KONTRIBUSI FLEKSIBELITAS TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DOLPHIN (TANPA GERAKAN TANGAN ) PADA MAHASISWA PENJAS UNILA ANGKATAN 2012 TAHUN AJARAN 2013

(1)

KONTRIBUSI FLEKSIBELITAS TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DOLPHIN (TANPA GERAKAN TANGAN ) PADA

MAHASISWA PENJAS UNILA ANGKATAN 2012 TAHUN AJARAN 2013

Oleh

MIFTAHUL MAHMUDAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

KONTRIBUSI FLEKSIBELITAS TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DOLPHIN (TANPA GERAKAN TANGAN ) PADA

MAHASISWA PENJAS UNILA ANGKATAN 2012 TAHUN AJARAN 2013

Oleh

MIFTAHUL MAHMUDAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kontribusi Fleksibelitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada Mahasiswa penjas unila angkatan 2012 Tahun ajaran 2013

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kwantitatif, serta menggunakan pada Mahasiswa penjas unila angkatan 2012 Tahun ajaran 2014. Populasinya merupakan populasi sample yang berjumlah 60 mahasiswa.

Dari hasil penelitian di dapat bahwa ada Kontribusi Fleksibelitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) sebesar 0,73 (53,29 %). Hal ini berarti adanya hubungan yang positif antara Fleksibelitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) cabang olahraga renang. Oleh karena itu seorang pelatih atau guru agar dapat meningkatkan kemampuan

Fleksibelitas dengan memberikan latihan yang sifatnya melatih Fleksibelitas

tanpa melupakan komponen yang lainnya.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Fleksibelitas memberikan hubungan yang positif terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada Mahasiswa penjas unila angkatan 2012 Tahun ajaran 2013


(3)

(4)

(5)

(6)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Pendidikan ……… . 8

B. Pendidikan Penjas ... 11

C. Keterampilan Gerak... 12

D. Kecepatan ... 14

E. Fleksibilitas ... 16

F. Sejarah Renang………... ... 17

G.Pengertian Renang... 18

H.Renang Gaya Kupu-Kupu ... 18

I. Kerangka Pikir ... 29

I. Hipotesis... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian dan Objek Penelitian ... 32

C. Identifikasi Variabel ... 32

D. Intrument Penelitian ... 33


(7)

C. Pebahasan ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran secara aktif didalam mengembangkan potensi dirinya. Salah satu pendidikan dasar yang diberikan adalah pendidikan kebudayaan, yang didapat secara perorangan, berkelompok, dari lingkungan keluarga, dan secara manajemen (sekolah atau lembaga pendidikan).

Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidup manusia agar dapat bersaing dalam membangun taraf hidup diri sendiri, bangsa dan negara. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia seumur hidup dengan kata lain dimulai dari sejak dini hingga akhir hayat. Pendidikan adalah semua kegiatan dan usaha dari generasi tua untuk menggali pengetahuan, pengalaman dan kecakapan keterampilan kepada generasi muda baik disengaja maupun tidak disengaja.

Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani, rohani, kepribadian mantap, mandiri serta bertanggung jawab yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk


(9)

mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat ditempuh melalui berbagai upaya yaitu melalui pendidikan formal maupun non formal.

Di zaman Era globalisasi, penyelengara pendidikan yang demokratis dan akuntabel untuk meningkatkan kwalitas pendidikan nasional sehingga dapat bersaing dengan negara-negara maju. Salah satu upaya untuk mewujudkan kwalitas pendidikan nasional tersebut dapat ditempuh melalui pendidkan jasmani. Pendidkan jasmani merupakan bagian intergal dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani dan keterampilan psikis. Dalam pelaksaannya aktifitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar dan melalui pengalaman itulah pendidikan tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan makna tentang pendidikan jasmani, adapun makna pendidikan jasmani adalah pendidikan dari jasmani yang berbentuk suatu sistem atau program aktifitas jasmani yang intensive melibatkan otot - otot besar yang dirancang untuk merangsang organ - organ tubuh agar sehat sebagai akibat dari aktivitas itu dapat diperoleh pelakunya serta memberikan pendidikan melalui jasmani yang terbentuk dalam suatu program aktivitas jasmani yang medianya gerak tubuh dirancang untuk menghasilkan beragam pengalaman dan tujuan seperti: belajar, sosial, intelektual, keindahan dan kesehatan.

Dalam GBHN tidak dijumpai maksud atau makna dari pendidikan jasmani, tetapi yang ditemukan adalah lingkungan sekolah pendidikan jasmani dan


(10)

olahraga perlu ditingkatkan. Di lingkungan sekolah selain pendidikan jasmani aktivitas olahraga perlu diprogramkan dan dilaksanakan. Interprestasi yang dapat dikemukakan adalah bahwa program pendidikan jasmani dilaksanakan sebagai kegiatan kurikuler dan extrakurikurel yang bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani siswa.

Pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan serta mengunakan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas kemauan sendiri dan bermanfaat dan menimbulkan adanya reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, sosial dan emosional.

Meteri ajar pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek yaitu : (1) permainan dan olahraga, ( 2 ) aktifitas pengembangan, (3) uji diri atau senam, (4) aktifitas ritmik, (5) aquatik atau renang dan ( 6) aktifitas luar sekolah. Di dalam tiap – tiap aspek materi ajar pendidikan jasmani tersebut harus diberikan kepada peserta didik, serta disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ditempuh.

Pada tahap belajar mahasiswa semester 2 sudah biberikan mata kuliah renang, yang secara bertahap dimulai renang 1 dan kemudian dilanjutkan dengan


(11)

matakuliah renang 2 pada semester 3. Mata kuliah renang 1 meliputi renang gaya dada, bebas dan punggung , sedangkan pada renang 2 diberikan materi renang gaya kupu-kupu dolphin dan menyelamatkan oarang tenggelam.

Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan (Fleksibilitas), karena kelentukan menujukan kualitas yang memungkinkan suatu sekmen bergerak secara maksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas ini kemungkinan otot atau sekelompok secara maksimal.

Fleksibilitas maupun lentukan togok berperan pada saat perenang melakukan liukan punggungnya seperti gerakan ikan berenang, karena fleksibilitas sendi punggung merupakan sumbu gerakan punggung bagian atas. Apabila fleksibilitas togok meningkat maka gerakan akan semakin efisien dan waktu tempuh yang akan dicapai oleh perenang semakin minim, sehingga perenang dapat menyelesaikan renangannya dengan cepat. Dengan demikian diduga terdapat hubungan positif antara fleksibilitas togok dengan prestasi renang gaya dolphin.

Berdasarkan hasil obsevasi yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 , rata- rata mahasiswa putra sudah dapat melakukan renang gaya dolphin, tetapi untuk mendapatkan hasil terbaik pada mahasiswa tersebut belum tercapai, dikarnakan rendahnya keterampilan siswa melakukan gerakan start awal dan kelenturan saat melakukan renang gaya dolphin secara sempurna seperti yang diharapkan.

Hasil observasi lainnya mahasiswa penjas angkatan 2012 mengatakan bahwa beberapa mahasiswa yang lainnya belum dapat melakukan renang gaya


(12)

dolphin secara maksimal dikarnakan mereka masih takut tengelam dan alat pengaman berenang kurang memadai.

