Pirit Kemasaman Tanah dan Pelapukan Mineral

2.2. Pirit

Pirit adalah mineral yang memiliki rumus kimia FeS 2 . Mineral pirit terdapat di alam dan melalui proses rekristalisasi pembekuan magma di wilayah mangrove. Pirit yang terbentuk dari pembekuan magma disebut dengan pirit primer. Di dalam pirit primer ini ditemukan pirit yang berbentuk seperti kristal petagondodecaeder atau 12 bidang segi lima, atau juga dalam bentuk kubus, yang biasanya berwarna kuning dan beberapa kristal dapat saling berikatan satu dengan yang lain. Selain itu mineral pirit bisa juga dijumpai dalam bentuk oktahedral dari segi tiga sebanyak 8 bidang Anonim 2 , 2007. Sedangkan pirit yang terbentuk di wilayah mangrove disebut dengan pirit sekunder, yang biasanya ditemukan dalam bentuk framboid pirit, dimana setiap sel dari framboidal tersebut terdiri dari bentuk oktaeder. Ukuran framboidal pirit bisa mencapai 50 µm Poch et al., 2004. Pembentukan pirit sekunder terbentuk pada lingkungan masam. Pada keadaan reduksi FeS 2 pirit akan stabil dan tidak toksik bagi tanaman, tetapi ketika air didrainase untuk berbagai keperluan penggunaan lahan maka sedimen pirit akan teroksidasi dan berubah menjadi asam dan mengeluarkan bahan beracun dalam jumlah yang banyak seperti Al 3+ , SO 4 2- , dan Fe 3+ Sumawinata, 1998. Ada dua mekanisme penting dalam oksidasi pirit yaitu mekanisme oksidasi pirit secara biokimia melalui aktivitas mikroorganisme dan oksidasi secara kimia. Thiobacillus ferrooxidans mengoksidasi besi ferro menjadi besi ferri dan mengoksidasi sulfida menjadi sulfat pada media yang sangat masam. Reaksi yang terjadi sebagai berikut Silverman, 1967 dalam Elviza, 2004: Fe 2+ + 14O 2 + H + ? Fe 3+ + 12 H 2 O 2S 2- +3O 2 + 2H 2 O ? 2H 2 SO 4

2.3. Kemasaman Tanah dan Pelapukan Mineral

Kemasaman tanah merupakan suatu masalah utama yang sering ditemui pada tanah-tanah di wilayah beriklim tropika basah. Tanah dengan nilai pH rendah pH3 digolongkan pada tanah masam, yang ditandai adanya asam bebas H 2 SO 4. Suasana yang sangat masam pH3.5 dalam waktu yang lama bukan saja menyebabkan asam ion H + menjadi kation yang dominan pada komplek jerapan seperti yang ditulis oleh Sumawinata 1998 akan tetapi dapat menyebabkan pelarutan atau dekomposisi dari mineral-mineral termasuk mineral liat. Lingkungan yang sangat asam seperti pada tanah sulfat masam menyebabkan pelapukan mineral liat silikat, terutama mineral alumino-silikat meningkat, sehingga dapat mempengaruhi mineralogi tanah, komposisi dari larutan tanah dan membebaskan atau melarutkan Al sangat banyak Van Breemen, 1976; Huang dan Violante, 1997. Aluminium merupakan kation utama yang dapat dipertukarkan pada tanah sulfat masam dan dijumpai dalam berbagai bentuk sebagai berikut: Al 3+ , AlOH 2+ , dan AlOH 2 + Dent, 1986; Rowell, 1994 yang pada pH tinggi mengendap dalam bentuk AlOH 3 atau gibsit Lindsay, 1979. Ion Al 3+ lebih dominan pada pH di bawah 4.7 Bohn, Mc Neal dan O’Connor, 1979. Ion Al 3+ , yang dilepas ke larutan tanah dan air terkoordinasi secara oktahedra dengan enam molekul air dan berupa sebuah ion AlH 2 O 6 3+ Huang dan Violante, 1997. Konsentrasi Al 3+ sebesar 1-2 ppm dalam larutan tanah dapat meracuni tanaman. Hal tersebut dikarenakan Aluminium terlarut terakumulasi pada jaringan akar dan akan menghambat pembelahan dan pemanjangan sel serta menghambat pembentukkan dinding sel Dent, 1986.

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat