PERAN DAN FUNGSI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN PENINDAKAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DI INDONESIA

(1)

 

 

 

PERAN DAN FUNGSI KANTOR WILAYAH

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH

DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN

PENINDAKAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG

ASING DI INDONESIA (STUDI DI KANTOR WILAYAH

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Eka Rendytia Faizal 8150408069

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)” yang ditulis oleh Eka Rendytia Faizal telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Sartono Sahlan, M.H Arif Hidayat, S.H.I., M.H NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19790722 200801 1 008

Mengetahui,

Pembantu Dekan Bidang Akademik

Drs. Suhadi, S.H., M.Si.


(3)

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang pada tanggal

Panita :

Ketua Sekretaris

Drs. Sartono Sahlan, M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si. NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19671116 199309 1 001

Penguji Utama

Tri Sulistiyono, S.H., M.H

NIP. 19750524 200003 1 002

Penguji I Penguji II

Drs. Sartono Sahlan M.H. Arif Hidayat, S.H.I., M.H


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini yang berjudul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)” benar-benar hasil karya sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 5 Februari 2013

Penulis,

Eka Rendytia Faizal


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

(1) “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah

dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (Qs. At-Taubah, 9:20).

(2) “Tiada seorangpun yang keluar dari rumahnya dalam rangka mencari ilmu,

kecuali Allah memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Ath Thabrani).

(3) “Hidup pasti akan mengalami perpindahan, berpindahlah dari kehidupan yang

dulu kurang baik menjadi yang lebih baik lagi” (Eka Rendytia F).

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

(1) Kedua orang tuaku (Bapak Moh. Taufik, BA dan

Ibu Endang Supriyatni, S.Pd) yang menjadi penyemangat dan motivasi hidupku.

(2) My Brother Ricko Dwi Pambudi.

(3) Seluruh Keluarga Besarku.

(4) Temen Kost Dewi Sartika 83A Koplak.

(5) Sahabat-sahabatku “JALANG”.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, anugerah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)”. Dengan selesainya skripsi ini dalam menempuh studi strata 1 di Fakultas Hukum. Penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas

Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Sartono Sahlan, M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang dan sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suhadi, S.H., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Tri Sulistiyono, S.H., M.H. sebagai Ketua Bagian Hukum Tata

Negara.

5. Bapak Arif Hidayat, S.H.I, M.H., sebagai Dosen Pembimbing II yang

dengan kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.


(7)

6. Ibu Anis Widyawati, S.H., M.H. sebagai Dosen Wali yang juga turut memberikan pengarahan dan perhatiannya selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

yang memberikan ilmu yang sangat berharga selama pendidikan.

8. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Bapak Jusuf Perdana, S.H., MH., Kepala Bidang Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah bersedia diwawancarai.

10.Ibu Sri Warnati, S.H., Kepala Sub Bidang Sistem Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah bersedia diwawancarai.

11.Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kepala Sub Seksi Penindakan

Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang yang telah bersedia diwawancarai.

12.Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kepala Sub Seksi Pengawasan

pada Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang yang telah bersedia diwawancarai.

13.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Moh. Taufik, BA dan Ibu Endang

Supriyatni, S.Pd, serta adiku Ricko Dwi Pambudi yang selalu mendoakan dan memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi..


(8)

14.Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

15.Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanganku di Fakultas Hukum

UNNES terimakasih untuk kebersamaan dan dukungannya.

16.Almamaterku, Universitas Negeri Semarang serta semua pihak yang

telah berperan hingga terwujud skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baiknya mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T dan akhirnya sebagai harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memenuhi persyaratan di dalam menyelesaikan pendidikan sarjana dan bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Semarang, 5 Februari 2013 Penulis

Eka Rendytia Faizal


(9)

ABSTRAK

Faizal, Eka Rendytia. 2012. Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia (Studi di Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah). Skripsi, Program Studi

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Sartono Sahlan, S.H., M.H., Pembimbing II: Arif Hidayat, S.H.I., M.H.

Kata Kunci: Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Orang Asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

Mobilitas orang asing di Indonesia, khususnya Wilayah Jawa Tengah sangat banyak dan bermacam-macam. Untuk itu diperlukan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah mempunyai peran dan fungsi dalam pengawasan dan penindakan terhadap orang asing, sebagaimana telah diatur di Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Masalah yang diteliti meliputi: (1) Apa saja peran dan fungsi Kantor Wilayah kementerian hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?; (2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah kementerian hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?; dan (3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah kementerian hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut?. Data diperoleh melalui wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan proses pengabsahan data menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi dengan analisis data melalui kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi data. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa (1) Peran Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah yaitu sebagai koordinator dalam pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing; Pembina kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing; dan Penegak hukum di bidang keimigrasian. (2) Kendala Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah dalam melaksanakan peran tersebut antara lain kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia para pegawai; dan Anggaran kerja untuk kegiatan pengawasan dan penindakan orang asing tidak aplikatif dengan rencana kerja. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah efektifitas pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing oleh Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia pegawai, serta terbatasnya anggaran. Saran agar lebih mengutamakan dan meningkatkan kedisiplinan, integritas dan kinerja secara optimal dalam melaksanakan peran dan fungsi dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing, serta lebih memperhatikan terjaminnya penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvii

i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 9

1.2.2 Batasan Masalah ... 10

1.3 Rumusan Masalah ... 11


(11)

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 16

2.2 Landasan Teori ... 19

2.2.1 Pengertian peran dan fungsi ... 19

2.2.2 Pejabat Imigrasi ... 21

2.2.2.1 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah ... 20

2.2.2.2 Kantor Imigrasi ... 25

2.2.3 Pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut Hukum Administrasi Negara ... 26

2.2.2.1 Pengawasan keimigrasian ... 26

2.2.2.2 Penindakan keimigrasian ... 28

2.2.4 Orang asing ... 29

2.3 Kerangka Berpikir ... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Penelitian ... 34

3.2 Pendekatan Penelitian ... 35

3.3 Spesifikasi Penelitian ... 35

3.4 Fokus Penelitian ... 36

3.5 Lokasi Penelitian ... 36


(12)

3.6.1 Data Primer ... 37

3.6.2 Data Skunder ... 38

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.8 Uji Keabsahan Data ... 42

3.9 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah ... 47

4.1.2 Mobilitas Orang Asing di Wilayah Jawa Tengah ... 57

4.1.3 Mekanisme Pengawasan dan penindakan Keimigrasian ... 62

4.1.4 Peran dan Fungsi Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 67

4.1.5 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 73

4.1.6 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut ... 76

4.2 Pembahasan ... 79

4.2.1 Peran dan Fungsi Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 79


(13)

4.2.2 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 85

4.2.3 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut ... 87

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1 Daftar Unit Pelaksana Teknis Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah ... 51 4.2 Jumlah orang asing di Wilayah Jawa Tengah periode Januari s/d Juli

Tahun 2012 ... 59 4.3 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I Semarang periode

Januari s/d Juli Tahun 2012 ... 60 4.4 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang periode

Januari s/d Juli Tahun 2012 ... 60 4.5 Data penindakan keimigrasian di Wilayah Jawa Tengah Tahun 2012 ... 61


(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman 2.1 Kerangka berpikir ... 31 3.1 Perbandingan Triangulasi ... 42 3.2 Komponen-komponen dan alur data kualitatif ... 45 4.1 Struktur organisasi Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah... 56 4.2 Alur dan bentuk pengawasan orang asing ... 64


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 4.1 Logo Kementerian Hukum dan HAM... 47


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah;

2. Struktur Kantor Imigrasi Se-Jawa Tengah;

3. SK Penetapan Dosen Pembimbing;

4. Surat Ijin Penelitian di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah;

5. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas I Semarang; 6. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang;

7. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah; 8. Laporan Selesai Bimbingan Skripsi;

9. Kartu Bimbingan Skripsi;

10.Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor

M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia


(18)

1.1

Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis dalam pergaulan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan arus lalu lintas orang masuk dan keluar wilayah Indonesia semakin meningkat. Kehadiran orang asing di Indonesia, di samping telah memberikan pengaruh positif, juga telah memberikan pengaruh negatif berupa timbulnya ancaman terhadap pembangunan itu sendiri. Banyaknya terjadi arus imigran gelap, penyelundupan orang, perdagangan anak dan wanita yang berdimensi internasional dan meningkatnya sindikat-sindikat internasional di bidang terorisme, narkotika, pencucian uang, penyelundupan dan lain-lain.

Menurut Wahyudin Ukun dalam bukunya Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian (2004 : 31),

Hukum Internasional memberikan hak dan wewenang kepada semua negara untuk menjalankan yurisdiksi atas orang dan benda serta perbuatan yang terjadi di dalam wilayah negara tersebut. Hal ini juga berarti bahwa setiap negara berhak untuk merumuskan hal ikhwal lalu lintas antar negara baik orang, benda maupun perbuatan yang terjadi di wilayahnya. Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di suatu wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek keimigrasian yang berlaku di setiap negara memiliki sifat


(19)

universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya.

Untuk mengatur hal tersebut, di Indonesia telah di atur dalam peraturan perundang-undangan yang mengaturnya yaitu, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-undang tersebut merupakan peraturan yang mengatur hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan terhadap orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.

Semua aspek keimigrasian juga didasarkan pada apa yang telah digariskan dalam UUD 1945 sebagai hukum dasar untuk operasionalisasi dan pengaturan tugas-tugas pemerintahan di bidang keimigrasian. Di dalam dasar-dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian disebutkan antara lain, bahwa pengaturan dan pelayanan di bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan Negara Republik Indonesia sebagai Negara hukum berdasarkan UUD 1945. Pengaturan keimigrasian ini tertuang dalam Undang – undang Dasar tahun 1945 Bab X pasal 26 yang memuat Warga Negara dan penduduk, dimana Warga Negara dan penduduk adalah subjek daripada keimigrasian itu sendiri.

Menurut JG Starke dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta: Sinar Grafik, 2000), “Pelaksanan pengaturan lalu lintas orang tersebut merupakan derivasi dari Negara untuk memberi izin atau melarang orang asing masuk ke dalam wilayahnya dan merupakan atribut esensial dari pemerintahan Negara yang berdaulat. Oleh karena itu seorang asing yang


(20)

memasuki wilayah Indonesia harus tunduk pada keimigrasian Indonesia” (Ratna, Tesis; 2009).

Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, “Pengertian keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasanya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan Negara”. Ada dua hal yang sangat mendasar dalam hal pengertian keimigrasian Indonesia yaitu pertama adalah aspek lalu lintas orang antar negara, sedang yang kedua adalah menyangkut pengawasan orang asing yang meliputi pengawasan terhadap masuk dan keluar, pengawasan keberadaan serta pengawasan terhadap kegiatan orang asing di Indonesia.

Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008 : 3), “Pengertian pengawasan dalam fungsi keimigrasian adalah keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan”. Pada awalnya pelaksanaan pengawasan hanya dilakukan terhadap orang asing saja, akan tetapi mengingat perkembangan dan dinamika masyarakat yang semakin kompleks, hal tersebut dilakukan secara menyeluruh, termasuk juga terhadap Warga Negara Indonesia, khususnya dalam hal penyalahgunaan dan pemalsuan dokumen perjalanan. Pengawasan orang asing dilakukan mulai saat memasuki, berada dan sampai meninggalkan Indonesia. Aspek pelayanan dan pengawasan ini tidak terlepas dari sifat wilayah Indonesia yang berpulau-pulau, dengan luas yang terbentang dari Sabang sampai


(21)

Marauke, terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, serta mempunyai jarak yang dekat bahkan berbatasan dengan beberapa Negara tetangga. Pengawasan keimigrasian mencakup penindakan keimigrasian atau penegakan hukum keimigrasian baik yang bersifat administratif maupun tindak pidana keimigrasian.

Dewasa ini luas lingkup dari keimigrasian tidak lagi mencakup pengaturan, penyelenggaraan keluar-masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia, serta pengawasan orang asing yang berada di wilayah Indonesia, akan tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia demi kepentingan umum, penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan mekanisme pemberian izin keimigrasian.

Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi Negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi Negara (Bagir Manan, 2000; 7).

Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008: 4), “di lihat dari sudut fungsi hukum keimigrasian tersebut, hukum keimigrasian tidak hanya otonom bergerak dalam lingkup hukum administrasi negara, namun juga


(22)

bersinggungan dan bertalian erat dengan hukum yang lain, seperti hukum ekonomi, hukum internasional dan hukum pidana.”

