Analisis Ketebalan Filter, Daya Serta Jarak Yang Digunakan Antara Safelight Dengan Film Radiografi Untuk Meminimalisir Fog

(1)

ANALISIS KETEBALAN FILTER, DAYA SERTA JARAK YANG

DIGUNAKAN ANTARA SAFELIGHT DENGAN FILM

RADIOGRAFI UNTUK MEMINIMALISIR FOG

SKRIPSI

JUNI ARUS PASARIBU

130821007

DEPERTEMEN FISIKA

JURUSAN FISIKA MEDIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ANALISIS KETEBALAN FILTER, DAYA SERTA JARAK YANG

DIGUNAKAN ANTARA SAFELIGHT DENGAN FILM

RADIOGRAFI UNTUK MEMINIMALISIR FOG

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

JUNI ARUS PASARIBU

130821007

DEPERTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisis Ketebalan Filter, Daya Serta Jarak Yang Digunakan Antara Safelight Dengan Film Radiografi Untuk Meminimalisir Fog

Kategori : Skripsi

Nama : Juni Arus Pasaribu

Nim : 130821007

Program Studi : Sarjana (S1) Fisika Medis Depertemen : Fisika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Agustus 2015

Komisi Pembimbing

Pembimbing II Pembimbing I

Drs. Aditya Warman, M.Si Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc NIP. 195705031983031003 NIP. 196212231991031002

Disetujui Oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,

Dr. Marhaposan Situmorang NIP: 195510301980031003


(4)

LEMBARAN PENGESAHAN JUDUL

ANALISIS KETEBALAN FILTER, DAYA SERTA JARAK YANG

DIGUNAKAN ANTARA SAFELIGHT DENGAN FILM

RADIOGRAFI UNTUK MEMINIMALISIR FOG

Disetujui oleh : Pembimbing I

(Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc) NIP. 196212231991031002

Pembimbing II

(Drs. Aditya Warman, M.Si) NIP. 195705031983031003

Disahkan oleh :

Ketua Departemen Fisika FMIP USU

(Dr. Marhaposan Situmorang) NIP.195510301980031003


(5)

PERNYATAAN

Analisis Ketebalan Filter, Daya Serta Jarak Yang Digunakan Antara Safelight Dengan Film Radiografi Untuk Meminimalisir Fog

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa Skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2015

Juni Arus Pasaribu 13082101007


(6)

i

PENGHARGAAN

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan doa dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam waktu yang telah ditetapkan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan S-1 Jurusan Fisika Medik, pada program studi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Kepala Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc dan bapak Drs. Aditia Warman, M.Si selaku pembimbing utama yang telah memberikan petunjuk, panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen pada pegawai di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Teristimewa kepada istriku tercinta, Juliana F. Sihombing, AMK yang selalu setia mendampingi, memotivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Anak-anakku tersayang, Gerald RM Pasaribu, Cheryl Aurin Pasaribu dan Gilbert Reynand Pasaribu sebagai sumber inspirasiku dan kebanggaanku. 7. Orang tuaku dan seluruh keluarga yang selama ini memberikan bantuan

dan dorongan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa di Fisika Ekstensi angkatan 2013 yang telah banyak memberikan bantuan dan saran.


(7)

ii

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.

Medan, Agustus 2015 Penulis

Juni Arus Pasaribu 130821007


(8)

iii ABSTRAK

Telah dilakukan suatu penelitian tentang analisis ketebalan filter, daya serta jarak yang digunakan antara safelight dengan film radiografi untuk meminimalisir fog.

Jarak yang semakin dekat antara safelight dengan film radiografi dan ketebalan filter yang semakin tipis dan daya safelight yang semakin besar dapat mempengaruhi timbulnya kenaikan densitas fog pada film. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode eksperimen yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.Dari hasil penelitian diperoleh nilai hasil pengukuran densitas fog film pada daya 5 watt dan 15 watt dengan variasi ketebalan filter 1 mm sampai 6 mm dan jarak 40 cm sampai 120 cm. Dari perbandingan tersebut diperoleh densitas fog minimal pada daya 5 watt, tebal filter 6 mm dan jarak 120 cm.


(9)

iv ABSTRACT

There was an observation about the analysis of filter thickness, capacity and distance which use between safelight and radiography film minimize fog.

The distance which almost close by between safelight with radiography film and filter thickness that getting thin than safelight capasity that getting larger could influence the appearence of density fog increasing on the film, this observation was qualitatif observation with experimen method that had done in the publik hospital of sidikalang. From the observation was found the resu't value in counting fog density film on 5 watt capacity and 15 capacity. And there variation of filter thickness was 1 mm until 6 mm and the distance was 40 cm until 120 cm. From that ratio was found that minimal fog density an 5 watt cavacity, filter thickness was 6 mm and the distance was 120 cm.


(10)

v DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PERNYATAAN

PENGHARGAAN ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 4

2.1 Kamar Gelap ... 4

2.1.1 Jenis Prosesing ... 4

2.2 Safelight ... 5

2.2.1 Tingkat Keamanan Safelight ... 7

2.3 Film radiografi ... 7

2.3.1 Konstruksi film radiografi ... 7

2.3.2 Jenis-Jenis Film Radiografi ... 8

2.3.3 Berdasarkan jenis emulsi ... 9

2.3.4 Jenis film berdasarkan butir emulsi ... 10

2.4 Densitas ... 11

2.4.1 Densitas fog ... 11

2.5 Densitometer ... 16


(11)

vi

2.7 Kurva Karakteristik ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Alat dan bahan ... 20

3.4 Prosedur kerja penelitian ... 21

3.5 Variabel penelitian ... 25

3.5.1 Variabel bebas ... 25

3.5.2 Variabel terikat ... 25

3.6 Diagram Flow Chart ... 26

3.7 Pengolahan dan Analisa data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil penelitian ... 28

4.1.1 Daya lampu 5 watt ... 28

4.1.2 Daya lampu 15 watt ... 30

4.2 Pembahasan ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai densitas rata-rata pada daya lampu 5 watt Tebal ... 28 Tabel 4.2 Nilai densitas rata-rata pada daya lampu 15 watt ... 30


(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipe Direct safelight ... 6

Gambar 2.2 Tipe Indirect safelight ... 7

Gambar 2.3 Film single emulsi ... 9

Gambar 2.4 Film double emulsi ... 9

Gambar 2.5 Butir emulsi ukuran besar ... 10

Gambar 2.6 Butir Emulsi Ukuran Sedang ... 10

Gambar 2.7 Butir emulsi ukuran kecil ... 11

Gambar 2.8 Densitometer ... 17

Gambar 2.9 Sketsa densitometer ... 17

Gambar 2.10 Kurva karakteristik ... 18

Gambar 4.1 Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 5 watt ... 29

Gambar 4.2 Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 15 watt ... 32


(14)

iii ABSTRAK

Telah dilakukan suatu penelitian tentang analisis ketebalan filter, daya serta jarak yang digunakan antara safelight dengan film radiografi untuk meminimalisir fog.

Jarak yang semakin dekat antara safelight dengan film radiografi dan ketebalan filter yang semakin tipis dan daya safelight yang semakin besar dapat mempengaruhi timbulnya kenaikan densitas fog pada film. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode eksperimen yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.Dari hasil penelitian diperoleh nilai hasil pengukuran densitas fog film pada daya 5 watt dan 15 watt dengan variasi ketebalan filter 1 mm sampai 6 mm dan jarak 40 cm sampai 120 cm. Dari perbandingan tersebut diperoleh densitas fog minimal pada daya 5 watt, tebal filter 6 mm dan jarak 120 cm.


(15)

iv ABSTRACT

There was an observation about the analysis of filter thickness, capacity and distance which use between safelight and radiography film minimize fog.

The distance which almost close by between safelight with radiography film and filter thickness that getting thin than safelight capasity that getting larger could influence the appearence of density fog increasing on the film, this observation was qualitatif observation with experimen method that had done in the publik hospital of sidikalang. From the observation was found the resu't value in counting fog density film on 5 watt capacity and 15 capacity. And there variation of filter thickness was 1 mm until 6 mm and the distance was 40 cm until 120 cm. From that ratio was found that minimal fog density an 5 watt cavacity, filter thickness was 6 mm and the distance was 120 cm.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit. Karena dengan pemeriksaan ini diharapkan gambaran yang dihasilkan mampu memberikan informasi yang jelas terhadap kemungkinan adanya kelainan-kelainan yang terjadi pada organ tubuh tertentu. Penegakan diagnosis di radiodiagnostik tergantung pada kualitas radiografi. Kualitas radiografi adalah kemampuan suatu radiograf untuk menampakkan kontras dan detail anatomis dari bagian tubuh yang diperiksa.

Adapun tahapan yang dianggap sangat penting dalam suatu pemeriksaan radiografi adalah proses terakhir dalam kegiatan prosesing film yang terjadi dalam kamar gelap (dark room). Kamar gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film, baik sebelum dan sesudah diexpose, sehingga perlu diperhatikan spesifikasi ruangan dan kondisi serta penerangan di dalamnya. Dengan batasan daerah kering dan basah. Pada daerah kering untuk mengisi dan mengeluarkan film, dan daerah basah untuk mencuci film. Di sinilah, sangat diperlukan adanya penerangan yang digunakan untuk memberikan pencahayaan dalam kamar gelap, yang terdiri dari lampu biasa (Neon) untuk ruangan ketika tidak ada proses prosesing film, dan lampu khusus (Safelight) yang dipakai ketika sedang berlangsung proses prosesing film yang berfungsi sebagai pengontrol prosesing film. Lampu ini digunakan dalam kamar gelap dengan tujuan untuk memberikan penerangan yang aman selama proses pencucian film. Safelight berfungsi untuk membantu proses film dimasukkan atau dikeluarkan dari kaset dan juga merupakan alat penerang untuk melihat hasil radiograf sewaktu proses manual. Walaupun demikian pada kenyataannya masih sering ditemui gambaran radiografi yang kurang optimal. Fungsi kemampuan untuk melihat akan optimal apabila densitas dan kontras cukup, serta noise minimal.

Noise adalah gambaran yang mengganggu radiograf yang dapat mengurangi yang dibutuhkan dan dapat menurunkan kualitas radiograf. Yang


(17)

2

termasuk noise adalah fog dan artefak. Dalam hal ini film radiologi adalah suatu media yang dipakai untuk merekam gambaran anatomi tubuh manusia yang merupakan informasi diagnostik dari penyinaran sinar-X. Film sangat sensitif untuk merespon ransangan dari luar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan hal-hal untuk menentukan tempat penyimpanan film. Salah satunya penyimpanan film di kamar gelap. Penyimpanan film harus memperhatikan beberapa factor seperti : ketebalan filter, daya dan jarak safelight.

Faktor tersebut sangat mempengaruhi kondisi film dalam penyimpanan jangka waktu pendek maupun jangka panjang. Jika tidak dikontrol dengan baik beberapa faktor tersebut dapat menimbulkan pengaruh terhadap film, seperti adanya kenaikan nilai densitas fog film.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang didapat sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh ketebalan filter safelight terhadap nilai densitas fog film?

2. Daya lampu optimal untuk safelight yang tepat?

3. Bagaimana jarak yang optimal antara film radiografi dengan safelight?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ketebalan filter yang tepat terhadap film radiografi. 2. Untuk mengetahui berapa daya lampu optimal untuk safelight.

3. Untuk mengetahui jarak yang optimal antara safelight dengan film radiografi.

1.4 Batasan masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengujian kualitas gambar radiografi dengan tingkat fog yang dihasilkan dengan variasi ketebalan filter, daya serta jarak Safelight.


(18)

3

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan terhadap penggunaan safelight yang optimal dengan film radiografi untuk meminimalisir fog yang dihasilkan.

2. Sebagai bahan masukan untuk pekerja radiasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.


(19)

4 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kamar Gelap

Dalam proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung penting dalam menunjang keberhasilan pemotretan. Disebabkan karena dalam processing room dapat mengubah film dari bayangan laten kedalam bayangan tampak, processing room disebut juga final proses akhir karena processing room merupakan rangkaian terakhir dalam proses radiografi. Pengertian Processing Room adalah suatu area dilakukan pengolahan film sebelum dan sesudah di expose (bayangan laten menjadi bayangan tetap).

Menurut Jenkins (1980) kamar gelap dalam pelayanan radiologi berfungsi sebagai berikut :

a. Tempat untuk mengeluarkan film dari dalam kaset dan memasukan ke dalam kaset.

b. Tempat untuk memberikan Identitas pada film.

c. Tempat untuk proses film rontgen, baik secara manual maupun otomatis. d. Tempat perawatan dan lembar penguat.

e. Tempat untuk mempersiapkan larutan kimia yang digunakan dalam proses pengolahan secara manual maupun otomatis.

f. Tempat untuk perawatan mesin pengolahan otomatis. g. Tempat untuk penyimpanan film yang belum tersinari.

2.1.1 Jenis Prosesing

Adapun jenis prosesing diradiologi ada 2 macam : 1. Manual prosesing.

Manual prosesing adalah proses pembangkitan bayangan laten menjadi bayangan tampak dengan menggunakan tenaga manusia dengan melalui proses diantaranya :

a. Pembangkitan bayangan laten (developer) b. Pembilasan (rinsing)


(20)

5

d. Pembersihan dari sisa prosesing (washing) e. Pengeringan film radiografi (drying)

Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan prosesing manual bergantung pada kemampuan sumber daya manusia dalam menentukan faktor eksposi dan melakukan prosesing film.

2. Automatic prosesing.

Automatic prosesing adalah proses pembangkitan bayangan laten menjadi bayangan tampak dengan menggunakan tenaga mesin. Dalam automatic prosesing memiliki kesamaan dengan metode manual prosesing dalam tahapannya, tetapi dalam automatic prosesing tidak melalui tahapan pembilasan (rinsing).

