PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

Oleh

FERRY APRIYANTO

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajarancooperative learning tipejigsawdi kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui tiga siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes yang kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran IPS kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (49,65%), siklus II (62,75%) dan siklus III (77,54%) dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,1% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 14,79%. Sementara itu rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (66,29), siklus II (70,92), dan siklus III (79,44) dengan demikain terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 4,63 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 8,52.

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, modelcooperative learningtipejigsaw PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODELCOOPERATIVE LEARNING

TIPEJIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan, suatu kelompok manusia tidak akan dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa.

Pendidikan hendaknya diberikan sejak dini guna memberikan dasar pengetahuan secara spiritual, emosional, dan intelektual agar memperoleh potensi yang optimal. (Ihsan, 2008: 22) menyatakan bahwa pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan,


(3)

menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah Sekolah Dasar (SD), karena ditingkat inilah anak didik pertama kali mengalami proses pendidikan dan pembelajaran secara formal. (Wardhani, dkk., 2009: 2.27) menyatakan bahwa Sekolah dasar merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun.

Penanaman konsep-konsep pendidikan dasar harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Maslow dan Rogers (Asma, 2006: 3) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Sejalan dengan Johnson dan Smith (Lie, 2010: 5) yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Interaksi yang terjadi antar pribadi tersebut tentu sangat erat sekali kaitannya dengan pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan masalah sosial dan masalah-masalah tersebut merupakan bahan kajian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi dan politik. (Sardjiyo, dkk., 2009: 1.27) menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Oleh sebab itu dengan adanya ilmu pengetahuan sosial, penerapan pembelajaran IPS bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah


(4)

sosial yang tejadi dalam kehidupan bermasyarakat (Saidihardjoblogspot.com, 2011). Kaitannya dengan ruang lingkup pendidikan IPS di SD hendaknya pembelajaran IPS hanya dibatasi sampai gejala masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Achmad (searchengines.com, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan atau desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Siswa juga harus memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran IPS, karena motivasi yang tinggi dapat menunjang siswa menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang lebih bermakna. Sumarni (belajarpsikologi.com 2005) mengemukakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Guru adalah orang yang berperan penting dalam pemberi motivasi kepada siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran khususnya di sekolah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi dari dalam diri siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian guru sebagai pemberi motivasi kepada siswa harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat yang mampu meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam mata pelajaran IPS, diperoleh data dan informasi bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah, siswa terlihat pasif dalam mengikuti kegiatan belajar dan siswa lebih cenderung mengobrol dengan teman sebangkunya, hal inilah yang menyebabkan belum maksimalnya nilai siswa atau masih di bawah Kriteria


(5)

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65. Dari 27 siswa yang terdapat di kelas VA, 14 siswa atau 52% dengan nilai rata-rata 57,35 masih di bawah KKM dan sisanya 13 siswa atau 48% dengan nilai rata-rata 67,30 sudah mencapai KKM.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di atas disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered), guru lebih sering terpaku dengan buku, dan penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbentuk naratif memakan waktu yang cukup lama sehingga membuat siswa jenuh dan bosan.

Mencermati adanya permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif serta berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu usaha untuk dapat memperbaiki pembelajaran, baik aktivitas maupun hasil pembelajaran siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.

Cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang


(6)

berpusat pada siswa (Student Oriented). Cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran cooperative learning yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007: 54). Model pembelajarancooperative learningtipejigsawini dimulai dari guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penugasan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Melalui model pembelajaran ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi serta melatih sikap bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini an aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur masih rendah.


(7)

2. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur masih rendah. 3. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur masih bersifat

teacher centered(berpusat pada guru).

4. Penggunaan waktu penyajian materi IPS yang kurang efisien.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur?

2. Apakah penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan modelcooperative learningtipejigsaw.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learningtipejigsaw.


(8)

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learningtipejigsaw.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learningtipejigsaw.

2. Guru

Dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta membangkitkan minat peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw serta mengembangkan kemampuan profesional guru dan bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelasnya.

3. Sekolah

Dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 8 Metro Timur, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.

4. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menggunakan modelcooperative learningtipejigsawpada pembelajaran


(9)

IPS, serta dapat memecahkan permasalahan yang terdapat di sekolah dasar.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Aktivitas

Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar, tanpa adanya aktivitas, pembelajaran tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) menyatakan aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Sriyono (Yasa, wordpress.com, 2008) menyatakan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Sedangkan menurut (Juliantara, blogspot.com, 2010) aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

Dierich (Hamalik, 2007: 90) membagi jenis-jenis aktivitas dalam kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu:

a. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.


(11)

d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani seseorang untuk tujuan tertentu, sehingga melalui aktivitas tersebut sesorang dapat memecahkan masalah atau persoalan-persoalan lainnya.

2. Belajar

Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia bukanlah dibawa manusia sejak lahir, melainkan diperoleh melalui berbagai proses belajar yang dialaminya dalam hidup, sebagaimana yang dikemukakan Gagne (Dimyati, 2002: 10) bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Anak itu belajar dari interaksi antara pikiran dengan pengalaman, dan melalui urutan perkembangan struktur kognitif yang lebih komplek (Piaget dalam Suharjo, 2006: 42). Sedangkan Claxton (Suharjo, 2006: 42) menyatakan bahwa belajar itu dipandang sebagai suatu proses yang bersifat personal dan aktif. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu


(12)

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2009: 194). Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan, dkk., 2007: 2).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

3. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas, itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) bahwa aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sedangkan Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.


(13)

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan belajar siswa yang dilakukan siswa secara aktif guna memperoleh ilmu atau pengalaman baru dalam kegiatan pembelajarannya.

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses untuk mencapai tujuan belajar atau hasil belajar. Djarah (duniabaca.com, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Sedangkan menurut (Anitah, 2009: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.

Sudjana (Yasa, wordpress.com, 2008) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) Keterampilan dan Kebiasaan; (b) Pengetahuan dan Pengertian; (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar yang diperolah dari proses cooperative learning tipe jigsaw adalah dalam bentuk skor, baik skor individu maupun skor kelompok (tim). Skor individu dapat diperoleh dari kegiatan selain kuis seperti perolehan skor tim yang merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar, baik kemampuan intelektual maupun kemampuan sosial.


(14)

B. Model Pembelajaran

1. Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran (belajarpsikologi.com, 2012). Kardi dan Nur (blogspot.com, 2011) terdapat lima macam model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran yaitu pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi dan learning strategi. Kantiti (blo.uns.ac.id) menyatakan bahwa terdapat 5 macam model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), model pembelajaran berdasarkan masalah, model pembelajaran kontekstual (CTL), dan model pembelajaran quantum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengelola, mengorganisasikan pembelajaran yang mempunyai makna lebih luas dari pada strategi.

2. ModelCooperative Learning(Model Pembelajaran kooperatif)

Aktivitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran siswa di dalam kelas, untuk itu penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas siswa. Salah satu cara yang dapat di gunakan yaitu dengan model cooperative learning, yaitu model


(15)

pembelajaran dengan cara diskusi kelompok. Artz dan Newman (Asma, 2006: 11) mengemukakan bahwa modelcooperative learningadalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin (Isjoni, 2007: 12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sunarto (wordpress.com, 2009) menyatakan bahwacooperative learningadalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok-kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren (Isjoni, 2007: 13) sebagai berikut:

a.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajarimateri yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki

tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap eavluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran yang


(16)

dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil di mana dalam kelompok tersebut siswa saling bekerja sama dan berdiskusi.

3. Model-modelCooperative Learning

Model cooperative learning terdiri atas beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, yaitu diantaranya: Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume, (Isjoni, 2007: 51). Sedangkan (Slavin, 2010: 11) dalam cooperative learning terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu: Student Team Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC), untuk keterampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model-model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan diskusi kelompok dalam kegiatan pembelajarannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan modelcooperative learningtipejigsawuntuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. Cooperative LearningtipeJigsaw


(17)

Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2011: 217). Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007: 54). Sedangkan Sunarto (wordpress.com, 2009) mengemukakan bahwa metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif dan model pembelajaran yang menitikberatkan pada kerja kelompok.


(18)

Aziz (azisgr.blogspot.com, 2010) mengemukakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dalam model pembelajaran Cooperative LearningtipeJigsaw, yaitu:

a) Kelebihan modelcooperative learningtipeJigsaw:

1. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan.

2. Guru dapat memberikan seluruh kreativitas kemampuan mengajar.

3. Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari materi.

4. Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.

b) Kelemahan modelcooperative learningtipejigsaw:

1. Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah.

2. Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe jigsaw tidak hanya memiliki kelebihan tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai model pembelajaran ini, agar penerapannya dapat terlaksana dengan baik.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

Langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran cooperative learningtipejigsawadalah sebagai berikut:

Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe Jigsawmenurut Rusman (2011: 218):

1. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.

2. Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.

3. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli).

4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.


(19)

6. Pembahasan. 7. Penutup.

Sedangkan menurut Komalasari (2011: 65-66) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam ± 4 orang anggota tim. 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian yang berbeda.

3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajari teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7. Guru memberi evaluasi.

8. Penutup.

Slavin (2010: 241) jigsaw terdiri atas siklus reguler dari kegiatan-kegiatan pengajaran yang meliputi:

1. Membaca

Para siswa menerima topik ahli dan membaca yang diminta untuk menemukan informasi.

2. Diskusi kelompok-ahli

Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.

3. Laporan tim

Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya. 4. Tes

Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.

5. Rekognisi tim

Skor individu dijumlahkan dan menjadi skor kelompok. Tim dengan skor tertinggi diberi penghargaan. Tim ini di sebut tim super. Penghargaan yang diberikan berupa papan buletin yang akan dipajang dimading sekolah. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim siswa berdasarkan tingkat skor kuis kelompok melampaui skor awal siswa.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah cooperative learning tipe jigsaw yang akan digunakan dalam penelitian yaitu


(20)

2. Setiap siswa dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda. 3. Setiap siswa yang mempunyai materi dan tugas yang sama

membentuk kelompok baru (tim ahli).

4. Setelah siswa dalam tim ahli selesai berdiskusi, mereka kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi yang mereka kuasai kepada teman-teman satu kelompoknya (kelompok awal).

5. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6. Pembahasan.

7. Penutup.

D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo, dkk., 2009: 1.27). sedangkan menurut Keller (id.shvoong.com, 2011) IPS adalah suatu paduan dari pada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan/disiplin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan kemasyarakatan. IPS merupakan hasil kombinasi dan hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan politik (Saidiharjo dalam Hidayati, 2008: 1-7). Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat


(21)

menyimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Hasan (Sapriyatna, dkk., 2007: 5) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS dapat di kelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.

Soemantri (Sapriya, dkk., 2006: 9-10) mengemukakan ada empat tujuan pembelajaran IPS dipersekolahan, antara lain:

1. Mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya.

2. Menumbuhkan warga negara yang baik.

3. Simplikasi dan distilasi dari berbagai ilmu sosial untuk kepentingan pendidikan.

4.

dengan mempelajari bahan pembelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan dapat memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun antarpersonal. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD

Achmad (re-searchengine.com, 2005) menyatakan bahwa pendidikan IPS di SD hendaknya harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Sedangkan Piaget (re-searchengine.com, 2005) mengemukakan bahwa anak dalam kelompok usia 7-11 tahun berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (=kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (=abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak.


(22)

Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

4. Tujuan Pembelajaran IPS SD

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki

kemampuan sbb:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memliki dasar untu berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan maslah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat local, nasional dan global

(http://sdnegerikamalkulonprogo.blogspot.com/2010).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa IPS SD adalah ilmu pengetahuan sosial yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun yang berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional.


(23)

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut, apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kels VA SD Negeri 8 Metro Timur dapat meningkat.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu:

(1)Perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting).

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Kusumah, dkk. (2009: 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, mungkin guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, maka dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, dan


(25)

siklus yang baik biasanya lebih dari dua siklus. Adapun siklus dari PTK ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Modifikasi dari Arikunto (2006: 16)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 8 Metro Timur, yang terletak di Jl. Stadion Tejosari No. 24 A Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Refleksi Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

Observasi

Pelaksanaan Refleksi

DST

Observasi SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS Perencanaan nn


(26)

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, dalam jangka waktu 5 bulan, dihitung dari perencanaan, sampai penulisan laporan hasil penelitian.

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas VA di SD Negeri 8 Metro Timur. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah 1 orang guru dan 27 siswa kelas VA yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan. 1) Observasi, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja guru dan

aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.

2) Tes hasil belajar, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa.

D. Alat Pengumpul Data

1) Lembar observasi, instrumen ini dirancang dengan berkolaborasi antara peneliti dan guru. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan membubuhkan poin penilaian pada lembar observasi.


(27)

2) Soal-soal tes adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan dengan menggunakan modelcooperative learningtipejigsaw.

E. Teknik Analisis data

Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data selama proses pembelajaran sebagai acuan perbaikan pada tiap rencana tindakan selanjutnya, dalam kaitannya dengan penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw. Data kualitatif yang dianalisis dari instrumen aktivitas siswa dan kinerja guru yang terangkum dalam lembar observasi.

Data kualitatif pada lembar observasi kegiatan siswa, dianalisis dengan menggunakan persentase:

NA = 100%

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Total skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

Diadopsi dari Aqib, dkk. (2009: 41).

