PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

WITA PURNAMA

Latar belakang penelitian ini didasari oleh hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru dan siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat. Hasil observasi dan wawancara tersebut memberikan informasi kepada peneliti bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn masih rendah. Hasil belajar siswa pada semester ganjil untuk mata pelajaran PKn hanya mencapai 55, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dan dilakukan dengan 3 siklus yang setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi dan tes. Observasi menggunakan lembar panduan observasi aktivitas siswa dan kinerja guru yang dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif serta tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang dianalisis menggunakan teknik analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I yaitu 49,48 (sedang), pada siklus II 64,59 (tinggi), dan pada siklus III 75,69 (tinggi). Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,11 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11,10. Rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (57,22), siklus II (66,11), dan siklus III (81,11). Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,89 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 15,00.

Kata kunci : Aktivitas, Hasil Belajar, Cooperative Learning tipe Talking Stick, dan PKn.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan bangsa. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk menjadi warga negara yang menyadari dan merealisasikan hak dan kewajibannya. Pendidikan juga merupakan alat yang ampuh untuk menjadikan setiap siswa dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.

Munandar (2002: 4) mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.

Pendapat tersebut tercermin dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti yang termuat dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak siswa serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani maupun rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Proses reproduksi sistem nilai dan budaya dalam lembaga formal dilakukan terutama dengan mediasi proses pembelajaran guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.


(3)

Rendahnya aktivitas belajar siswa harus disikapi dengan serius, sehingga berbagai upaya kearah perbaikan terhadap strategi, metode serta teknik pembelajaran terus dilakukan. Aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2010: 100) bahwa aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Suatu aktivitas akan mengakibatkan adanya suatu perubahan tingkah laku pada individu yang bersangkutan sebagai hasil dari proses belajar.

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas dalam pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Natawijaya (dalam Depdiknas, 2007: 31) bahwa belajar aktif adalah suatu sistem pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental dan emosional untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil yang akan diperoleh dapat menjadi faktor pendorong atau menjadi faktor yang akan menghambat seseorang untuk belajar. Seseorang akan merasa senang apabila telah mengalami proses belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab apabila ada motivasi yang cukup untuk melakukannya.

Pembelajaran yang diselenggarakan di SD/MI merupakan pembelajaran yang mendidik yakni pembelajaran yang secara serentak untuk mencapai


(4)

tujuan. Semiawan (dalam Susanti, 2009: 2) mengatakan bahwa dalam mencapai indikator atau kompetensi serta mewujudkan pendidikan yang lebih umum adalah membentuk jati diri atau kepribadian siswa. Pembelajaran yang mendidik bertujuan untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam berkehidupan bangsa. Upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara merupakan hakikat dari Pendidikan Kewarganegaraan. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

Soemantri (dalam Winataputra, 2009: 21) istilah kewarganegaraan merupakan terjemahan dari “civis” yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan siswa agar menjadi warga negara yang baik (good citizen). Warga negara yang baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik atau secara umum mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Untuk mewujudkan kualitas pendidikan seperti yang diharapkan dalam tujuan PKn tersebut salah satunya adalah adanya peran aktif tenaga kependidikan terutama guru dalam proses pembelajaran. Ruminiati (2007: 4.5) pembelajaran PKn pada jenjang SD kelas rendah, guru menetapkan pendekatan terpadu yang mengacu pada pengalaman untuk


(5)

menumbuh kembangkan kesadaran dan pentingnya hidup bermasyarakat secara tertib dan damai. Proses pembelajarannya dibentuk menjadi belajar sambil bermain (learning through gaming), belajar untuk melakukan (learning by doing), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural (encultutation and socialization) di lingkungannya. Jenjang SD kelas tinggi, pengorganisasian materi lebih menekankan pada kesadaran tentang pentingnya hidup bermasyarakat secara tertib dan damai. Siswa dikondisikan, difasilitasi, dan ditantang untuk selalu bersikap dan berperilaku yang baik, sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai anggota keluarga, warga sekolah dan warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Guru dituntut untuk memiliki wawasan atau pengetahuan yang luas dalam mengembangkan materi, juga mampu menentukan tehnik dan strategi pembelajaran, pemilihan model pembelajaran, penilaian, dan sarana pembelajaran dengan melihat kebutuhan dan kondisi yang diharapkan sehingga pembelajaran lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan nilai semester ganjil, bahwa hasil belajar PKn masih banyak yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yaitu 70 dengan rata-rata untuk mata pelajaran PKn hanya mencapai 55. Dari 18 siswa sebanyak 11 siswa atau 61,11 % belum mencapai KKM. Hasil observasi peneliti dalam pembelajaran PKn bahwa guru jarang melakukan apersepsi, masih dominan menggunakan metode ceramah, kurang memberikan penguatan kepada siswa, kurang memanfaatkan media pembelajaran, aktivitas dalam pembelajaran berlangsung dengan suasana yang membosankan dan kurang menarik perhatian, siswa cenderung pasif, serta dalam aktivitas belajar


(6)

banyak siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran saat guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru juga belum menerapkan variasi pembelajaran seperti model cooperative learning tipe talking stick.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan tersebut adalah model cooperative learning tipe talking stick. Suprijono (2009: 109) model cooperative learning tipe talking stick ini memiliki kelebihan yaitu menguji kesiapan siswa, melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat, memacu siswa agar lebih giat belajar dan siswa berani mengemukakan pendapat.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu adanya upaya untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran sehingga peneliti mengangkat judul “Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick pada mata pelajaran PKn kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Guru jarang melakukan apersepsi pada saat pelajaran PKn berlangsung. 2. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah dalam pelajaran


(7)

3. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa pada saat berlangsungnya pelajaran PKn.

4. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran dalam pelajaran PKn. 5. Guru belum menerapkan variasi pembelajaran seperti model cooperative

learning tipe talking stick pada mata pelajaran PKn pada siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat.

6. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat pada pelajaran PKn.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013?

b. Apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.


(8)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran di kelasnya.

3. Bagi Sekolah

Dapat meningkatkan mutu sekolah sehingga menghasilkan output yang berkualitas.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang professional.


(9)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Soemantri (dalam Winataputra, 2009: 21), istilah kewarganegaraan merupakan terjemahan dari “Civis” yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan siswa agar menjadi warga negara yang baik (good citizen). Warga negara yang baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik atau secara umum mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah KN merupakan terjemahan civics. Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu untuk berbuat baik (Soemantri dalam Ruminiati, 2007: 1.25).

Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Sedangkan Putra (dalam Ruminiati, 2007: 1.9) menyatakan


(10)

bahwa PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1949. Undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status formal warga negara Indonesia yang kemudian diperbarui lagi dalam Undang-undang No. 12 tahun 2006.

2. Hakikat pembelajaran PKn di SD

Pendidikan Kewarganegaraan di SD merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu:

a. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.

b. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. c. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) mencakup

antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religious, norma dan moral luhur. Sudjana (2003: 4)

3. Tujuan pembelajaran PKn di SD

Permendiknas No. 22 tahun 2006 mengemukakan bahwa “Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Winataputra (2009: 27), menyatakan bahwa PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Partisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.


(11)

c. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa PKn berfungsi sebagai landasan guru untuk membekali siswa mengembangkan kemampuan dalam mengemban rasa tanggung jawab, berpikir, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Belajar merupakan perolehan ilmu yang didapat dari pengalamannya. Sukmadinata (2005: 53) menyatakan bahwa belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Dalyono (2005: 49) menyatakan belajar merupakan satu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup tingkah laku, sikap, ilmu pengetahuan, kebiasaan, keterampilan dan sebagainya.

Lia (2011, http://gurulia.wordpress.com/2011/05/17//.html) menyatakan konsep belajar selalu menunjuk kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Dikemukakan beberapa hal mengenai belajar sebagai berikut:

a. Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Setelah belajar individu akan mengalami perubahan dalam


(12)

perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt behavior atau covert behavior.

b. Perubahan perilaku aktual, yaitu perubahan perilaku yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak di lain kesempatan.

c. Perubahan perilaku baik yang bersifat aktual maupun potensial yang merupakan hasil belajar, merupakan akibat dari latihan dan pengalaman.

Dari beberapa kutipan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam membangun dan menemukan pengetahuan baru melalui interaksi dengan dunia sekitarnya sebagai hasil pengalaman. Dalam belajar terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda, dan lain sebagainya yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada seluruh aspek, baik kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar berlangsung untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna. Sardiman (2010: 100) menyatakan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik atau mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait sehingga akan membuahkan hasil yang optimal. Sardiman (dalam Suyatna, 2011: http://edukasi.kompasiana.com /2010/04/11/aktivitas-belajar/.id.) dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa sangat penting agar hasil belajar yang diperoleh siswa optimal, karena aktivitas siswa sangat menentukan hasil belajar siswa. Dengan beraktivitas


(13)

langsung dalam pembelajaran para siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajaran.

