Tepung bulu ayam yang telah difermentasi oleh Kocuria rosea mengalami peningkatan kadar asam amino lisin, histidin dan metionin bila dibandingkan
tepung bulu ayam komersial. Di dalam deret asam amino keratin bulu ayam, terdapat sembilan asam amino sistein dari total 98 residu asam amino dan residu
sistein ini akan membentuk jembatan disulfida dan memberi kekekuatan mekanik pada bulu.
Tabel 2.1 Komposisi asam amino g asam-asam amino100 g protein keratin bulu ayam
Asam Amino Asam Amino
Serin Glysin
Prolin Arginin
Theonin Alanin
Metionin Isoleusin
Fenilalanin 9.31
6.18 8.77
5.36 3.50
3.56 1.30
4.28 4.20
Asam aspartat Asam glutamat
Histidin Leusin
Tirosin Valin
Sistelin Lisin
4.73 7.65
0.43 7.04
1.96 6.94
7.63 0.53
Sumber : Moore, dkk. 2006
2.5 Hasil Penelitian Adsorpsi Yang Pernah Dilakukan
Telah dilakukan penelitian oleh Rossa dkk 2008 tentang adsorpsi Pb dengan bulu ayam. Para ahli telah lama mengetahui bahwa bahan-bahan yang
berserat seperti wool, bulu ayam, dan rambut dapat mengadsorpsi ion-ion logam dalam larutan, adsorpsi ion logam oleh bahan-bahan berserat keratin dapat
ditingkatkan dengan mengolah bahan-bahan tersebut dengan suatu bahan kimia tertentu. Tan dkk 1985 melaporkan bahwa rambut manusia dapat digunakan
sebagai adsorben untuk mengadsorpsi logam tembaga II. Adanya sifat adsorpsi rambut manusia tersebut mendorong banyak kajian yang menyelidiki
kemungkinan penggunaan bahan-bahan berserat keratin sebagai adsorben yang
murah dan sederhana dari pada adsorben lainnya yang biasanya mahal Ni’mah, 2007.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Anggraini 2006, diketahui bahwa bulu ayam memiliki kemampuan mengadsorp logam krom dalam larutan
hingga 97,29 pada pH 7. Kemampuan adsorpsi biomassa bulu ayam terhadap logam krom mengalami peningkatan hingga 0,34 dengan melakukan aktivasi
pada biomassa bulu ayam tersebut dengan larutan alkali yaitu campuran NaOHNa
2
S Setyorini, 2006. Aktivasi ini bertujuan untuk mengaktifkan gugus protein pada bulu ayam, yaitu α-keratin yang mengandung sistein, sehingga dapat
menyerap lebih optimal Primadhani, 2007. Dari penelitian Setyorini 2006 tersebut didapatkan kondisi optimum konsentrasi larutan Na
2
S adalah 0,1 N tanpa NaOH dan waktu pengadukan selama 20 menit untuk aktivasi biomassa bulu
ayam dengan ukuran 18 mesh. Giyatmi dkk, 2008 telah melakukan penelitian penurunan kadar Cu, Cr
dan Ag dalam limbah cair industri perak di Kota Gede setelah diadsorpsi dengan tanah liat dari daerah Godean. Dalam metode adsorpsi, tanah liat sebagai adsorben
dicampur dengan limbah sebagai adsorbat dalam suatu wadah. Variabel bebas yang digunakan adalah variasi kedalaman tanah liat, waktu kontak, dan cara
pengadukan. Berdasarkan hasil analisis menggunakan SSA didapatkan bahwa cara yang paling baik adalah dengan pengadukan cepat, menggunakan tanah liat
bagian bawah dan dengan waktu kontak 15 menit. Bila waktu yang digunakan terlalu singkat akan terjadi pencampuran yang tidak merata dan bila waktu yang
digunakan terlalu lama maka kapasitas penyerap dari adsorben akan mencapai titik maksimum.
Haryani 2007 telah melakukan penelitian pembuatan kitosan dari kulit udang untuk mengadsorpsi logam kromium VI dan tembaga. Pada proses
adsorpsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah adsorben, pH, waktu, kecepatan pengadukan dan suhu. Percobaan dibagi dalam dua tahap, tahap
pertama adalah pembuatan kitosan dari kulit udang, dengan variasi konsentrasi NaOH 20 sampai 60. Tahap kedua adalah proses adsorpsi limbah kromium dan
tembaga menggunakan kitosan dengan derajat deasetilasi yang paling besar. Limbah kromium dan tembaga kemudian dianalisis dengan SSA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa waktu optimum untuk proses adsorpsi limbah kromium 30 menit dengan kadar kromium sebesar 13,96 ppm sedangkan untuk adsorpsi Cu
optimum pada pH 3 dengan kadar 0,24 ppm dan efisien untuk waktu 30 menit.
2.6 Spektrofotometri Serapan Atom