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut ini:


(28)

Tabel 1. Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa. Tingkat Keberhasilan (%) Arti

> 80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Analisis kualitatif pada lembar penilaian kinerja guru dianalisis dengan menggunakan rumus:

= 100

Keterangan:

NK = Nilai Kinerja

TS = Total skor yang diperoleh

SM = Total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati (sumber Aqib, dkk., 2009: 41)

Setelah diperoleh nilai kinerja guru, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Kriteria Hasil Observasi Kinerja Guru. Tingkat Keberhasilan Arti

> 80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi


(29)

20-39 Rendah

< 20 Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

b. Analisis Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui adanya kemajuan hasil belajar siswa melalui tes dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang dipelajari siswa dalam cooperative learnigtipe jigsaw.

Nilai rata-rata belajar siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NA = 100

Keterangan : NA = Nilai Akhir

SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes TS = Total Skor Maksimum dari tes

100 = Konstanta

Diadopsi dari Purwanto (2008: 112).

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, guru dan peneliti secara kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:


(30)

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti.

b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.

c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal-soal test. 2. Pelaksanaan Tindakan

Adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: I. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi pembelajaran serta memotivasi siswa melalui pelemparan isu dan permasalahan yang berhubungan dengan pokok bahasan yang disajikan. Masalah tersebut harus diidentifikasi dan dijelaskan sehingga menimbulkan minat untuk mendiskusikannya di kalangan siswa.

II. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Memfasilitasi siswa dengan menampilkan media gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu kekalahan Jepang dalam perang pasifik dan masa persiapan kemerdekaan.


(31)

2. Melibatkan siswa dalam mencari informasi mengenai materi yang akan dipelajari.

3. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen dengan jumlah 4-6 orang (kelompok awal).

2. Memfasilitasi siswa dengan pemberian teks dan topik ahli, dan selanjutnya siswa diperintahkan untuk membaca teks tersebut. 3. Meminta siswa dengan topik yang sama berkumpul dalam satu

kelompok baru (ahli)

4. Memfasilitasi kelompok ahli dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS) dan menunjuk salah satu siswa sebagai pemimpin kelompok.

5. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

6. Meminta semua siswa dari kelompok ahli untuk kembali kekelompok awal dan mengajari teman-teman satu kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan bersama kelompok ahli.

7. Memfasilitasi siswa melalui pemberian lembar soal post test serta lembar jawaban. (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan II).


(32)

8. Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis dan menyelesaikan post test yang diberikan (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan II)

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Melakukan tanya jawab pada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa.

2. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman tentang materi yang telah dipelajari.

III. Kegiatan Akhir

1. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami.

2. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.

3. Guru memberi penguatan kepada siswa.

3. Observasi

Observasi oleh observer dilaksanakan pada saat pelaksanaan dengan menggunakan lembar observasi. Segala aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan membubuhkan tanda checklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan


(33)

mengkaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran, sebagai acuan membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II, guru dan peneliti secara kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti.

b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.

c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal-soal test. 2. Pelaksanaan Tindakan

-usaha

langkah-langkah kegiata sebagai berikut:

I. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi pembelajaran serta memotivasi siswa melalui pelemparan isu dan permasalahan yang berhubungan dengan pokok bahasan yang disajikan. Masalah tersebut harus diidentifikasi dan dijelaskan sehingga menimbulkan minat untuk mendiskusikannya di kalangan siswa.


(34)

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Memfasilitasi siswa dengan menampilkan gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu usaha-usaha persiapan kemerdekaan dan peristiwa Rengasdengklok.

2. Melibatkan siswa dalam mencari informasi mengenai materi yang akan dipelajari.

3. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen dengan jumlah 4-6 orang (kelompok awal).

2. Memfasilitasi siswa dengan pemberian teks dan topik ahli, dan selanjutnya siswa diperintahkan untuk membaca teks tersebut. 3. Meminta siswa dengan topik yang sama berkumpul dalam satu

kelompok baru (ahli)

4. Memfasilitasi kelompok ahli dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS) dan menunjuk salah satu siswa sebagai pemimpin kelompok.

5. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

6. Meminta semua siswa dari kelompok ahli untuk kembali kekelompok awal dan mengajari teman-teman satu


(35)

kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan bersama kelompok ahli.

7. Memfasilitasi siswa melalui pemberian lembar soal post test serta lembar jawaban. (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan II).

8. Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis dan menyelesaikan post test yang diberikan (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan II)

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Melakukan tanya jawab pada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa.

2. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman tentang materi yang telah dipelajari.

III. Kegiatan Akhir

1. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami.

2. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.

3. Guru memberi penguatan kepada siswa. 3. Observasi

Observasi oleh observer dilaksanakan pada saat pelaksanaan dengan menggunakan lembar observasi. Segala aktivitas siswa dan


(36)

kinerja guru diamati dengan membubuhkan tanda checklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran, sebagai acuan membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

Siklus III

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus III, guru dan peneliti secara kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti.

b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.

c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal-soal test.

2. Pelaksanaan Tindakan

-detik Proklamasi dan menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan

Adapun langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut: I. Kegiatan Awal


(37)

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi pembelajaran serta memotivasi siswa melalui pelemparan isu dan permasalahan yang berhubungan dengan pokok bahasan yang disajikan. Masalah tersebut harus diidentifikasi dan dijelaskan sehingga menimbulkan minat untuk mendiskusikannya di kalangan siswa.

II. Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Memfasilitasi siswa dengan menampilkan gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu detik-detik proklamasi dan menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

2. Melibatkan siswa dalam mencari informasi mengenai materi yang akan dipelajari.

3. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen dengan jumlah 4-6 orang (kelompok awal).

2. Memfasilitasi siswa dengan pemberian teks dan topik ahli, dan selanjutnya siswa diperintahkan untuk membaca teks tersebut. 3. Meminta siswa dengan topik yang sama berkumpul dalam satu


(38)

4. Memfasilitasi kelompok ahli dengan pemberian lembar kerja siswa (LKS) dan menunjuk salah satu siswa sebagai pemimpin kelompok.

5. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

6. Meminta semua siswa dari kelompok ahli untuk kembali kekelompok awal dan mengajari teman-teman satu kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan bersama kelompok ahli.

7. Memfasilitasi siswa melalui pemberian lembar soal post test serta lembar jawaban. (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan II).

8. Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis dan menyelesaikan post test yang diberikan (kegiatan ini dilakukan pada pertemuan II)

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Melakukan tanya jawab pada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa.

2. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman tentang materi yang telah dipelajari.

III. Kegiatan Akhir

1. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami.


(39)

2. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.

3. Guru memberi penguatan kepada siswa. 3. Observasi

Observasi oleh observer dilaksanakan pada saat pelaksanaan dengan menggunakan lembar observasi. Segala aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan membubuhkan tanda checklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran, sebagai acuan membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan Penelitian

Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran IPS dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila:

1) Persentase siswa aktif meningkat setiap siklusnya, 2) Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya,

3) Tingkat keberhasilan belajar siswa telah mencapai KKM yaitu 65 dan secara klasikal mencapai 75%.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan terhadap siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model cooperative learning tip jigsaw pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan mulai dari siklus I, II dan III dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu nilai rata-rata pada siklus I mencapai 49,65% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 62,75% dan selanjutnya pada siklus III meningkat menjadi 77,54%. Berdasarkan hasil rekapitulasi tersebut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase aktivitas siswa setiap siklusnya yaitu pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13.1% dan pada siklus II ke siklus III sebesar 14,79%. Hal tersebut menunjukkan bahwa model cooperative learning tipe jigsaw berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS.

2. Penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh siswa pada siklus I, II dan III. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,29, kemudian pada


(41)

siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 70,92 dan pada siklus III meningkat menjadi 79,44. Bila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 27 siswa pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 17 siswa (62,96%), pada siklus II meningkat menjadi 19 siswa (70,37%) dan pada siklus III meningkat menjadi 23 Siswa (85,18%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

a. Siswa

Sebaiknya untuk selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, selalu membaca dan mempelajari lembar topik yang diberikan serta bertanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran kemudian mengajarkan materi yang dikuasai kepada siswa lain.

b. Guru

Sebaiknya dalam mengajar guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan tidak terpaku pada guru, salah satunya yaitu dengan modelcooperative learningtipejigsaw.

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta dapat memotivasi guru-guru untuk berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran, antara lain seperti penggunaan modelcooperative learning tipejigsawsehingga dapat membantu mewujudkan visi dan misi sekolah.


(42)

(43)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODELCOOPERATIVE LEARNING

TIPEJIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh Ferry Apriyanto

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(44)

Oleh

FERRY APRIYANTO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODELCOOPERATIVE LEARNING

TIPEJIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR


(45)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 24 2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus. ... 81 3. Grafik Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus. ... 85 4. Grafik Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 86 5. Grafik Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa... 88


(46)

vi DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR ... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Rumusan Masalah... 6 D. Tujuan Penelitian... 6 E. Manfaat Penelitian ... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9 A. Aktivitas dan Hasil Belajar... 9 1. Aktivitas ... 9 2. Belajar... 10 3. Aktivitas Belajar ... 11 4. Hasil Belajar ... 12 B. Model Pembelajaran ... 13 1. Model-model Pembelajaran ... 13 2. ModelCooperative Learning(Model pembelajaran Cooperative) 14 3. Model-modelCooperative Learning... 15 C. Cooprative LearningtipeJigsaw ... 16 1. Pengertiancooperative learningtipejigsaw... 16 2. Kelebihan dan kelemahancooperative learningtipejigsaw... 17 3. Langkah-langkah model pembelajarancooperative learningtipe

jigsaw... 17 D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 19 1. Pengertian IPS ... 19 2. Tujuan Pembelajaran IPS ... 20 3. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD ... 21 3. Tujuan Pembelajaran IPS SD ... 21 E. Hipotesis Tindakan ... 22 BAB III METODE PENELITIAN... 23 A. Jenis Penelitian ... 23 B. Setting Penelitian ... 24 C. Teknik Pengumpulan Data ... 25


(47)

vi D. Alat Pengumpul Data ... 25 E. Teknik Analisis Data ... 26 F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 29 G. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40 A. Prosedur Penelitian... 40 B. Hasil Penelitian... 41 C. Pembahasan ... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 89 A. Kesimpulan... 89 B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2005. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD. http://re-searchengines.com/0805arief7.html. 5 Februari 2012@ 22.10 WIB.

Abdillah. 2011. Tujuan IPS di SD. http: // gudangilmuabdi. blogspot.com /2011/03/tujuan-ips-di-sd.html. 5 Februari 2012@ 2019 WIB. Anitah, Sri. 2009.Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Anonim. 2008. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar. http:// duniabaca. com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. 5 Desember 2011@ 14.30 WIB.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Cooperative. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Aziz, Abdul. 2010. Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. http:// azisgr. blogspot.com/2010/05/model- pembelajaran- kooperatif-tipe.html. 18 Januari 2012@ 22.25 WIB.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hernawan, dkk. 2007.Belajar dan Pembelajaran SD. UPI PRESS. Bandung. Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Ihsan, Fuad. 2008.Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Jakarta.


(49)

Juliantara, Ketut. Aktivitas belajar. http://edukasi. kompasiana.com/ 2010/04/11/aktivitas-belajar/. 6 Desember 2011@ 17.03 WIB.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Rajawali Pres. Jakarta.

Kusumah, Wijaya dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Pritindo. Jakarta.

Lie, Anita. 2010. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang. Nusa Media. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman. 2011.Model-model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Sapriyatna, Nana dkk. 2007.Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Sardiman. 2010.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sardjiyo, dkk. 2009.Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Slavin, Robert. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Subroto. 2011. Pembelajaran IPS di SD. http:// sdnegerikamalkulonprogo . blogspot.com /2010/10/pembelajaran- ips-di-sekolah-dasar.html. 15 Mei 2012@ 13.35 WIB.

Sudrajat, Akhmad. 2009. Cooperative Learning. http:// akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/. 7 Desember 2011@ 21.35 WIB.

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Jakarta.

Sumarni, Siti. 2005. Pengertian motivasi Belajar. http:// belajarpsikologi.com/ pengertian-motivasi-belajar/. 7 Desember 2011@ 20.03 WIB.


(50)

Sunarto. 2009. Cooperative Learning. http:// sunartombs. wordpress.com /2009/03/20/ pengertian-cooperative-learning/. 28 Januari 2012@ 15.28 WIB.

Sunyono. 2009. Modul Perencanaan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardhani, I.G.A.K dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. http:// ipotes. wordpress. com/2008/05/24/prestasi-belajar/.html. 6 Desember 2011@ 13.45 WIB.


(51)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ... 27 2. Kriteria Keberhasilan Kinerja Guru ... 28 3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1... 49 4. Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1... 50 5. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2... 51 6. Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2... 52 7. Hasil Belajar siswa Siklus I... 52 8. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 62 9. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 63 10. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2... 64 11. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2... 64 12. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 65 13. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 74 14. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 75 15. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2 ... 76 16. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2 ... 77 17. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 79 18. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 75 19. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 83 20. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus... 86 21. Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 87


(52)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan, suatu kelompok manusia tidak akan dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa.

Pendidikan hendaknya diberikan sejak dini guna memberikan dasar pengetahuan secara spiritual, emosional, dan intelektual agar memperoleh potensi yang optimal. (Ihsan, 2008: 22) menyatakan bahwa pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan,


(53)

2

menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah Sekolah Dasar (SD), karena ditingkat inilah anak didik pertama kali mengalami proses pendidikan dan pembelajaran secara formal. (Wardhani, dkk., 2009: 2.27) menyatakan bahwa Sekolah dasar merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun.

Penanaman konsep-konsep pendidikan dasar harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Maslow dan Rogers (Asma, 2006: 3) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Sejalan dengan Johnson dan Smith (Lie, 2010: 5) yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Interaksi yang terjadi antar pribadi tersebut tentu sangat erat sekali kaitannya dengan pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan masalah sosial dan masalah-masalah tersebut merupakan bahan kajian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi dan politik. (Sardjiyo, dkk., 2009: 1.27) menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Oleh sebab itu dengan adanya ilmu pengetahuan sosial, penerapan pembelajaran IPS bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah


(54)

3

sosial yang tejadi dalam kehidupan bermasyarakat (Saidihardjoblogspot.com, 2011). Kaitannya dengan ruang lingkup pendidikan IPS di SD hendaknya pembelajaran IPS hanya dibatasi sampai gejala masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Achmad (searchengines.com, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan atau desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Siswa juga harus memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran IPS, karena motivasi yang tinggi dapat menunjang siswa menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang lebih bermakna. Sumarni (belajarpsikologi.com 2005) mengemukakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Guru adalah orang yang berperan penting dalam pemberi motivasi kepada siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran khususnya di sekolah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi dari dalam diri siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian guru sebagai pemberi motivasi kepada siswa harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat yang mampu meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam mata pelajaran IPS, diperoleh data dan informasi bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah, siswa terlihat pasif dalam mengikuti kegiatan belajar dan siswa lebih cenderung mengobrol dengan teman sebangkunya, hal inilah yang menyebabkan belum maksimalnya nilai siswa atau masih di bawah Kriteria


(55)

4

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65. Dari 27 siswa yang terdapat di kelas VA, 14 siswa atau 52% dengan nilai rata-rata 57,35 masih di bawah KKM dan sisanya 13 siswa atau 48% dengan nilai rata-rata 67,30 sudah mencapai KKM.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di atas disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered), guru lebih sering terpaku dengan buku, dan penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbentuk naratif memakan waktu yang cukup lama sehingga membuat siswa jenuh dan bosan.

Mencermati adanya permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif serta berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu usaha untuk dapat memperbaiki pembelajaran, baik aktivitas maupun hasil pembelajaran siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.

Cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang


(56)

5

berpusat pada siswa (Student Oriented). Cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran cooperative learning yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007: 54). Model pembelajarancooperative learningtipejigsawini dimulai dari guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penugasan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Melalui model pembelajaran ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi serta melatih sikap bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengangkat judul s dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Pela

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur masih rendah.


(57)

6

2. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur masih rendah. 3. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur masih bersifat

teacher centered(berpusat pada guru).

4. Penggunaan waktu penyajian materi IPS yang kurang efisien.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur?

2. Apakah penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan modelcooperative learningtipejigsaw.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learningtipejigsaw.


(58)

7

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learningtipejigsaw.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learningtipejigsaw.

2. Guru

Dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta membangkitkan minat peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw serta mengembangkan kemampuan profesional guru dan bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelasnya.

3. Sekolah

Dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 8 Metro Timur, sehingga memiliki output yang berkualitas dan kompetitif.

4. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menggunakan modelcooperative learningtipejigsawpada pembelajaran


(59)

8

IPS, serta dapat memecahkan permasalahan yang terdapat di sekolah dasar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Aktivitas


(60)

9

Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar, tanpa adanya aktivitas, pembelajaran tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) menyatakan aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Sriyono (Yasa, wordpress.com, 2008) menyatakan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Sedangkan menurut (Juliantara, blogspot.com, 2010) aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

Dierich (Hamalik, 2007: 90) membagi jenis-jenis aktivitas dalam kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu:

a. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu kegiatan yang melibatkan


(61)

10

jasmani dan rohani seseorang untuk tujuan tertentu, sehingga melalui aktivitas tersebut sesorang dapat memecahkan masalah atau persoalan-persoalan lainnya.

2. Belajar

Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia bukanlah dibawa manusia sejak lahir, melainkan diperoleh melalui berbagai proses belajar yang dialaminya dalam hidup, sebagaimana yang dikemukakan Gagne (Dimyati, 2002: 10) bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Anak itu belajar dari interaksi antara pikiran dengan pengalaman, dan melalui urutan perkembangan struktur kognitif yang lebih komplek (Piaget dalam Suharjo, 2006: 42). Sedangkan Claxton (Suharjo, 2006: 42) menyatakan bahwa belajar itu dipandang sebagai suatu proses yang bersifat personal dan aktif. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2009: 194). Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan, dkk., 2007: 2).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,


(62)

11

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

3. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas, itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) bahwa aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sedangkan Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan belajar siswa yang dilakukan siswa secara aktif guna memperoleh ilmu atau pengalaman baru dalam kegiatan pembelajarannya.

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses untuk mencapai tujuan belajar atau hasil belajar. Djarah (duniabaca.com, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk


(63)

12

kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Sedangkan menurut (Anitah, 2009: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.

Sudjana (Yasa, wordpress.com, 2008) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) Keterampilan dan Kebiasaan; (b) Pengetahuan dan Pengertian; (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar yang diperolah dari proses cooperative learning tipe jigsaw adalah dalam bentuk skor, baik skor individu maupun skor kelompok (tim). Skor individu dapat diperoleh dari kegiatan selain kuis seperti perolehan skor tim yang merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar, baik kemampuan intelektual maupun kemampuan sosial.

B. Model Pembelajaran

1. Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran (belajarpsikologi.com, 2012). Kardi dan Nur (blogspot.com, 2011) terdapat lima macam model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran yaitu pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi dan


(64)

13

learning strategi. Kantiti (blo.uns.ac.id) menyatakan bahwa terdapat 5 macam model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), model pembelajaran berdasarkan masalah, model pembelajaran kontekstual (CTL), dan model pembelajaran quantum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengelola, mengorganisasikan pembelajaran yang mempunyai makna lebih luas dari pada strategi.

2. ModelCooperative Learning(Model Pembelajaran kooperatif)

Aktivitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran siswa di dalam kelas, untuk itu penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas siswa. Salah satu cara yang dapat di gunakan yaitu dengan model cooperative learning, yaitu model pembelajaran dengan cara diskusi kelompok. Artz dan Newman (Asma, 2006: 11) mengemukakan bahwa modelcooperative learningadalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin (Isjoni, 2007: 12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sunarto (wordpress.com, 2009) menyatakan bahwacooperative learningadalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada


(1)

i

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirohim

Kupersembahakan karya ini kepada

Bapak dan Ibu tercinta

Yang senantiasa mendoakan anak-anaknya menjadi seseorang yang bermanfaat

bagi dirinya dan orang-orang disekelilingnya

Serta memenuhi kebutuhan akan moril maupun materil demi

tercapainya sebuah cita-cita

adikku

Yang selalu mendoakanku supaya aku menjandi seseorang yang

dapat mereka banggakan

Seseorang

Yang selalu memotivasiku untuk menjadi lebih baik dalam menjalani hidup,

Sahabat-sahabatku


(2)

i

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirohim

Kupersembahakan karya ini kepada

Bapak dan Ibu tercinta

Yang senantiasa mendoakan anak-anaknya menjadi seseorang yang bermanfaat

bagi dirinya dan orang-orang disekelilingnya

Serta memenuhi kebutuhan akan moril maupun materil demi

tercapainya sebuah cita-cita

Adikku

Yang selalu mendoakanku supaya aku menjadi seseorang

yang dapat ia banggakan

Sahabat-sahabatku


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal 1 Maret 1991. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara putra dari Bapak Sastra Apduroni dan Ibu Liza Septiawati.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Chandra Kirana Metro yang diselesaikan pada tahun 1996, Sekolah Dasar di selesaikan di SDN 10 Metro Pusat pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Metro 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Metro diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis tercatat sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(4)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan ModelCooperative LearningtipeJigsawpada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini banyak sekali bantuan, bimbingan, motivasi, doa serta saran-saran yang telah diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unila yang telah memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro sekaligus selaku dosen pembimbing I yang telah banyak membantu, membimbing,


(5)

iii dan memberikan saran kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., selaku pembahas yang telah memberikan

masukan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan yang bermanfaat selama ini.

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S-1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu penulis dalam kelancaran skripsi ini.

9. Kepala Sekolah SD Negeri 8 Metro Timur, Ibu Dwi Hastuti, A.Ma.Pd. yang telah mengizinkan penyelenggaraan penelitian dan membantu penulis selama melakukan peneltian.

10. Ibu Hartati, A.Ma.Pd., selaku guru kelas VA sekaligus teman sejawat yang banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

11. Kedua orang tua, adik dan orang yang senantiasa memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

12. Seluruh sahabatku, Fitka, Ari, Edo, Gustam, Depit, Agil, Annisa, Ayu, dkk yang telah memberikan motivasi dan doa untuk keberhasilan penulis. 13. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2008 khususnya serta mahasiswa

PGSD pada umumnya atas doa dan dukungannya selama ini.

14. Teman-teman club futsalku, Sae, Asep, Dika, Radit, Madon, Gambas, Gendut, Arif, Yan, dll, yang telah memberikan motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.


(6)

iv 15. Siswa-siswi SD Negeri 8 Metro Timur khususnya kelas VA, atas

partisipasi dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.

Penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Metro, 23 Juli 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IVB SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 8 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 272

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 57

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 79

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38