Hamalik (2009: 28) mengemukakan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Kunandar (2011: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Pada aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselarasi perubahan perlakuannya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hanafi dan Suhana (2010: 23) mengatakan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi siswa berupa hal-hal berikut:


(14)

a. Siswa memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (diving force) untuk belajar selanjutnya.

b. Siswa mencari pengalaman langsung, mengalami sendiri yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

c. Siswa belajar dengan menurut minat dan kemampuannya. d. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar

yang demokratis dikalangan peserta didik.

e. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

f. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam rangka mencapai tujuan belajar.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar biasanya identik dengan nilai yang diperoleh siswa yang bermakna melalui pengalamannya saat belajar di kelas maupun di luar kelas. Abdurrahman (2003: 37) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Kunandar (2010: 277)


(15)

mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dengan mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Bloom (dalam Sudjana, 2010: 22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan pembelajaran berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan diiringi pengevaluasian guna mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam belajar.

C. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen yaitu siswa, guru, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi. Nurani (dalam Ruminiati, 2007: 14) mengatakan bahwa konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar


(16)

pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran. Sedangkan Corey (dalam Ruminiati, 2007: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga.

Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Sugiada (2011, http://educationmade.blogspot.com;) pembelajaran adalah membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya interaksi lingkungan yang menciptakan proses belajar pada diri siswa, sehingga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen yaitu siswa, guru, dan lingkungan.

2. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang disusun secara sistematis dan terencana untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi


(17)

petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setiap setting pembelajaran ataupun setting lainnya, Joyce (dalam Suwarjo, 2008: 97).

Pada pembelajaran PKn di SD terdapat beberapa model pembelajaran yang lazim digunakan, diantaranya model belajar kerjasama (cooperative), investigasi kelompok dan role playing (Weil http://www.blogspot.tp.ac.id). Sedangkan menurut Arends (2011, http://www.scribd.com/doc/29412918/Model-Pembelajaran) model pembelajaran PKn di SD antara lain yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan model pembelajaran berdasarkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning lebih cocok untuk diterapkan pada pembelajaran PKn di SD karena model cooperative learning dapat membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Pengertian Model Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Slavin (2009: 9) mendefinisikan cooperative learning sebagai sekumpulan kecil siswa yang bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab atas kelompoknya.

Zamroni (dalam Trianto, 2009: 57) bahwa cooperative learning adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang


(18)

lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2008: 67) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Arend (dalam Martati, 2010: 14) mengemukakan ciri-ciri cooperative learning adalah sebagai berikut: (1) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar, (2) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa berprestasi rendah, sedang dan tinggi, (3) Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender, (4) Sistem reward nya berorientasi kelompok maupun individu.

Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim,et al.2000 (dalam Don, 2011, http://safnowandi. wordpress.com/2012/02/27/model-pembelajaran-kooperatif/), yaitu: a. Hasil Belajar Akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.


(19)

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajaran yang harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

a. Saling Ketergantungan Positif

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.

c. Interaksi Promotif

Ciri-ciri interaksi promotif adalah (1) Saling membantu secara efektif dan efisien; (2) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan; (3) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien; (4) Saling mengingatkan; (5) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi

d. Komunikasi Antar Anggota

Komunikasi antar anggota adalah keterampilan sosial, untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus: (1) saling mengenal dan mempercayai; (2) Mampu berkomunikasi secara kurat dan tidak ambisius; (3) Saling menerima dan saling mendukung;


(20)

e. Pemrosesan Kelompok

Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu (Safnowandi, http://safnowandi.wordpress.com/2012/02/27/model-pembelajaran-kooperatif/).

Hanafi dan Suhana (2010: 41) menyatakan bahwa model cooperative learning terbagi atas beberapa model yaitu sebagai berikut: (1) Student Teas-Achievment Division (STAD), (2) Teams Games-Tournament (TGT), (3) Jigsaw, (4) Talking Stick, (5) Numbered Head Together (NHT).

Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih model cooperative learning tipe talking stick, karena model pembelajaran ini di pandang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di kelas, agar guru dan siswa merasakan kemudahan dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

4. Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick

4.1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran talking stick sangat cocok


(21)

diterapkan bagi siswa SD. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif (Lilik, http://my world ly2 k.blogspot.com/2012/03/metode pembelajaran talking stick.html).

Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat (Shvoong, 2012: http://id.shvoong.com/socialsciences/ed ucation/2156062-pengertian-metode-talking-stick/).

Suprijono (2009: 109) mengungkapkan bahwa “Model Pembelajaran Talking Stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat”. Model pembelajaran talking stick ini sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran PAIKEM yaitu pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai siswa.


(22)

Berdasarkan pendapat di atas mengenai model pembelajaran talking stick yakni diharapkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick ini dapat memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat, kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

4.2. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning tipe Talking Stick

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick menurut Lilik (2012: http://myworld ly2k.blogspot.com/2012/03/ metode-pembelajaran-talking-stick.html) adalah sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ±20

cm.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. 8. Ketika stick bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya

sebaiknya diiringi musik atau lagu 9. Guru memberikan kesimpulan.

10. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.


(23)

11. Guru menutup pembelajaran.

4.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick

Setiap pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu dengan adanya pembelajaran terpadu maka pengembangan model pembelajaran yang bervariasi dapat membantu pencapaian tujuan tiap materi pembelajaran. Demikian pula dengan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini menurut Suprijono (2009: 110) sebagai berikut:

Kelebihan model talking stick, yaitu: 1. Menguji kesiapan siswa

2. Melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat 3. Memacu siswa agar lebih giat belajar

4. Siswa berani mengemukakan pendapat

Kekurangan model talking stick, yaitu membuat siswa senam jantung. Selain itu, model ini mempunyai kekurangan lain yaitu: dapat membuat siswa tegang, ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.

Berdasarkan pernyataan di atas terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran talking stick, hal ini lumrah terjadi bahwa setiap model pembelajaran pun mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan tergantung bagaimana proses


(24)

pembelajaran itu sendiri dan seorang guru sebagai pembimbing agar model pembelajaran talking stick ini berhasil diterapkan pada siswa sesuai dengan harapan dalam tujuan pembelajaran talking stick itu sendiri.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut “Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar akan meningkat pada siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Wardhani, dkk., 2007: 1.4).

Kusumah dan Dwitagama (2009: 25) mengungkapkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas, dibutuhkan tahapan sebagai berikut, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru PKn kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat. Harapan penting dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat.

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat, kota Metro, Provinsi Lampung.

2. Subjek penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan guru PKn kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat.


(26)

Adapun subjek penelitiannya adalah guru dan siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat, terdiri dari 1 orang guru, dan 18 orang siswa dengan komposisi 10 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.

3. Waktu Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini pada semester genap tahun pelajaran 2012/ 2013 selama tiga bulan (Februari 2013 – April 2013).

4. Sumber Data

Sumber data adalah pihak-pihak yang dapat memberikan data-data yang diinginkan. Sumber data penelitian ini diperoleh dari:

a. Siswa, data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang berbentuk skor (angka).

b. Guru, data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran.

B. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.

1. Teknik observasi, dilakukan dengan mengobservasi/mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick sesuai dengan langkah-langkah yang baik dan benar.

2. Teknik tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick.


(27)

C. Alat Pengumpul Data

Menurut Arikunto (2006: 101) alat pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam mata pelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe talking stick.

2. Soal-soal tes, instrumen ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperaive learning tipe talking stick.

D. Teknik Analisis data a. Teknik Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi. Data aktivitas diperoleh dari perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Nilai kinerja guru dan aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :

R

N = X 100 SM


(28)

Keterangan :

N = Nilai yang dicapai atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa/guru SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 102)

Tabel 1. Kualifikasi Nilai hasil observasi keaktifan belajar siswa dan guru

Rentang Skor Kualifikasi 81-100 Sangat Tinggi

61-80 Tinggi

41-60 Sedang

21-40 Rendah

0–20 Sangat Rendah

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 44)

b. Teknik Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendiskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Dalam hal ini hasil belajar siswa tiap siklusnya akan dihitung selisihnya, selisihnya itu yang menjadi kemajuan atau kemunduran belajar.


(29)

1. Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa secara individual digunakan rumus:

R

S = X 100 N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/ item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 112)

2. Untuk menghitung nilai rata- rata siswa menggunakan rumus: ∑ Xi

X = —— N Keterangan:

X = Rata-rata hitung nilai N = Banyaknya siswa ∑Xi = Nilai siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

3. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus:


(30)

Keterangan:

⅀ S ≥ 70 : Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70

N : Banyak siswa

100 % : Bilangan tetap

Di adaptasi dari Purwanto (2009: 112).

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib,dkk., 2009: 41).

Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Tingkat Keberhasilan Arti

>80 60-79 40-59 20-39 <20

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (di adaptasi dari: Aqib, dkk., 2009: 41)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu siklus tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran PKn. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (action), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Wardhani, dkk., 2007: 2.4).


(31)

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Tahap-tahap dalam PTK (di adaptasi dari Wardhani, 2008: 2.4).

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus dan masing-masing siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:

SIKLUS I 1. Perencanaan

Pada siklus pertama ini peneliti mempersiapkan proses pembelajaran PKn dengan model cooperative learning tipe talking stick, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

dst.

Perencanaan I SIKLUS I Pengamatan I Perencanaan II

SIKLUS II Pelaksanaan II Refleksi II

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan III Siklus III Pengamatan III

Pengamatan II


(32)

a. Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran PKn dengan materi pembelajaran “Memahami Organisasi” dan menggunakan model cooperative learning tipe talking Stick.

b. Menyiapkan instrument tes dan nontes. Instrument tes berupa soal post-test beserta kunci jawabannya. Instrument nontes berupa lembar observasi.

c. Menyiapkan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan materi peneliti, seperti menyusun pemetaan, menyusun silabus, merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan materi untuk siklus, membuat lembar kerja siswa dan media pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Berikut merupakan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick:

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

2) Menyediakan sebuah tongkat yang panjangnya ±20 cm.

3) Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

4) Membagikan kartu bernomor untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa.


(33)

5) Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

6) Guru menyampaikan apersepsi berupa suatu cerita mengenai organisasi.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

2) Siswa berdiskusi membahas masalah yang ada di dalam materi pelajaran.

3) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, gurunya mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup buku materi.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya (selama tongkat bergulir diiringi lagu atau musik).

5) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

6) Setelah semua pertanyaan terselesaikan, guru memberikan LKS kepada kelompok.

7) Melakukan tanya jawab apabila ada materi yang kurang dipahami oleh siswa.


(34)

8) Bersama siswa dan guru kelas melakukan refleksi.

9) Guru meluruskan kesalah pahaman mengenai pembelajaran yang belum dimengerti oleh siswa.

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup guru:

a. Melakukan kegiatan post-test yang digunakan untuk memperoleh skor kemajuan individual sebagai acuan untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn yang sudah diajarkan.

2) Menyimpulkan pembelajaran mengenai materi yang telah disampaikan bersama siswa.

3) Memberikan pekerjaan rumah.

4) Menginformasikan materi yang akan di bahas pada pertemuan berikutnya.

3. Observasi

Peneliti melakukan kegiatan observasi yakni mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan menggunakan lembar observasi.


(35)

4. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelebihan dan kelemahan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning tipe talking stick. Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.

SIKLUS II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “Organisasi-Organisasi di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat”. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

1. Perencanaan

Kegiatan dalam tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a. Memperbaiki perencanaan yang masih belum baik pada siklus I. b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II

berdasarkan refleksi dari siklus I.

c. Membuat perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran pada siklus II. Yaitu: pemetaan, silabus, dan rencana perbaikan pembelajaran, soal (post-test), dan lembar observasi.


(36)

2. Pelaksanaan

Langkah pelaksanaan tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Berikut merupakan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick:

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

2) Menyediakan sebuah tongkat yang panjangnya ±20 cm.

3) Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

4) Membagikan kartu bernomor untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa.

5) Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

6) Guru menyampaikan apersepsi berupa suatu cerita mengenai organisasi yang ada di sekitar kita.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

2) Siswa berdiskusi membahas masalah yang ada di dalam materi pelajaran.


(37)

3) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup buku materi.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya (selama tongkat bergulir diiringi lagu atau musik).

5) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

6) Setelah semua pertanyaan terselesaikan, guru memberikan LKS kepada kelompok.

7) Melakukan tanya jawab apabila ada materi yang kurang dipahami oleh siswa.

8) Guru bersama siswa melakukan refleksi.

9) Guru meluruskan kesalah pahaman mengenai pembelajaran yang belum dimengerti oleh siswa.

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup guru:

1) Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan post-test yang digunakan untuk memperoleh skor kemajuan individual sebagai acuan untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn yang sudah diajarkan.


(38)

2) Menyimpulkan pembelajaran mengenai materi yang telah disampaikan bersama siswa.

3) Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

3. Observasi

Peneliti melakukan kegiatan observasi yakni mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelebihan dan kelemahan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning tipe talking stick. Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.

SIKLUS III

Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus III. Materi pembelajaran siklus III ini adalah “peran serta dalam memilih organisasi di sekolah”. Adapun pelaksanaan pada siklus III ini meliputi:


(39)

1. Perencanaan

a. Memperbaiki perencanaan yang masih belum baik pada siklus II. b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III

berdasarkan refleksi dari siklus II.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran pada siklus III. Yaitu: pemetaan, silabus, dan rencana perbaikan pembelajaran, soal (post-test), dan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Berikut merupakan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick:

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

2) Menyediakan sebuah tongkat yang panjangnya ±20 cm. 3) Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif

(cooperative learning).

4) Membagikan kartu bernomor untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa.

5) Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.


(40)

6) Guru menyampaikan apersepsi berupa suatu cerita mengenai organisasi-organisasi kelas.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

2) Siswa berdiskusi membahas masalah yang ada di dalam materi pelajaran.

3) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup buku materi.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya (selama tongkat bergulir diiringi lagu atau musik).

5) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. 6) Setelah semua pertanyaan terselesaikan, guru memberikan

LKS kepada kelompok.

7) Melakukan tanya jawab apabila ada materi yang kurang dipahami oleh siswa.


(41)

9) Guru meluruskan kesalah pahaman mengenai pembelajaran yang belum dimengerti oleh siswa.

2) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup guru:

1) Melakukan kegiatan post-test yang digunakan untuk memperoleh skor kemajuan individual sebagai acuan untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn yang sudah diajarkan.

2) Menyimpulkan pembelajaran mengenai materi yang telah disampaikan bersama siswa.

3) Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

3. Observasi

Peneliti melakukan kegiatan observasi yakni mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning tipe talking stick. Data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III


(42)

kemudian dikumpulkan untuk digunakan dalam penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

G. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV terhadap siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model cooperative learning tipe talking stick pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan mulai dari siklus I, II dan III dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I mencapai 49,48 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 64,59 dan selanjutnya pada siklus III meningkat menjadi 75,69 dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,11 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11,10. 1. Penggunaan model cooperative learning tipe talking stick pada

pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa pada siklus I, II dan III. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 57,22, kemudian pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 66,11 dan pada siklus III meningkat menjadi 81,11, dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,89 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 15,00.


(44)

Bila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 18 siswa pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 3 siswa (16,67%), pada siklus II meningkat menjadi 10 siswa (55,55%) dan pada siklus III meningkat menjadi 15 siswa (83,33%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

a. Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaan dan hasil belajar kemudian siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok. Tentunya harus diimbangi dengan semangat belajar siswa yang akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang meningkat.

b. Guru

Kepada guru mata pelajaran PKn diharapkan dapat senantiasa menggunakan model cooperative learning tipe talking stick, sehingga siswa diharapkan bisa saling bekerja sama, lebih aktif, berfikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.


(45)

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

d. Peneliti

Penelitian ini mengkaji peningkatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick, untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan pembelajaran dengan model yang sama dan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arends 2011. Model-Pembelajaran. http://www.scribd.com/doc/29412918/. (akses 14-12-2012 @19.30)

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Dalyono, Muhammad. 2005. Psikologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. DEPDIKNAS, dirjen manajemen pendidikan dasar dan menengah direktorat

pembinaan TK dan SD. 2007. Pedoman Penyusunan KTSP SD. Badan Standar Pendidikan. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2009. Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi

Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Herrhyanto Nar, dkk. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2008. Pembelajaran Konstekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.


(47)

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta.

Lia. 2011. Pengertian Belajar. http://gurulia.wordpress.com/2011/05/17//.html (akses 18-11-2012 @20.15 WIB).

Lilik. 2012. Metode Pembelajaran Talking Stick. http://myworld ly2k.blogspot.com/2012/03/ metode-pembelajaran-talking-stick.html. (akses 09-01-2013 @19.05 WIB).

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran PKn I. Genesindo. Bandung. Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosda. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Safnowandi. 2012. Model Pembelajaran kooperatif. http://safnowandi.wordpress.

com/2012/02/27/model-pembelajaran-kooperatif/ (akses 05-12-2012 @20.00 WIB).