Berdasarkan latar belakang dari uraian di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “ kontribusi fleksibelitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013”, sehingga dapat mengetahui seberapa besar kontribusi fleksibelitas terhadap kecepatan renang gaya

dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraian, maka permasalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Pentingnya keterampilan start awal mahasiswa penjas unila angkatan 2012 saat melakukan renang gaya dolphin ( tanpa gerakan tangan) secara sempurna seperti yang diharapkan.

2. Pentingnya keterampilan renang gaya dolphin ( tanpa gerakan tangan) mahasiswa penjas unila angkatan 2012, sehingga mengakibatkan kecepatan dalam renang tidak maksimal

3. Pentingnya pengetahuan mahasiswa penjas unila angkatan 2012 mengenai pentingnya fungsi fleksibelitas terhadap renang gaya dolphin.


(13)

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, tenaga dan waktu serta untuk menghindari penafsiran yang berbeda dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi permasalahan ini yaitu : ” Kontribusi Fleksibelitas Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dolphin (Tanpa Gerakan Tangan ) Pada Mahasiswa Penjas Unila Angkatan 2012 Tahun Ajaran 2013”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada kontribusi fleksibilitas terhadap kecepatan renang gaya

dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, maka peneliti dapat memberikan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi fleksibelitas terhadap kecepatan Ienang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013?


(14)

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Sebagai salah satu pembelajaran untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) sehingga mengasilkan kecepatan renang yang maxsimal.

2. Bagi Pelatih Renang maupun Guru Penjaskesrek

Sebagai bahan rujukan untuk melatih peningkatan kecepatan renang gaya

dolphin (tanpa gerakan tangan ) bagi atlet atau murid dalam kegiatan pembinaan prestasi yang dilaksanakan di klub atau di sekolah.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Sebagai salah satu acuan dalam bahan pengkajian dan analisis ilmu biomekanika untuk diaplikasikan dalam praktik pembelajaran maupun pelatihan olahraga prestasi, khususnya olahraga cabang renang nomor gaya dolphin baik disekolah maupun universitas.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Tempat penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kolam renang Universitas Lampung.

2. Objek penelitian yang diamati adalah fleksibelitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ).

3. Subjek penelitian yang diamati adalah mahasiswa penjas Unila angkatan 2012


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian pendidikan menurut John Dewey (2005:36) pendidikan adalah suatu proses pengalaman karena kehidupan adalah pertumbuhan.

Pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang. Pengertian pendidikan menurut Mahmud Yunus (1992:68) pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi, agar si anak hidup bahagia serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat, sedangkan pendidikan menurut Herman H Horn (1990:30) pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar


(16)

kepada tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar intelektual emosional dan kemauan dari manusia.

Kata pendidikan Berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ ilmu dan seni mengajar anak. Namun pendidikan juga memiliki pengertian sendiri menurut para ahli, yaitu: menurut Langefeld (1998:90) mengatakan mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan. Menurut Heageveld (1997:46) mengatakan mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan memproses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi baik itu dilakukan dengan perorangan, berkelompok, dari ruang kecil (keluarga) dan secara manajemen (sekolah atau lembaga pendidikan). Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup bangsa dan negara. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup dengan kata lain dimulai dari sejak dini hingga akhir hayat. Pendidikan adalah semua kegiatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan keterampilannya kepada generasi muda baik sengaja maupun tidak sengaja.


(17)

Menurut (Abdul Gafur, 1983:8-9) pembangunan dibidang pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, hal ini dalam rangka agar tidak terjadi ketinggalan dari negara lain yang sudah berkembang, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab bermasyarakat dan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka ditempuh upaya melalui berbagai jalur pendidikan baik itu jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan pengelolaan pendidikan dilaksanakan secara terdesentralisasi. Era globalisasi menuntut penyelenggaraan pendidikan yang demokratis dan akuntabel untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional sehingga dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.

B. Pendidikan Jasmani

Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat


(18)

menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras dan seimbang. (Eddy Suparman, 2000: 8).

Pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat, Siedentop (1991:69), mengatakan bahwa pada masa tahun 1990-an pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan melalui aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani".

Menurut Jesse Feiring William (2001:135), Pendidikan Jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa: „Manakala pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai

dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional dan estetika.‟

James A. Baley dan David A.Field (2001:163) mengatakan bahwa :”Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan


(19)

pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual dan sosial. Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak.

Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif dan afektif.

C. Keterampilan Gerak

Keterampilan, menurut para ahli adalah sebuah kecakapan atau tingkat penguasaan terhadap suatu gerak atau pola gerak, yang dicirikan oleh tiga indikator kualitas utama, yaitu efektif, efisien dan adaptable (Samsudin 2008:22). Menurut Lutan (1988:95) menerangkan bahwa keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.

Keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.


(20)

Menurut Lutan (1988:305) belajar keterampilan gerak berlangsung melalui beberapa tahap. Fitts dan Posner (1967:204) telah membahas tahap-tahap belajar motorik yakni: (a) tahap kognitif, (b) tahap asosiatif dan (c) tahap otomatis.

1. Tahap Kognitif

Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari keterampilan motorik membutuhkan informasi bagaimana cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerpan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini gerakan seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.

2. Tahap Asosiatif

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun semakin konsisten.

3. Tahap Otomatis

Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan secara otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya.


(21)

D. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan organisme atlet dalam melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya (Suharno HP, 1993:26). Menurut Harsono (1988:216) kecepatan sebagai kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesimgkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

M.Sajoto(1995:19) kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yan sesingkat-singkatnya. Kecepatan juga sebagai jarak persatuan waktu, juga diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan gerak, proses sistem gerak dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam satuan waktu tertentu. Kecepatan adalah hasil kerja suatu tenaga pada suatu masa ( Jonath. U, F Haag, R. Krenpel, 1987:20 ). Kecepatan merupakan komponen yang penting dalam olahraga dan merupakan komponen yang utama bagi pelari cepat. Oleh karena itu yang dimaksud dengan kecepatan dalam penulisan ini adalah kecepatan melakukan lari 40 meter. Faktor yang mempengaruhi kecepatan adalah:

1. Kelentukan

Kurangnya kelentukan daerah pinggul dan tungkai atas akan mengurangi kecepatan lari, karena tahanan yang dibutuhkan oleh otot yang berlawanan.


(22)

2. Tipe Tubuh

Orang yang Obesitas cenderung mempunyai gerak yang lamban, hal ini dikarena oleh friksi dari sel-sel lemak dalam sel otot serta beban ekstra dari berat badan yang harus diatasi pada saat melakukan gerakan.

3. Umur

Peningkatan kecepatan sesuai dengan penambahan umur, perempuan rata-rata mencapai puncakya pada umur 13-18 tahun, pria pada umur 21 tahun. Keadaankk ini dapat bertahan 3-4 tahun dan kemudian menurun. Penurunan terjadi lebih cepat bila tidak melakukan latihan.

4. Jenis Kelamin Terlihat perbedaan kecepatan antara laki-laki dan perempuan, perempuan hanya memiliki 85% dari laki-laki. Perbedaan ini juga di pengaruhi oleh kekuatan otot. Dari beberapa pengertian kecepatan di atas maka dapat E. Fleksibilitas

Istilah fleksibilitas dikemukan oleh Paul Uram (1986:58) dalam bidang keolahragaan yang merupakan penyaluran istilah dari bahas inggris yaitu

“flexibilty”, menurut beberapa referensi keolahragaan Indonesia fleksibility diartikan dengan kelentukan. Oleh karena itu terdapat kesamaan pengertian istilah antara fleksibiltas dengan kelentukan, sehingga dalam kajian prilaku motorik dapat dipergunakan istilah fleksibilatas untuk menyatakan kelentukan. Pada dasarnya pada cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan (fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu sekmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas itu kemungkinan otot atas kelompok otot untuk memanjang


(23)

dan memendek serta memanfaatkan sendi– sendi secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka Paul Uram mengatakan bahwa setiap cabang olahraga mempunyai persamaan mengenai pentingnya unsur fleksibilatas dalam penampilan yang optimal. Untuk cabang olahraga sepaktakraw khususnya teknik smash kelentukan sangat dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerak smash.

Harsono, (1988:163), memberikan defenisi sebagai berikut : “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot –otot, tendo dan ligamen”.

Kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendo, ligamen dan struktur kerangka tulang. Selain itu kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga). Jadi perlu disadari bahwa tanpa pertimbangan yang memadai terhadap kelentukan, cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan responden otot, sebagaimana dikemukakan oleh Paul Uram (1986:14) bahwa : “Latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang memadai bagi pengembangan kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan membatasi responden otot disimpulkan, kecepatan adalah kemampuan tubuh seseorang untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu sesingkat - singkatya dengan hasil yang sebaik -baiknya.


(24)

F. Sejarah Renang

Menurut Richardson A.r.( 36:1986 ) mengatakan bahwa Perlombaan berenang dimulai di Eropa sekitar tahun 1800. Sebagian besar perenang berenang dengan memakai gaya dada. Pada 1873, John Arthur Trudgen memperkenalkan gaya trudge di lomba-lomba renang setelah meniru renang gaya bebas suku Indian. Akibat ketidaksukaan orang Inggris terhadap gerakan renang yang memercikkan air kesana ke mari, Trudgen mengganti gerakan kaki gaya bebas yang melecut ke atas dan ke bawah menjadi gerakan kaki gunting seperti renang gaya samping.

Renang menjadi salah satu cabang olahraga yang dilombakan sejak Olimpiade Athena1896. Nomor renang putri dilombakan sejak Olimpiade Stockholm 1912. Pada 1902, Richard Cavill memperkenalkan renang gaya bebas. Federasi Renang Internasional dibentuk pada 1908. Gaya kupu-kupu pertama kali dikembangkan pada tahun 1930-an. Pada awalnya, gaya kupu-kupu merupakan variasi gaya dada sebelum dianggap sebagai gaya renang tersendiri pada 1952. Di Hindia Belanda,Perserikatan Berenang Bandung (Bandungse Zwembond) didirikan pada 1917. Pada tahun berikutnya didirikan Perserikatan Berenang Jawa Barat (West Java Zwembond), dan Perserikatan Berenang Jawa Timur (Oost Java Zwembond) didirikan pada 1927. Sejak itu pula perlombaan renang antar daerah mulai sering diadakan. Rekor dalam kejuaraan-kejuaraan tersebut juga dicatatkan sebagai rekor di Belanda. Pada 1936, perenang Hindia Belanda bernama Pet Stam mencatat rekor 59,9 detik untuk nomor 100 meter gaya bebas di kolam renang Cihampelas Bandung. Persatuan Berenang Seluruh Indonesia (PBSI)


(25)

didirikan 21 Maret 1951. Perenang Indonesia ikut berlomba dalam Olimpiade Helsinki 1952. Perkumpulan renang bangsa kita dari saat itu terus bertambah antara lain Tirta Merta (Bandung), Tirta Kencana (Jakarta), Tirta mitra (Surabaya). Pada tahun 1954 telah ada 29 perkumpumpulan renang terbesar di seluruh Indonesia (Heri Z,48: 2007).

G. Pengertian Berenang

Di dalam buku Drs. Zulfan Heri (23: 1998) yang berjudul “sejarah teknik dasar renang dan peraturan perlombaan renang” menyatakan bahwa renang adalah suatu bentuk gerakan yang sama tuanya dengan bentuk-bentuk gerakan yang lain misalnya lari, lempar dan sebagainya. menurut Andreas Viklund (45: 1995) berenang adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia atau hewan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan. Berenang bias menjadi kegiatan rekreasi dan olahraga.

Andreas Viklund juga mengatakan bahwa renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam berenang dengan gaya tertentu. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga. Berenang dipakai sewaktu bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau melakukan olahraga air.olahraga renang membuat tubuh sehat karena hampir semua otot tubuh dipakai sewaktu berenang.

H. Renang Dolphin

Renang gaya kupu-kupu adalah sebagai gaya lanjutan, artinya para perenang untuk merenangkan gaya ini telah dapat melakukan gaya yang lain (gaya crawl atau gaya dada). Renang gaya kupu-kupu yang dimaksud dalam


(26)

penelitian ini adalah gaya kupu-kupu dolphin, yaitu gaya kupu-kupu yang menggunakan gerakan tungkai menirukan lecutan ekor ikan dolphin. Gaya ini biasa disebut gaya dolphin kick atau The Dolphin Butterfly Stroke (Kasiyo, 1980 : 15).

Pada awalnya gaya kupu-kupu merupakan modifikasi dari gaya dada, dimana gerakan kakinya sama dengan gaya dada, sedangkan gerakan lengannya (sapuan) berlawanan arah dengan gaya dada. Recovery lengan dilakukan di luar air, tidak seperti gaya dada dimana recovery lengan dilakukan di dalam air, sehingga gaya kupu-kupu ini dapat bergerak lebih cepat dibanding dengan gaya dada. Gaya kupu-kupu ini disebut juga gaya dada modern. Perkembangan berikutnya gerakan tungkai gaya kupu-kupu menggunakan gerakan meniru gerakan ekor ikan dolphin, sehingga gaya ini disebut gaya dolphin. Dengan gerakan tungkai ikan dolphin ternyata hasilnya lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gerakan tungkai gaya dada. Hingga sekarang setiap perlombaan renang gaya kupu-kupu selalu menggunakan gaya dolphin kick.

Dalam membicarakan gaya kupu-kupu, Nadwi Syam (89:1998) membagi menjadi 5 (lima) bagian, yang terdiri dari:

a. Posisi Badan b. Gerakan Kaki c. Gerakan Lengan d. Pernapasan


(27)

1. Posisi Badan

Nadwi Syam mengatakan bahwa dalam setiap renangan kita harus ingat bahwa posisi badan harus di usahakan sedatar mungkin dengan permukaan air.pada gaya kupu-kupu terjadi gerakan dari tubuh yang naik turun secara vertikal sesuai dengan irama gerakan dari kaki dan pukulan dolphin.gerakan tubuh yang naik turun ini tidak di jumpai pada gaya renang yang lain.dengan gerakan naik turun dalam renang tersebut maka tahanan depan akan bertambah,sehingga untuk membentuk posisi badan yang datar seperti pada gaya bebas dan gaya punggung tidak mungkin. Namun demikian haruslah dijaga agar tahanan depan yang dihasilkan gaya kupu-kupu ini sekecil mungkin, dengan usaha agar posisi badan sedatar mungkin.

Troupy, J.P. (27: 1999) mengatakan bahwa ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada gaya kupu-kupu yang dapat menghasilkan posisi badan yang streamline.

a. Pada waktu bernafas kepala di usahakan naik serendah mungkin asalkan mulut telah keluar dari permukaan air dan cukup untuk mengambil nafas. Secepatnya setelah pengambilan nafas selesai,kepala tunduk kembali untuk menjaga posisi badan yang streamline.

b. Gerakan menendang dari kedua kaki yang merupakan pukulan kaki ikan dolphin, haruslah di usahakan tidak terlalu dalam sebab pukulan yang terlalu dalam hanya akan menambah tahanan depan saja. Tendangan kedua kaki dilakukan dengan cara menekuk kedua kaki pada persendian lutut untuk kemudian diluruskan lagi dengan keras.menekuknya kedua kaki haruslah diusahakan sedikit saja jangan terlalu dalam. Bila bengkokan


(28)

sendi lutut terlalu dalam, maka tendangan kaki tersebut tidak terlalu efisien dan tahanan depan akan besar dengan demikian akan menghasilkan sikap badan yang tidak streamline.

Gambar 1 : Di Adopsi dari Kasiyo, 1980 : 78

2. Gerakan Kaki

Tri Tunggal Setiawan (36:1996) mengatakan bahwa tendangan kaki gaya kupu-kupu sebenarnya hampir sama dengan gerakan kaki pada gaya bebas, yaitu bergerak naik turun secara vertikal. Bedanya yaitu pada gaya kupu-kupu tendangan kaki naik turun tersebut dilakukan secara bersama-sama (serentak) dan semetris antara kaki kanan dan kaki kiri, sedang tendangan kaki pada gaya bebas dilakukan dengan naik turun secara bergantian antara kaki kanan dengan kaki kiri.

Tri Tunggal Setiawan juga mengatakan bahwa tendangan kaki pada gaya kupu-kupu dimulai pada pangkal paha dengan cara menekuk kaki pada persendian lutut, penekukan kaki dilakukan kecil saja sehingga telapak kaki tidak keluar pada permukaan air. Tetapi hanya sebagian dari telapak kaki yaitu jari-jari kaki saja yang keluar dari permukaan air. Penekukan kaki atau gerakan kaki keatas dilakukan dengan rileks dan pelan sedangkan gerakan


(29)

kaki kebawah atau meluruskan kaki dengan kekuatan yang besar, dimana punggung kaki menendang dengan keras kearah bawah.

Pada waktu kaki bergerak ke atas telapak kaki dari keadaan bertekuk berubah kekeadaan lurus, sedangkan pada waktu tendangan ke bawah yang keras, telapak kaki dari keadaan lurus berubah menjadi keadaan bertekuk, gerakan telapak kaki menekuk ini merupakan dorongan yang besar. Tendangan kaki ke bawah yang keras ini akan mengakibatkan bagian badan terutama pantat bergerak ke atas, sedangkan pada waktu kaki bergerak ke atas, maka bagian badan terutama pantat akan bergerak turun.pada satu kali putaran lengan tendangan kaki pada gaya kupu-kupu ini dilakukan dua kali, kedua tendangan tersebut tidaklah sama,melainkan sedikit berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada keras atau dalamnya tendangan kaki.pada tendangan yang pertama dilakukan dengan kuat dan dalam, sehingga mengakibatkan pantat naik cukup tinggi sedangkan tendangan kaki yang kedua pelan dan tidak dalam.fungsi dari tendangan kaki yang kedua adalah untuk menormalkan gerakan pertama yang keras tadi sehingga pantat tidak meloncat tinggi ke atas, hal ini akan sangat mengurangi tahanan depan.Cunsiloman, J.E.(57: 1968)

Urutan gerakan kaki pada gaya kupu-kupu menurut Cunsiloman, J.E adalah:

a. Kaki dalam keadaan lurus sampai dengan telapak kaki.

b. Gerakan kaki keatas dilakukan dengan cara kaki membengkokkan kaki pada persendian lutut (articulatio genu). Bengkoknya kaki ini tidak terlalu besar sehingga hanya sebagian jari-jari kaki saja yang keluar dari permukaan air.


(30)

c. Tendangan kedua kaki kearah bawah dilakukan dengan keras terutama punggung kaki. Tendangan ini dengan cara meluruskan kedua kaki dari sikap membengkok.

d. Tendangan kaki ini masih berjalan, terlihat sikap kaki yang lurus dari sikap bengkok.

e. Setelah tendangan kaki ke bawah berakhir, maka kaki di gerakkan ke atas dari sikap kaki yang lurus untuk kemudian di tekuk pada persendian lutut.

Gambar 2 : Di Adopsi Drs. Zulfan Heri (67: 1998) 3. Gerakan Lengan

Abdullah Aziz (12:1990) mengatakan bahwa pada gaya kupu-kupu kedua lengan haruslah di gerakkan secara serentak dan sometris antara lengan kiri dan lengan kanan. Abdullah Aziz pun mengatakan bahwa gerakan lengan pada gaya kupu-kupu terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu


(31)

a. Gerakan Recovery

Gerakan Recovery lengan adalah gerakan lengan pada saat akhir dayungan sampai dengan pada saat permulaan dayungan. Gerakan recovery ini sebagai berikut: Setelah kedua tangan keluar dari air tangan mulai dilemparkan ke depan pada posisi yang rendah dalam bentuk parabola yang datar. Gerakan ini dilakukan dengan rileks, kedua tangan masuk kedalam air pada titik sedikit diluar garis bahu.gerakan recovery lengan ini dilakukan secara serempak dan simetris antara lengan kiri dan lengan kanan.

b. Dayungan Lengan

Gerakan menarik (pull) dan gerakan mendorong (push).setelah tangan masuk kedalam air, maka mulailah dengan lengan kea rah lurus kemudian gerakan berubah arah dengan memutar ke arah dalam. Pada saat berputar kedalam lengan di tekuk ±135º pada sudut siku.gerakan kedalam ini masih dalam gerakan tarikan.gerakan selanjutnya tangan berubah arah yaitu memutar keluar.gerakan lengan memutar keluar ini merupakan gerakan dorongan dari lengan.akhir dari dorongan apabila kita perhatikan gerakan dari telapak tangan gaya kupu-kupu pada saat mendayung adalah sebagai berikut:

Setelah telapak tangan masuk kedalam air mulailah gerakan kearah luar kemudian kedalam dan selanjutnya keluar lagi sampai selesai gerakan mendayung. Kedua telapak tangan akan membuat gerakan seperti bentuk lubang kunci (key hole). Selama dayungan telapak tangan menyesuaikan dengan gerakannya.pada gerakan keluar telapak tangan menghadap keluar,


(32)

pada saat putaran kedalam telapak tangan yang menghadap keluar menjadi menghadap kedalam dan pada gerakan memutar keluar maka telapak tangan memutar dari menghadap kedalam menjadi menghadap keluar. Kecepatan gerakan dari arah pelan keaarah keras.sehingga pada saat dorongan harus dilakukan sekeras-kerasnya. Bila kita perhatikan gerakan lengan dari gaya kupu-kupu sebenarnya hamper sama dengan gerakan lengan pada gaya bebas baik pada gerakan recovery maupun pada gerakan mendayung.bedanya pada gaya kupu-kupu dilakukan secara serempak dan simetris antara lengan kanan dan lengan kiri sedangkan gaya bebas gerakan lengan dilakukan secara bergantian antara lengan kanan dan lengan kiri. Urutan gerakan lengan pada gaya kupu-kupu:

a. Lengan pada saat akhir dayungan untuk persiapan recovery.

b. Lengan pada saat pelaksanaan recovery dengan melemparkan lengan kearah samping permukaan air.

c. Lengan pada kahir recovery dimana kedua tangan masuk ke dalam air di depan kepala pada garis bahu.

d. Kedua lengan masuk kedalam air dengan sikap tunduk. e. Kedua lengan mulai melakukan tarikan kearah luar

f. Kedua lengan mulai bergerak kea rah dalam masih dalam tarikan menekuk lengan pada persendian siku.

g. Kedua lengan mulai dengan dorongan kea rah dalam

h. Kedua lengan pada akhir dayungan, dimana kedua ibu jari menyentuh paha.


