BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah
penulis baca diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Sunu Tedy Maranto, ST dalam
tesisnya di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2008, dengan judul “Tugas Pokok dan Fungsi Departemen Hukum dan HAM RI di Bidang Pelayanan
Hukum Pasca Amandemen UUD 1945” Studi Kasus di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut : 1 Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di bidang pelayanan hukum meliputi pelayanan jasa hukum,
pelayanan keimigrasian, pelayanan terhadap narapidana dan warga binaan pemasyarakatan, pelayanan penyuluhan
hukum serta pelayanan hak asasi manusia.
2 Di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah sekarang menggunakan nomenklatur
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pelaksanaan tugas pelayanan jasa hukum
dilaksanakan di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Balai Harta Peninggalan Semarang.
3 Pelayanan keimigrasian dilaksanakan di Kantor-Kantor Imigrasi yang ada di Jawa Tengah.
16
4 Pelayanan terhadap narapidana, tahanan dan warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan di Lembaga
PemasyarakatanRumah Tahanan Negara di Jawa Tengah. 5 Pelayanan penyuluhan hukum dan pelayanan HAM
dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah.
6 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang sebagian besar di bidang pelayanan hukum, Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah menghadapi berbagai permasalahankendala yuridis, seperti masalah
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, kurangnya anggaran, sarana dan prasarana, organisasi, kewenangan,
tidak adanya standar pelayanan dan standar biaya, integritas dan profesionalisme pegawai yang kurang, kesadaran
hukum masyarakat yang kurang dan kurangnya kualitas mutu pelayanan hukum Maranto, Tesis FH UNDIP;2008.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wilis dalam tesisnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2009, dengan
judul “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal Orang Asing di Indonesia” Studi wilayah Kantor Imigrasi kelas I khusus
Medan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu
izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum
administratif.
2 Sistem pengawasan keimigrasian oleh Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan dilakukan yang Pertama,
Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 40 huruf a, b, d dan e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Kedua,
Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992.
3 Penindakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui
batas waktu izin tinggal overstay dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada
hukum pidana dan hukum administratif, pelaksanaan penegakan hukum yang demikian itu mengakibatkan
terjadinya ketidakpastian hukum dalam penindakan pelanggaran melampaui batas waktu izin tinggal.
Pengaturan dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang menyebutkan
perbuatan overstay sebagai suatu perbuatan kriminal adalah tidak lazim di dunia internasional dan di dalam
pelaksanaannya hampir sebagian besar dilaksanakan secara hukum administratif Wilis, Tesis FH USUM;2009.
Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Agung Binarto dalam tesisnya di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan
Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Imigrasi Dalam Rangka Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Undang-
Undang Keimigrasian”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Pelaksanaan penyidikan pelanggaran undang-undang keimigrasian yang dilakukan oleh PPNS Keimigrasian
dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur KUHAP, dengan berbagai pengecualian sebagaimana yang diatur
secara khusus oleh undang-undang keimigrasian. Berdasarkan hasil penegakan hukum terhadap pelanggaran
undang-undang keimigrasian oleh PPNS Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi, diketahui bahwa sebagian
besar pelaku pelanggaran undangundang keimigrasian dikenakan sanksi yang bersifat tindakan administratif oleh
Pejabat Keimigrasian.
2 Kendala-kendala yang muncul atau dihadapi oleh aparat penyidik pegawai negeri sipil imigrasi dalam melaksanakan
tugasnya adalah : a Pengalokasian anggaran yang masih belum memadai
dalam menunjang kelancaran operasional tugas penyidikan pelanggaran keimigrasian. Modus operandi
kejahatan yang makin canggih, menimbulkan kesulitan dalam upaya melacak pelaku dan barang bukti.
Keadaan tersebut harus didukung oleh cost operasional yang mencukupi.
b Sumber daya manusia yang masih belum memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat
mempengaruhi kinerja dalam penegakan hukum
pelanggaran keimigrasian. Sampai saat ini belum ada standar tentang pendidikan PPNS, baik menyangkut
kurikulum, jangka waktu pendidikan maupun penyelenggaraan pendidikan.
c Selama ini PPNS masih merupakan suatu pekerjaan yang dilekatkan pada bidang atau kegiatan yang ada,
sehingga tugas penyidikan yang menjadi tanggung jawab PPNS belum sepenuhnya dapat ditangani.
d Koordinasi yang belum baik antara kepolisian dengan kejaksaan, sehingga berakibat terjadinya pengembalian
berkas perkara pelanggaran keimigrasian oleh kejaksaan sampai beberapa kali.
3 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan formulatif tentang kewenangan penyidikan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil agar penegakan hukum terhadap pelanggaran keimigrasian lebih optimal adalah :
a Cakupan wewenang PPNS keimigrasian perlu diperluas, setidak-tidaknya sama dengan kewenangan
penyidik Polri. b Pemberian penjelasan yang lebih rinci terhadap
kewenangan PPNS berupa “melakukan tindakan lainnya menurut hukum”.
c Mekanisme penyelesaian permasalahan berkas yang berlarut-larut dalam pemeriksaannya oleh kejaksaan.
d Perumusan secara tegas dan jelas pejabat mana yang bertanggung jawab sebagai pengendali, khususnya
dalam penegakan hukum undang-undang keimigrasian Binarto, Tesis FH UNDIP;2006.
2.2 Landasan Teori