Proses penegakan hukum keimigrasian, pandangan tersebut sangat penting karena penentuan suatu kasus pelanggaran diselesaikan dengan proses hukum pidana atau administratif diletakkan pada kewenangan (diskresi) pejabat imigrasi. Untuk itu perlu ada batasan dan kategorisasi yang tegas dalam proses penegakan hukum yang dapat ditempuh yaitu antara tindakan hukum pidana dengan tindakan hukum administratif, sehingga tidak lagi digantungkan pada penilaian pejabat imigrasi tetapi didasarkan sistem atau peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan proses penyelesaian perkara keimigrasian secara cepat, efektif dan efisien.

Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, “Penindakan keimigrasian adalah suatu tindakan administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan”. Dalam pelaksanaannya, Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia karena alasan-alasan bahwa orang asing itu:

(a) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi

keamanan dan ketertiban umum;

(b) Tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang


(23)

Menurut Website Direktorat Jenderal Imigrasi (http://www.imigrasi.go.id) yang diakses pada tanggal 13 Desember 2011,

Keimigrasian di Indonesia sudah ada sejak jaman kolonial Belanda namun secara historis pada tanggal 26 Januari 1950 untuk pertama kalinya diatur langsung oleh pemerintah Republik Indonesia dan diangkat Mr. Yusuf Adiwinata sebagai Kepala Jawatan Imigrasi berdasarkan Surat Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat No. JZ/30/16 tanggal 28 Januari 1950 yang berlaku surut sejak tanggal 26 Januari 1950. Momentum tersebut hingga saat itu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Imigrasi oleh setiap jajaran Imigrasi Indonesia. Organisasi Imigrasi sebagai lembaga dalam struktur kenegaraan merupakan organisasi vital sesuai dengan sasanti “Bhumi Pura Purna Wibawa” yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa. Sejak ditetapkannya Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, maka sejak saat itu tugas dan fungsi keimigrasian di Indonesia dijalankan oleh Jawatan Imigrasi atau sekarang Direktorat Jenderal Imigrasi dan berada langsung di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah salah satu lembaga negara yang membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dipimpin oleh seorang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Nomenklatur kementerian ini telah mengalami beberapa kali perubahan. Mulai dari Departemen Kehakiman (1945-1999), Departemen Hukum dan Perundang-undangan (1999-2001), Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (2001-2004), dan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (2004-2009). Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi


(24)

Kementerian Negara, nomenklatur Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berubah lagi menjadi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hingga sekarang.

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah unsur pelaksana pemerintah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menyelenggarakan fungsi:

(a) perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

hukum dan hak asasi manusia;

(b)pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawab Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

(c) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

(d)pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas

pelaksanaan urusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah;

(e) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan (f) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya tersebut, dalam rangka asas dekonsentrasi, Kementerian Hukum dan HAM membagi dan atau melimpahkan kewenangannya kepada suatu instansi vertikal. Instansi vertikal di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM adalah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di Provinsi yang berada di bawah


(25)

dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Nomenklatur Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia ini juga mengalami beberapa kali perubahan mengikuti pusatnya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PR.07.10 Tahun 1982 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman, maka dibentuklah Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Jawa Tengah. Kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. Pada tahun 2005 dikeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dan sekarang ini Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menggunakan nomeklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Untuk melaksanakan tugasnya, yaitu pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT), yaitu Kantor Imigrasi (Kanim). Kantor Imigrasi di propinsi Jawa Tengah terdiri dari 6 (enam) Kanim, diantaranya Kanim Semarang, Kanim Surakarta, Kanim Cilacap, Kanim Pemalang, Kanim Pati, Kanim Wonosobo. Tiap-tiap Kanim mewakili beberapa Kabupaten dan Kota.


(26)

Apabila kita melihat fakta yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir terhitung dari bulan januari sampai bulan juli, mobilitas orang asing di Jawa Tengah semakin banyak. Berdasarkan data yang berada di Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah tercatat sebanyak 3216 orang asing.

Berdasarkan data di atas, kita dapat melihat banyaknya jumlah orang asing yang ada di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, untuk itu perlu dilakukan suatu pengawasan dan penindakan terhadap orang asing tersebut. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia”.

1.2

Identifikasi dan Batasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengangkat dan mendeskripsikan Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan Keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, maka tentu banyak masalah-masalah yang perlu diidentifikasi, di antaranya yaitu:

(1) Adanya mobilitas orang asing dan pelanggarannya serta penindakan


(27)

(2) Bentuk dan mekanisme pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Tugas ndan kewenangan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;

(4) Adanya kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;

(5) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia.

1.2.2 Batasan Masalah

Agar arah penelitian ini lebih terfokus, tidak kabur dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis merasa perlu untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah tersebut adalah :

(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;

(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;


(28)

(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut.

1.3

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1) Apa saja peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut?

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengetahui peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;


(29)

(2) Mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Mengetahui upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut.

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis.

(1) Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat

menunjang kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

(2) Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti

khususnya mengenai Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Menambah sumber khasanah pengetahuan tentang Peran dan fungsi

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia;


(30)

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1Bagi Peneliti

Peneliti dapat menemukan berbagai persoalan yang dihadapi tentang Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia. Dan menambah wawasan peneliti dalam bidang hukum khususnya hukum tata negara.

1.5.2.2Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat mengenai Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.

1.5.2.3Bagi Pemerintah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Indonesia khususnya dalam Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.

1.6

Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yang mencakup 5 (lima) Bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :

1.6.1 Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar kosong berlogo Universitas Negeri Semarang bergaris tengah 3 cm, lembar judul, lembar


(31)

pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan persembahan, kata pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Pokok Skripsi

Bagian pokok skripsi terdiri atas bab pendahuluan, teori yang digunakan untuk landasan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup. Adapun bab-bab dalam bagian pokok skripsi sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi mengenai teori-teori yang digunakan untuk landasan penelitian, diantaranya yaitu otoritas keimigrasian, pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut HAN, serta orang asing.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi mengenai metode yang digunakan, yaitu meliputi dasar penelitian, pendekatan penelitian, spesifikasi penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi mengenai hasil penelitian yang meliputi peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam


(32)

melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, dan upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut.

BAB V PENUTUP

Berisi mengenai simpulan dan saran. 1.6.3 Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir skripsi yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(33)

2.1

Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Sunu Tedy Maranto, ST dalam tesisnya di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2008, dengan judul “Tugas Pokok dan Fungsi Departemen Hukum dan HAM RI di Bidang Pelayanan Hukum Pasca Amandemen UUD 1945” (Studi Kasus di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia) di bidang pelayanan hukum meliputi pelayanan jasa hukum, pelayanan keimigrasian, pelayanan terhadap narapidana dan warga binaan pemasyarakatan, pelayanan penyuluhan hukum serta pelayanan hak asasi manusia.

(2) Di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan

HAM Jawa Tengah (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah) pelaksanaan tugas pelayanan jasa hukum dilaksanakan di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Balai Harta Peninggalan Semarang.

(3) Pelayanan keimigrasian dilaksanakan di Kantor-Kantor


(34)

(4) Pelayanan terhadap narapidana, tahanan dan warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara di Jawa Tengah.

(5) Pelayanan penyuluhan hukum dan pelayanan HAM

dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah.

(6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang sebagian

besar di bidang pelayanan hukum, Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah menghadapi berbagai permasalahan/kendala yuridis, seperti masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, kurangnya anggaran, sarana dan prasarana, organisasi, kewenangan, tidak adanya standar pelayanan dan standar biaya, integritas dan profesionalisme pegawai yang kurang, kesadaran hukum masyarakat yang kurang dan kurangnya kualitas mutu pelayanan hukum (Maranto, Tesis FH UNDIP;2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wilis dalam tesisnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2009, dengan judul “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal Orang Asing di Indonesia” (Studi wilayah Kantor Imigrasi kelas I khusus Medan). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1)Pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif.

(2)Sistem pengawasan keimigrasian oleh Kantor Imigrasi

Kelas I Khusus Medan dilakukan yang Pertama,

Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 40 huruf a, b,

d dan e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Kedua,

Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992.

(3)Penindakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui

batas waktu izin tinggal (overstay) dilaksanakan dalam

dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif, pelaksanaan penegakan hukum yang demikian itu mengakibatkan


(35)

terjadinya ketidakpastian hukum dalam penindakan pelanggaran melampaui batas waktu izin tinggal. Pengaturan dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang menyebutkan perbuatan overstay sebagai suatu perbuatan kriminal adalah tidak lazim di dunia internasional dan di dalam pelaksanaannya hampir sebagian besar dilaksanakan secara hukum administratif (Wilis, Tesis FH USUM;2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Agung Binarto dalam tesisnya di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Imigrasi Dalam Rangka Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Pelaksanaan penyidikan pelanggaran undang-undang

keimigrasian yang dilakukan oleh PPNS Keimigrasian dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur KUHAP, dengan berbagai pengecualian sebagaimana yang diatur secara khusus oleh undang-undang keimigrasian. Berdasarkan hasil penegakan hukum terhadap pelanggaran undang-undang keimigrasian oleh PPNS Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi, diketahui bahwa sebagian besar pelaku pelanggaran undangundang keimigrasian dikenakan sanksi yang bersifat tindakan administratif oleh Pejabat Keimigrasian.

(2) Kendala-kendala yang muncul atau dihadapi oleh aparat

penyidik pegawai negeri sipil imigrasi dalam melaksanakan tugasnya adalah :

(a) Pengalokasian anggaran yang masih belum memadai

dalam menunjang kelancaran operasional tugas penyidikan pelanggaran keimigrasian. Modus operandi kejahatan yang makin canggih, menimbulkan kesulitan dalam upaya melacak pelaku dan barang bukti. Keadaan tersebut harus didukung oleh cost operasional yang mencukupi.

(b) Sumber daya manusia yang masih belum memadai,

baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi kinerja dalam penegakan hukum


(36)

pelanggaran keimigrasian. Sampai saat ini belum ada standar tentang pendidikan PPNS, baik menyangkut kurikulum, jangka waktu pendidikan maupun penyelenggaraan pendidikan.

(c) Selama ini PPNS masih merupakan suatu pekerjaan

yang dilekatkan pada bidang atau kegiatan yang ada, sehingga tugas penyidikan yang menjadi tanggung jawab PPNS belum sepenuhnya dapat ditangani.

(d) Koordinasi yang belum baik antara kepolisian dengan

kejaksaan, sehingga berakibat terjadinya pengembalian berkas perkara pelanggaran keimigrasian oleh kejaksaan sampai beberapa kali.

(3)Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan

formulatif tentang kewenangan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil agar penegakan hukum terhadap pelanggaran keimigrasian lebih optimal adalah :

(a) Cakupan wewenang PPNS keimigrasian perlu

diperluas, setidak-tidaknya sama dengan kewenangan penyidik Polri.

(b) Pemberian penjelasan yang lebih rinci terhadap

kewenangan PPNS berupa “melakukan tindakan lainnya menurut hukum”.

(c) Mekanisme penyelesaian permasalahan berkas yang

berlarut-larut dalam pemeriksaannya oleh kejaksaan.

(d) Perumusan secara tegas dan jelas pejabat mana yang

bertanggung jawab sebagai pengendali, khususnya dalam penegakan hukum undang-undang keimigrasian (Binarto, Tesis FH UNDIP;2006).

2.2

Landasan Teori

2.2.1

Pengertian Peran dan Fungsi

Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward)


(37)

terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.

Makna peran menurut Suhardono, yaitu pertama penjelasan historis. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. (http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html)

Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia merupakan “kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan”. Sedangkan dalam ilmu administrasi negara, fungsi adalah “sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya”.

Berdasarkan pengertian masing-masing dari kata peran dan fungsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi peran dan fungsi adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai serta kedudukannya yang memiliki aspek khusus serta saling berkaitan satu sama lain menurut sifat atau pelaksanaannya untuk mencapai tujuan tertentu dalam sebuah organisasi.


(38)

2.2.2 Pejabat Imigrasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, pejabat imigrasi adalah “pegawai yang telah melalui pendidikan khusus keimigrasian dan memiliki keahlian teknis keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab berdasarkan undang-undang ini”.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Penindakan Keimigrasian, pejabat imigrasi adalah “pejabat teknis keimigrasian atau pejabat lain yang karena status atau kedudukannya mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab di bidang keimigrasian”.

Dalam hal pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di wilayah Jawa Tengah, pejabat imigrasi yang mempunyai kewenangan untuk bertindak adalah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dalam hal mengenai keimigrasian yaitu kantor imigrasi.

2.2.2.1Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia merupakan instansi vertikal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang berkedudukan di setiap propinsi, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Kantor


(39)

Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari beberapa divisi, yaitu :

(1) Divisi Administrasi, yang bertugas membantu Kepala

Kantor Wilayah dalam melaksanakan pembinaan teknis di wilayah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Administrasi melaksanakan fungsi :

(a) Koordinasi penyusunan pelaksanaan kebijakan teknis,

rencana dan program serta laporan;

(b) Pelaksanaan urusan keuangan dan perlengkapan; dan

(c) Pengelolaan urusan kepegawaian, hubungan

masyarakat, tata usaha dan rumah tangga di lingkungan Kantor Wilayah.

(2) Divisi Pemasyarakatan, yang bertugas membantu Kepala

Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di Bidang Pemasyarakatan berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Pemasyarakatan melaksanakan fungsi :

(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang

pemasyarakatan;

(b) Pengkoordinasian pelaksanaan teknis di bidang

pemasyarakatan; dan

(c) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan teknis di

bidang pemasyarakatan.

(3) Divisi Keimigrasian, yang bertugas membantu Kepala


(40)

Wilayah di Bidang Keimigrasian berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Keimigrasian melaksanakan fungsi :

(a) Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

pengamanan teknis operasional di bidang keimigrasian;

(b) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal dan status keimigrasian;

(c) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi;

(d) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang sistem informasi keimigrasian; dan

(e) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang intelijen keimigrasian dan tempat pemeriksaan imigrasi.

(4) Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, yang bertugas

membantu Kepala Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di bidang Pelayanan Hukum dan HAM berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Pelayanan Hukum dan HAM melaksanakan fungsi :

(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang hukum;

(b) Pengkoordinasian pelayanan teknis di bidang hukum;

(c) Pelayanan administrasi hukum umum dan jasa hukum

lainnya;

(d) Pelayanan penerimaan permohonan pendaftaran di

bidang hak kekayaan intelektual;

(e) Pelaksanaan litigasi dan sosialisasi di bidang hak

kekayaan intelektual;

(f) Pelaksanaan pemenuhan, pemajuan, perlindungan dan

penghormatan hak asasi manusia;

(g) Pengembangan budaya hukum, pemberian informasi

hukum, penyuluhan hukum dan desiminasi hak asasi manusia;

(h) Pengkoordinasian program legislasi daerah;

(i) Pelaksanaan pengkoordinasian jaringan dokumentasi

dan informasi hukum; dan

(j) Pengawasan pelaksanaan teknis di bidang hukum (Pasal

5 Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).


(41)

Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia) menyatakan bahwa Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam wilayah Provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi :

(1) Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan

pengawasan;

(2) Pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia;

(3) Penegakan hukum di bidang pemasyarakatan, keimigrasian,

administrasi hukum umum, dan hak kekayaan intelektual;

(4) Perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan

penghormatan hak asasi manusia;

(5) Pelayanan hukum;

(6) Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi

hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia; dan

(7) Pelaksanaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang

administrasi di lingkungan Kantor Wilayah (Pasal 3 Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).

Untuk melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dibidangnya di wilayah masing-masing ada pada Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit Pelaksana Teknis bertanggungjawab dan wajib menyampaikan laporannya kepada Kepala Kantor Wilayah


(42)

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Unit Pelaksana Teknis Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari :

(1) Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS);

(2) Rumah Tahanan Negara (RUTAN);

(3) Cabang Rumah Tahanan Negara (CABRUTAN);

(4) Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN);

(5) Balai Pemasyarakatan (BAPAS);

(6) Kantor Imigrasi (KANIM);

(7) Rumah Detensi Imigrasi (RUDENIM); dan

(8) Balai Harta Peninggalan (BHP) (Pasal 56 Permenkumham

No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).

2.2.2.2Kantor Imigrasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, kantor imigrasi adalah “unit pelaksana teknis yang menjalankan fungsi keimigrasian di daerah kabupaten, kota, atau kecamatan”.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

(1)Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM di Bidang Keimigrasian wilayah yang bersangkutan;

(2)Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kantor Imigrasi

mempunyai fungsi:

(a) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Informasi dan

Sarana Komunikasi Keimigrasian;

(b)Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Lalu Lintas

Keimigrasian;

(c) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Status

Keimigrasian;

(d)Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Pengawasan


(43)

2.2.3

Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Dari Sudut

Hukum Administrasi Negara

2.2.3.1Pengawasan Keimigrasian

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi”.

Menurut Sondang P. Siagian, “pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan”. Fungsi pengawasan adalah mencegah dan menindak segala bentuk penyimpangan tugas-tugas pemerintah dari yang telah digariskan; dan menghindari/ mengoreksi kekeliruan baik yang disengaja atau tidak dalam rangka administrasi negara. Sedangkan tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah tujuan negara itu tercapai atau tidak (Arif Hidayat, 2009;73).

Sedangkan menurut pasal 66 (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pengawasan keimigrasian meliputi:

(1)Pengawasan terhadap Warga Negara Indonesia yang

memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar Wilayah Indonesia; dan


(44)

(2) Pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia.

Dalam hal ini, menurut pasal 68 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, pengawasan keimigrasian terhadap orang asing dilaksanakan pada saat permohonan Visa, masuk atau keluar, dan pemberian izin tinggal dilakukan dengan:

(1) Pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan

informasi;

(2) Penyusunan daftar nama orang asing yang dikenai

penangkalan dan pencegahan;

(3) Pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing

di Wilayah Indonesia;

(4) Pengambilan foto dan sidik jari; dan

(5) Kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara

hukum.

Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006), menjelaskan bahwa Pengawasan orang asing terdapat 2 (dua) macam, yaitu pengawasan administratif dan pengawasan operasional,

Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui penelitian surat-surat atau dokumen, berupa pencatatan, pengumpulan data dan penyajian maupun penyebaran informasi secara manual dan elektronik tentang lalu lintas keberadaan dan kegiatan orang asing . Sedangkan pengawasan operasional, yaitu pengawasan lapangan yang dilakukan berupa pemantauan, patroli, razia dengan mengumpulkan bahan keterangan, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak pidana keimigrasian. (Lucky, Tesis FH UNDIP; 2006).

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara koordinasi.

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan dengan koordinasi Menteri Hukum dan HAM bersama Badan atau Instansi Pemerintah yang terkait. Yang dimaksud koordinasi bersama


(45)

Badan atau Instansi yang terkait adalah bahwa pada dasarnya pengawasan orang asing menjadi tanggung jawab Menteri Hukum dan HAM dan Pejabat Imigrasi (Abdullah, 1993;89). 2.2.3.2Penindakan Keimigrasian

Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006), “Penindakan adalah melakukan suatu tindakan hukum administrasi terhadap orang yang tidak mentaati peraturan dan atau melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum”.

Sedangkan menurut Arif Hidayat dalam bukunya Hukum Administrasi Negara Lanjut, (Semarang: FH UNNES, 2009;35), yang dimaksud tindakan hukum pemerintahan adalah “ pernyataan kehendak sepihak dari organ pemerintah dan membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan hukum yang ada, maka kehendak organ tersebut tidak boleh mengandung cacat seperti kekhilafan, penipuan, paksaan, dan lain-lain yang menyebabkan akibat-akibat hukum yang tidak sah”.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, tindakan keimigrasian adalah “tindakan administrarif atau sanksi administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan”. Dalam pelaksanaannya, tindakan keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia karena alasan-alasan bahwa orang asing itu:

(1) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum;


(46)

(2) Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam hal ini, tindakan administratif keimigrasian yang sebagaimana telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 pasal 75 ayat (2), dapat berupa diantaranya yaitu:

(1) Pencantuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan;

(2) Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal; (3) Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu

di Wilayah Indonesia;

(4) Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia;

(5) Pengenaan biaya beban; dan/ atau (6) Deportasi dari Wilayah Indonesia.

2.2.3

Orang Asing

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang dimaksud orang asing adalah “orang yang bukan warga negara Indonesia”. Sedangkan menurut Austin Ranney, orang asing adalah “orang yang untuk sementara atau tempat bertempat tinggal di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai warga negara”.

Orang asing disebut juga dengan Warga Negara Asing (WNA). Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan, yang dimaksud Warga Negara Asing yang selanjutnya disingkat WNA adalah “orang-orang bangsa lain yang

disahkandengan undang-undang sebagai warga negara asing”.

Dalam Undang – undang Keimigrasian ditentukan, bahwa Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin


(47)

keimigrasian. Izin Keimigrasian tersebut dalam prakteknya adalah berupa izin masuk, yang diatur menurut kepentingan atapun tujuan masuknya orang asing ke wilayah Indonesia dan dari izin masuk diberikan izin tinggalnya.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, izin tinggal adalah “izin yang diberikan kepada orang asing oleh pejabat imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di Wilayah Indonesia”. Izin tersebut terdiri dari:

(1) Izin Singgah, diberikan kepada Orang Asing yang

memerlukannya singgah di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara;

(2) Izin Kunjungan, diberikan kepada Orang Asing berkunjung

ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dan dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha;

(3) Izin Tinggal Terbatas, diberikan kepada Orang Asing untuk

tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu terbatas;

(4) Izin Tinggal Tetap, diberikan kepada Orang Asing yang

untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia.

Dalam Undang-undang Keimigrasian juga ditentukan, bahwa untuk mendapatkan izin keimigrasian, setiap orang asing harus:

(1) Memiliki surat perjalanan yang sah; (2) Memiliki visa;

(3) Sehat, tidak menderita gangguan jiwaatau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum;

(4) Memiliki izin masuk kembali (reentry permit); (5) Mempunyai izin untuk masuk ke negara lain;

(6) Memberikan keterangan yang benar dalam memperoleh

surat perjalanan dan atau visa (Syahriful, Abdullah, 1993;84).


(48)

2.3

Kerangka Berpikir

Secara umum kerangka berpikir yang hendak di bangun dilihat dapat dalam bagan sebagai berikut:

2.3.1 Bagan

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Sumber: Analisis Peneliti 2013

(1) Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara; (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;

(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian;

(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.

Landasan Teori:

1.Teori peran dan fungsi; 2.Pejabat Imigrasi

3.Pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut HAN

4.Orang asing

Lembaga Negara:

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Yuridis empiris : 1. Wawancara

2. Dokumentasi

3.Studi Pustaka

Kendala Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia  Peran dan fungsi Kantor

Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia 

Upaya Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam mengatasi kendala tersebut 

Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam pelaksanaan pengawasan Pengawasan

dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia

Mengetahui Peran dan fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, mengetahui hambatan Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, serta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.

Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian hukum selanjutnya mengenai Peran dan fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia 

UUD 1945

Pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


(49)

2.3.2 Penjelasan:

2.3.2.1Input (input)

Peneliti mendasarkan penelitian ini pada dasar-dasar hukum yaitu: Pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara; Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian.

2.3.2.2Procees (proses)

Dasar-dasar hukum tersebut yang akan menjadi landasan sebagai fokus penelitian yang akan dilakukan mengenai 3 (tiga) permasalahan tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, dan mengkaji beberapa permasalahan yaitu :


(50)

(1) Bagaimanakah peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut? 2.3.2.3Output (tujuan)

Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, serta mengetahui upaya untuk mengatasi kendala tersebut.

2.3.2.4Outcome (manfaat)

Kerangka berfikir diatas merupakan sarana untuk mencapai hasil akhir dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian hukum selanjutnya dan memberi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan terkait dengan Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia.


(51)

3.1

Dasar Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam skripsi ini yaitu metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah “Penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya” (Moleong, 2009: 6). Sedangkan menurut Afifudin dan Saebani (2009: 57) metode penelitian kualitatif diartikan sebagai “Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (lawannya eksperimen) dimana peneliti merupakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi”.

Sesuai dasar penelitian tersebut maka penelitian ini diharapkan mampu mendeskripsikan tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.


(52)

3.2

Pendekatan Penelitian

Dilihat dari segi pendekatan penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris atau juga bisa disebut yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis empiris adalah “penelitian yang melihat dari

kenyataan atau data yang ada dalam praktik yang selanjutnya dihubungkan dengan ketentuan hukum yang berlaku” (Soemitro, 1985:9).

Metode ini bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala hukum yang akan diteliti dengan menekankan pemahaman permasalahan, khususnya pada peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.

3.3

Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya “Hasil penelitian ini berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti” (Soerjono Soekanto, 1985: 10). Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan peran dan fungsi Kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.


(53)

3.4

Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan tahapan yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif (dapat diubah sesuai dengan latar penelitian). Fokus penelitian pada dasarnya adalah “Masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya” (Moleong, 2009: 97).

Sesuai dengan pokok permasalahan, maka fokus dari penelitian ini yaitu :

(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;

(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam mengatasi kendala tersebut.

3.5

Lokasi Penelitian

Untuk menunjang informasi tentang Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia, maka penulis melakukan penelitian secara langsung ke Instansi


(54)

atau badan yang berwenang dengan masalah yang diteliti. Lokasi yang ditentukan penulis yaitu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian di Kantor Imigrasi kelas I Semarang dan Kantor Imigrasi kelas II Pemalang yang mana adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

3.6

Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah “Sumber dari mana data dapat diperoleh” (Meloeng, 2000: 114). Sumber data merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam setiap penelitian ilmiah, agar diperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah “Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai” (Moleong, 2009: 157). Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis yang dilakukan melalui wawancara yang diperoleh peneliti dari :

3.6.1.1Informan

Informan adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian” (Moleong, 2009: 132). Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(55)

(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid) Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem

Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

3.6.1.2Responden

Responden adalah “Orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat” (Arikunto, 2002: 122). Responden dalam penelitian ini yaitu:

(1) Bapak Afif Nur Anshari , S.H., selaku Staf Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(2) Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,selaku Kepala Sub Seksi

Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;

(3) Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., selaku Kepala Sub Seksi

Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang; dan (4) Emmy Hutapea, S.H., selaku pihak sponsor orang asing.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data dari penelitian kepustakaan dimana dalam data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yaitu sebagai berikut :


(56)

3.6.2.1Bahan Hukum Primer

Adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat. Berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas, yaitu meliputi :

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

(2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;

(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan

orang asing dan tindakan keimigrasian; dan

(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun

1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.

3.6.2.2Bahan Hukum Sekunder

Adalah bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum primer, dimana bahan hukum sekunder berupa buku literatur, hasil karya sarjana. Literatur tersebut antara lain:


(57)

(2) Buku-buku tentang Keimigrasian, Khususnya tentang pengawasan dan penindakan keimigrasian.

(3) Website-website tentang Keimigrasian, Khususnya tentang

pengawasan dan penindakan keimigrasian.

3.7

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam setiap pelaksanaan penelitian ilmiah untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun metode pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

3.7.1 Wawancara (Interview)

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara/percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (Meleong,

2006: 186).

Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui jawaban. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan informan dan responden, yaitu:

(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid)

Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;


(58)

(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(3) Bapak Afif Nur Anshari , S.H., selaku Staf Divisi Keimigrasian

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(4) Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,selaku Kepala Sub Seksi

Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;

(5) Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., selaku Kepala Sub Seksi

Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang; dan (6) Emmy Hutapea, S.H., pihak sponsor orang asing.

3.7.2 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu “Metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain sebagainya” (Arikunto, 1998: 236).

Metode dokumentasi adalah data pendukung yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan pencatatan terhadap data-data yang ada di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Kantor Imigrasi.


(59)

3.8

Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah “Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu” (Moleong, 2002: 178).

Teknik triangulasi dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut :

(1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara.

(2) Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di

depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi.

(3) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang

sewaktu diteliti dengan sepanjang waktu.

(4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pandangan orang seperti orang yang berpendidikan.

(5) Membandingkan suatu wawancara dengan suatu dokumen

yang berkaitan (Moleong, 2002: 178). Bagan 3.1

Perbandingan Triangulasi

Sumber: Moleong, 2002: 178

Berdasarkan pendapat Moleong diatas, maka peneliti melakukan perbandingan data yang telah diperoleh. Yaitu data-data sekunder hasil kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer yang diperoleh

Sumber yang berbeda

Teknik yang berbeda

Waktu yang berbeda


(60)

di fakta-fakta yang ditemui lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat dipercaya dan meyakinkan.

Peneliti melakukan validasi sendiri dengan memperhatikan hal-hal, diantaranya :

(1) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif;

(2) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik

maupun logistik.

3.9

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan data, maka diadakan suatu analisis data untuk mengolah data yang ada. Analisa data adalah “Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Moleong, 2002: 103).

Menurut Milles dan Huberman dalam Rachman (1999: 20), tahapan analisis data adalah sebagai berikut :

(1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan berkaitan dengan data

penelitian yang ada di lapangan yaitu peneliti melakukan wawancara dengan Pimpinan dan Staff di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Kantor Imigrasi. Adapun langkah-langkahnya adalah (a) mengurus surat ijin penelitian; (b) melakukan


(61)

penelitian; (c) penelitian di lapangan; (d) mendapatkan hasil wawancara; dan (d) dokumentasi.

(2) Reduksi Data

Yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Dimana reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi data yang peneliti lakukan antara lain dengan menajamkan hasil penelitian mengenai peran dan fungsi Kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, mengarahkan hasil penelitian sesuai dengan permasalahan peneliti dan membuang data yang tidak perlu. Pada tahap ini peneliti memilih data yang paling tepat yang disederhanakan dan diklasifikasikan atau dasar tema, memadukan data yang tersebar, menelusuri tema untuk data tambahan, dan membuat simpulan menjadi uraian singkat.

(3) Penyajian Data

Data-data yang diperoleh peneliti baik data primer maupun data sekunder kemudian dikumpulkan untuk diteliti kembali dengan menggunakan metode editing untuk menjamin data-data yang


(62)

diperoleh itu dapat dipertanggungjawabkan sesuai kenyataan yang ada, selanjutnya dilakukan pembetulan terhadap data yang keliru, dengan demikian dapat dilakukan penambahan data yang kurang lengkap yang kemudian disusun secara sistematis.

(4) Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Menarik simpulan yaitu suatu kegiatan utuh, simpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung, simpulan final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data akhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan yang ada di lapangan, penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan untuk catatan penelitian.

Bagan 3.2

Komponen-komponen dan Alur Data Kualitatif

Sumber: Milles dan Huberman dalam Rachman (1999: 120)

Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan menggunakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan

Pengumpulan Data

Penyajian Data 

Reduksi Data

Penarikan kesimpulan/


(63)

data. Karena data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data, setelah direduksi kemudian diadakan sajian data. Selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai dilakukan, maka diambil kesimpulan.