(33)

Pernapasan pada gaya kupu-kupu dilakukan dengan mengangkat kepala kedepan seperti pada gaya dada, pengankatan kepala di lakukan pada saat akhir dari tarikan dan memulai dari dorongan lengan, naiknya kepala dari permukaan air diusahakan sedikit mungkin asal mulut telah keluar dari permukaan air dan dapat melaksanakan pernapasan, pengambilan napas dilakukan dengan cepat, dengan cara menarik napas lewat mulut secara meledak(cepat), secepatnya setelah mengambil napas kepala segera diturunkan lagi untuk menghindari bertambahnya tahanan depan. pengeluaran udara dilakukan dalam air di saat kepala akan keluar dari permukaan air.pengeluaran udara dilakukan lewat hidung secara meledak(cepat).

Gambar 3 : Di Adopsi dari Pelayo. P. (45: 1997)

4. Koordinasi gerakan

Pada gaya kupu-kupu harus ada persesuain gerakan antara gerakan lengan dan gerakan kaki. Persesuaian tersebut terutama dalam hubungan sikap badan yang naik turun secara vertikal lengan, meliuk-liuk seperti halnya ikan dolphin


(34)

yang sedang berenang.pada satu kali putaran lengan terjadi putaran kaki dua kali,keras dan lemah. Pada saat permulaan tarikan dilakukan tendangan kaki yang pertama (keras) pada saat dorongan lengan dilakukan tendangan kaki yang kedua (lemah).

Gambar 4 : Gerakan keseluruhan renang gaya kupu-kupu Maglischo, E.W. ( 56:1993 )

I. Kerangka Pikir

Tujuan utama belajar keterampilan gerak adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak yaitu perubahan prilaku yang bersifat psikomotor, perubahan penguasaan keterampilan gerak suatu cabang olahraga selain perubahan yang sifatnya afektif dan kognitif. Maka dapat diketahui bahwa dalam melakukan renang terutama gaya dolphin harus mengetahui teknik ataupun gerak dasar yang dapat digunakan dalam berenang sehingga dapat melakukan dengan maksimal akibatnya hasil akan meningkat, selain mengetahui gerak dasar ataupun teknik siswa harus menggunakan kecepatan yang maxsimal serta pesertapun harus mengetahui semua komponen yang memiliki kontribusi terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan) terutama kontribusi fleksibilitas. Secara singkat dapat digambarkan kontribusi fleksibilitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan).


(35)

J. Hipotesis

Menurut Arikunto Suharsimi(1998:67) hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah, karena merupakan petunjuk ke arah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahanya. Artinya hipotesisi adalah dugaan sementara yang belum tentu empiris. Maka pada penelitian kuantitatif kontribusi fleksibelitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013 hipotesisnya yang dirumuskan yaitu :

1. fleksibelitas mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013.


(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah adalah suatu cara berfikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan suatu kegiatan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan dengan sebaik mungkin dari usaha penelitian itu sendiri (Suharsimi Arikunto, 1998:131). Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi fleksibilitas terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2014, maka metode dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasional, yaitu suatu metode yang digunakan untuk memeperoleh informasi-informasi yang terjadi pada masa sekarang dengan dilihat kontribusi antara tiga gejala variabel atau lebih.

Keterangan :

XI : Fleksibilitas

Y : Kecepatan Renang

Gambar 5. Rancangan penelitian kontribusi antara Fleksibilitas (X1 ) terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) (Y).

X 1


(37)

B. Metode Penelitian dan Objek Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin terlaksana. Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 106), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pengertian tersebut populasi penelitian ini adalah merupakan mahasiswa penjas unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013 yang berjumlah 60 mahasiswa.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 108) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat 20 %-25% , karena mahasiswa yang mengikuti pembelajaran ini kurang dari 100, maka sampel diambil sebanyak mahasiswa yang ada, maka diambillah sampel sebanyak 60 siswa.

3. Identifikasi Variabel

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998: 99). Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a) Variabel bebas : Kontribusi Fleksibilitas (X1)

b) Variabel terikat : kecepatan renang gaya dolphin


(38)

C. Instrumen Penelitian

Menurut Sudjana (2006 : 149), Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode. Keberhasilan suatu penelitian diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji melalui instrumen tersebut.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :

1) Tes mengukur Fleksibilitas : diukur dengan menggunakan alat ukur

Whole body reaction yang telah berada pada laboraturium Penjaskes Universitas Lampung dengan Validitas tes adalah face validity.

2) Tes mengukur kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ): diukur dengan menggunakan stop wacht yang telah disedikan oleh AAHPR (American Association For Health Physical Education And Recreation). (FINA 2006 : 218)

1. Instrumen Tes Fleksibilitas

a. Tujuan : Mengukur kemampuan Fleksibilitas saat diberi rangsangan. b. Alat dan perlengkapan :

- Sit and Reach Test

-Formuler Tes dan Alat tulis.

c. Cara : Untuk mengukur Fleksibilitas orang yang dites dihadapkan dengan alat sit and reach test duduk kaki dan tangan diliruskan kemudian mendorong angka keletukan dengan kedua tangan ketika alat yang di dorong itu berhenti pada angka bisa kita liat pada


(39)

tempat berhentinya. Catatan gerakan hanya berlaku sekali tanpa ada gerakan tanbahan.satuan ukuran

centimeter

Gambar 6. sit and reach test. Depdiknas, (2000:48)

3. Instrumen Kecepatan Renang Gaya Dolphin (tanpa geraan tangan ) Tes Renang

dalam penelitian iniadalah tes kecepatan renang yaitu kemampuan seseorang untuk berenang menempuh jarak yang ditetapkan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya atau secepat –cepatnya, Sedangkan menurut FINA, ( 2006:29) kecepatan renang cukup dengan menempuh jarak 40 meter. Adapun tes yang dilakukan untuk mengukur kecepatan adalah sebagai berikut: Kecepatan renang Peralatan yang digunakan adalah :

 Kolam renang yang sesuai dengan standar

Stopwatch dan Pluit


(40)

D. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dari mengolahdata hasil tes Fleksibilitas (X1) terhadap kecepatan renang

gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) (Y). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi ganda ( multiple corelation ).

