisa berisikan adegan dengan sebuah alur cerita, atau bahkan menampilkan sebuah animasi memainkan visual dengan simbol-simbol/ tanda tertentu dengan maksud tertentu pula, sehingga sebuah video klip itu terkesan tidak membosankan.

Video klipnya kebanyakan memilki konsep yang tentang fenomena kehidupan disekitar kita karena bergantung dengan liriknya juga. Karena kebanyakan musik pop memilki lirik yang hampir sama, dan memilki nda yang sama serta kemasan musik

yang sama pula, jadi tak jarang dari kebanyakan video klipnya lebih menonjolkan sisi artistiknya yang kurang lebih jauh dari maksud dari lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi yang bersangkutan.

Video klipnya terkadang menjadi sangat populer karena konsep yang dtawarkan kepada audiences, apakah itu dari segi fotografi yang menonjolkan sisi art, gerak, warna dan kostum yang dipakai dalam peran video klip kebanyakan atau yang lainnya. Memilki tema dan konsep video klip yang hampir sama


(17)

16 kebanyakan dari genre musik pop, karena mereka para visualisator terkadang melihat lirik dari lagu tersebut, jadi musik pop lebih terfokus pada liriknya dari pada orisinalitas genre musik populer itu sendiri.

Musik populer dan video klip musik semakin berkembang dan keluar dari konsep musik populer yang populer itu sendiri. Musik menjadi suatu barang komoditi. Sesuatu yang komersial akan selalu memakan kesenian, kini video klip tidak sekedar medium iklan lagu, tetapi menjadi genre yang berisikan penafsiran para seniman tentang berbagai kemungkinan dari sebuah lagu. Disitulah sebenarnya telah terjadi pertukaran antar medium. Musik menjadi konsumsi mata dan gambar yang mengasosiasikan kejadian/peristiwa .

Jadi, konsep video klip sepenuhnya kebanyakan khususnya genre musik pop merupakan atas dasar penafsiran

sebuah lagu, kemudian melahirkan visualisasi. Seniman video klip tetap bekerja keras membuktikan kemampuan mengeksplorasi teknologi, tetapi kemudian batas-batas komersialisasi untuk menghasilkan karya. Video klip musik, atau lebih terkenal dengan istilah video klip, tampil sebagai alat promosi ampuh para penyanyi dan musisi. Dengan tampil menarik, video musik tak ayal mampu mendongkrak popularitas lagu atau album baru.


(18)

17 E.3. Video Klip Musik dan Budaya Populer

Video klip muncul dan berkembang berdasarkan hasil dari budaya populer. Kebudayaan populer tercipta dari beberapa definisi, yang salah satunya adalah budaya popular terbentuk pada sesudah masa masyarakat industry dan sebelum masyarakat industry.

Pemikiran tentang budaya populer menurut Ben Agger dapat dkelompokkan pada empat aliran yakni:

1. Budaya di bangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari

2. Kebudayaan populer menghacurkan nilai budaya tradisional 3. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi 4. Kebudayaan populer merupakan budaya yang menetes dari atas.13

Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang

tertentu, seperti pementasan mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh dan semacamnya.

Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan, maka budaya itu umumnya menempatkan unsur popluer sebagai unsur utamanya. Dan budaya itu akan memperoleh kekuatannya mana kala media massa digunakan sebagai by pass penyebaran pengaruh di masyarakat. seperti Kapten Medison Avenue yang menggunakan media untuk menjual produk melalui studio dan televisi. 14

13

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi.2008: Jakarta, Hal 100 14


(19)

18 Dalam budaya populer, ‘perangkat media massa’ seperti pasar rakyat, film, buku, telvisi dan jurnalistik akan menuntut perkembangan budaya pada ‘erosi nilai budaya’. Sedangkan kelompok konservatif seperti Edmund Burke mengatakan dengan ’erosi peradaban berharga’. Sedangkan Allan Bloom dalam bukunya The Closing of American Mind mengartikulasikan pemahaman kaum neokonservatif, dimana paham ini menyalahkan kebudayaan baru sebagai yang merusak kebudayaan tradisional. Kebudayaan Populer tidak hanya secara langsung disalahkan bagi penantang inteligensia publik dan melemahkan keadaan normal, namun justru kritik neonkonservatif semakin memperkeruh suasana dengan tidak menunjukkan sikap penyelamatan terhadap budaya tradisional.15

Seperti halnya kemunculan video klip, merupakan sebuah media komunikasi yang baru dan bahkan merupakan sebuah kebudayan populer yang banyak diminati oleh para penikmatnya. Video klip dikatakan

sebagai kebudayaan populer karena merupakan salah satu media komunikasi yang bersifat menghibur dan semakin banyak diminati oleh masyarakat luas.

Video klip dan musik suatu elemen yang tak terpisahkan karena keduanya saling berkaitan dalam segi komposisi atau bagaimana sebuah menjabarkan respon secara emotional yang didapat dari musik. Keduanya memiliki kekuatan yang mahabesar dalam mempengaruhi kebudayan saat ini.

15


(20)

19 Musik pop, merupakan sebuah kebudayan. Namun mungkin kebanyakan orang sering membicarakan musik populer karena ‘musiknya yang populer’ bukan karena genre musiknya. Sehingga dalam budaya populer musik pop banyak kehilangan kualitas dari musik itu sendiri. Adorno berpendapat tentang musik populer, dia mengemukakan bahwa musik populer memiliki tiga batasan utama,16 yaitu standarisasi, melemahkan kemampuan mendengar, dan berfungsi sebagai semen sosial. Ciri yang pertama berkaitan dengan produksi (penciptaan) musik populer, yang kedua berkaitan dengan konsumsi musik populer, dan yang ketiga berkaitan dengan fungsi sosialnya.

Video klip dan musik merupakan bagian dari budaya populer, yang juga menjadi bagian dari budaya elite dalam masyarakat tertentu. Sejauh itu pula budaya populer dipertanyakan konsepnya yang kongkret, serta pengaruhnya yang lebih dirasakan seperti umpamanya apa perbedaan antara modernisasi dan posmodernisasi. Begitu pula

pertarungan konseptual antara kebudayaan tinggi dan kebudayaan pop.17 Budaya populer di bentuk melalui dua hal yakni hal industri dan media. musik dan video klip tak tidak dapat melepaskan diri dari barang-barang yang bersifat industri, maksudnya disini kedua elemen tersebut tidaklagi ditujukan untuk kepentingan musik atau seni itu sendiri, melainkan untuk tujuan yan lain yang bernilai profit. Musik dan video

16

Makyun Subukti

(http://Musik Populer ~ tulisanmakyun.htm//) 17


(21)

20 klip kini lebih banyak mempertontonkan sisi hiburan, yang kemudian mengesankan lebih konsumtif.18

Dengan kemunculan video klip musik, seni hiburan menjadi semakin besar dan serba lengkap. Hampir tidak dapat ditemui sebuah hiburan tanpa mengabaikan peran musik dan videonya. Sehingga komposit dunia hiburan menjadi seni pertunjukan professional yang menghasilkan uang dan menciptakan lapangan pekerjaa yang luas.

Video klip musik sayogyanya merupakan visual musik, namun banyak sekali musik populer saat ini yang menyertakan lirik yang vulgar, padahal hal ini bisa mereduksi esensi dari musikalitas itu sendiri. Secara sosial, mereka kebanyakan mengenal chord minor bearti sebuah kesedihan. Banyak para pendengar atau penikmat musik hingga terbuai dengan lagu kualitas musik sehingga mereka hanya mengenal musikalitas yang serupa, sehingga musik itu sendiri sudah dikenal masyarakat bukan karena sepenuhnya arti dari konsep musik pop itu

sendiri, dan vterkadang visual yang berisi gambar yang lebih menonjolkan bagaimana fotografi disetting melalui cara pengambilan gambar, proses editing, warna dan unsur lain yang bisa membuat gambar yang penuh arti dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konseptor.

Konteks sosial semacam ini lebih cenderung membawa manusia dalam dunia yang serba tipuan, maksudnya kadang kefanaan menjadi sesuatu tuan yang lebih kongkret dari apa yang diperjuangkan oleh

18


(22)

21 manusia itu sendiri. Dan saat ini dunia tipuan ini dapat dimanipulasi oleh industry, maka tipuan itu menjadi abadi dalam dunia fana.

Theodore Adorno dan Max Horkheimer mengatakan budaya industry adalah media tipuan, hilangnya kepribadian yang tulus seperti kemampuan menggambarkan keadaan yang nyata karena budaya telah berubah menjadi alat industri serta menjadi produk standar ekonomi kapitalis. Dunia hiburan telah menjadi sebuah proses reproduksi kepuasan manusia dalam media tipuan. Hampir tidak ada lagi perbedaan antara kehidupan nayata dan dunia yang digambarkan dalam sebuah rangakaian visual dalam video klip/ film yang dirancang menggunakan efek suara dengan tingkat ilusi yang sempurna tak terkesan imajinatif. 19

Para sejarawan begitu sulit menetukan kaidah-kaidah dasar tentang kesalahan, sama susahnya dengan menentukan kaidah-kaidah dasar mengenai kebenaran. Kemerdekaan pribadi menjadi ukuran utama dan dalam dunia postmodern, ukuran ini menjadi semakin tidak jelas. 20

E.4. Konstruksi Realitas Sosial dalam Video Klip Musik

Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman (1966) ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimilki dan dialami bersama secara subektif.

Berger dan Luckmann (1990;1) memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan

19

Ibid, Hal 103 20


(23)

22 “pengetahuan”. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas yang diakui memilki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas – realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. 21

Konsep yang berhubungan antara video klip musik dan realitas sosial adalah mengenai realitas dan merupakan reprersentasi dari teks tersebut, bagaimana hubungan yang terjadi ketika Text-Image-Viewer menjadi sebuah rangkaian pesan dalam sebuah proses komunikasi.

Konsep relitas menjadi dua hal utama dalam perdebatan dalam kajian ini, pertama di satu sisi sebuah realitas itu dilihat sebagai sesuatu yang tidak nyata, sedang sisi lain hanya merupakan suatu tanda yang berdiri di dalam suatu kejadian, yang memunculkan makna berdasarkan keberadaan tanda itu. Jadi bisa dikatakan “secondhand

world which we live in”, dijelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di

dunia ini, dapat dilihat kembali dalam sebuah pemaknaan lebih lagi bentuk tanda dan simbol.22 Jadi benar ketika sebuah teks memilki perbedaan pemaknaan, hal ini berkaitan dengan sebuah bentuk realitas yang dihadirkan kembali dalam bentuk yang baru.

Ketika video klip musik menampilkan sebuah teks visual, yang ada hanya bentuk gambar-gambar yang terpadu dalam rangkaian sebuah cerita. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah rangkaian gambar tersebut hanyalah bentuk sebuah imajinasi seseorang

21

Ibid, Hal 189 22


(24)

23 yang terwujud dalam sebuah tanda dan symbol dalam sebuah rangkaian gambar atau representasi seorang yang yang dihadirkan kembali dalam sebuah rangkaian jalinan gambar.

Seperti yang banyak kita ketahui bahwa video klip musik berisikan tentang hal-hal yang bersifat intertekstualitas, apa yang sebenarnya di dalam tayangan tersebut diambil dari realitas yang ada di dunia ini. Apa yang menjadi pemaknaan “secondhand world” biasa yang muncul dalam visualisasi video klip musik. Lewat sudut pandang inilah penelitian ini melihat bahwa apakah realitas yang ditampilkan dalam sebuah video klip musik, semuanya mutlak dari realitas yang terjadi disekitar kita atau bahkan kebanyakan yang disajikan merupakan hasil penciptaan model-model nyata tanpa asal-usul atau realitas awal.

Sebagaimana kebanyakan video klip musik yang berkembang, terkadang isi dari realitas yang ditampilkan di visualisasikan dengan

berbagai cara yang berbeda, mengingat teknologi semakin canggih, dan semakin maju dalam pengoperasian kamera dan cara editingnya, seorang visualisator mampu membuat dan merekonstruksi gambar yang diinginkan.

Demikian, mengenai konsep video klip musik adalah sebuah usaha menghadirkan kembali realitas yang ada disekitar kita namun dengan berdasarkan lingkungan, kode-kode atupun ideologi dalam suatu kebudayaan tertentu.


(25)

24 E.5. Bahasa Film dalam Video Klip Musik

Film merupakan fungsi hiburan bagi penonton. Di dalam film terdapat pemain, cerita, team, adegan aksi, efek visual, musik, setting ,sudut dan pergerakan kamera atau lainnya. untuk memahami sebuah film tidak terlepas dari unsur pembentukan film. Film secara umum dapat di bagi atas dua unsur pembentukan yakni; unsur naratif dan unsur sinematik.23

Film merupakan gambar hidup, juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film sebenarnya lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas adalah seluloid.

Dalam bidang sinematografi prihal media penyimpanan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpanan seluoid (fil), pita analog dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka

film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media seluloid sebagai penyimpannya.

Perkembangan media penyimpanan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan bentuk karya seni audio visual. Sehingga film bisa diartikan suatu genre seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar sebagai mediannya). Begitu pula dengan kemunculan video klip musik merupakan sarana baru dalam menyampaikan pesan kepada khalayak luas, termasuk

23


(26)

25 didalamnya melibatkan unsur musik (audio) dan gambar (visual). Dalam banyak budaya masyarakat, musik dapat digunakan sebagai alat komunikasi antrapribadi. Musik merupakan salah satu media kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri merupakan bentuk yang khas baik dari structural maupun jenisnya dalam kebudayaan.

Video klip musik juga merupakan perkembangan dari dunia kesenian film, yang memadukan anrtara dua unsur gambar dan musik. Tentu saja dalam proses pembuatan video klip ini mengadopsi elemen-elemen dalam pembuatan film, diantaranya crew yang terdiri dari produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera, penata artistic, editor, bintang film dll. Sehingga tercipta sebuah video klip musik yang sesuai dengan konsep atau tema yang diinginkan.

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan oleh van zoest (van Zoest, 193:109), film dibangun dengan tanda-tanda semat-mata. Tanda tersebut termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Begitulah sebuah film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk symbol visual dan

linguistic untuk mengkodekan pesan yang disampaikan. 24

Begitu pula dengan video klip musik sama halnya dengan film, beberapa unsur dan elemen yang digunakan hampir sama,

24


(27)

26 namun video klip lebih cenderung menonjolkan visualisasi musiknya yang tentu saja sama-sama melibatkan betuk symbol atau tanda untuk menyampaikan pesan.

Ada beberapa unsur Film yang diadopsi dalam Video Klip Musik, diantaranya adalah:

E.5.1. Unsur Naratif

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mugkin lepas dari unsur naratif. Begitu juga dengan pembuatan video klip, khususnya jenis video

klip naratif yang berisikan cerita tertentu. Setiap cerita pasti

memilki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. 25

E.5.2. Unsur Sinematik

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi film. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada dalam kamera. Mise-en-scene memilki empat elemen pokok yakni: setting atau latar, tata cahaya, kostum, make up serta

acting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan

terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil. Seluruh unsur sinematik tersebut saling

25


(28)

27 terkait, mengisi serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan26

Adapun unsur sinematik paling penting yakni bagaimana cara kamera mengambil sebuah gambar sehingga membentuk sebuah makna pesan. Jarak kamera terhadap gambar atau objek, yang biasa dikenal dengan tipe shot, yakni:

a. Close up merupakan framing pengambilan gambar dimana

visual objek memenuhi seluruh ruang dari frame.

b. Big close atau Extreme close. Lebih detail pada salah satu

bagian tubuh atau suatu benda

c. Medium close up merupakan pengambilan shot lebih jauh

dari close up namun lebih dekat dengan medium shot, biasanya seluruh wajah hingga bahu dari objek

d. Medium shot atau knee shot adalah pengambilan shot sampai

denagn tipe per empat ukuran tubuh objek

e. Full shot merupakan pengambilan gambar objek secara utuh

mulai dari kepala hingga kaki

f. Medium long shot merupakan pengambilan gambar objek

dengan mengikut sertakan setting sebagi pendukung suasana keadaan.

g. Ektreme long shot pengambilan objek terlihat jauh bahkan

hamper tifak terlihat.

26


(29)

28

h. Long shot merupakan pengambilan gambar objek antara

medium dan extereme long shot.

Selain itu, kamera juga mempunyai motivasi tertentu atau mempunyai alasan tertentu. Artinya setiap gerak kamera mempunyai maksud atau bisa meninggalkan kesan tertentu bagi penontonnya. Berikut beberapa tujuan pergerakan kamera yakni:

Tabel 1.

Keterangan Motivasi Pergerakan Kamera

No Gerakan Kamera Motivasi

1. Zoom Out/in 1.Menunjukkan sesuatu diluar gambar

yang sudah ada

2. menunjukkan posisi objek 3. Menonjolkan sesuatu

2. Pan right/Left 1.menunjukkan panjang/ pendek

2. menunjukkan hubungan dua objek 3.mengikuti gerakan objek

4.menunjukkan suatu reaksi

5.untuk memperbaiki komposisi gambar 6. untuk membuat transisi

3. Tilt Down 1.Untuk menunjukkan tinggi atau

rendah

2 untuk mengambil gambaran yang tidak bisa ter-cover oleh kamera karena tinggi

3. untuk menujukkan reaksi 4. untuk memperbaiki komposisi gambar

5. untuk mengikuti peergerakan objek 6. untuk membuat transisi (flash to sky)

4. Pedestal 1.untuk menujukkan kesan tinggi

2. untuk memperlihatkan detail objek 3. untuk menciptakan efek dramatic

5. Dolly 1.untuk membuat variasi shot

2.untuk menciptakan efek dramatic 3.untuk mengikuti gerakan objek 4.untuk membuat variasi background 5.utnuk memperbaiki komposisi

6. Track Left/Right 1.untuk menciptakan variasi

2.untuk menciptakan variasi latarbelakang


(30)

29 3.untuk menciptakan efek dramatic 4.untuk memperbaiki komposisi gambar

7. Jib/Crane 1.mencipatakan efek dramatic

2.menciptakan efek kolosal

Selain memahami kategori makna dalam teknik pengambilan gambar, perlu dipahami juga sudut pengambilan gambar / Angle. Angle memilki nilai-nilai tertentu pada penggambaran peristiwa pada visualisasi. Angel kamera diterjemahkan sebagai teknis pengambilan tertentu untuk mempresentasikan adegan. Angle dalam pengambilan gambar dibedakan menjadi beberap jenis yakni:

a. High angle adalah merekam gambar dari sudut atas objek,

sehingga tampak bagian atas dari objek. dalam angle ini memberikan suasana atau kesan kecil, pendek kepada objek. tapi sebaliknya penonton diberikan sebuah kekuatan atau superioritas

b. Bird eye view, teknik rekam gambar ini hampir sama dengan

high angle, hanya saja dalam angle ini lebih terlihat dinamis seperti penglihatan seekor burung. Hasil tampilan visual yang ditampilkan lebih terkesan dramatis.

c. Low angle atau frog eye adalah merekam gambar dari sudut

bawah objek. Dari pengambilan angle ini objek diberikan kesan menonjol, kekuasaan, besar, berwibawa, dan seringkali dapat menimbulkan kesan keganasan.


(31)

30

d. Eye level adalah merekam gambar dengan posisi sejajar

dengan jarak pandang mata.pengambilan gambar angle ini memberikan kesan dinamis, seimbang.27

E.6. Pengertian Sikap Gentleman

Gentleman merupakan gabungan dua kata yang berasal dari

Bahasa Inggris, yakni Gentle dan Man. Dalam kamus Jhon M. Echols,

Gentle berarti well born, soft, yang berarti baik, lemah lembut

sedangkan Man merupakan orang laki-laki, laki-laki dewasa.28 Sehingga gentleman sendiri memilii arti laki-laki atau pria dewasa yang baik dan lemah lembut terhadap kaum lawan jenis.

Kata Gentleman juga memiliki akar dari kata dalam bahasa Perancis, Gentilhomme, yang berarti Nobleman atau pria dengan nilai, karakter dan status yang tinggi. Menurut sebuah blog The Kubrick

Theme Dalam kamus Webster, Gentleman dijelaskan sebagai berikut

a. a man of refinement,

seorang laki-laki yang memilki kehalusan budi bahasa, pembawaanya berbudi pekerti halus.

b. a man whose conduct conforms to a high standard,

seorang laki-laki yang memilki tingkah laku yang

menyenangkan dengan standart yang tinggi pada lingkungan sekitarnya.

c. a man who combines gentle rank with chivalrous qualities,

27

Semedhi, Bambang. Sinematografi-Videografi, Suatu Pengantar.2008: Bogor, Hal 34 28


(32)

31 seorang laik-laki yang memilki karakter yang sopan dan sangat

berkualitas.29

Namun sebenarnya tidak ada pengertian secara universal mengenai pengertian seorang laki-laki itu bersikap gentleman atau tidaknya, itu semua merupakan hal yang relatif. Misalnya ada yang berpendapat seorang pria membawakan tas saat jalan-jalan itu yang disebut sebagai pria gentle. Namun ada sebagian orang yang menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang konyol , buat apa pria membawakan tas pasangannya, mengingat itu pemandangan yang menggelikan. Namun menurut orl jaf dalam blognya menyebutkan beberapa point ciri pria gentle, diantaranya:

1. Respect

Seorang pria gentle akan menghormati cara pandang atau pendapat seorang wanita. Hal ini juga termasuk mengerti keinginan-keinginan seorang wanita.

2. Kebiasaan Konstan

Sosok gentleman yang sempurna tak hanya ditentukan dari caranya memperlakukan seorang wanita. Namun juga cara memperlakukan orang-orang yang lebih tua dan semua anak-anak dengan sikap hangat dan baik. Sikap hangat dan baik dilakukan di dalam semua situasi dan selalui dilakukan secara konstan.

3. Memegang Janji

29

Dana Reses


(33)

32 Pintar berbicara bukanlah tipikal gentleman. Mengingat sudah begitu banyakkorban dari kaum Hawa akibat hal tersebut. Melakukan apa yang dikatakanlah ciri seorang gentleman. Ia tak pernah memberikan omongan kosong atau malah janji

kosong. Jika seorang wanita memerlukan

pertolongan, gentleman akan melakukannya jika dirinya mampu. Jika ia tak bisa memenuhi janjinya, ia akan minta maaf dan memberikan alasan yang logis.

4. Bersikap Sopan

Ditambah lagi dengan sikap santun, lengkap sudah bagaimana sosok pria bisa disebut sebagai gentleman. Sopan di sini dalam artian membukakan pintu untuk wanita, memberikan kursi pada wanita untuk duduk dan membukakan pintu mobil untuknya.

5. Perkataan Positif

Seorang gentleman tak akan pernah mengatakan hal-hal yang kosong. Itu termasuk tak pernah melontarkan candaan vulgar atau candaan yang menjengkelkan wanita. Ia juga tak akan pernah melontarkan komentar-komentar negatif pada kaum Hawa. Pria gentleman tak akan membicarakan fisik tapi justru sebaliknya memberikan pujian.30

Beberapa point diatas, banyak di amini oleh sejumlah kalangan, sehingga seorang pria dikatakan gentle itu memilki ciri atau

30


(34)

33 karakter tersebut. Jika seorang laki-laki tidak memilki karakter serupa bisa jadi dikatakan tidak gentle karena dianggap tidak memilki moral atau sikap yang baik untuk bersosial dengan lingkungan sekitarnya. Seperti halnya yang dikatakan oleh seorang filosof dan Teologi Inggris dalam Suara Pembaruan Daily, John-Henry Newman (1801-1890), berpendapat bahwa melihat gentleman sebagai watak moral yang dianggapnya tujuan pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Dalam dua halaman termasyhur dari bukunya The Idea of a

University ia melukiskan gentleman sebagai ethical character.31

Penggambarannya tentang gentleman terdapat pada akhir ceramah yang kedelapan.Ia mulai dengan memberikan semacam definisi dulu: it is almost a definition of a gentleman to say he is one

who never inflicts pain (hampir merupakan sebuah definisi tentang

seorang gentleman, bila dikatakan bahwa dia adalah seseorang yang tidak pernah menyakiti).32

E.7. Semiotika sebagai Pendekatan dalam Analisis Video Klip Musik Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbagun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain..

Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarai sederatan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,

31

(http://ThisIsVIPPersonelStanley.htm), Loc. cit. 32


(35)

34 seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mengartikan semiotic sebagai ilmu “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengan dan cara befungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya”. 33

Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memilki unit dasar yang disebut dengan tanda. Dengan demikian semiotik mempelajarai hakikat keberadaan suatu tanda. 34

Preminger (2001:8) mengatakan bahwa semiotic adalah ilmu tentang tanda-tanda.Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode

musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya.

Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonsrtruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat

33

Sobur, Alex.Ibid, Hal 95-96 34


(36)

35 yang cukup membentuk persepsi manusia, lebih sekedar merefleksikan realitas yang ada. 35

Metode analisis semiotik, berfokus pada tanda, kajian tanda pertama kali dipopulerkan oleh Ferdinand De Saussure memberikan banyak teori dasar selama tiga decade. Awal 1960-an beberapa intlelktual Eropa mulai menerapkan semiotika untuk diskusi budaya populer. Kemudian, banyak tokoh yang ikut menyumbangkan pikiran tentang tanda diantaranya yang populer diantaranya Charles Sander Pierce dan Roland Barthes.

1. Ferdinand De Saussure dan Tanda

Saussure sangat tertarik dengan bahasa atau linguistic, dia lebih memperhatikan cara tanda-tanda (dalam kata-kata). Saussure lebih mengfokuskan tanda itu sendiri, dengan segala konsepnya yng berkisar pada dikotomi-dikotomi tertentu, yakni ‘language dan parole’ dan ‘sintagmatik dan paragmatik’ serta ‘penanda dan

petanda’.

Bagi Saussure tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna atau untuk menggunakan istilahnya sebuah tanda terdiri atas penanda dan petanda. Penanda adalah citra tanda seperti yang kita persepsi; tulisan diatas kertas atau suara di udara. Penanda adalah konsep mental ini secara luas sama pada semua anggota kebudayaan yang sama menggunakan bahasa yang sama.36

35

Ibid. , Hal 87 36


(37)

36 Semiotika yang sebagaimana dijelaskan oleh Ferdinad d. Saussure adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai bagian dari kehidupan sosial” semiotika ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaanya di masyarakat. Oleh sebab itu, semiotika mempelajari relasi diantara komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya.

Semiotika merupakan cabang keilmuan yang

memperlihatkan pengaruh semakin pentingnya sejak empat decade lalu, tidak saja sebagai metode kajian (decoding) akan tetapi metode penciptaan (encoding). Semiotika berkembang menjadi sebuah model atau paradigma bagi berbagai keilmuan yang sangat yang luas menciptakan cabang-cabang semiotika khusus.

Di dalam bidang desain misalnya, khususnya semiotika digunakan sebagai sebuah paradigma baik pembacaan (reading)

maupaun penciptaan (creating) disebabkan oleh adanya kecenderungan akhir-akhir ini wacana desain untuk melihat objek-objek desain sebagai fenomena bahasa , yang didalamnya terdapat tanda (sign), pesan yang disampaikan (message)aturan atau kode yang mengatur (code) serta orang-orang yang terlibat dalam subjek bahasa audience, pembaca atau pendengar).

Analisis atas tanda yang memunculkan pertandaan, menghubungkan penandaan dengan realitas sosial.hubungan penanda dan pertanda dan satu tanda dengan tanda-tanda yang lain


(38)

37 dan tanda –tanda itu dirumuskan dengan dua cara pengorganisasian terhadap kode:

a. Paradigmatic, merupakn sekumpulan tanda dari dalamnya

dipilih satu untuk digunakan. Suatu missal kumpulan rambu-rambu lalu lintas antara lain meliputi persegi, lingkaran dan segitiga merupakan bentuk-bentuk paradigma dengan paradigma seumpulan symbol dapat bekerja didalamnya.

b. Sintagmatic, merupakan pesan yang dibangun dari panduan

tanda-tanda yang dipilh, sebagai contoh rambu lalu lintas adalah sintagma yaitu dari bentuk-bentuk pilihan dengan symbol pilihan. Di dalam semiotic, sintagmatic digunakan untuk menginterpretasikan teks (tanda)berdasarkan urutan kejadian peristiwa yang memberikan makna atau atau bagaiman peristiwa mengeneralisasikan makna.37

Selain model semiotika tersebut, C.S. Morris menjelaskan

tiga dimensi dalam analisis semiotic, yakni dimensi sintaktik, semantik dan paradigmatik. Yang ketiganya saling berkaitan dengan lainnya. Sintaktik berkaitan dengan studi mengenai tanda itu sendirisecar individual maupun kombinasinya. Khusunya analisia yang bersifat deskriptif mengenai tanda dan kombinasinya.

Sematik adalah studi mengenai relasi antar tanda dan signifikasnya

atau maknanya. Dalam konteks semiotika structural, semantic dianggap merupakan bagian dari semiotika. Paradigmatic adalah

37


(39)

38 studi mengenai relasi antara tanda dan pengunaanya (interpreter), khusunya yang berkaitan dengan penggunaan tanda secara kongkrit dalam berbagai peristiwa (discourse) serta efek dan dampaknya terhadap penggunaanya.38

Saussure sangat tertarik pada relasi signifier dengan

signified dan satu tanda dengan tanda – tanda yang lain. Minat

Saussure signifier dan signified telah berkembang menjadi perhatian utama dalam kajian semiotika Eropa. Saussure sendiri memusatkan perhatian untuk mengartikulasikan teori linguistic dan membuatnya semata-mata mendalami bidang studi yang mungkin dia sebut sebagi semiologi. Saussure membagi tanda sendiri atas signifier dan signified.

Gambar 1.1.

Sign

Signifier dan Signified (realitas eksternal) (keberadaan fisik tanda) (konsep mental mengenai tanda) Elemen makna Saussure

Signifier (penanda) adalah bunyi atau coretan yang

bermakna, sedangkan signified (pertanda) adalah gambaran mental atau konsep suatu dari signifier (penanda). Hubungan antara keberadaan fisik atau konsep mental tanda tersebut dinamakan

38


(40)

39

signification. Dengan kata lain signification sebagi upaya memberi

makna terhadap dunia.39 Menurut pendekatan semiotik (yang merupakan bagian dari paradigma kritis), sebuah peristiwa tidak dapat menujukkan signifity dirinya sendiri. Untuk dapat dipahami oleh manusia, maka harus dijadikan sebuah simbolis. Komunikator mempunyai pilihan-pilihan akan kode atau symbol dalam mempresentasikan sebuah peristiwa. Pilihan tersebut akan mempengaruhi makna peristiwa bagi penerima. Setiap pilihan atas symbol yang digunakan adalah pilihan atas ideologi. Terdapat tiga hal penting dalam sebuah sistem tanda: 40

a. Tanda itu sendiri (sign). Hal yang berkaitan dengan macam-macam tanda yang berbeda, tanda adalah buatan manusia dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang mempergunakannya.

b. Kode (codes), atau sistem lambang-lambang yang disusun,

studi ini meliputi bagaimana bermacam-macam kode yang berbeda dibangun untuk mepertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.

c. Kebudayaan dari lambang dan kode itu beroperasi.

2. Charles S. Pierce dan Tanda

Semiotika Pierce mengkelompokkan tanda menjadi tiga jenis yaitu indeks, icon dan symbol. Index adalah ungkapan tada

39

Ibid, Hal 66 40


(41)

40 atau representasi suatu objek akibat hubungan dinamis antara objek yang diterima secara fisik dan mempengaruhi perasaan atau ingatan seseorang dalam pembentukan persepsinya. Icon adalah ungkapan “tanda” suatu objek berdasarkan persepsi imajinatif yang mengakitkan objek tersebut dengan objek yang lain yang belum tentu ada. Sedangkan symbol adalah ungkapan “tanda” suatu objek berdasarkan konsep tertentu, biasanya asosiasi terhadap suatu gagasan umum.

Semiotik tidak hanya sebatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus sebagai metode analisis. Seperti segitiga makna (Triangle

Meaning) milik Pierce yang terdiri atas sign (tanda), objek dan

interpretant, yang digambarkan sebagi berikut:

Gambar 1.2. Tanda

Interpretant Objek

Unsur Makna Pierce

Panah dua arah menekankan bahwa masing-masing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain,. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu di luar dirinya sendiri-objek dan dan dapat dipahami oleh seseorang, dan ini memilki efek di benak penggunanya-interpretant.41

41


(42)

41

3. Roland Barthes dan Tanda

Roland Barthes sangat popular seiring dengan semakin seringnya semiotik dipergunakan dalam disiplin ilmu. Dia merupakan tokoh semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinad de Saussure. Semiotika strukturalis lebih menekankan pada linguistik.

Menurut Shklovsky “ Karya seni adalah karya-karya yang diciptakan melalui teknik-teknik khas dirancang sedemikian rupa sehingga karya yang seartistik mungkiprn” . sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian terhadap kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan estetika di dekati sebagai sistem tanda-tanda.

Roland Barthes mengemukakan gagasan yang dikenal sebagai “order of signification”, yang terdiri dari maka denotasi

(makna sesungguhnya yang sesuai dengan kamus dan realitas), serta makna konotasi (makna ganda yang muncul dari pengalaman secara personal dan kultural). Inilah yang membedakan teori Barthes dengan Saussure, dimana Barthes ingin menunjukkan bahwa adanya interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan cultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Teori ini berdasar pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa


(43)

42 saja dimaknai secara berbeda oleh orang yang berbeda situasi dan kondisinya.

Gambar 1.3. 1. Signifier

(penanda)

2. Signified (petanda) 3. Denotative sign

(tanda denotatif) 4. Connotative Signifier

(penanda konotatif)

5. Connotative Signified (petanda konotatif) 6. Connotative Sign (tanda konotatif)

Sumber: Drs. Alex Sobur M.Si, 2004, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosda

Karya, 69

Dari peta diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4). Denagn kata lain, hal tersebutmerupakan unsur material. Hanya suka mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.42

E.8. Semiotika Postmodernisme

Menurut Umberto Eco, secara epistimologi istilah berasal dari kata dalam bahasa yunani semion, yang berarti “tanda”. Sedangkan tanda itu sendiri didefininisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda merepresentasikan suatu realitas

42


(44)

43 yang menjadi rujukan atas referensinya. Dari segi terminologis, semiotik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-obek, peristiwa serta seluruh kebudayaan sebagai tanda.43

Postmodernisme merupakan sebuah kecenderungan seni, sastra, arsitektur, media dan budaya pada umumnya, yang merupakan sebuah ruang tempat tumbuh subur serta berkembang baiknya dengan tanpa batas dan pembatas sebagai bentuk hyper-signs. Postmodernisme adalah sebuah ruang hidup kecenderungan hipersemiotika, yang didalamnya komoditi dan budaya konsumerisme kapitalisme.44

Sedangkan hipersemiotika adalah sebuah kecenderungan melampaui semiotika konvensional (khususnya semiotika struktural) yang beroperasi dalam kebudayaan yang di dalamnya dusta, kepalsuan, kesemuan, kedangkalan, permainan, artifilitas, superlatifitas dirayakan sebagai spirit utamanya.45 Dan sebaliknya kebenaran, otentitas, kedamaian, transedensi, metafisika, ditolak sebagai penghambat

kreativitas dan produktivitas budaya.

Perkembangan posmodernisme menuntut bahwa pengkajian tentang artikulasi makna dan ideology di dalam karya-karya seni harus di rumuskan kembali. Pendekatan konvensional dalam mengkaji bahasa-bahasa estetik harus dirumuskan kembali. Selain itu, kaum postmodernisme menganggap sistem untuk mengabsahkan mitos sebagai narasi. Sebuah narasi mempunyai kekuatan yang tidak berasal

43

Ibid. , hal 95 44

(umm.ac.id/files/disk1/173/jiptummpp-gdl-s1-2007-novelanich-8627-2.+ISI.PDF) 45


(45)

44 dari argumentasi atau pembuktian dan narasi merupakan sarana utama dimana setiap kelompok menemukan keabsahan dirinya.46

Dalam perkembangan aliran postmodernisme Ada beberapa tokoh paling berpengaruh dalam periode postmodernisme, diantaranya:

a. Jean Francois Lyotard

Postmodern di perkenalkan oleh Jean francois Lyotard dalam bukunya “The Postmodern Condition” yang terbit pada tahun 1984. Pemikiran Lyotard disitu berkisar tentang posisi pengetahuan di abad ilimah, khusunya tentang cara ilmu dilegetimasikan melalui yang disebutnay “narasi besar” seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi, kaum proletar, dan sebagainya. Narasi besar itu, kini telah mengalami nasib yang sama dengan narasi –narasi sebelumunya, seperti religi, negara kebangsaan, kepercayaan dan lainnya. maka nihilism, anarkisme dan plurlisme “permainan bahasa” pun merajalela. Ini baginya tidak jadi soal,

sebab disisi lain ini menunjukkan kepekaan baru terhadap perbedaaan dan keberanian melawan segala bentuk totalitarisme, yang memang perlu. Maka post modernism di rumuskan sebagai suatu periode dimana segala sesuatu itu didelegetimasikan. 47

Maka akhirnya bagi Lyotard postmodernisme itu sepertinya adalah intensifikasi dinamisme, upaya tak henti-henti untuk mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan terus menerus. Dari perspekstif ini “postmodernisme” diartikan sebagai

46

Sobur, Alex, Hal 225 47


(46)

45 “ketidakpercayaan terhadap segala bentuk pemikiran yang mentotalisasi-seperti Hegalisnisme, Liberalisme, marxisme dll. Dan postmodernisme ini, sambil menolak pemikiran yang totaliter juga mengaluskan kepekaan kita terhadap perbedaan dan memperkuat kemampuan toleransi kita terhadeap kenyataan yang tak terukur. 48

b. Jaques Derrida

Jacques Derrida (Aljazair, 15 Juli 1930–Paris, 9 Oktober 2004) Seorang filsuf Prancis keturunan Yahudi dan dianggap sebagai pendiri ilmu dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semuanya di-konstruksi oleh manusia, juga bahasa. Semua kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada kata-kata lain dalam bahasa yang sama dan bukan di dunia di luar bahasa. 49

Derrida dianggap salah satu filsuf terpenting abad ke 20

dan ke 21. Istilah-ilstilah filsafatnya yang terpenting adalah dekonstruksi, dan difference. Istilah dekontruksi untuk pertama kalinya muncul dalam tulisan-tulisan Derrrida pada saat ia mengadakan pembacaan atas narasi-narasi metafisika Barat. 50

Jacques Derrida menunjukkan bahwa kita selalu cenderung untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term tertentu kita lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir sebagai makna final. Inilah yang Derrida sebut sebagai logosentrisme. Metode

48

, Op.cit, Hal 26 49

Santoso, Listiyono. Epistimologi Kiri. 2007: Yogyakarta, Hal 248 50


(47)

46 dekonstruksi merupakan proyek filsafat yang berskala raksasa karena Derrida sendiri menunjukkan bahwa filsafat barat seluruhnya bersifat logosentris.

Dengan demikian, dekonstruksi mengkritik seluruh proyek filsafat barat. Dalam karyanya, Of Grammatology, Derrida berusaha menunjukkan bahwa struktur penulisan dan gramatologi lebih penting dan bahkan “lebih tua” ketimbang yang dianggap sebagai struktur murni kehadiran diri (presence-to- self), yang dicirikan sebagai kekhasan atau keunggulan lisan atau ujaran.

c. Jean Baudrillard

Jean Baudrillard merupakan seorang filosofis postmodernisme asal perancis. Bagi Jean Baudrillard, jika modernitas ditandai oleh eksplosi komodifikasi, mekanisasai, teknologi dan pasa, maka masyarakat postmodernisme ditandai oleh implosi (ledakan kedalam) alias peleburan segala batas,

wilayah dan pembedaan antara budaya tingg dan budaya rendah, penampilan dan kenyataan, dan segala oposisi biner lainnya yang selama ini dipeliharaterus oleh teori sosial maupun filsafat tradisional. Bagi Baudrillard ini menunjukkan berakhirnya segala bentuk kepositivan, referensi-referensi besar dan makna, sejarah, kekuasaan, revolusi dsb. Demikianlah mana kala modernitas bisa disebut sebagai proses meningkatnya difernsiasi bidang-bidang kehidupan beserta fragmentasi sosial dan aliensinya,


(48)

47 postmodernitas dapat ditafsirkan sebagai proses de-diferensiasi dan implosi peleburan sebagal bidang. 51

Baudrillard juga mengemukkan sebuah teori simulasi

(simulacra simuation), yang mana suatu peristiwa tampil tanpa

asal-usul yang jelas dan tidak sesuai dengan realitas yang ada. Sehingga menurut Baudrillard, manusia hidup dalam hiperrealitas

(hyper-reality), semuanya merupakan tiruan, yang palsu terlihat

lebih asli dari sesuatu yang nyata.

Sebuah teks posmodernisme bukanlah ekspresi tunggal dan individual sang seniman, kegelisahannya, ketakutannya, ketertekanannya, keterasingannya, kegairahannya atau kegembiraanya, melainkan sebuah permainan dengan kutipan-kutipan bahasa. Kecenderungan potmodernisme adalah menerima segala pertentangan dan kontadisi di dalam karyanya, disebabkan bercampur aduknya berbagai bahasa. Teks postmodernisme, tidak

bermakna tunggal, akan tetap adalah aneka ragam bahasa masa lalui dan sudah ada,dengan asal muasal yang tidak pasti, yang di dalamnya aneka tulisan, tak satupun diantarnay yang orisisnil, bercampur dan berinteraksi. Teks adalah sebuah jaringan kutpan-kutipan yang diambil dari berbagai pusat kebudayaan yang tak terhitung umlahnya.52

51

Ibid. , Hal 26 52

Piliang, Amir. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.2003: Yogyakarta, Hal 110-113


(49)

48 E.9. Esensi Bahasa dan Realitas Jaques Derrida

Derrida tergugah untuk bisa melakukan suatu dekonstruksi oposisi terhadap filsafat Barat. Dekonstruksi bisa diartikan sebagai pembongkaran, namun bukanlah pembongkaran atau penghancuran yang berakhir dengan pandangan monisme atau bahkan kekosongan. Dekonstruksi juga bukan metode tafsir yang dilengkapi dengan perangkat-perangkat konseptual yang serba argumentatif, dan koheren. Bahkan dekonstruksi justru anti metode, anti argumentasi dan anti koherensi, karena pandangan ini berbau ilmiah dan positivistik.53

Program Derrida ditujukan kepada sejarah asal-usul yang begitu yakin akan pengenalan langsung terhadap realitas, kita tidak mengenali bekas sebagai sesuatu yang kemudian, malainkan akan menjadi yang awal. Derrida memulai dekonstruksinya pertama kali dengan perahtian pada bahasa. Sikap ini diambil mengingat ide,

gagasan dan konsep diungkapkan melalui bahasa. Bahasa dianggap telah mewakili realitas.

Derrida memperkenalkan model semiotika dekonstruksi, dekonstruksi ini merupakan sebuah alternatif untuk menghilangkan segala keterbatasan penafsiran atau penyimpulan yang baku. Konsep ini membongkar produk pemikiran rasional yang mempercayai kemurnian realitas. Dekonstruksi memungkinkan sebuah tanda untuk ditafsirkan seperti apa saja, tidak ada batasan pemaknaan. Luasnya

53


(50)

49 pemaknaan sebuah tanda membuka peluang lahirnya makna-makna atau ideologi-ideologi baru yang tidak terbatas dari sebuah tanda. 54 Implikasi dahsyat dekonstrukstif filsafat adalah pudarnya batas-batas antara konsep dengan metaphor, antara kebenaran dengan fiksi, antara filsafat dengan puisi dan antara keseriusan dengan permainan. Dengan membaca secara dekonstrukstif, teks bisa dikatakan selama ini menjadi pusat yang dipinggirkan, dikeluarkan, dan dianggap sebagai ‘yang lain’. Namun menurut Derrida , “ tidak ada sesuatu yang ada di luar teks”, sehingga pusat juga tidak bisa dikalim sebagai lebih dominan, karena ia hanyalah salah satu diantara jaringan teks. “Yang pusat” akan menyadari isi dalam konteks keberadaan “ Yang bukan pusat”. Dalam aplikasinya, konsep esensi tidak harus mereduksi eksistensi, dan kebenaran umum tidak harus menghapuskan kebenaran partikular.55

E.10. Citra Simulasi dan Realitas Jean Baudrillard

Istilah simulasi dalam wacana kemiliteran digunakan untuk menerangkan teknik teori probabilitas terapan. Simulasi digunakan untuk membandingkan sebuah model dengan realitas, dengan cara membuat hasil-hasil acak dari modelnya, biasnya melalui teknik komputer. Dalam wacana seni dan kebudayaan massa, istilah simulasi pertama kali diperkenalkan oleh Jean Baudrillard dalam

54

Gemilang Pratama Adi

(Http://Perkembangan Teori Semiotika - KiHa 302.htm) 55


(51)

50 bukunya simulation dan dikembangkan lebih jauh dalam in the

shadow of silent majority of communication. 56

Menurut baudrillard, masyarakat kapitalisme telah meninggalkan jalur kapitalisme monopoli dengan model produksi mekaniknya dan memasuki kapitalisme mutakhir dengan model produksi simulasinya ini hampir semua masalah produksi dan reproduksi telah terpecahkan. Masalah produksi dan reproduksi satu-satunya yang dihadapi adalah masalah perubahanorde penampakan. Baudrilard membedakan tiga orde penampakan dalam sejarah masyarakat, yaitu:

1. Counterfeit adalah pola domina pada periode klasik dan

reinassance ke revolusi industry.