2.2 Safelight

Safelight adalah Alat yang membantu penerangan dalam kamar gelap radiologi yaitu sebuah lampu berdaya watt kecil yang dibungkus dengan filter biasanya berwarna merah zaitun. Safelight berfungsi untuk menerangi ruangan gelap atau darkroom pada saat melakukan prosesing film radiografi. Sehingga jika ada cahaya atau penerangan kecuali dari safelight maka gambaran radiograf akan timbul gambaran fog. Mengingat tidak kalah pentingnya safelight ini dengan peralatan radiografi lain. Maka, perlu diadakan penanganan khusus terhadap pengujian safelight. Tujuan pengujian safelight adalah untuk mengetahui apakah safelight yang digunakan sebagai penerangan khusus di kamar gelap itu aman atau tidak. Selain itu untuk menentukan waktu maksimal penanganan film yang aman di bawah paparan safelight tanpa menimbulkan fog berlebih sehingga tidak mengurangi kualitas gambar radiografi. Didalam kamar gelap ada dua jenis penerangan yaitu:

1. Penerangan Umum yaitu berupa lampu pijar/lampu neon yang berguna untuk membantu membersihkan kamar gelap, mengatur dan merawat aksesoris di dalamnya.

2. Penerangan khusus yaitu safelight sebagai pembantu penerangan dalam kamar gelap dan membantu mengontrol proses pengolahan film. Ada dua


(21)

6

macam tipe penerangan safelight yaitu Langsung (direct safelight) dan tidak langsung (indirect safelight).

a. Direct safelight

Pada tipe ini, cahaya lampu langsung diarahkan ke meja kerja atau cairan processing sehingga dapat membantu penglihatan pekerja, cahaya dari safelight harus diletakkan dengan jarak minimum 1,2 m dari tempat kerja.

Gambar 2.1 Tipe Direct safelight

b. Indirect safelight

Safelight ini memberikan penerangan secara umum pada kamar gelap, pada safelight ini cahaya lampu mengarah ke langit-langit, yang kemudian cahaya akan dipantulkan ke seluruh ruangan. Untuk itu, maka langit-langit di kamar gelap sebaiknya dicat dengan warna putih atau bahan yang mudah memantulkan cahaya agar pantulan cahaya optimal. Safelight ini digantung pada ketinggian 2,1 m di atas lantai untuk mencegah agar tidak terkena kepala petugas saat bekerja di kamar gelap.


(22)

7

Gambar 2.2.Tipe Indirect safelight

2.2.1 Tingkat Keamanan Safelight

Menurut Plaats (1969), untuk tingkat keamanan safelight, cahaya safelight diarahkan ke meja kerja agar cahaya safelight tidak langsung mengarah ke mata. Tingkat keamanan safelight dipengaruhi oleh:

a. Jarak antara film dengan safelight. b. Daya lampu yang digunakan.

c. Spektrum kepekaan film terhadap cahaya. d. Lamanya film terpapar dengan safelight.

2.3 Film radiografi

Adalah bahan pencatat bayangan radiografi yang sangat peka terhadap sinar-x dan cahaya. Ada dua kelompok besar pada jenis film yaitu :

1. Film radiografi adalah film yang diekspose oleh sinar-x saja atau kombinasi antara sinar-x dengan cahaya (screen film).

2. Film yang diekspose oleh cahaya,misalnya film polaroid.

2.3.1 Konstruksi film radiografi a. Base (lapisan dasar)

Terbuat dari bahan yang kuat, tipis dan transparan. Bahan yang digunakan yaitu sellulose asetat yang mempunyai sifat tidak mudah terbakar. Tebalnya 0,175-0,2 mm.Terbuat dari bahan tipis dan lemas yaitu polyester.


(23)

8

Base film mempunyai beberapa fungsi yaitu : 1. Sebagai tempat melekatnya lapisan emulsi.

2. Untuk meneruskan cahaya sehingga gambar dapat ditampilkan. b. Adhesive (lapisan perekat)

Lapisan ini berfungsi sebagai alat perekat antara dua bahan yang mempunyai sifat berbeda, yaitu lapisan dasar film (film base) yang tidak meresap air sehingga dalam prosesing tidak mengalami perubahan dan lapisan emulsi film, yang menyerap air dan membengkak bila basah. Bahannya terbuat dari bahan campuran antara sellulose, gelatin dan aceton. Tebalnya 0,01 mm.

c. Emulsi

Merupakan lapisan yang sangat penting dari semua lapisan karena pada lapisan ini akan terbentuk radiograf yang diinginkan. Lapisan ini sangat peka terhadap cahaya dan sinar-x dan terbuat dari bahan kristal perak bromida. Tebalnya 0,01-0,02 mm.

d. Supercoat (lapisan pelindung)

Merupakan lapisan paling luar dari film rontgen yang terbuat dari lapisan gelatin yang bersifat menyerap air. Berfungsi melindungi emulsi dari rangsangan misalnya tekanan dan gesekan.

2.3.2 Jenis-Jenis Film Radiografi

Berdasarkan macamnya terbagi menjadi dua yaitu : 1. Non screen film

penggunaannya tanpa menggunakan lembaran penguat (IS). Lapisan emulsi pada film ini lebih tebal dibandingkan dengan lapisan emulsi pada screen film. Mempunyai kontras yang rendah tetapi detail yang tinggi. 2. Screen film

Film jenis ditempatkan pada kaset yang menggunakan lembaran penguat (IS). Mempunyai kontras yang tinggi dan detail yang agak kurang bila dibandingkan dengan non screen film.


(24)

9

2.3.3 Berdasarkan jenis emulsi film terbagi menjadi 2 jenis : 1. Film single emulsi

Film single emulsi adalah film sinar-x dengan satu lapisan emulsi dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan hanya pada satu sisi dasar film saja. Apabila kita menggunakan film single emulsi, kita harus mengidentifikasi letak lapisan emulsi, karena apabila dalam meletakkan film terbalik, maka tidak akan terjadi gambaran yang diharapkan. Contoh dari film single emulsi adalah mammografi film.

Gambar 2.3 Film single emulsi 2. Film double emulsi

Film double emulsi adalah film sinar-x dengan dua lapisan emulsi dimana lapisan perekat dan lapisan emulsi dioleskan pada kedua sisi dasar film. Film ini dapat digunakan secara bolak balik. Film jenis ini banyak digunakan untuk radiografi konvensional.


(25)

10

2.3.4 Jenis film berdasarkan butir emulsi dibagi menjadi 3 : 1. Butir emulsi ukuran besar

Pada butir emulsi ukuran besar bahan fotografinya yaitu perak halogen pada emulsi berukuran besar.Dengan ukuran perak halida yang besar, maka jarak antara butir perak halida yang satu dengan yang lain lebih renggang. Hal ini mengakibatkan emulsi mendapatkan sedikit cahaya karena cahaya lebih banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang rendah tapi kecepatannya cepat karena emulsi mendapatkan sedikit cahaya.

Gambar 2.5 Butir emulsi ukuran besar 2. Butir emulsi ukuran sedang

Pada butir emulsi ukuran sedang bahan fotografinya yaitu perak halogen pada emulsi berukuran sedang. Dengan ukuran butir yang sedang ini maka sinar-x atau cahaya yang menembus emulsi akan lebih sedikit karena banyak dihalangi butiran perak halida yang jaraknya tidak terlalu renggang.

Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang cukup tinggi tapi kecepatannya lebih lambat karena emulsi mendapatkan cukup banyak cahaya.


(26)

11

3. Butir emulsi ukuran kecil

Pada butir emulsi ukuran kecil bahan fotografinya yaitu perak halogen pada emulsi berukuran kecil. Dengan ukuran butir yang kecil mengakibatkan jarak atau celah antara butir perak halida agak rapat. Sinar-x atau cahaya akan lebih banyak mengenai butiran perak halida dan sedikit sinar yang diteruskan.

Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang tinggi tapi kecepatannya lambat karena emulsi mendapatkan banyak cahaya.

Gambar 2.7 Butir emulsi ukuran kecil

2.4 Densitas

Pengertian densitas adalah kerapatan, akan tetapi pada radiografi sering dihubungkan dengan derajat kehitaman film. Densitas merupakan parameter radiografi yang mudah untuk dinilai. Densitas yang baik adalah yang mampu menggambarkan struktur anatomi yang dapat dilihat oleh mata.Mata manusia hanya mampu melihat densitas dalam rentang 0,25-2,5 (RR.Charlton,1992:186). Densitas radiografi adalah derajat kehitaman dari perak metal hitam yang tersisa dalam emulsi.

2.4.1 Densitas fog

Densitas fog adalah merupakan densitas yang dihasilkan melalui pembangkitan butiran-butiran perak halida tanpa adanya eksposi yang diberikan.

2.4.2 Jenis-jenis fog berdasarkan penyebabnya : 1. Age fog

Fog yang disebabkan oleh pengaruh umur film. Age fog dihasilkan dari film yang mempunyai usia yang melebihi waktu kadaluarsa (expired date).


(27)

12

Setiap film yang diproduksi oleh pabrik akan memiliki expired date tertentu, biasanya satu tahun dari waktu produksi. Film yang digunakan setelah melewati expired date akan menyebabkan film bertambah densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin masuk kedalam tempat penyimpanan film. Penambahan densitas ini membuat gambaran pada film tampak seperti kabut hitam saat film diproses meskipun tanpa di eksposi oleh sinar-x terlebih dahulu.

2. Light fog

Light fog adalah fog yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari safelight. Safelight memiliki sifat yang aman terhadap emulsi film tetapi bagaimanapun juga cahaya safelight akan mengakibatkan fog jika waktu kontak antara cahaya safelight dengan film tergolong lama. Secara spesifik penyebab light fog adalah sebagai berikut:

a. Kesalahan warna safelight.

b. Filter bocor / cahaya safelight terlalu kuat. c. Film terlalu lama terkena cahaya safelight. d. Jarak safelight terlalu dekat dengan film. 3. Radiation fog

Radiation fog adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi. Radiasi bisa berasal dari sinar-x, bahan-bahan radioaktif dan juga radiasi alam. Radiasi yang berinteraksi dengan film akan menyebabkan densitas film bertambah. Radiasi bisa berinteraksi dengan film dikarenakan kurangnya proteksi radiasi pada tempat penyimpanan film. Tempat penyimpanan film biasanya dekat sekali dengan kamar pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut terdapat pesawat sinar-x. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi maka box film dalam keadaan rapat sehingga tidak ada cahaya yang masuk sedikitpun kedalam box film. Kemudian pastikan pintu dan dinding kamar gelap tempat biasa film disimpan, telah dilapisi dengan Pb 2 mm sebagai proteksi radiasi.

4. Oksigen fog

Oksigen fog adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas. Saat dilakukan inspeksi, film akan diangkat keluar


(28)

13

dari tangki developer. Saat keluar dari developer, permukaan film masih basah oleh cairan developer. Akibatnya developer yang berada dipermukaan film akan berinteraksi dengan udara bebas terutama oksigen. Oksigen akan mengoksidasi developer yang menempel pada permukaan film. Akibat oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah densitasnya dan film mengalami fog. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka saat melakukan inspeksi sebaiknya tidak terlalu lama, meskipun tidak menggunakan safelight saat melakukan inspeksi.

5. Chemical fog

Chemical fog adalah fog yang dihasilkan karena faktor kimia yang berada di dalam cairan developer saat dilakukan pengolahan film. Secara spesifik chemical fog diakibatkan oleh :

a. Film terlalu lama didalam cairan pembangkit. b. Kesalahan komposisi cairan pembangkit.

c. Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain. 6. Back scatter fog

Back scatter fog adalah fog yang dihasilkan oleh radiasi hambur. Radiasi hambur yang masih cukup besar masih bisa menyebabkan kehitaman pada film. Pada beberapa pemeriksaan, kaset dibagi menjadi dua. Untuk membagi kedua kaset ini biasanya hanya digunakan lampu kolimator untuk membatasi lapangan penyinaran. Jika pesawat sinar-x yang digunakan masih sangat bagus keluar berkasnya, maka pembagian ini akan tergambar sempurna artinya tidak ada bagian lain yang bertambah kehitamannya akibat radiasi hambur. Namun jika pesawat sinar-x yang digunakan sudah tidak bagus lagi keluaran berkasnya, maka pasti akan muncul penambahan kehitaman pada gambaran disebelahnya akibat radiasi hambur. Untuk menghindari hal tersebut terjadi, jika harus menggunakan kV yang tinggi pada pemeriksaan maka gunakanlah grid diatas kaset yang fungsinya menyerap radiasi hambur. Kemudian jika kV yang digunakan kecil, namun pesawat sinar-x keluaran berkasnya sudah tidak bagus lagi maka gunakan penutup yang terbuat dari Pb 2mm untuk membatasi lapangan penyinaran pada daerah sebelahnya.


(29)

14

7. Dechroic fog

Dechroic fog adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari developer dengan fixer pada film. Hal ini terjadi karena proses rinsing tidak dilakukan dengan waktu yang cukup. Sebagaimana telah diketahui bahwa cairan developer bersifat basa dan fixer bersifat asam. Untuk menghindari interaksi langsung antara asam dan basa ini, film dibilas dengan air ditangki rinsing. Pembilasan ini bertujuan untuk menghilangkan developer dari permukaan film ketika hendak dimasukkan kedalam fixer yang bersifat asam. Interaksi langsung antara developer dan fixer akan mengakibatkan film mengalami fog.

Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi maka lakukan rinsing dengan waktu yang cukup sehingga benar-benar yakin bahwa cairan developer sudah tidak ada dipermukaan film atau setidaknya berkurang banyak. Kemudiaan untuk menjaga agar proses rinsing berjalan baik, pastikan air yang berada didalam tangki tetap bersih.

8. Artefact

Artefact adalah kesalahan pengolahan film yang membentuk bayangan putih pada film setelah diproses. Artefact biasanya terjadi karena permukaan IS yang tidak bersih.Permukaan IS mungkin tanpa sengaja terdapat tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas. Akibat hal-hal tersebut maka pendaran yang dihasilkan oleh IS akan tertahan sehingga sedikit pendaran cahaya yang sampai ke film.

Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka pastikan IS selalu dirawat dengan frekuensi yang sudah ditentukan. Namun untuk lebih meyakinkan dalam penggunaan IS, sebaiknya lihat terlebih dahulu permukaan IS untuk memastikan bahwa tidak ada tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas yang menempel pada permukaan IS.

