Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan dengan Perilaku KK

5.1.7 Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan dengan Perilaku KK

dalam Pemanfaatan Jamban Hasil penelitian menunjukkan adanya dukungan dari petugas kesehatan terhadap perilaku kepala keluarga dalam pemanfaatan jamban dilihat dari 27 rersponden yang mendapat dukungan 8 responden 29,6 memanfaatkan dan 19 responden 70,4 tidak memanfaatkan, sedangkan dari 65 responden yang tidak mendapat dukungan hanya 8 responden 12,3 yang memanfaatkan dan sisanya 87,7 tidak memanfaatkan. Hasil analisis menggunakan uji chi – squarediperoleh p-value 0,068 RP = 2,407 ; 95 CI= 1,007 – 5,753. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan 0,068 0,05 antara peran petugas kesehatan dengan perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan jamban. Nilai Risk Prevalens RP sebesar 2,407 yang berarti jika responden yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan akan berpeluang memiliki perilaku memanfaatkan jamban sebesar 2 kali dibanding dengan responden yang tidak memiliki jamban. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Erlinawati 2009 yang menyebutkan ada hubungan bermakna antara pembinaan penggunaan jamban oleh petugas puskesmas terhadap perilaku keluarga dalam penggunaan jamban OR=4,5. Perbedaan penelitian dapat saja terjadi karena karakteristik responden yang berbeda, penelitian sebelumnya menggunakan ibu sebagai subyek dan dalam penelitian ini menggunakan kepala keluarga dengan kriteria inklusi sebagai responden. Pemukiman Tambak Lorok masih dalam lingkup kawasan kerja Puskesmas Bandarharjo, Adapun beberapa program kesehatan lingkungan dari puskesmas yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Jamban Keluarga Kegiatan: Inspeksi sanitasi rumah 2. Upaya Pembinaan PHBS Kegiatan : Kampanye PHBS kepada sasaran Rumah Tangga, Institusi pendidikan, Institusi Kesehatan, Institusi Tempat tempat umum, dan Institusi Tempat Kerja. Berdasarkan informasi dari petugas kesehatan di puskesmas Bandarharjo, inspeksi rumah pada program hanya sebatas pendataan rumah dan kepemilikan jamban. Untuk pendataan rumah diperoleh jumlah kepala keluarga di Tambak Lorok sebanyak 2.165 KK dengan kualitas bangunan 68 rumah permanen, 26 rumah semi permanen dan 6 bangunan non permanen. Sedangkan untuk kepemilikan jamban, dari 2165 KK hanya 436 KK yang memiliki jamban pribadi. Petugas kesehatan menyatakan sudah memberikan penyuluhan, serta informasi terkait pemanfaatan jamban pada saat inspeksi rumah, namun kegiatan ini tidak berlangsung terus menerus karena keterbatasan kemampuan petugas, karena di Puskesmas Bandarharjo hanya terdapat 1 petugas Promkesling yang juga merangkap sebagai Epid serta 1 petugas lapangan. Sehingga petugas sanitarian membentuk kader kesehatan di tiap RW di Tambak Lorok, yang diharapkan kader kader kesehatan tersebut yang akan mengajak dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam berperilaku hidup dan sehat. Selain program- program diatas, petugas kesehatan berupaya meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang lingkungan khususnya tentang pentingnya kepemilikan jamban bagi masyarakat serta pembinaan peran serta masyarakat yang belum memiliki jamban pribadi. Selain itu penerapan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM yang sudah terlaksana mulai tahun 2011. Namun informasi yang didapatkan pada saat penelitian, responden menyampaikan bahwa promosi tentang penggunaan dan pemanfaatan jamban baik yang sudah ada atau yang belum memiliki jamban tidak dilakukan dengan optimal oleh petugas kesehatan, kader ataupun aparat desa dan tokoh masyarakat setempat, ajakan untuk memanfaatkan jamban hanya dirasakan oleh beberapa responden saja. Selain itu tidak ada kegiatan atau pertemuan – pertemuan di kelurahan atau puskesmas yang membahas mengenai fungsi jamban. Promosi kesehatan hanya sebatas pada pengenalan saja serta pemberian bantuan jamban umum tanpa memberikan suatu pengetahuan yang mendalam kepada masyarakat mengenai jamban sehat dan pemanfaatannya. Peran petugas kesehatan yang dibutuhkan menurut I Nengah Darsana 2012 adalah pemberian motivasi, bimbingan teknis, penggerakan, pemberdayaan serta penyuluhan dari petugas puskesmas dibantu oleh kader kesehatan yang diharapkan petugas kesehatan dapat memberdayakan masyarakat dengan cara menumbuhkan serta meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga terciptanya lingkungan sehat serta aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan. Dari data- data diatas peneliti berasumsi program yang dimiliki oleh petugas kesehatan Puskesmas Bandarharjo sudah cukup baik, namun dalam pelaksanaannya belum dilakukan secara optimal oleh petugas kesehatan, selain itu jika dilihat dari sisi masyarakatnya kecenderungan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat PHBS masih rendah, selain itu mindset masyarakat yang mengharap bantuan jamban dari pemerintah dan masyarakat merasa diuntungkan dengan melakukan BABS di tepi laut karena tidak mengotori dan menimbulkan bau dirumah mereka.

5.1.8 Hubungan Antara Dukungan Aparat Desa, Tokoh Masyarakat dan