1. Uji Statistik ( Hipotesis )

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi ganda ( multiple corelation ). Menurut Suharsi Arikunto (1998:24), untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y, X2 dengan Y dan

X3dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan

rumus sebagai berikut:

xy

r

=

 

 

 

 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan :

r xy = Koefesien korelasi

N = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y ∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2


(41)

Menurut Sudjana (2006:98), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes dikonsultasikan dengan Tabel r product moment. Interprestasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

Interval Koofisien Korelasi Interpretasi Hubungan 0,80 – 1,00 Sangat Kuat

0,60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Cukup Kuat

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

Sumber : Riduwan. 2005

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan

mengunakan tabel r, kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika rhitung > r tabel, dan terima Ho jika rhitung < rtabel., dengan taraf uji signifikan α = 0,05

atau taraf kepercayaan 95%. Untuk mencari besarnya sumbangan ( kontribusi ) antara variabel X dan variabel Y maka menggunakan rumus

Koefisian Determinansi :

Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Detreminansi r = Koefisien Korelasi

KP = r2


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Fleksibilitas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kecepatan renang gaya dolphin (tanpa gerakan tangan ) pada mahasiswa penjas Unila angkatan 2012 tahun ajaran 2013

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa

Perlu untuk melatih serta meningkatkan komponen Fleksibilitas karena factor tersebut mempuyai hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan renang dalam olahraga renang seseorang, tentunya tanpa mengabaikan factor – factor lainnya.

2. Bagi Pelatih dan Guru Pendidikan Jasmani

Dalam usaha meningkatkan hasil latihan yang optimal hendaknya memperhatikan komponen Fleksibilitas dalam penguasaan peningkatan kecepatan renang dalam olahraga renang seseorang.


(43)

3. Bagi Program Study Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi masih ada unsur lain yang mempengaruhi dalam usaha peningkatan kemampuan melakukan pukulan gyiakusuki, hal ini dapat diteliti guna mengetahui unsur – unsure lain yang dapat meningkatkan kecepatan pukulan yang dapat diteliti mahasiswa lainya.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

A, James, Baley. dan A, David, Field. 2001. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Jakarta. Bompa 2004. KlasifikasiLatihan. Pustaka Indonesia. Jakarta.

Carl, Gabbard, Elizaberh,Leblanc, Susan Lowy.1997.Physical Education For Children.Texas A And M Universit.

Daver. dan Fangrazzi. 1989. Pedoman Mengajar, Lari, Lompat, Lempar Level I. Jakarta :Staf Sekertariat IAAF-RDC.

Dewey, John. 2005. Dasar Pendidikan.Pendidikan Jasmani: Bandung. Dediknas. 2000, 2005. Belajar Berenang . Pustaka Indonesia. Jakarta.

Evelyn. 1999. Phisiologycal Tes For Elite Atletes. Australia UniversitySport Commission.

Fitts and posner 1967.Physical Education For atletik. Jerman A And M University.

Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Bandung. Harsono. 1988.Kekuatan Dalam Berenang. Persatuan Renang Seluruh Indonesia.

Jakarta.

Heageveld.1997. Pengaruh Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Putra Aksara. Bandung.

Hidayat, Imam.1992. Klasifikasi Otot.Gramedia. Jakarta.

IAAF. 2006. Pengenalan Teori Melatih Renang. Persatuan Atletik Seluruh Indonesia. Jakarta

IAAF Level 1.2000.Techniques Of Swimming And Teachin Progressions.Jakarta Kirkendall, Don. 1997. Track And Field Coaching Manual. Champaign.


(45)

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.

Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Sajoto. M.1995. Perkembangan Motorik. Airlangga. Bandung. Siedentop. 1991. Olahraga Pilihan Renang Depdikbud. Jakarta.

Som Herman H. 1990. Perkembangan Motorik Pada Masa Anak – Anak. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan. Depdiknas. Jakarta.

Sudarminto. 1992. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Depdikbud. Jakarta.

Suegiarto Tjaliek 2009.Anatomi Otot. Tiga Serangkai. Jogjakarta.

Suharno, H.P. 1993. Desain Sumber Penelitian. Rineka Cipta. Yogyakarta. Suharsimi, Arikunto 1998. Prosedur Penelitian. Bina Aksara. Jakarta. Sudjana . 2006. Prosedur Penelitian. Balai Pustaka. Jakarta

Suparman, Eddy.2008.Pelatihan Untuk Level 1.Internasional Asocepation Swimming Federetion: Jakarta.

Syaripuddin, Aip Dkk, 1992. Renang, Depdikbud Dirjen Dikti Pembinaan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Yunus Mahmud.1992.Gerak Dasar Sekolah Dasar. Pustaka.Bandung.

Yusup Ucup. 2000. Anatomi Fungsional. Depdiknas. Dirjendikdasmen. Jakarta. Weinenck, J. 1966. Dinamika Kecepatan. Jakarta: Persatuan Atletik Seluruh

Indonesia.

Weinenck, J dan Winkel, W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia. Jakarta.

William, Jesse.Feiring. 2001. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh Persatuan Rerang Seluruh Indonesia. Jakarta.


(46)

LAMPIRAN 4. HASIL TEST PENELITIAN

TABEL 3. DATA HASIL TEST PENELITIAN

NO NAMA FLEKSIBILITAS RENANG

1 AK 43,4 38,13

2 AT 49,4 28,91

3 AH 34,1 46,15

4 EF 38,3 29,80

5 AM 59 30,06

6 DR 12,5 35,25

7 DN 48,4 46,11

8 EG 49.1 39,39

9 FU 48,3 39,72

10 FA 41,1 38,12

11 HW 49,9 23,55

12 IP 43,6 33,36

13 JF 42,5 31,02

14 LL 34,8 40,21

15 MF 44,1 31,22

16 MK 46,5 26,49

17 MM 38,3 32,41

18 MR 41,1 26,49

19 MZ 45,8 36,11

20 NS 39,2 39,55

21 PB 45,2 24,55

22 RS 43,8 33,39

23 RY 42,3 37,13

24 RO 40,3 38,41

25 RF 47,3 38,10

26 SY 44,8 31,29

27 SYT 49,6 31,49

28 TC 39,3 22,55

29 US 43,7 38,36

30 VF 40,4 38,41

31 WI 38,3 39,15

32 ZA 41,1 30,01

33 ZI 46,8 38,91

34 AA 49,3 28,06

35 AD 38,7 46,06

36 AF 12,5 30,39


(47)

38 DI 43,7 46,55

39 RS 48,5 39,36

40 CT 39,7 39,22

41 AR 40,8 23,99

42 AG 47,1 39,55

43 DS 48,4 33,40

44 MZ 39,9 31,26

45 FD 41,5 36,26

46 RM 44,6 24,31

47 DM 37,3 40,32

48 MJ 43,1 38,49

49 CA 40,2 31,36

50 MY 39,2 36,57

51 KH 42,7 22,60

52 RM 47,5 36,30

53 AN 43,3 49,32

54 NS 38,9 41,37

55 WT 37,8 38,38

56 LR 40,2 46,31

57 LW 42,1 39,28

58 JK 44,6 31,33

59 RM 37,1 37,13


(48)

LAMPIRAN 5. HASIL TEST PENELITIAN

TABEL 4. DATA HASIL TEST FLEKSIBILITAS Z-SKOR DAN T- SKOR

NO NAMA FLEKSIBILITAS SD Z SKOR T SKOR

1 AK 43,4 90 40 0,021111111 50,2111

2 AT 49,4 90 40 0,087777778 50,8778

3 AH 34,1 90 40 -0,082222222 49,1778 4 EF 38,3 90 40 -0,035555556 49,6444

5 AM 59 90 40 0,194444444 51,9444

6 DR 12,5 90 40 -0,322222222 46,7778

7 DN 48,4 90 40 0,076666667 50,7667

8 EG 49.1 90 40 0,084444444 50,8444

9 FU 48,3 90 40 0,075555556 50,7556

10 FA 41,1 90 40 -0,004444444 49,9556 11 HW 49,9 90 40 0,093333333 50,9333 12 IP 43,6 90 40 0,023333333 50,2333 13 JF 42,5 90 40 0,011111111 50,1111 14 LL 34,8 90 40 -0,074444444 49,2556 15 MF 44,1 90 40 0,028888889 50,2889 16 MK 46,5 90 40 0,055555556 50,5556 17 MM 38,3 90 40 -0,035555556 49,6444 18 MR 41,1 90 40 -0,004444444 49,9556 19 MZ 45,8 90 40 0,047777778 50,4778 20 NS 39,2 90 40 -0,025555556 49,7444 21 PB 45,2 90 40 0,041111111 50,4111 22 RS 43,8 90 40 0,025555556 50,2556 23 RY 42,3 90 40 0,008888889 50,0889 24 RO 40,3 90 40 -0,013333333 49,8667 25 RF 47,3 90 40 0,064444444 50,6444 26 SY 44,8 90 40 0,036666667 50,3667

27 SYT 49,6 90 40 0,09 50,9

28 TC 39,3 90 40 -0,024444444 49,7556 29 US 43,7 90 40 0,024444444 50,2444 30 VF 40,4 90 40 -0,012222222 49,8778 31 WI 38,3 90 40 -0,035555556 49,6444 32 ZA 41,1 90 40 -0,004444444 49,9556 33 ZI 46,8 90 40 0,058888889 50,5889 34 AA 49,3 90 40 0,086666667 50,8667 35 AD 38,7 90 40 -0,031111111 49,6889 36 AF 12,5 90 40 -0,322222222 46,7778 37 AK 51,9 90 40 0,115555556 51,1556


(49)

38 DI 43,7 90 40 0,024444444 50,2444 39 RS 48,5 90 40 0,077777778 50,7778

40 CT 39,7 90 40 -0,02 49,8

41 AR 40,8 90 40 -0,007777778 49,9222 42 AG 47,1 90 40 0,062222222 50,6222 43 DS 48,4 90 40 0,076666667 50,7667 44 MZ 39,9 90 40 -0,017777778 49,8222

45 FD 41,5 90 40 0 50

46 RM 44,6 90 40 0,034444444 50,3444 47 DM 37,3 90 40 -0,046666667 49,5333 48 MJ 43,1 90 40 0,017777778 50,1778 49 CA 40,2 90 40 -0,014444444 49,8556 50 MY 39,2 90 40 -0,025555556 49,7444 51 KH 42,7 90 40 0,013333333 50,1333 52 RM 47,5 90 40 0,066666667 50,6667

53 AN 43,3 90 40 0,02 50,2

54 NS 38,9 90 40 -0,028888889 49,7111 55 WT 37,8 90 40 -0,041111111 49,5889 56 LR 40,2 90 40 -0,014444444 49,8556 57 LW 42,1 90 40 0,006666667 50,0667 58 JK 44,6 90 40 0,034444444 50,3444 59 RM 37,1 90 40 -0,048888889 49,5111 60 CP 45,3 90 40 0,042222222 50,4222


(50)

LAMPIRAN 6. HASIL TEST PENELITIAN

TABEL 5. DATA HASIL TEST RENANG Z-SKOR DAN T- SKOR

NO NAMA RENANG SD Z SKOR T SKOR

1 AK 38,13 6,6 35,4 0,413636364 54,1364 2 AT 28,91 6,6 35,4 -0,983333333 40,1667 3 AH 46,15 6,6 35,4 1,628787879 66,2879 4 EF 29,80 6,6 35,4 -0,848484848 41,5152 5 AM 30,06 6,6 35,4 -0,809090909 41,9091 6 DR 35,25 6,6 35,4 -0,022727273 49,7727 7 DN 46,11 6,6 35,4 1,622727273 66,2273 8 EG 39,39 6,6 35,4 0,604545455 56,0455 9 FU 39,72 6,6 35,4 0,654545455 56,5455 10 FA 38,12 6,6 35,4 0,412121212 54,1212 11 HW 23,55 6,6 35,4 -1,795454545 32,0455 12 IP 33,36 6,6 35,4 -0,309090909 46,9091 13 JF 31,02 6,6 35,4 -0,663636364 43,3636 14 LL 40,21 6,6 35,4 0,728787879 57,2879 15 MF 31,22 6,6 35,4 -0,633333333 43,6667

16 MK 26,49 6,6 35,4 -1,35 36,5

17 MM 32,41 6,6 35,4 -0,453030303 45,4697

18 MR 26,49 6,6 35,4 -1,35 36,5

19 MZ 36,11 6,6 35,4 0,107575758 51,0758 20 NS 39,55 6,6 35,4 0,628787879 56,2879 21 PB 24,55 6,6 35,4 -1,643939394 33,5606 22 RS 33,39 6,6 35,4 -0,304545455 46,9545 23 RY 37,13 6,6 35,4 0,262121212 52,6212 24 RO 38,41 6,6 35,4 0,456060606 54,5606 25 RF 38,10 6,6 35,4 0,409090909 54,0909 26 SY 31,29 6,6 35,4 -0,622727273 43,7727 27 SYT 31,49 6,6 35,4 -0,592424242 44,0758 28 TC 22,55 6,6 35,4 -1,946969697 30,5303 29 US 38,36 6,6 35,4 0,448484848 54,4848 30 VF 38,41 6,6 35,4 0,456060606 54,5606 31 WI 39,15 6,6 35,4 0,568181818 55,6818 32 ZA 30,01 6,6 35,4 -0,816666667 41,8333 33 ZI 38,91 6,6 35,4 0,531818182 55,3182 34 AA 28,06 6,6 35,4 -1,112121212 38,8788 35 AD 46,06 6,6 35,4 1,615151515 66,1515 36 AF 30,39 6,6 35,4 -0,759090909 42,4091 37 AK 37,13 6,6 35,4 0,262121212 52,6212


(51)

38 DI 46,55 6,6 35,4 1,689393939 66,8939

39 RS 39,36 6,6 35,4 0,6 56

40 CT 39,22 6,6 35,4 0,578787879 55,7879 41 AR 23,99 6,6 35,4 -1,728787879 32,7121 42 AG 39,55 6,6 35,4 0,628787879 56,2879 43 DS 33,40 6,6 35,4 -0,303030303 46,9697 44 MZ 31,26 6,6 35,4 -0,627272727 43,7273 45 FD 36,26 6,6 35,4 0,13030303 51,303 46 RM 24,31 6,6 35,4 -1,68030303 33,197 47 DM 40,32 6,6 35,4 0,745454545 57,4545 48 MJ 38,49 6,6 35,4 0,468181818 54,6818 49 CA 31,36 6,6 35,4 -0,612121212 43,8788 50 MY 36,57 6,6 35,4 0,177272727 51,7727 51 KH 22,60 6,6 35,4 -1,939393939 30,6061 52 RM 36,30 6,6 35,4 0,136363636 51,3636 53 AN 49,32 6,6 35,4 2,109090909 71,0909 54 NS 41,37 6,6 35,4 0,904545455 59,0455 55 WT 38,38 6,6 35,4 0,451515152 54,5152 56 LR 46,31 6,6 35,4 1,653030303 66,5303 57 LW 39,28 6,6 35,4 0,587878788 55,8788 58 JK 31,33 6,6 35,4 -0,616666667 43,8333 59 RM 37,13 6,6 35,4 0,262121212 52,6212 60 CP 44,11 6,6 35,4 1,31969697 63,197


(52)

LAMPIRAN 7. MENCARI KOOFISIEN KORELASI

TABEL 6. KOOFISIEN KORELASI FLEKSIBILITAS TERHADAP RENANG

NO NAMA Y .Y

1 AK 50,21 2521,0441 54,13 2930,057 2717,867 2 AT 50,87 2587,7569 40,16 1612,826 2042,939 3 AH 49,17 2417,6889 66,28 4393,038 3258,988 4 EF 49,64 2464,1296 41,51 1723,08 2060,556 5 AM 51,94 2697,7636 41,90 1755,61 2176,286 6 DR 46,77 2187,4329 49,77 2477,053 2327,743 7 DN 50,76 2576,5776 66,22 4385,088 3361,327 8 EG 50,84 2584,7056 56,04 3140,482 2849,074 9 FU 50,75 2575,5625 56,54 3196,772 2869,405 10 FA 49,95 2495,0025 54,12 2928,974 2703,294 11 HW 50,93 2593,8649 32,04 1026,562 1631,797 12 IP 50,23 2523,0529 46,90 2199,61 2355,787 13 JF 50,11 2511,0121 43,36 1880,09 2172,77 14 LL 49,25 2425,5625 57,28 3280,998 2821,04 15 MF 50,28 2528,0784 43,66 1906,196 2195,225 16 MK 50,55 2555,3025 36,5 1332,25 1845,075 17 MM 49,64 2464,1296 45,46 2066,612 2256,634 18 MR 49,95 2495,0025 36,5 1332,25 1823,175 19 MZ 50,47 2547,2209 51,07 2608,145 2577,503 20 NS 49,74 2474,0676 56,28 3167,438 2799,367 21 PB 50,41 2541,1681 33,56 1126,274 1691,76 22 RS 50,25 2525,0625 46,95 2204,303 2359,238 23 RY 50,08 2508,0064 52,62 2768,864 2635,21 24 RO 49,86 2486,0196 54,56 2976,794 2720,362 25 RF 50,64 2564,4096 54,09 2925,728 2739,118 26 SY 50,36 2536,1296 43,77 1915,813 2204,257 27 SYT 50,9 2590,81 44,07 1942,165 2243,163 28 TC 49,75 2475,0625 30,53 932,0809 1518,868 29 US 50,24 2524,0576 54,48 2968,07 2737,075 30 VF 49,87 2487,0169 54,56 2976,794 2720,907 31 WI 49,64 2464,1296 55,68 3100,262 2763,955 32 ZA 49,95 2495,0025 41,83 1749,749 2089,409 33 ZI 50,58 2558,3364 55,31 3059,196 2797,58 34 AA 50,86 2586,7396 38,87 1510,877 1976,928 35 AD 49,68 2468,1024 66,15 4375,823 3286,332 36 AF 46,77 2187,4329 42,40 1797,76 1983,048


(53)

37 AK 51,15 2616,3225 52,62 2768,864 2691,513 38 DI 50,24 2524,0576 66,89 4474,272 3360,554 39 RS 50,77 2577,5929 56 3136 2843,12 40 CT 49,8 2480,04 55,78 3111,408 2777,844 41 AR 49,92 2492,0064 32,71 1069,944 1632,883 42 AG 50,62 2562,3844 56,28 3167,438 2848,894 43 DS 50,76 2576,5776 46,96 2205,242 2383,69 44 MZ 49,82 2482,0324 43,73 1912,313 2178,629

45 FD 50 2500 51,3 2631,69 2565

46 RM 50,34 2534,1156 33,19 1101,576 1670,785 47 DM 49,53 2453,2209 57,45 3300,503 2845,499 48 MJ 50,17 2517,0289 54,68 2989,902 2743,296 49 CA 49,85 2485,0225 43,87 1924,577 2186,92 50 MY 49,74 2474,0676 51,77 2680,133 2575,04 51 KH 50,13 2513,0169 30,60 936,36 1533,978 52 RM 50,66 2566,4356 51,36 2637,85 2601,898 53 AN 50,2 2520,04 71,09 5053,788 3568,718 54 NS 49,71 2471,0841 59,04 3485,722 2934,878 55 WT 49,58 2458,1764 54,55 2975,703 2704,589 56 LR 49,85 2485,0225 66,53 4426,241 3316,521 57 LW 50,06 2506,0036 55,87 3121,457 2796,852 58 JK 50,34 2534,1156 43,88 1925,454 2208,919 59 RM 49,51 2451,2401 52,62 2768,864 2605,216 60 CP 50,42 2542,1764 63,19 3992,976 3186,04

JUMLAH 3005,06 150544,225 2997,11 155472 150074,3

1

=

� .∑ 1 − ∑ 1 (∑ ) �∑ 12− ∑ 1 2 �∑ 2 ∑ 2

1

=

60. 150074 ,3− 3005 ,06 (2997,11)

60. 150544 ,225 − 3005 ,06 2 60. 155472 2997,11 2

1

=

9006495 ,38 −9004460

60. 854771 ,168 − 4084 ,4 2 60. 854851 ,154 4076 ,5 2

1

=

9006495 ,38 −9004460

9032653 −9030385 ,6 9328317 ,534 −8982668

1

=

20354

2267 ,884 345649 ,18

1

=

20354


(54)

1

=

20354 27998

� 1 = 0,73

MENCARI KOOFIESIENSI DETERMINASI

KP = �2 . 100%

KP = 0.73 2 . 100%

KP = 0.5329 . 100%


(55)

LAMPIRAN 8. TABEL NILAI R PRODUCT MOMENT

Tabel Nilai r Product Moment

N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF SIGNIFIKAN

95% 99% 95% 99% 95% 99%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296 8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081 25 0,369 0,505 49 0,281 0,364

26 0,388 0,496 50 0,279 0,361


(56)

LAMPIRAN 9. FOTO-FOTO PENELITIAN

Gambar 7. Pengambilan Data kelentukan (Fleksibelitas) tubuh bagian belakang


(57)

Gambar 9. Pengambilan Data kelentukan (Fleksibelitas) tubuh bagian depan


(58)

Gambar 11. Pengambilan Data kelentukan (Fleksibelitas) tubuh bagian depan


(59)

Gambar 14. Foto Pengambilan Data Renang gaya Dolphin (tanpa gerakan tangan)


(60)

(1)

Tabel Nilai r Product Moment

N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF

SIGNIFIKAN N

TARAF SIGNIFIKAN

95% 99% 95% 99% 95% 99%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296 8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081 25 0,369 0,505 49 0,281 0,364

26 0,388 0,496 50 0,279 0,361 Sumber : Sudjana (2006:35)


(2)

50

LAMPIRAN 9. FOTO-FOTO PENELITIAN

Gambar 7. Pengambilan Data kelentukan (Fleksibelitas) tubuh bagian belakang


(3)

Gambar 9. Pengambilan Data kelentukan (Fleksibelitas) tubuh bagian depan


(4)

52

Gambar 11. Pengambilan Data kelentukan (Fleksibelitas) tubuh bagian depan


(5)

Gambar 14. Foto Pengambilan Data Renang gaya Dolphin (tanpa gerakan tangan)


(6)

54