9. Streaking

Streaking adalah jalur atau coretan yang terdapat pada film. Gambaran streaking bisa berbentuk jalur berwarna hitam atau bisa berbentuk jalur seperti berminyak pada permukaan film yang bisa dilihat saat film dimiringkan. Penyebab streaking adalah sebagai berikut :


(30)

15

a. Selama pembangkitan film non agitasi.

b. Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan developer menetes kebawah.

c. Adanya residu fixer yang mengering. 10. Yellow patch

Yellow patch adalah bercak-bercak kuning yang terdapat pada film setelah setelah film dikeringkan dan disimpan beberapa saat. Penyebab yellow patch adalah penggunaan cairan prosesing yang sudah kadaluarsa. Secara spesifik yellow patch disebabkan oleh :

a. Waktu pembangkitan terlalu lama di developer yang sudah lama. b. Pembilasan yang tidak cukup pada film.

c. Memakai fixer yang sudah lama. 11. Reticulation

Reticulation adalah bergelombangnya film pada sisi emulsi. Reticulation terjadi karena suhu yang tinggi baik pada developer, fixer maupun pengeringan.

Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka suhu developer dan fixer dijaga pada suhu standar yaitu 18ºC-20ºC dan suhu pengeringan tidak boleh melebihi 50ºC.

12. Frilling

Frilling adalah proses lepasnya emulsi dari base film. Frilling terjadi jika proses reticulation berlanjut, ini berarti frilling terjadi ketika suhu yang digunakan baik pada developer, fixer dan pengeringan melebihi dari suhu yang menyebabkan film mengalami reticulation.

Jika frilling terjadi maka film akan tampak bening karena emulsi sudah lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan reticulation yaitu jaga suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu standar.

13. Light patch

Light patch adalah jalur terang yang berada pada film. Penyebab terjadinya light patch adalah :

a. Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan terang seperti tulang.


(31)

16

b. Adanya artefact pada IS (intensifying screen).

c. Terjadinya percikan fixer sebelum dilakukan pembangkitan. 14. Film terbakar

Film terbakar adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya tampak. Sebagaimana diketahui bahwa film sangat sensitif terhadap cahaya tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai film maka film akan terbakar. Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor, dimana didalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar. Selain itu, film terbakar juga bisa diakibatkan kelalaian petugas kamar gelap yang lupa menutup box film saat membuka pintu kamar gelap.

Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada cahaya yang masuk kedalam kamar gelap dan pastikan juga box film dalam keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.

Dengan banyaknya faktor-faktor penyebab reject analysis film maka kita harus lebih berhati-hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi penolakan bahkan pengulangan foto yang dapat merugikan berbagai pihak.

2.5 Densitometer

Densitometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kehitaman suatu titik pada sebuah film radiografi. Densitometer sangat diperlukan untuk menghasilkan citra radiografi yang berkualitas baik. Densitometer merupakan alat yang penting bagi operator radiografi karena dapat membantu menghasilkan citra yang berkualitas sehingga mempermudah dokter dalam menginterpretasikan citra tersebut dengan baik. Alat ini juga penting untuk membantu operator dalam mencari metode paling efektif dan aman dalam proses pemaparan radiasi untuk menghasilkan citra yang baik. Pada gilirannya, pasien yang akan sangat diuntungkan karena tidak mendapat pemaparan radiasi yang berlebihan.


(32)

17

Gambar 2.8 Densitometer

Jika dibuat dalam bentuk sketsa begini lah densitometer tersebut

Gambar 2.9 Sketsa densitometer

Cara Kerja densitometer adalah sebagai berikut :

a. Film diletakkan menempel diantara sumber cahaya dan sensor

b. Selanjutnya sumber cahaya dihidupkan sehingga lampu akan menyala c. Cahaya yang melewati film akan ditangkap oleh sensor fotoelektrik.

d. Semakin hitam film yang diukur maka semakin sedikit cahaya yang diterima oleh sensor maka nilai densitas akan semakin tinggi.


(33)

18

2.6 Fog level

Fog film merupakan kegagalan dalam radiografi berupa hasil film yang tampak berkabut, hasil radiografi menghasilkan densitas film yang tidak diinginkan (menghitam), sehingga kontras radiografinya berkurang. Fogadalah densitas yang tidak berguna yang tampak seperti kabut dan menutupi sebagian gambaran yang dibutuhkan. Fog disebabkan karena adanya radiasi hambur yang tidak beraturan yang mengenai film atau kesalahan penggunaan cairan kimia. Selain itu terjadinya fog disebabkan adanya kesalahan yang terjadi dalam kamar gelap. Kesalahan ini sebagian besar terjadi karena penggunaan lampu pengaman yang tidak tepat, diantaranya pemilihan warna lampu yang tidak sesuai dengan jenis film rontgen dan jarak lampu pengaman yang terlalu dekat dengan meja kerja.

2.7 Kurva Karakteristik

Gambar 2.10 Kurva karakteristik

Pada gambaran radiograf, nilai densitas bervariasi mulai dari 0,2 pada bagian yang transparan s/d 3,5 atau 4 pada bagian yang paling gelap. Daerah abu-abu yang merupakan daerah yang paling sering digunakan mempunyai densitas mendekati 1. Seperti yang ditanyatan diatas bahwa nilai densitas bervariasi dari


(34)

19

nilai dari mulai 0,2 sampai dengan 4. Nilai paling bawah tidak bisa sampai 0 dikarenakan terdapatnya basic fog pada masing-masing film.

Seperti sudah diketahui bersama bahwa basic fogakan menyebabkan adanya densitas yang telah dibentuk meskipun film belum dieksposi. Nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah film bisa sampai 4 jika film memiliki kehitaman sempurna, namun biasanya film pada radiografi jarang yang densitasnya mencapai 4.Nilai densitas yang bisa membentuk gambaran pada film dan bisa dilihat oleh mata biasa disebut dengan usefull density. Nilai usefull density berkisar antara 0,25 - 2. Pada kurva karakteristik, nilai usefull density berada pada daerah staright line portion atau daerah yang lurus pada kurva karakteristik.


(35)

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode eksperimen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.

2. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 5 Maret 2015 sampai dengan 6 April 2015

3.3 Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Densitometer

Merek : Digital Densitometer II Model : 07-424

No.Seri : C 1912112100 Buatan : Victoreen, USA 2. Film radiography

Merek : AGFA

Jenis : Green sensitive 3. Lampu safelight

Jenis : Pijar Merek : Philips 4. Filter

Jenis : Fiber Warna : Merah 5. Meteran

6. Bahan Processing Merek : Kodak


(36)

21

3.4 Prosedur kerja penelitian

Di dalam melakukan penelitian, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu variasi jarak dan dengan penggunaan daya safelight 5 watt dan 15 watt dengan ketebalan filter mulai dari 1 mm sampai dengan 6 mm.

1. Tahap pertama diatur :

a. Daya safelight : 5 watt b. Tebal filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm

c. Jarak : 40 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.