(64)

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1

Gambaran Umum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah

4.1.1.1 Logo Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Logo Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah lambang atau simbol yang terdiri dari gambar dan tulisan yang merupakan identitas resmi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Logo ini berbentuk segi empat dengan warna dasar biru tua, memuat gambar dan tulisan PENGAYOMAN di bawah berwarna kuning emas terang, sebagai berikut:

Gambar 4.1

Logo Kementerian Hukum dan HAM

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-05.UM.01.01 Tahun 2011 tentang Logo Kementerian


(65)

Sesuai dengan Pasal 6 dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-05.UM.01.01 Tahun 2011 tentang Logo Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 433) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

(1) Logo menggambarkan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia yang memuat:

a. Tulisan : PENGAYOMAN;

b. Gambar : 1. 5 (lima) garis busur;

2. 2 (dua) garis tegak lurus sejajar; dan 3. Garis siku kanan dan garis siku kiri; c. Tata Warna : 1. Warna biru tua sebagai dasar; dan

2. Warna emas pada garis lukisan logo dan tulisan PENGAYOMAN.

(2) Makna tulisan PENGAYOMAN sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a berarti mengayomi dan melindungi seluruh rakyat Indonesia di bidang hukum dan hak asasi manusia.

(3) Makna gambar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

sebagai berikut:

a. 5 (lima) garis busur melambangkan Pancasila yang merupakan


(66)

b. 2 (dua) garis tegak lurus sejajar yang mempunyai makna

demokrasi dan keadilan untuk mewujudkan kesejahteraan

bangsa Indonesia; dan

c. Garis siku kanan bermakna hukum dan garis siku kiri

bermakna hak asasi manusia yang menjunjung tinggi agama dan moral.

(4) Makna warna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sebagai

berikut:

a. Warna biru tua sebagai dasar yang mempunyai makna amanah,

keamanan, keteraturan, kedalaman makna jati diri bangsa, percaya diri, ketertiban, dan inovasi teknologi; dan

b. Warna emas bermakna keagungan, keluhuran, dan kewibawaan.

4.1.1.2. Profil Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah merupakan instansi vertikal Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah terletak di Jl. Dr. Cipto No. 64 Semarang. Sekarang ini selaku Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) adalah Bapak Muqowimul Aman, Bc.IP, SH.

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah yang semula menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Keputusan


(1)

3. Upaya yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut yaitu sebagai berikut:

(1)Upaya terhadap kendala kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pegawai, yaitu dengan cara:

- Mengadakan pendidikan rintisan gelar untuk para pegawai dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI untuk pemberian beasiswa Strata 2 dan Strata 3. Selain itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah juga melakukan pelatihan-pelatihan serta penyuluhan untuk meningkatkan sumber daya manusia para pegawai, baik di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun Kantor Imigrasi.

- Mengadakan penerimaan CPNS untuk setiap tahunnya. Dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM mengusulkan jumlah pegawai yang dibutuhkan ke Menteri Hukum dan HAM RI dan Sekretaris Jenderal. Setelah berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Badan Kepegawaian Negara dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, maka dalam setiap penerimaan CPNS dialokasikan kebutuhan CPNS bagi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.


(2)

(2)Upaya terhadap kendala anggaran kerja yang tidak aplikatif yaitu dengan cara menggunakan anggaran tersebut secara optimal sesuai dengan kegiatan agar anggaran tersebut dapat mencukupi kegiatan yang dilakukan.

5.2

Saran

1. Diharapkan kepada Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah untuk lebih mengutamakan dan meningkatkan kedisiplinan, integritas dan kinerja secara optimal dalam melaksanakan peran dan fungsi dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing, serta lebih memperhatikan terjaminnya penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia;

2. Diharapkan koordinasi dengan instansi terkait lebih ditingkatkan lagi agar tercipta suatu hasil kinerja yang maksimal;

3. Diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi membantu pemerintah untuk menjaga atau menjamin keamanan negara dengan melaporkan apabila mengetahui keberadaan dan kegiatan orang asing sera pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Afifudin, dan B.A. Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Fakultas Hukum UNNES. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum. Semarang: Fakutas Hukum UNNES.

Hidayat, Arif. 2009. Buku Ajar Hukum Administrasi Negara Lanjut. Semarang: Fakultas Hukum UNNES.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1997. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Bina Cipta.

Manan, Bagir. 2000. Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta.

Moleong, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saleh, John Sarodja. 2008. Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian. Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi.

Sjahriful, Abdullah H. 1993. Memperkenalkan Hukum Keimigrasian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1985. Pengantar Penulisan Hukum. Jakarta: UI Press. Ukun, Wahyudin. 2004. Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan

Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian. Jakarta: PT. Adi Kencana Aji.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.


(4)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.

 

C. Sumber Non Buku

Artikel sejarah keimigrasian, diakses pada http://www.imigrasi.go.id/sejarah.html pada tanggal 13 Desember 2011.

Binarto, Lucky Agung. 2006. Pelaksanaan Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Imigrasi Dalam Rangka Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Indra, Muhammad. 2008. Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem Keimigrasian Indonesia. Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran. Tedy Maranto, Sunu. 2008. Tugas pokok dan fungsi Departemen Hukum dan

HAM RI di Bidang Pelayanan Hukum pasca Amandemen UUD 1945. Tesis. Semarang; Universitas Diponegoro.

Utami, Muji. 2009. Mekanisme Pengawasan dan penindakan keimigrasian di Kantor Imigrasi Surakarta. Tugas Akhir. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wilis, Ratna. 2009. Pengawasan dan penindakan Keimigrasian terhadap izin tinggal orang asing di Indonesia. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.


(5)

(6)

Unit Pelaksana Teknis Imigrasi Di Wilayah Jawa Tengah

Divisi Imigrasi

Kantor Imigrasi Kelas I Semarang  5 Kabupaten Kab Semarang Kab Kendal Kab Kudus Kab Purwodadi Kab Demak Kantor Imigrasi Kelas I Surakarta  Kantor Imigrasi Kelas II Cilacap  Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang  Kantor Imigrasi Kelas II Pati  Kantor Imigrasi Kelas II Wonosobo  Rumah Detensi Imigrasi Semarang  6 Kabupaten Kab SSurakarta Kab Sragen Kab Sukoharjo Kab Klaten Kab Boyolali Kab Karanganyar 5 Kabupaten Kab Cilacap Kab Banyumas Kab Purbalingga Kab Banjarnegara Kab Kebumen 5 Kabupaten Kab Pemalang Kab Pekalongan Kab Batang Kab Tegal Kab Brebes 4 Kabupaten Kab Pati Kab Rembang Kab Blora Kab Jepara 5 Kabupaten Kab Wonosobo Kab Purworejo Kab Temanggung Kab Magelang 2 Kota Kota Semarang Kota Salatiga 1 Kota Kota Surakarta 2 Kota Kota Pekalongan Kota Tegal 1 Kota Kota Magelang