Sardiman. 2010. Interaksi Belajar Mengajar. Raja Grafindo. Jakarta.

Shvoong, 2012. Pengertian Metode Talking Stick. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2156062-pengertian-metode-talking-stick/ (akses 12-11-2012 @08.30)

Slavin. 2009. Cooperative Learning. Nusa Media. Bandung.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiada. 2011. Pengertian Pembelajaran. http://educationmade.blogspot.com; (akses 18-11-2012 @19.30).

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya. Bandung.


(48)

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya

Pena Gemilang. Malang.

Suyatna. 2011. Aktivitas Belajar. http://edukasi.kompasiana.com/2010/04 /11/ aktivitas-belajar/.id. (akses 15-12-2012. @15:00 WIB.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.

Weil. 2011. Model Pembelajaran. http://www.blogspot.tp.ac.id (akses 11-12-2012 @19.30)

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV terhadap siswa kelas VA SD Negeri 7 Metro Barat pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model cooperative learning tipe talking stick pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan mulai dari siklus I, II dan III dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I mencapai 49,48 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 64,59 dan selanjutnya pada siklus III meningkat menjadi 75,69 dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,11 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11,10. 1. Penggunaan model cooperative learning tipe talking stick pada

pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa pada siklus I, II dan III. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 57,22, kemudian pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 66,11 dan pada siklus III meningkat menjadi 81,11, dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,89 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 15,00.


(2)

Bila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 18 siswa pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 3 siswa (16,67%), pada siklus II meningkat menjadi 10 siswa (55,55%) dan pada siklus III meningkat menjadi 15 siswa (83,33%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

a. Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaan dan hasil belajar kemudian siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok. Tentunya harus diimbangi dengan semangat belajar siswa yang akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang meningkat.

b. Guru

Kepada guru mata pelajaran PKn diharapkan dapat senantiasa menggunakan model cooperative learning tipe talking stick, sehingga siswa diharapkan bisa saling bekerja sama, lebih aktif, berfikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.


(3)

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

d. Peneliti

Penelitian ini mengkaji peningkatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe talking stick, untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan pembelajaran dengan model yang sama dan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arends 2011. Model-Pembelajaran. http://www.scribd.com/doc/29412918/. (akses 14-12-2012 @19.30)

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Dalyono, Muhammad. 2005. Psikologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. DEPDIKNAS, dirjen manajemen pendidikan dasar dan menengah direktorat

pembinaan TK dan SD. 2007. Pedoman Penyusunan KTSP SD. Badan Standar Pendidikan. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2009. Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi

Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Herrhyanto Nar, dkk. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2008. Pembelajaran Konstekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.


(5)

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta.

Lia. 2011. Pengertian Belajar. http://gurulia.wordpress.com/2011/05/17//.html (akses 18-11-2012 @20.15 WIB).

Lilik. 2012. Metode Pembelajaran Talking Stick. http://myworld ly2k.blogspot.com/2012/03/ metode-pembelajaran-talking-stick.html. (akses 09-01-2013 @19.05 WIB).

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran PKn I. Genesindo. Bandung. Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosda. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Safnowandi. 2012. Model Pembelajaran kooperatif. http://safnowandi.wordpress.

com/2012/02/27/model-pembelajaran-kooperatif/ (akses 05-12-2012 @20.00 WIB).

Sardiman. 2010. Interaksi Belajar Mengajar. Raja Grafindo. Jakarta.

Shvoong, 2012. Pengertian Metode Talking Stick. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2156062-pengertian-metode-talking-stick/ (akses 12-11-2012 @08.30)

Slavin. 2009. Cooperative Learning. Nusa Media. Bandung.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiada. 2011. Pengertian Pembelajaran. http://educationmade.blogspot.com; (akses 18-11-2012 @19.30).

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya. Bandung.


(6)

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya

Pena Gemilang. Malang.

Suyatna. 2011. Aktivitas Belajar. http://edukasi.kompasiana.com/2010/04 /11/ aktivitas-belajar/.id. (akses 15-12-2012. @15:00 WIB.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.

Weil. 2011. Model Pembelajaran. http://www.blogspot.tp.ac.id (akses 11-12-2012 @19.30)

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V A SDN 5 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 14 62

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 272

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 6 65

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 2 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 38

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38