2. Tahap kedua diatur :

a. Daya safelight : 5 watt b. Tebal filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm c. Jarak : 60 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan


(37)

22

selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.

3. Tahap ketiga diatur :

a. Daya safelight : 5 watt b. Tebal filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm

c. Jarak : 80 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.

4. Tahap keempat diatur:

a. Daya safelight : 5 watt b. Tebal Filter : 1 mm 2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm c. Jarak : 100 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.


(38)

23

5. Tahap kelima diatur :

a. Daya safelight : 5 watt b. Tebal filter : 1 mm 2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm c. Jarak : 120 cm

Selanjutnya dengan daya lampu 15 watt dan variasi jarak serta pertambahan tebal filter mulai 1 mm sampai dengan 6 mm

1. Tahap pertama diatur :

a. Daya safelight : 15 watt b. Tebal filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm c. Jarak : 40 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.

2. Tahap kedua diatur :

a. Daya safelight : 15 watt b. Tebal filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm


(39)

24

5 mm 6 mm

c. Jarak : 60 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.

3. Tahap ketiga diatur :

a. Daya safelight : 15 watt b. Tebal filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm

c. Jarak : 80 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.

4. Tahap keempat diatur:

a. Daya safelight : 15 watt b. Tebal Filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm c. Jarak : 100 cm


(40)

25

5. Tahap kelima diatur :

a. Daya safelight : 15 watt b. Tebal filter : 1 mm

2 mm 3 mm 4 mm 5 mm 6 mm c. Jarak : 120 cm

Setelah semua bahan disediakan maka sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu lampu safelight tidak dinyalakan kemudian diambil 1 lembar film radiography yang belum terekspose dan diletakkan di bawah safelight. Kemudian lampu safelight dihidupkan selama 5 menit. Dan selanjutnya film diproses dalam automatic processing dan diukur densitasnya dengan menggunakan Densitometer.

3.5 Variabel penelitian 3.5.1 Variabel bebas

Yang merupakan variabel bebas yaitu : a. Ketebalan filter

Ketebalan filter dalam penelitian ini divariasikan mulai dari 1 mm sampai dengan 6 mm.

b. Daya safelight

Daya safelight yang divariasikan dalam penelitian ini antara 5 watt sampai dengan 15 watt.

c. Jarak safelight

Jarak safelight dalam penelitian ini divariasikan mulai dari 40 cm sampai 120 cm.

3.5.2 Variabel terikat Fog film

Fog adalah densitas yang tidak berguna yang tampak seperti kabut yang mengenai film. Dalam penelitian ini akan diketahui berapa nilai densitas fog yang dihasilkan dan diukur dengan menggunakan densitometer.


(41)

26

3.6 Diagram Flow Chart

Mulai

Menyiapkan Alat dan bahan

Pelaksanaan Penelitian dengan memberikan cahaya lampu safelight dengan parameter yang sudah disetting

Jarak, filter, daya

Film di prosesing dan siap diukur

Proses pengukuran dengan densitometer

Selesai Hasil ditampilkan dalam bentuk kartabel


(42)

27

3.7 Pengolahan dan Analisa data

Dari hasil pengukuran densitas dengan menggunakan Densitometer pada tiap step dihitung rata-ratanya dan dicatat dalam tabel. Dan dari data-data yang terkumpul pada tabel, selanjutnya dibandingkan dengan nilai densitas film berikutnya, dan ditampilkan dalam bentuk kurva.


(43)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitan dengan menggunakan film radiography dengan variasi perbedaan ketebalan filter, daya serta jarak kemudian diukur dengan alat densitometer maka diperoleh hasil sebagai berikut :

4.1.1 Daya lampu 5 watt

Pada penggunaan daya lampu 5 watt dengan variasi ketebalan filter 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm dan jarak safelight 40 cm, 60 cm, 80 cm, 100 cm, 120 cm kemudian diukur nilai densitas pada film sebanyak 5 titik dengan menggunakan alat densitometer, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.1 Nilai densitas rata-rata pada daya lampu 5 watt Tebal filter 1 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,99 0,98 0,97 0,96 0,95 0,97

60 0,94 0,94 0,93 0,92 0,92 0,93

80 0,91 0,9 0,89 0,88 0,88 0,892

100 0,87 0,87 0,86 0,85 0,84 0,858

120 0,83 0,82 0,81 0,8 0,8 0,812

Tebal fiter 2 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,85 0,84 0,84 0,83 0,83 0,838

60 0,82 0,82 0,81 0,8 0,79 0,808

80 0,78 0,78 0,77 0,76 0,76 0,77

100 0,75 0,74 0,73 0,72 0,72 0,732

120 0,71 0,7 0,7 0,69 0,68 0,696

Tebal filter 3 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,72 0,71 0,71 0,7 0,69 0,706

60 0,68 0,68 0,67 0,66 0,65 0,668

80 0,64 0,63 0,62 0,62 0,61 0,624

100 0,6 0,59 0,59 0,58 0,57 0,586


(44)

29

Tebal filter 4 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,57 0,56 0,55 0,54 0,53 0,55

60 0,52 0,51 0,51 0,5 0,49 0,506

80 0,48 0,47 0,46 0,45 0,45 0,462

100 0,44 0,43 0,43 0,42 0,41 0,426

120 0,41 0,4 0,39 0,38 0,37 0,39

Tebal filter 5 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,43 0,42 0,41 0,41 0,41 0,416

60 0,4 0,39 0,39 0,38 0,38 0,388

80 0,37 0,37 0,36 0,35 0,35 0,36

100 0,34 0,33 0,33 0,33 0,32 0,33

120 0,31 0,3 0,29 0,29 0,28 0,294

Tebal filter 6 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,31 0,3 0,29 0,29 0,28 0,294

60 0,27 0,26 0,25 0,24 0,24 0,252

80 0,25 0,24 0,23 0,23 0,22 0,234

100 0,22 0,22 0,21 0,2 0,2 0,21

120 0,2 0,19 0,19 0,18 0,18 0,188

Dari hasil data diatas diperoleh grafik hubungan antara densitas fog dengan daya safeligh 5 watt.

Gambar 4.1 Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 5 watt 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

40 cm 60 cm 80 cm 100 cm 120 cm

D e n si ta s (D ) Jarak

Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 5 watt

Tebal filter 1mm

Tebal filter 2mm

Tebal filter 3mm

Tebal filter 4mm

Tebal filter 5mm


(45)

30

Dari tabel dan grafik diatas diperoleh nilai rata-rata densitas antara lain :

Dmin rata-rata pada daya 5 watt dengan ketebalan fiter 1 mm adalah 0,812 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,97 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 5 watt dengan ketebalan filter 2 mm adalah 0,696 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,838 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 5 watt dengan ketebalan fiter 3mm adalah 0,55 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,706 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 5 watt dengan ketebalan fiter 4 mm adalah 0,39 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,55 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 5 watt dengan ketebalan fiter 5mm adalah 0,294 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,416 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 5 watt dengan ketebalan fiter 6 mm adalah 0,188 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,294 D yaitu pada jarak 40 cm

4.1.2 Daya lampu 15 watt

Pada penggunaan daya lampu 15 watt dengan variasi ketebalan filter 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm dan jarak safelight 40cm, 60cm, 80cm, 100cm, 120cm kemudian diukur nilai densitas pada film sebanyak 5 titik dengan menggunakan alat densitometer, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.2 Nilai densitas rata-rata pada daya lampu 15 watt Tebal filter 1 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 1,6 1,59 1,58 1,57 1,56 1,58

60 1,55 1,54 1,53 1,53 1,52 1,534

80 1,51 1,5 1,5 1,49 1,48 1,496

100 1,47 1,46 1,45 1,44 1,44 1,452 120 1,43 1,42 1,41 1,41 1,4 1,414

Tebal filter 2 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 1,4 1,39 1,38 1,37 1,37 1,382

60 1,36 1,35 1,34 1,33 1,33 1,342

80 1,32 1,31 1,3 1,3 1,29 1,304

100 1,28 1,28 1,27 1,26 1,26 1,27 120 1,25 1,24 1,23 1,23 1,22 1,234


(46)

31

Tebal filter 3 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 1,21 1,2 1,19 1,18 1,18 1,192

60 1,17 1,16 1,15 1,15 1,14 1,154

80 1,13 1,12 1,12 1,11 1,1 1,116

100 1,09 1,08 1,07 1,06 1,06 1,072 120 1,05 1,04 1,03 1,03 1,02 1,034

Tebal filter 4 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 1,11 1,1 1 0,99 0,99 1,038

60 0,98 0,98 0,97 0,96 0,95 0,968 80 0,94 0,93 0,93 0,92 0,91 0,926

100 0,9 0,9 0,89 0,88 0,87 0,888

120 0,86 0,87 0,86 0,85 0,84 0,856 Tebal filter 5 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,83 0,82 0,81 0,8 0,8 0,812

60 0,79 0,78 0,78 0,77 0,76 0,776

80 0,75 0,75 0,74 0,73 0,73 0,74

100 0,72 0,71 0,7 0,69 0,68 0,7

120 0,67 0,66 0,65 0,65 0,64 0,654 Tebal filter 6 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,65 0,64 0,64 0,63 0,63 0,638

60 0,62 0,61 0,61 0,6 0,6 0,608

80 0,59 0,58 0,57 0,57 0,56 0,574 100 0,55 0,54 0,53 0,52 0,52 0,532 120 0,51 0,5 0,49 0,49 0,48 0,494


(47)

32

Dari hasil data di atas diperoleh grafik hubungan antara densitas dengan daya safelight 15 watt.

Gambar 4.2 Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 15 watt

Dari tabel dan grafik diatas diperoleh nilai rata-rata densitas antara lain :

Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 1 mm adalah 1,414 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,58 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 2 mm adalah 1,234 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,382 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 3 mm adalah 1,034 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,192 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 4 mm adalah 0,856 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,038 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 5 mm adalah 0,654 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,812 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 6 mm adalah 0,494 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,638 D yaitu pada jarak 40 cm.

0 0,5 1 1,5 2

40 cm 60 cm 80 cm 100 cm 120 cm

D e n si ta s (D ) Jarak

Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 15

watt

Tebal filter 1mm

Tebal filter 2mm

Tebal filter 3mm

Tebal filter 4mm

Tebal filter 5mm


(48)

33 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

40 cm 60 cm 80 cm 100 cm 120 cm

D e n si ta s( D ) Jarak

Grafik Densitas film pada daya safelight 5 watt dan 15 watt

5 Watt filter 1mm 15 watt filter 1mm 5 Watt filter 2mm 15 watt filter 2mm 5 Watt filter 3mm 15 Watt filter 3mm 5 Watt filter 4mm 15 Watt filter 4mm 5 Watt filter 5mm 15 Watt filter 5mm 5 Watt filter 6mm 15 Watt filter 6mm

Gambar 4.3 Grafik densitas film daya 5 watt dan 15 watt

4.2 Pembahasan

Densitas gambaran radiografi yang dapat dilihat oleh mata manusia terletak pada rentang 0,25-2,0 D.

Dalam penelitian ini diperoleh nilai densitas sebelum film dieksposi. Densitas yang dihasilkan tanpa adanya eksposi yang diberikan pada film disebut base plus fog. Rentang base density pada film radiografi yaitu pada 0,05-0,10 D. Prosesing film biasanya akan meningkatkan densitas fog sebesar 0,05-0,10 D. Total base plus fog jarang di bawah 0,10 D, tetapi tidak boleh melewati 0,2 D. Untuk mendapatkan nilai kontras rata-rata yaitu dengan menggunakan persamaan

� =����− ����

Dimana : C = Kontras

���� = Densitas maksimum

���� = Densitas minimum

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 5 watt D min = 0,18 D yaitu pada tebal filter 6 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 120 cm.


(49)

34

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 15 watt D min = 0,48 D yaitu pada tebal filter 6 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 120 cm.

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 5 watt D max = 0,99 D yaitu pada tebal filter 1 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 40 cm.

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 15 watt D max =1,6 D yaitu pada tebal filter 1 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 40 cm.

Dari hasil penelitian diatas diperoleh bahwa nilai densitas fog film pada penggunaan daya lampu safelight 15 watt mengalami kenaikan densitas fog jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai densitas fog film pada penggunaan daya lampu safelight 5 watt.


(50)

35 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Pada penggunaan daya lampu safelight 5 watt dengan ketebalan filter 6 mm dan jarak safelight terhadap film 120 cm diperoleh nilai densitas minimum rata-rata adalah Dmin rata-rata = 0,188 D.

2. Pemakaian lampu safelight dikamar gelap ruangan radiologi yang optimal untuk meminimalisir fog dalam penelitian ini adalah pada daya 5 watt dengan ketebalan filter 6 mm dan jarak 120 cm.

5.2 Saran

Dari rangkaian penelitian yang dilakukan maka untuk memperoleh hasil yang optimal sesuai yang diharapkan maka saran yang berguna adalah :

1. Sebaiknya dalam penggunaan lampu safelight kamar gelap radiologi harus diperhatikan berapa daya, jarak dan ketebalan filter yang optimal guna meminimalisir fog film.

2. Hendaknya seorang petugas kamar gelap selalu mengecek seluruh kesiapan prosesing film termasuk safelight yang berfungsi sebagai alat penerangan ketika prosesing berlangsung melalui metode-metode yang teruji agar pada gambaran radiografi tidak muncul gambar-gambar yang tidak diinginkan seperti fog.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Muklis, Dasar Dasar Proteksi Radiasi, Jakarta 2000

Arif Jauhari, 2000. Pusat Kajian Radiografi dan Imajing Perdana Jakarta

Chesney and Chesney. 1971. Radiographic Photography, third edition. London : Blackwell Scientific

Curry TJ, Dowdey JE, Murry RC, Crestensen’s,. 1990. Physics of Diagnostic Radiology, 4th ed, Philadelphia London : Lea & Febiger.

