Habitat dan Sistem Pencernaan Reptilia

A. Habitat dan Sistem Pencernaan Reptilia

Anggota Reptilia hanya ditemukan pada bagian bumi yang hangat, karena hewan ini tidak memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh atau tidak memliki termoregulator. Sebagai makhluk ektoterm, maka Reptila lebih banyak tergantung pada lingkungan eksternal untuk menjaga panas tubuhnya, oleh karena itu hewan ini tidak mampu hidup pada lingkungan yang temperaturnya rendah. Selama beraktivitas, Reptilia mampu mengatur temperatur tubuhnya dengan menggunakan radiasi sinar matahari dan radiasi panas dari tanah dengan cara mengendalikan periode penempatan dirinya pada beberapa sumber panas tersebut, sehingga temperatur tubuh dapat dijaga secara konstan. Reptilia telah kehilangan spesialisasinya untuk hidup di perairan, di antaranya insang, pasangan organ lateral dan kelenjar mukosa eksternal. Perkembangan awal dari palatum sekunder, dari nares internal ke bagian belakang rongga mulut melintas di sepanjang garis nasal ditemukan pada kura- kura dan sebangsanya. Palatum sekunder berkembang baik pada buaya. Rahang atas dan bawah pada ular dan kadal dapat bergerak dengan baik, karena ada engsel yang dilengkapi dengan ligamentum. Ligamentum adalah jaringan ikat yang berfungsi untuk menghubungkan tulang satu dengan tulang lainnya. Ligamentum ini merupakan penyambung kedua rahang rahang atas dan bawah, sedangkan rahang bawah kanan dan rahang bawah kiri juga dihubungkan oleh ligamentum elastis. Oleh karena itu rahang ular mampu bergerak kuadratik dan memungkinkan menelan mangsa yang relatif lebih besar dari ukuran kepalanya. Kemampuan ular untuk menelan mangsa lebih besar ini juga dibantu oleh karena tidak adanya tulang dada stermum. Gigi pada kura- kura tidak ada tetapi digantikan oleh lembaran bertanduk. Gigi Reptilia terdapat pada bagian premaksila dan maksila. Gigi tersusun atas bagian palatin, vomer dan pterigoid. Sistem pencernaan pada Reptilia disesuaikan dengan kebiasaan makan. Reptilia umumnya herbivora, hanya sedikit yang karnivora. 17 18 Reptilia karnivor kecil makanan pokoknya serangga dan avertebrata lain, sedangkan karnivora yang lebih besar mangsa pokoknya adalah vertebrata lain mulai dari ikan sampai Mammalia. Reptilia darat umumnya mempunyai kelenjar pencernaan di mulut yang berkembang baik. Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk pelumasan makanan yang kering agar mengurangi gesekan saat ditelan. Kelenjar-kelenjar ini antara lain di daerah fasial, lingual dan sublingual. Kelenjar racun pada Reptilia berasal dari beberapa kelenjar mulut tersebut, dan kelenjar racun pada kadal beracun merupakan modifikasi dari kelenjar sublingual. Gambar 7. Sistem pencernaan makanan aligator dari sisi ventral 19 Lidah kadal dan ular berkembang baik. Lidah dapat dijulurkan untuk menangkap mangsa, ujungnya dipertebal dan lengket sehingga mangsa dapat menempel. Ujung lidah ular bercabang dan dapat dijulurkan, berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan rangsangan kimia dari lingkungan luar. Lidah kura-kura dan buaya tidak dapat dijulurkan. Esofagus mudah dibedakan dengan ventrikulus. Ventrikulus buaya serupa dengan burung dan sebagian darinya membentuk bangunan seperti empedal yang dilapisi otot yang kuat Gambar 7. Usus halus umumnya bergelung- gelung untuk memperbesar permukaan penyerapan. Sekum terletak pada titik persimpangan antara usus halus dan usus besar, tetapi tidak semua reptil memiliki. Kajian terbaru telah menunjukkan bahwa sejumlah Reptilia mempunyai kelenjar ekskresi garam di kepala, berfungsi untuk mengeliminasi garam lebih cepat. Ekskresi garam disalurkan menuju rongga hidung. Kelenjar-kelenjar ini sangat berkembang pada Iguana laut Galaphagos Amblyrhyncus cristatus, yang hidup bergantung pada alga laut. Setelah makan, hewan ini ke pantai untuk istirahat di atas karang. Garam yang terbawa saat makan, secara berkala dikeluarkan lewat hidung berbentuk uap selama hewan bernafas. Kadal padang pasir Dipsosaurus dorsalis mengurangi kadar garam darah serupa dengan Iguana laut akibat dari urin yang sangat pekat. Kehidupan di gurun berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan air, maka air pada urin diserap kembali. Reabsorbsi air ini terjadi di kloaka. Kuncup perasa pada kebanyakan Reptilia hanya sebatas di daerah faringeal disebut organ Jacobson, terletak di antara lintasan nasal. Organ Jacobson ini mencapai pengembangan sempurna pada ular dan kadal. Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti dengan lapisan tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilia kelompok lain umumnya mempunyai gigi dan berkembang baik. Gigi segera diganti jika tanggal. Gigi-gigi Crocodilia agak seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan giginya mengarah pada gigi tipe thecodont. 20 Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homodont Gambar 8. Ada sedikit Reptilia yang memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhan gigi ini mengarah ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi umunya melekat pada rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada rahang sehingga tidak terletak pada lubang rahang, disebut tipe acrodont. Tipe gigi pleurodont yaitu gigi berada dan melekat pada sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus Holoderma kadal berbisa adalah pleurodont. Racun yang disekresikan oleh kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak melewati lubang taring tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi. Gambar 8. Mulut kadal yang terbuka dan bagian-bagian penyusunnya Ular umumnya memiliki gigi tipe pleurodont, tersusun pada jajaran di rahang atas dan bawah. Beberapa ular berbisa memiliki gigi berlekuk disebut gigi opistoglifi. Ular berbisa kuat, umumnya memiliki sepasang taring berlubang terletak pada bagian anterior rahang atas, bentuk taring seperti jarum hipodermik dan dasar taring berhubungan dengan kantong kelenjar bisa. Kontraksi otot di sekitar kelenjar bisa pada saat ular menyerang, bertanggung jawab untuk menyuntikkan bisa melewati taring ke korban. Taring, seperti juga gigi lain, diganti bila tanggal. 21 Taring ular berbisa opistoglifi adalah gigi bisa yang terletak pada rahang atas bagian posterior, sedangkan gigi bisa yang terletak pada rahang atas bagian anterior dan dapat dilipat bisa digerakkan karena ada engsel disebut gigi solemoglifi. Gigi bisa pada ular kobra dan ular mamba taringnya terletak pada rahang atas bagian anterior dan gigi bisa ini tidak dapat digerakkan disebut tipe gigi taring proteroglifi.

B. Sistem Pencernaan pada Kadal Mabouya multifasciata