4.3 Hasil Analisis Kimia Total Tanah
Hasil analisis kimia total contoh tanah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Analisis Kimia Total Tanah dari Delta Berbak, Jambi.
Kedalaman cm
Analisis Kimia Total Total
S CaO
MgO K
2
O CuO
ZnO MnO
SiO
2
Al
2
O
3
Fe
2
O
3
3 O
2 Fe
3 O
2 Al
2 SiO
+
0-5 0.03
0.13 5.14
tu tu
0.01 56.16
35.31 2.55
1.48 -
5-10 -
- -
- -
- -
- -
- -
10-15 0.08
0.17 2.00
tu tu
tu 54.59
38.20 2.65
1.34 1.77
15-20 tu
0.27 2.03
tu 0.02
0.02 56.68
33.18 2.35
1.60 1.72
20-25 0.05
0.20 2.11
tu 0.01
0.03 56.08
37.44 2.10
1.42 1.77
25-30 tu
0.27 2.14
tu tu
0.01 58.73
33.30 1.75
1.67 1.62
30-35 tu
0.20 2.43
0.1 0.01
tu 54.82
34.03 1.63
1.53 0.92
35-40 tu
0.30 2.13
tu 0.01
0.02 59.58
32.96 1.67
1.72 1.11
40-45 0.15
0.29 2.21
0.1 0.05
tu 56.32
34.56 2.67
1.51 1.13
45-50 tu
0.25 2.42
0.04 0.07
60.42 31.51
1.64 1.82
0.93 50-55
0.21 0.20
2.31 tu
tu 59.54
30.01 1.61
1.80 1.03
55-60 tu
0.13 1.95
tu 0.05
0.05 66.49
26.20 1.40
2.41 0.79
60-65 0.09
0.13 2.00
tu tu
tu 62.90
28.86 2.91
1.98 1.09
65-70 0.21
0.18 1.97
tu 0.01
0.05 66.38
25.83 2.71
2.30 1.11
Keterangan : tu : tidak terukur; - : tidak ada contoh
Dari Tabel 3 terlihat bahwa secara umum kandungan besi pada tanah ini sangat rendah. Kandungan besi maksimum hanya sebesar 2.91 persen Fe
2
O
3
, hal ini mendekati hasil penelitian Mediari 2006 yang mendapatkan kandungan besi
total pada sedimen di Rantau Rasau kurang dari 2 persen Fe
2
O
3
. Jadi kandungan Fe
2
O
3
=2 sangat rendah bila dibandingkan dengan kandungan Fe
2
O
3
pada tanah merah sekitar 30. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanah sulfat masam di
Rantau Rasau terjadi kekurangan Fe bukan keracunan Fe seperti banyak ahli tanah menyatakan hal itu.. Secara umum dapat dikatakan bahwa kandungan aluminium
dan besi pada lapisan atas 0-25 cm lebih tinggi dari pada lapisan di bawahnya. Lebih tingginya kandungan Fe
2
O
3
, Al
2
O
3
dan total S pada lapisan 0-25 cm
mungkin disebabkan karena terbentuknya kembali senyawa besi oksida dan jarosite pada permukaan retakan tanah sulfat masam.
4.4 Kandungan Alumunium pada Tanah
Hasil analisis Aluminium pada berbagai ekstraktan dan kemasaman ekstraktan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Analisis Kandungan Al pada Berbagai Ekstraktan
Kode Kedalaman
cm pH H
2
O Al me100 g
KCl NH
4
OAc pH 4.2
pH 4.8 1
0-5 4.19
15.65 20.35
6.41 2
5-10 4.90
16.80 27.41
7.29 3
10-15 4.13
13.41 28.22
7.65 4
15-20 4.21
12.67 29.58
8.01 5
20-25 4.22
16.85 30.12
9.61 6
25-30 4.30
17.25 29.31
9.56 7
30-35 4.29
14.73 26.32
10.02 8
35-40 4.23
16.22 29.04
7.18 9
40-45 4.32
16.11 34.47
9.30 10
45-50 4.32
14.79 33.65
9.40 11
50-55 4.41
13.76 28.77
9.30 12
55-60 4.94
10.78 32.02
10.08 13
60-65 4.73
9.29 31.75
9.15 14
65-70 5.08
7.28 37.18
9.46
Dari Tabel 4 terlihat bahwa semakin rendah pH ekstraktan maka semakin tinggi kelarutan aluminium. Kandungan Al yang diekstrak oleh larutan NH
4
OAc pH 4.2 terlihat hampir 3 kali lebih besar dari pada kandungan Al yang diekstrak
oleh NH
4
OAc pH 4.8. Demikian pula kandungan Al yang diekstrak oleh IN KCl yang berada di antara kedua nilai tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena pH
KCl berada pada pH sekitar 4.2 sampai 4.8. Akan tetapi pengukuran pH KCl tidak dilakukan pada penelitian ini, karena tidak cukupnya contoh tanah.
Walaupun demikian informasi ini sangat penting untuk pengelolaan lahan sulfat masam, mengingat Wijaya et al., 2006 melaporkan bahwa pH tanah sangat
berfluktuasi menurut musim. Apabila pH di atas 5.5 maka Al akan mengendap menjadi AlOH
3
dan tidak meracuni tanaman dan apabila pH tanah atau air berubah dari pH 5.5 menjadi lebih rendah satu satuan pH maka Aluminium akan
meningkat sangat drastis. Pada kondisi itu Aluminium di larutan tanah merupakan unsur yang sangat beracun bagi tanaman, maka dengan kata lain
permasalahan tanah sulfat masam adalah permasalahan keracunan Aluminium, selain juga masalah kekurangan unsur hara makro dan mikro.
4.5. Analisis Mineral Liat