Jenkins D. 1990.Radiographic Photography. Aspen Publisher

Meredith, W.J., dan Massey, J.B.1977, Fundamental Physics of Radiology, John Wright and Sons Ltd., Bristol. © 2014

Setiyono, M.azam dan Evi Setiyawati 2009. 2009. Kajian Pengaruh Warna dan Jarak lampu pengaman terhadap hasil radiograf. Vol.12 No.1:1-5 Universitas Sumatera Utara. 2013. Panduan Tatacara Penulisan Skripsi dan


(1)

Tebal filter 3 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 1,21 1,2 1,19 1,18 1,18 1,192

60 1,17 1,16 1,15 1,15 1,14 1,154

80 1,13 1,12 1,12 1,11 1,1 1,116

100 1,09 1,08 1,07 1,06 1,06 1,072 120 1,05 1,04 1,03 1,03 1,02 1,034

Tebal filter 4 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 1,11 1,1 1 0,99 0,99 1,038

60 0,98 0,98 0,97 0,96 0,95 0,968 80 0,94 0,93 0,93 0,92 0,91 0,926

100 0,9 0,9 0,89 0,88 0,87 0,888

120 0,86 0,87 0,86 0,85 0,84 0,856 Tebal filter 5 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,83 0,82 0,81 0,8 0,8 0,812

60 0,79 0,78 0,78 0,77 0,76 0,776 80 0,75 0,75 0,74 0,73 0,73 0,74 100 0,72 0,71 0,7 0,69 0,68 0,7 120 0,67 0,66 0,65 0,65 0,64 0,654

Tebal filter 6 mm

Titik 1 2 3 4 5 Rata-rata

J a r (cm) a k

40 0,65 0,64 0,64 0,63 0,63 0,638

60 0,62 0,61 0,61 0,6 0,6 0,608

80 0,59 0,58 0,57 0,57 0,56 0,574 100 0,55 0,54 0,53 0,52 0,52 0,532 120 0,51 0,5 0,49 0,49 0,48 0,494


(2)

32

Dari hasil data di atas diperoleh grafik hubungan antara densitas dengan daya safelight 15 watt.

Gambar 4.2 Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 15 watt

Dari tabel dan grafik diatas diperoleh nilai rata-rata densitas antara lain :

Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 1 mm adalah 1,414 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,58 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 2 mm adalah 1,234 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,382 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 3 mm adalah 1,034 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,192 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 4 mm adalah 0,856 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 1,038 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 5 mm adalah 0,654 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,812 D yaitu pada jarak 40 cm. Dmin rata-rata pada daya 15 watt dengan ketebalan fiter 6 mm adalah 0,494 D yaitu pada jarak 120 cm, dan Dmax rata-rata adalah 0,638 D yaitu pada jarak 40 cm.

0 0,5 1 1,5 2

40 cm 60 cm 80 cm 100 cm 120 cm

D

e

n

si

ta

s

(D

)

Jarak

Grafik nilai densitas film dengan daya safelight 15

watt

Tebal filter 1mm Tebal filter 2mm Tebal filter 3mm Tebal filter 4mm Tebal filter 5mm Tebal filter 6mm


(3)

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

40 cm 60 cm 80 cm 100 cm 120 cm

D e n si ta s( D ) Jarak

Grafik Densitas film pada daya safelight 5 watt dan 15 watt

5 Watt filter 1mm

15 watt filter 1mm

5 Watt filter 2mm

15 watt filter 2mm

5 Watt filter 3mm

15 Watt filter 3mm

5 Watt filter 4mm

15 Watt filter 4mm

5 Watt filter 5mm

15 Watt filter 5mm

5 Watt filter 6mm

15 Watt filter 6mm

Gambar 4.3 Grafik densitas film daya 5 watt dan 15 watt

4.2 Pembahasan

Densitas gambaran radiografi yang dapat dilihat oleh mata manusia terletak pada rentang 0,25-2,0 D.

Dalam penelitian ini diperoleh nilai densitas sebelum film dieksposi. Densitas yang dihasilkan tanpa adanya eksposi yang diberikan pada film disebut base plus fog. Rentang base density pada film radiografi yaitu pada 0,05-0,10 D. Prosesing film biasanya akan meningkatkan densitas fog sebesar 0,05-0,10 D. Total base plus fog jarang di bawah 0,10 D, tetapi tidak boleh melewati 0,2 D. Untuk mendapatkan nilai kontras rata-rata yaitu dengan menggunakan persamaan

� =����− ����

Dimana : C = Kontras

���� = Densitas maksimum

���� = Densitas minimum

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 5 watt D min = 0,18 D yaitu pada tebal filter 6 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 120 cm.


(4)

34

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 15 watt D min = 0,48 D yaitu pada tebal filter 6 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 120 cm.

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 5 watt D max = 0,99 D yaitu pada tebal filter 1 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 40 cm.

Nilai densitas fog film yang dihasilkan pada penggunaan daya safelight 15 watt D max =1,6 D yaitu pada tebal filter 1 mm dengan jarak safelight terhadap film sejauh 40 cm.

Dari hasil penelitian diatas diperoleh bahwa nilai densitas fog film pada penggunaan daya lampu safelight 15 watt mengalami kenaikan densitas fog jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai densitas fog film pada penggunaan daya lampu safelight 5 watt.


(5)

35 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Pada penggunaan daya lampu safelight 5 watt dengan ketebalan filter 6 mm dan jarak safelight terhadap film 120 cm diperoleh nilai densitas minimum rata-rata adalah Dmin rata-rata = 0,188 D.

2. Pemakaian lampu safelight dikamar gelap ruangan radiologi yang optimal untuk meminimalisir fog dalam penelitian ini adalah pada daya 5 watt dengan ketebalan filter 6 mm dan jarak 120 cm.

5.2 Saran

Dari rangkaian penelitian yang dilakukan maka untuk memperoleh hasil yang optimal sesuai yang diharapkan maka saran yang berguna adalah :

1. Sebaiknya dalam penggunaan lampu safelight kamar gelap radiologi harus diperhatikan berapa daya, jarak dan ketebalan filter yang optimal guna meminimalisir fog film.

2. Hendaknya seorang petugas kamar gelap selalu mengecek seluruh kesiapan prosesing film termasuk safelight yang berfungsi sebagai alat penerangan ketika prosesing berlangsung melalui metode-metode yang teruji agar pada gambaran radiografi tidak muncul gambar-gambar yang tidak diinginkan seperti fog.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Muklis, Dasar Dasar Proteksi Radiasi, Jakarta 2000

Arif Jauhari, 2000. Pusat Kajian Radiografi dan Imajing Perdana Jakarta

Chesney and Chesney. 1971. Radiographic Photography, third edition. London : Blackwell Scientific

Curry TJ, Dowdey JE, Murry RC, Crestensen’s,. 1990. Physics of Diagnostic

Radiology, 4th ed, Philadelphia London : Lea & Febiger. Jenkins D. 1990.Radiographic Photography. Aspen Publisher

Meredith, W.J., dan Massey, J.B.1977, Fundamental Physics of Radiology, John Wright and Sons Ltd., Bristol. © 2014

Setiyono, M.azam dan Evi Setiyawati 2009. 2009. Kajian Pengaruh Warna dan

Jarak lampu pengaman terhadap hasil radiograf. Vol.12 No.1:1-5

Universitas Sumatera Utara. 2013. Panduan Tatacara Penulisan Skripsi dan