2. Produksi adalah pola yang dominan dalam era industry. 3. Simulasi adalah pola yang merajalela pada tahap sekarang

yang dikontrol oleh kode.

Simulasi sebagai model produksi penampakan dalam masyarakat consumer. Menurut Baudrillard tidak lagi berkaitan dengan duolikasi ada atau substansi dari sesuatu yang diduplikasi melainkan penciptaan melalui model-model sesuatu yang nyata tanpa asal-usul atau realitas hyperalitas. Melalui model simulasi, manusia dijebak di dalam satu ruang, yang disadarinya sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka. Ruang realitas semu itu merupakan satu ruang antithesis dari representasi ,

56


(52)

51 seperti apa yang dikatakan oleh Derrida, antithesis itu dapat disebut dengan dekonstruksi terhadap representasi realitas itu sendiri.57 Melalui produksi simulasi, tidak saja dapat dihasilkan objek-objek hiperreal akan tetapi juga dapat dilakukan proses kompresi, dekonstruksi dan rekonstruksi ruang, sehingga memungkinkan manusia mengalami pengalaman ruang yang baru, sehingga memungkinkan manusia mengalami pengalaman ruang baru-ruang simulacrum. Misalnya siapapun dapat menyaksikan dan mengalamai realitas, fantasi, halusinasi, dunia supranatural, science fiction, atau dunia secara total hanya dengan mengkonsumsi acara TV atau film dimensi, mendapatkan informasi dari disket dan sebagainya. 58

Dalam kaitannya dengan linguistic, Baudrillard mempertentangkan simulasi dengan reperesentasi. Bila dalam representasi sebuah objek berfungsi sebagai tanda, sedangkan tanda

dalam referensi (dunia nyata) adalah ekivalennya dalam simulasi, objek tidak lagi berfungsi sebagai sebuah tanda, sebab referensinya sendiri tidak ada. Karena absennya petanda, maka simulasi dalam hal ini merupakan proses produksi objek-objek sebagai penanda murni, yaitu penanda yang merupakan duplikat dari dirinya sendiri, atau duplikat dari petanda fiksi, ilusi, halusinasi atau nostalgia.

Penyebaran model teks simulasi di dalam masyarakat kontemporer, bagi baudrillard menandai akhir dari representasi

57


(53)

52 ideology (yang berarti akhir ideology sebagai order kedua dari sisitem pertandaan, sebagaimana yang dikembangkan Barthes pada karya-karya awalnya, karena menurut Baudrillard ideology sudah diartikuasikan atau bergerak ke tingkat (penanda). Bila dalam representasi palsu (ideology) realitas ditopengi oleh tanda, sebab tanda hanya ekivalen dari realitas, dalam simulasi tidak ada yang ditutupi oleh topeng. Tanda adalah citra murni tanpa transedenasi. Simulasi adalah citra tanpa referensi, suatu simulacrum. Berkaitan dengan ini, menurut baudrillard ada empat fase dalam perkembangan citra:

1. Citra adalah refleksi dari realitas

2. Citra menyembunyikan dan menyimpangkan realitas 3. Citra menyembunyikan absennya realitas

4. Citra sama sekali tidak berakitan dengan realitas apapun, citra merupakan simulacrum murni. 59

Tanda dan realitas semu (hiprrealitas) ada dalam beberapa karya seni.Dalam konteks analisis video klip musik, teori jean baudrillard memudahkan bagi peneliti untuk melakukan interpreatsi lebih mendalam dengan membongkar kode-kode pesan yang disampaikan dalam video klip tersebut.

59


(54)

53 F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode semiotik. Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna.60 Dipilih sebagai metode penelitian ini karena semiotik bisa memberikan ruang yang luas untuk melakukan interpretasi terhadap video klip musik sehingga didapatkan makna yang tersembunyi dalam sebuah video klip musik.

F.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah proses ilmiah yang selalu ada dalam kehidupan intelektual manusia berdasarkan sifat ingin tahu yang ada dalam hidup ilmuwan. Ada dua cara yakni pertama, dengan menggunakan akal sehat yang mengacu pada kelaziman-kelaziman dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, melakukan kegiatan penelitian

yang bersifat ilmiah berdasarkan kaidah dan cara berfikir sistematis yang melingkupi keseluruhan proses penelitian.61

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yang menurut Bodgan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini menggunakan kualitatif paragdigma interpretatif, yakni memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum

60

Budiman, Kris. Semiotika Visual. 2011: Yogyakarta, hal 11 61


(55)

54 yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat.62

Alasan menggunakan pendekatan ini adalah peneliti ingin mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi yang ada. Penelitian ini difokuskan untuk bagaimana mainstream postmodernisme dalam video klip musik “Gentleman” yang dipopulerkan oleh PSY. Dengan menggunakan metode kualitatif interpretative, penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan secara detail dan menyeluruh.

F.2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Kualitatif Deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan secara rinci mengenai objek penelitian yang ada, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptifkan pemahaman terhadap

interpretasi relasi antara citra dan tanda dalam video klip musik tersebut.

F.3. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua tanda (baik itu Denotatif maupun Konotatif) yang mengandung makna gentleman dalam video klip musik tersebut. Tanda itu bisa berupa beberapa larik

62


(1)

F.1. Pendekatan Penelitian………. 54

F.2. Tipe Penelitian……… 54

F.3. Unit Analisis………..……... 54

F.4. Teknik Pengumpulan Data………. 55

F.4.1. Data Primer………..………... 56

F.4.2. Data Sekunder………..….….. 56

F.5. Tenik Analisis Data………..….. 57

BAB II PSY DALAM PERKEMBANGAN MUSIK KOREA SELATAN... 58

A. Perkembangan Video Klip Musik……….. 60

A.1. Video Klip Musik di Industri Musik Korea Selatan. 63 A.2. YG Entertainment……….… 67

B. PSY……….…… 72

B.1. Biografi PSY………... 76

B.2. Diskografi Album PSY……….…... 76

C. Single Lagu “Gentleman”………..……... 72

C.1. Lirik Lagu “Gentleman”……….. 79

C.2. Sinopsis Video Klip Musik “Gentleman” Oleh PSY 83 BAB III VIDEO KLIP MUSIK DALAM MAINSTREAM POSTMODERNISME………... 84

A. GentlemandanKehidupan Modern……….……. 87

1. Gentleman, Sosok yang Kasardan TidakBertanggung Jawab……….. 88

2. Gentleman:Laki-Laki yang MenyukaiFashion……….. 93

3. Gentleman: Suka KehidupanHedonis……… 97

4. Sikap Gentleman terhadap Sosok Perempuan……….... 105

B. Identitas Gentleman Di Era Postmodernisme……..……….… 124

1. Penyanyi Sebagai Subjek Ideologi Gentleman……….. 124

2. Sikap Gentleman terhadap Ruang Publik.……….. 128

3. Gentleman Identik dengan Seksualitas & Sensualitas... 138

C. Video KlipMusik “Gentleman” yang di PopulerkanOleh PSY Dalam Maisntream Postmodernisme………. 160

BAB IV PENUTUP………... 165

A. Kesimpulan……….. 164

B. Saran………... 168

B.1. Secara Sosial………... 168

B.2. Secara Akademis……….... 168 DAFTAR PUSTAKA……….……….


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel Kerja Analisis

Tabel 3.1 Visualisasi Laki-laki berjalan & menendang palang

Pembatasjalan 88

Tabel 3.2 Visualisasi Laki-laki menyukai Fashion 93 Tabel 3.3 Visualisasi Laki-laki sedang bersantai ditemani oleh

Perempuan 98

Tabel 3.4 Visualisasi Gentleman yang sedang menari 102 Tabel 3.5 Visualisasi sikap Laki-laki yang menggangu perempuan 106 Tabel 3.6 Visualisasi Laki-laki yang bersikap tidak senonoh terhadap

Perempuan 111

Tabel 3.7 Visualisasi Laki-laki suka mempermainkan Perempuan 117 Tabel 3.8 Visualisasi Laki-laki diatas derajat Perempuan 122 Tabel 3.9 Visualisasi Animasi wajah PSY “Gentleman” 125 Tabel 3.10 Visualisasi Gentleman menggangu siapapun dan

di manapu 129

Tabel 3.11 Visualisasi Gentleman yang suka menggangu anak keci 134 Tabel 3.12 Visualisasi Gentleman menggoda Perempuan Sexy 139 Tabel 3.13 Visualisasi Gentleman dan Perempuan Sexy 143 Tabel 3.14 Visualisasi Gentleman Menyukai Perempuan yang Sexy

dan Agresif 148

Tabel 3.15 Visualisasi Gentleman menikmati tubuh Perempuan 152 Tabel 3.16 Visualisasi Gentleman & Tubuh Perempuan dan


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Biografi

Gambar 2.1 Gambar Logo Perusahaan YG Entertainment 63

Gambar 2.2 Gambar Penyanyi PSY 67

Gambar Scene

Gambar 3.1 Laki-laki berjalan dan menendang palang pembatas

Jalan 90

Gambar 3.2 Laki-Laki berada di dalam toko Fashion 95 Gambar 3.3 Laki-laki sedang bersantai di temani oleh Perempuan 100 Gambar 3.4 Laki-laki sedang menari bersama para dancer 104 Gambar 3.5 Laki-laki yang bersikap tidak sopan terhadap

Perempuan 108

Gambar 3.6 Laki-Laki memberikan perlakuan kotor terhadap

Perempuan 113

Gambar 3.7 Laki-laki sedang mempermainkan Perempuan 117 Gambar 3.8 Laki-laki bahagia bisa menguasai Perempuan 122 Gambar 3.9 Animasi sosok PSY yang Gentleman 126 Gambar 3.10 Gentleman sedang menggangu Orang Di lift 131 Gambar 3.11 Gentleman menggangu Anak kecil bermain bola 136 Gambar 3.12 Gentleman memparodikan Sosok Perempuan sensual 140 Gambar 3.13 Gentleman tertarik dengan Perem1puan yang Sexy 145 Gambar 3.14 Laki-laki sedang berkencan dengan Perempuan agresif 150 Gambar 3.15 Laki-Laki & Perempuan sedang menikmati pesta yang

Sensual 154

Gambar 3.16 Tubuh Perempuan sebagai Alat Pemuas Seksual


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Baran, Stainley. 2006. Pengantar Komunikasi Massa. Salemba Humanik: Jakarta Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Jalasutra: Yogyakarta

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Kencana Prenada Group: Jakarta Fakih, Mansoer. 1996. Analisis Gender& Transformasi Sosial.Pustaka Pelajar

Offset : Yogyakarta

Fiske, Jhon. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta _________. 2004. Cultural and Communication Studies, Jalasutra:Yogyakarta.

Jalasutra: Yogyakarta

Kellner, Douglas. 2010.Budaya Media: Antara Modern danPostmodern,Jalasutra: Yoyakarta

Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda. Mizan: Bandung Santoso, Listiyono. 2009. Epistemology Kiri.Ar-Ruzzmedia: Sleman

Semedhi, Bambang. 2011. Sinematografi-Videografi, Suatu Pengantar. Galia Indonesia: Bogor

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi, Rosda karya: Bandung

__________. 2006. Semiotika Komunikasi Suatu Pengantar. Rosda karya: Bandung

__________. 2009. Analisis Teks Media: suatu pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semotik dan analisis Framing. Rosda Karya: Bandung

Subulah, Umi. 2008. Spekturm Gender. UIN Malang Press: Malang Sugiharto, Bambang. 1996. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat.

Kanisus:Yogyakarta

Suyoto. 1994. Postmodern danMasaDepanPeradaban. Aditya Media: Ygyakarta Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka:Yogyakarta Piliang, Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya

Makna. Jalasutra: Yogyakarta


(5)

Jurnal Online

Dini Faisal

( http//:jbptitbpp-gdl-dinifaisal-26928-2-2007ta-2.pdf)diaksespadatanggal 3 Nopember 2013, Pukul 22:19

YuridisEka P.

(Http://3656-5358-1-PB (1).pdf)diaksespadatanggal 22 Desember 2013, pukul 13:08

Novelanich

(Umm.ac.id/files/disk1/173/jiptummpp-gdl-s1-2007-novelanich-8627-2.+ISI.PDF)diaksespadatanggal 20 Januari 2014, pukul 15:36

Internet

OrlJaf

(http://AndaSeorangGentleman.htm //)diaksespadatanggal 20 Agustus 2013, pukul 15.00

Hari Qpli DJFM

(http://psyprofil.html)diaksespadatanggal 6 Agustus 2013, pukul 09.43 MakyunSubukti

(http://Musik Populer ~ tulisanmakyun.htm//)diaksespadatanggal 9 September 2013, pukul 13.45

Dana Reses

(http://ThisIsVIPPersonelStanley.htm)diaksespadatanggal 9 September 2013, pukul 13:45

GemilangPratamaAdi

(Http://Perkembangan Teori Semiotika - KiHa 302.htm)diaksespada tanggal 9 September 2013, pukul 13:00

(http://PengertianGenreMusikdanJenis-Jenisnya-ROS.htm) diaksespada tanggal 20 September 2013, pukul 20:16


(6)

(http://11 Makna Warna untuk Personality Anda.htm)diaksespada tanggal 15 Nopember 2013, pukul 14.08

Wikipedia

(http://K-pop - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm//) diaksespadatanggal 1 Nopember 2013, pukul 13.00

Wikipedia

(http://Psy - Wikipedia, the free encyclopedia.htm) Diaksespadatanggal 1 Nopember 2013, pukul 13.06 Wikipedia

(YG Entertainment - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm) Diaksespadatanggal 1 Nopember 2013, pukul 13:10

(PSY PROFILE.htm)

Diaksespadatanggal 1 Nopember 2013, pukul 14.00 Wikipedia

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kota)diaksespadatanggal 2 Nopember 2013, pukul 07.15

Kapanlagi.com

(http://KapanLagi.com Lirik PSY - Gentleman.htm)diaksespadatanggal 1 Nopember 2013, pukul 13 38

Youtube:

Gentleman PSY MV