ajakan untuk menggunakan dan pemanfaatan jamban sehingga masyarakat Tambak Lorok yang tidak memanfaatkan jamban sebagai tempat untuk
membuang kotoran menjadi tertarik untuk ikut berperan aktif dalam pemanfaatan jamban.
5.1.6 Hubungan Antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku KK
dalam pemanfaatan Jamban
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi – square didapatkan hasil p-
– value 0,002 RP= 4,547 ; 95 CI = 1,736 – 11,911. Hasil tersebut menunjukkan bahwaada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan
perilaku Kepala Keluarga dalam Pemanfaatan Jamban. Nilai Risk Prevalens RP sebesar 4,547 yang berarti responden yang memiliki
jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang akan memiliki perilaku memanfaatkan jamban sebesar 4,5 kali dibanding
dengan responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang. Hasil penelitian ini menyebutkan responden yang memiliki tanggungan 1-4
orang sebanyak 36,7 sudah memanfaatkan dan 63,3 tidak memanfaatkan. Sedangkan responden yang memiliki tanggungan 4 orang 8,1 sudah
memanfaatkan dan sisanya 91,9 tidak memanfaatkan. Walaupun secara uji statistik didapatkan hasil ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan
perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan jamban, tetapi responden yang memiliki jumlah anggota keluarga bukan catur warga di penelitian ini tidak begitu
memengaruhi tindakan seluruh kepala keluarga untuk ikut serta memanfaatkan jamban.
Berdasarkan temuan penelitian, kepala keluarga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 4 orang sebanyak 62 KK dan 57 KK
diantaranya tidak memanfaatkan. Hal ini disebabkan karena, ketika responden memiliki kelebihan dana, mereka lebih memilih untuk menggunakan dana
tersebut untuk kepentingan pendidikan, perbaikan rumah dan mencukupi pangan anggota keluarganya. Harapan dari Kepala Keluarga agar anak anaknya segera
menyelesaikan pendidikan dan segera membantu kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan hidup.
Kebanyakan responden yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang tidak memiliki jamban pribadi,alasannya karena tidak ada tempat
untuk membangun jamban pribadi akibat jumlah anggota keluarga yang banyak selain itu mereka sudah merasa cukup menggunakan jamban cemplung sebagai
tempat buang air besar BAB karena tidak menimbulkan bau dirumah responden. Dari penelitian ini menunjukan bahwa kesehatan belum menjadi prioritas utama
dalam keluarga, sehingga semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung oleh kepala keluarga maka semakin jauh pula keinginan responden untuk memiliki
jamban dan memanfaatkannya. Sejalan dengan penelitian Kathleen dan Elizabeth 2014 yang
menyebutkanbeberapa orangtua yang memiliki cukup dana dengan tanggungan anggota keluarga yang sedikitmemilih untuk menyekolahkan anaknya di Kota
Shimla, dan ketika anak anaknya kembali ke rumah, mereka merasa malu jika ada yang berkunjung kerumahnya dan mendapati lubang toilet yang kering
dirumahnya. Sehingga mereka memutuskan untuk membangun jamban pribadi.
5.1.7 Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan dengan Perilaku KK