b. Adanya artefact pada IS intensifying screen.
c. Terjadinya percikan fixer sebelum dilakukan pembangkitan.
14. Film terbakar
Film terbakar adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya tampak. Sebagaimana diketahui bahwa film sangat sensitif terhadap
cahaya tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai film maka film akan terbakar. Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor,
dimana didalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar. Selain itu, film terbakar juga bisa diakibatkan kelalaian petugas kamar gelap yang
lupa menutup box film saat membuka pintu kamar gelap. Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada
cahaya yang masuk kedalam kamar gelap dan pastikan juga box film dalam keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.
Dengan banyaknya faktor-faktor penyebab reject analysis film maka kita harus lebih berhati-hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi
penolakan bahkan pengulangan foto yang dapat merugikan berbagai pihak.
2.5 Densitometer
Densitometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kehitaman suatu titik pada sebuah film radiografi. Densitometer sangat diperlukan
untuk menghasilkan citra radiografi yang berkualitas baik. Densitometer merupakan alat yang penting bagi operator radiografi karena dapat membantu
menghasilkan citra yang berkualitas sehingga mempermudah dokter dalam menginterpretasikan citra tersebut dengan baik. Alat ini juga penting untuk
membantu operator dalam mencari metode paling efektif dan aman dalam proses pemaparan radiasi untuk menghasilkan citra yang baik. Pada gilirannya, pasien
yang akan sangat diuntungkan karena tidak mendapat pemaparan radiasi yang berlebihan.
Gambar 2.8 Densitometer
Jika dibuat dalam bentuk sketsa begini lah densitometer tersebut
Gambar 2.9 Sketsa densitometer
Cara Kerja densitometer adalah sebagai berikut : a.
Film diletakkan menempel diantara sumber cahaya dan sensor b.
Selanjutnya sumber cahaya dihidupkan sehingga lampu akan menyala c.
Cahaya yang melewati film akan ditangkap oleh sensor fotoelektrik. d.
Semakin hitam film yang diukur maka semakin sedikit cahaya yang diterima oleh sensor maka nilai densitas akan semakin tinggi.
2.6 Fog level
Fog film merupakan kegagalan dalam radiografi berupa hasil film yang tampak berkabut, hasil radiografi menghasilkan densitas film yang tidak
diinginkan menghitam, sehingga kontras radiografinya berkurang. Fogadalah densitas yang tidak berguna yang tampak seperti kabut dan menutupi sebagian
gambaran yang dibutuhkan. Fog disebabkan karena adanya radiasi hambur yang tidak beraturan yang mengenai film atau kesalahan penggunaan cairan kimia.
Selain itu terjadinya fog disebabkan adanya kesalahan yang terjadi dalam kamar gelap. Kesalahan ini sebagian besar terjadi karena penggunaan lampu pengaman
yang tidak tepat, diantaranya pemilihan warna lampu yang tidak sesuai dengan jenis film rontgen dan jarak lampu pengaman yang terlalu dekat dengan meja
kerja.
2.7 Kurva Karakteristik
Gambar 2.10 Kurva karakteristik
Pada gambaran radiograf, nilai densitas bervariasi mulai dari 0,2 pada bagian yang transparan sd 3,5 atau 4 pada bagian yang paling gelap. Daerah abu-
abu yang merupakan daerah yang paling sering digunakan mempunyai densitas mendekati 1. Seperti yang ditanyatan diatas bahwa nilai densitas bervariasi dari
nilai dari mulai 0,2 sampai dengan 4. Nilai paling bawah tidak bisa sampai 0 dikarenakan terdapatnya basic fog pada masing-masing film.
Seperti sudah diketahui bersama bahwa basic fogakan menyebabkan adanya densitas yang telah dibentuk meskipun film belum dieksposi. Nilai
tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah film bisa sampai 4 jika film memiliki kehitaman sempurna, namun biasanya film pada radiografi jarang yang
densitasnya mencapai 4.Nilai densitas yang bisa membentuk gambaran pada film dan bisa dilihat oleh mata biasa disebut dengan usefull density. Nilai usefull
density berkisar antara 0,25 - 2. Pada kurva karakteristik, nilai usefull density berada pada daerah staright line portion atau daerah yang lurus pada kurva
karakteristik.
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian