Hubungan antara Stres dengan Beban Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

(1)

ABSTRACT

The Correlation between Stress and Students' Burden of Clinical Clerkship on Surgery Section at Public Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung By

MUHAMMAD RIDHO

Students of university take part as society of academicians in university that will likely lead the nation in the future. Yet, burden or workloads that students must bear becomes problematic and it may cause to severe psycological consequences. Stress is a manifestation of human adjustment towards anything in their life. Stress it self is devided into two terms; eustress or positive stress, and distress or negative stress. There are several possible stressors, like; over workloads, burden of protecting other human beings, role and role conflict. Medical students typically have a higher stressor than the general students. They have stages from preclinical to clinical clerkship. In clinical clerkship particularly on surgery section, the students are required to comprehend certain medical specialties as well as other cognitive issues; all of them may end up stress. This reseach aims at finding out whether there is correlation between stress and students's workloads of clinical clerkship on surgery section of Public Health Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

This research was done for 2 phases on surgery section with 60 respondents. The measurenment was done in the 8th week. During the research, the respondents received an informed consent and questionnaire about SRQ-20 (Self Reporting Quetionnaire) and SDS (Survei Diagnosis Stres). Prior to delivering the questonnaires, the researcher explained the objectives of the questionnaire and also its benefits.

The result revealed that out of 60 respondents, there was an important correlation between stress and students' workload quantitatively and qualitatively, besides a burden of protecting other human beings.


(2)

ABSTRACT

The Correlation between Stress and Students' Burden of Clinical Clerkship on Surgery Section at Public Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung By

MUHAMMAD RIDHO

Students of university take part as society of academicians in university that will likely lead the nation in the future. Yet, burden or workloads that students must bear becomes problematic and it may cause to severe psycological consequences. Stress is a manifestation of human adjustment towards anything in their life. Stress it self is devided into two terms; eustress or positive stress, and distress or negative stress. There are several possible stressors, like; over workloads, burden of protecting other human beings, role and role conflict. Medical students typically have a higher stressor than the general students. They have stages from preclinical to clinical clerkship. In clinical clerkship particularly on surgery section, the students are required to comprehend certain medical specialties as well as other cognitive issues; all of them may end up stress. This reseach aims at finding out whether there is correlation between stress and students's workloads of clinical clerkship on surgery section of Public Health Hospital Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

This research was done for 2 phases on surgery section with 60 respondents. The measurenment was done in the 8th week. During the research, the respondents received an informed consent and questionnaire about SRQ-20 (Self Reporting Quetionnaire) and SDS (Survei Diagnosis Stres). Prior to delivering the questonnaires, the researcher explained the objectives of the questionnaire and also its benefits.

The result revealed that out of 60 respondents, there was an important correlation between stress and students' workload quantitatively and qualitatively, besides a burden of protecting other human beings.


(3)

ABSTRAK

Hubungan antara Stres dengan Beban Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Oleh

MUHAMMAD RIDHO

Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sivitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Problematika mahasiswa seringkali memberikan konsekuensi psikologis yang berat bagi seseorang. Stres merupakan reaksi penyesuaian diri individu dalam segala hal yang terjadi pada dirinya. Stres dibagi menjadi dua yakni eustress/ stres positif dan distress/ stres negatif. Terdapat beberapastressor yang dapat menyebabkan stres yaitu beban kerja berlebih, tanggung jawab terhadap orang lain, ketaksaan peran dan konflik peran. Mahasiswa kedokteran memiliki stressor yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa umum lainnya. Mahasiswa kedokteran memiliki tahapan pendidikan preklinik dan kepaniteraan klinik. Pada kepaniteraan klinik terutama di bagian bedah, mahasiswa dituntut harus menguasai skill tertentu serta permasalahan kognitif lainnya sehingga menyebabkan sebagian besar mahasiswa mengalami stres. Penelitian terhadap mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara stres dengan beban mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Penelitian ini dilakukan selama 2 periode di bagian bedah yang didapati responden 60 orang. Pengukuran dilakukan pada minggu ke 8 pada bagian bedah. Pada penelitian ini, responden diberi lembar informed consent dan kuesioner SRQ-20 (Self Reporting Quetionnaire) dan SDS (Survei Diagnosis Stres). Sebelum mengisi lembar kuesioner, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian serta menjelaskan kegunaan dan manfaat dari kuesioner tersebut.

Hasil pengukuran dari 60 responden didapati hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah dengan beban kerja kuantitatif dan kualitatif serta tanggung jawab terhadap orang lain.

Kata kunci: Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di bagian bedah, Stres, SRQ-20, SDS.


(4)

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN BEBAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN BEDAH RSUD Dr. H. ABDUL

MOELOEK BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD RIDHO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 21 2. Kerangka Konsep ... 21 3. Alur Penelitian... 28


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Bagi Penulis... 6

1.4.2 Bagi Institusi... 6

1.4.3 Bagi Masyarakat... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres ... 7


(7)

2.1.2 Tahapan Stres ... 8

2.1.3 Respon terhadap Stres ... 10

2.1.4 Manajemen Stres ... 14

2.1.4.1 Pengukuran Stres... 15

2.1.4.2Self Reporting Quetionaire(SRQ-20)... 15

2.1.4.3 SDS ... 17

2.2 Mahasiswa Kepaniteraan Klinik... 18

2.3 Bagian Bedah... 19

2.4 Kerangka Pemikiran ... 21

2.4.1 Kerangka Teori... 21

2.4.2 Kerangka Konsep ... 21

2.5 Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 23

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian... 23

3.2.1 Tempat Penelitian... 23

3.2.2 Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel... 23

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 24

3.5 Identifikasi Variabel ... 24

3.6 Definisi Operasional ... 25

3.7 Instrumen Penelitian ... 25


(8)

3.9 Alur Penelitian... 28

3.10 Pengolahan Dan Analisis Data ... 28

3.10.1 Pengolahan Data ... 28

3.10.2 Analisis Statistika... 29

3.11 Etika Penelitian... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 31

4.1.1 Karakteristik Responden ... 31

4.1.2 Analisis Univariat... 32

4.1.2.1 Beban Kerja Kuantitatif ... 32

4.1.2.2 Beban Kerja Kualitatif ... 32

4.1.2.3 Tanggung Jawab Terhadap Orang Lain ... 33

4.1.2.4 Stres... 33

4.1.3 Analisis Bivariat... 34

4.1.3.1 Hubungan Beban Kerja Kuantitatif dengan Stres ... 34

4.1.3.2 Hubungan Beban Kerja Kualitatif dengan Stres ... 34

4.1.3.3 Hubungan Tanggung Jawab Orang Lain dengan Stres... 35

4.1.4 Analisis Multivariat... 35

4.2 Pembahasan ... 36

4.2.1 Hubungan Beban Kerja dengan Stres ... 36

4.2.2 Hubungan Tanggung Jawab Terhadap Orang Lain dengan Stres... 38


(9)

4.2.3 Variabel Paling Berpengaruh terhadap Stres ... 39 4.3 Kelemahan Penelitian ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 41 5.2 Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA... 43


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional Penelitian... 25

2. Karakteristik Responden ... 31

3. Beban Kerja Kuantitatif ... 32

4. Beban Kerja Kualitatif ... 33

5. Tanggung Jawab Terhadap Orang Lain ... 33

6. Stres... 33

7. UjiChi Square(Hubungan Beban Kerja Kuantitatif dengan Stres) .... 34

8. UjiFisher(Hubungan Beban Kerja Kualitatif dengan Stres)... 34

9. UjiFisher(Hubungan Tanggung Jawab Terhadap Orang Lain dengan Stres... 35


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 05 November 1994, sebagai anak keempat dari empat bersaudara, dari Bapak Drs. H. Rusli Rasyid, M.M dan Ibu Hj. Masnoni, S.E.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Pratama Bandar Lampung pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Rawa Laut, Bandar Lampung pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Bandar Lampung pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif sebagai anggota pada organisasi Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina tahun 2012-2014.


(12)

SANWACANA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Stres dengan Beban Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung”.

Adapun penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini adalah berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.dr. Muhartono, M.kes, Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

2. Bapak dr. Tendry Septa, Sp.KJ(K), selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu dr. Novita Carolia, M.Sc, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Dr.dr. Asep Sukohar, M.Kes, selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terimakasih atas waktu, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan; 5. Bapak dr. M. Yusran, Sp.M, selaku Pembimbing Akademik;


(13)

6. Kedua orang tuaku yang tercinta atas doa, kasih sayang dan dukungannya setiap saat. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya;

7. Kakak-kakakku tercinta dan teruntuk kakakku yang paling ku sayangi serta sebagai motivasiku selama ini (Alm)dr. Ferlino Mekru Rasyid, semoga engkau bahagia disisi-Nya selalu;

8. Keluarga besar dari kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungannya; 9. Seluruh staf dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu yang

telah diberikan kepada penulis untuk mencapai cita-cita;

10. Seluruh Tata Usaha PSPD Unila dan pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya;

11. Seluruh pegawai RSUD Abdoel Moeloek dan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di bagian Bedah yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya;

12. Seluruh keluarga XII IPA 1 SMAN 5 Bandar Lampung. Terimakasih telah memberikan makna kebersamaan dan kekeluargaannya;

13. Teman-teman sepermainan, Adi Nugraha DJA, M. Sultan Tantra, M. Aria Laksana, Hambali Humam Macan, Hanif A Latif, Asep Setya Rini, dan group BBBB yang telah memberikan dukungan, nasehat, dan semangat kepada penulis;

14. Teman-teman angkatan 2012 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan memberi motivasi belajar;

15. Keluarga KKN Desa Pelita Jaya yang sudah memberikan semangat kebersamaan;

16. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002-2015) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran;


(14)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga penyusunan skripsi ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Akhir kata dengan mengucapkan Alhamdulillah dan penuh harap atas ridho-Nya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin ya Robbal Alamin.

Bandar Lampung, Januari 2016

Penulis


(15)

(16)

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sivitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Problematika mahasiswa seringkali memberikan konsekuensi psikologis yang berat bagi seseorang sehingga menimbulkan stres. Sumber stres yang sering dialami oleh mahasiswa adalah tuntutan kehidupan dari dalam maupun dari luar kampus, menuntut mahasiswa untuk dapat menghadapi masalah yang muncul dengan lebih dewasa, bertanggung jawab, tangguh dan kuat, desakan untuk menyelesaikan studi tepat waktu, tuntutan orangtua dan institusi pendidikan yang terlalu tinggi bagi mahasiswa serta kekhawatiran atau pikiran-pikiran negatif pada diri individu itu sendiri (Kholidah & Alsa, 2012).

Stres merupakan reaksi penyesuaian diri manusia atau individu dalam segala hal yang terjadi pada dirinya. Stres dibagi menjadi dua, yakni eustress dan distress. Eustress merupakan stres positif yang dapat menstimulasi individu menjadi bertambah kuat sedangkan distress atau stres negatif merupakan stres yang menyebabkan individu tidak mampu beradaptasi terhadapstressorsehingga dapat menimbulkan penderitaan atau gangguan. Stres dapat mengakibatkan perubahan


(18)

2

pada tubuh seperti peningkatan denyut jantung, naiknya tekanan darah dan sekresi hormon tertentu (Diponegoro, 2006).

Pada beberapa kepustakaan dituliskan beberapa faktor yang dapat dianggap menyebabkan stres yaitu beban kerja berlebih, tanggung jawab terhadap orang lain, ketaksaan peran dan konflik peran. Beban kerja berlebih dibagi menjadi dua, yaitu beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja berlebih kuantitatif merupakan jumlah atau banyaknya pekerjaan yang harus ditanggung oleh individu, sedangkan beban kerja berlebih kualitatif terjadi jika individu melakukan suatu pekerjaan yang harus ditanggungnya berdasarkan kualitas (Gibson et al.,1996). Ketaksaan peran terjadi ketika individu tidak memperoleh kejelasan mengenai tugas-tugas dari pekerjaannya atau lebih umum dituliskan tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan atau ambiguitas (Luthans, 2001). Konflik peran ialah konflik yang terjadi dikarenakan adanya ketidaksesuaian, saat sedang melaksanakan peran-peran tertentu (Pudjiastiti, 2007).

Mahasiswa kedokteran memiliki stressor yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa umum lainnya. Mahasiswa kedokteran lebih banyak mengalami tekanan, yang dapat meningkatkan kecemasan dan menimbulkan depresi yang pada akhirnya dapat memengaruhi prestasi akademik (Loubir et al., 2014). Berdasarkan penelitian, di Malaysia didapati angka kejadian stres pada mahasiswa kedokteran pada kisaran 41,9 % (Sherina et al., 2004). Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Riau yang melakukan pengukuran pada mahasiswa kepaniteraan klinik didapati 25 % mahasiswa dengan stres ringan, 65 % stres sedang dan 10 % untuk stres berat (Dani et al., 2013). Penelitian lain yang


(19)

3

dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung didapatkan hasil tingkat depresi pada mahasiswa kepaniteraan klinik sebesar 83,8 % dan mahasiswa preklinik sebesar 32,3 % (Annida, 2012), dalam penelitian lainnya dituliskan hal tersebut antara lain disebabkan stressor pada mahasiswa kepaniteraan klinik relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa preklinik (Widosari, 2010).

Tahapan pendidikan kedokteran terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap preklinik dan kepaniteraan klinik. Tahap preklinik ditempuh mahasiswa selama minimal 7 semester dengan masa studi maksimum 12 semester. Mahasiswa yang telah menyelesaikan tahap preklinik dan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan berhak mendapat gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked). Tahap kepaniteraan klinik merupakan kelanjutan dari tahap preklinik yang ditempuh selama minimal 3 semester aktif dengan masa studi maksimum 6 semester. Mahasiswa yang telah menyelesaikan tahap kepaniteraan klinik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan berhak mendapat gelar dokter (dr.) (Panduan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, 2015).

Mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani tahap kepaniteraan klinik wajib mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan. Kurikulum tersebut terdiri dari beberapa mata ajar, yakni ilmu penyakit dalam, penyakit syaraf, radiologi, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah, kulit dan kelamin, kedokteran kehakiman, anestesiologi, penyakit mata, penyakit THT, kedokteran jiwa, dan kedokteran komunitas (Panduan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, 2015). Bagian ilmu bedah terbagi dalam beberapa bagian spesialisasi,


(20)

4

yaitu bedah cardiothorax, bedah saraf, bedah plastik dan maxillofacial, ortopedi, otolaringologidan urologi (Sabiston, 1995).

Mahasiswa kepaniteraan klinik yang menjalani pendidikan di bagian bedah memiliki beban kerja yang lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya. Bagian bedah menuntut mahasiswa untuk menguasai berbagai bidang atau skill tertentu, meliputi mengenal, memahami dan melakukan tindakan pembedahan sederhana berupa menjahit luka, insisi abses, resposisi fraktur sederhana, memasang gips, vasektomi, memasang kateter, asistensi operasi elektif maupun darurat, tindakan pembiusan sederhana dengan alat EMO (Epstein Macintosch Oxford) dan memeriksa status penderita bedah (Panduan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, 2015). Mahasiswa pada bagian bedah juga dibebankan permasalahan kognitif, yakni pembuatan case report, presentasi kasus, batasan waktu melakukan tindakan, ujian dan berbagai tuntutan dari pihak keluarga pasien sehingga banyak mahasiswa yang mengalami gangguan psikologis terutama stres. Menurut salah satu penelitian di Amerika, terdapat 10 pekerjaan yang sering menyebabkan stres, salah satunya ialah bedah. Hal ini antara lain dikarenakan pekerjaan bedah memiliki batasan waktu kerja dan tidak dapat menerima adanya kesalahan (Kaplan & Sadock, 1998).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara stres dengan beban mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung.


(21)

5

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara stres dengan beban kerja berlebih kuantitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung ?

2. Apakah terdapat hubungan antara stres dengan beban kerja berlebih kualitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung ?

3. Apakah terdapat hubungan antara stres dengan tanggung jawab terhadap orang lain pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara stres dengan beban mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara stres dengan beban kerja berlebih kuantitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. b. Mengetahui hubungan antara stres dengan beban kerja berlebih kualitatif pada

mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. c. Mengetahui hubungan antara stres dengan tanggung jawab terhadap orang lain

pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.


(22)

6

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Menambah wawasan tentang hubungan beban berlebih kuantitatif dan kualitatif serta tanggung jawab terhadap orang lain pada bagian bedah dengan tingkat stres pada mahasiswa kepaniteraan klinik.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Kedokteran dalam menyikapi tentang hubungan beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif serta tanggung jawab terhadap orang lain pada bagian bedah dengan tingkat stres mahasiswa kepaniteraan klinik.

3. Bagi Masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat khususnya bagi mahasiswa kepaniteraan klinik untuk mengetahui tingkatan stres pada saat menjalani bagian bedah di rumah sakit serta bagaimana cara memaksimalkan pertahanan mental (penanggulangan stres).


(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

Stres adalah sekumpulan rangsangan biologis yang timbul akibat adanya rangsangan yang merugikan baik secara fisik, mental atau emosional, internal atau eksternal, yang umumnya mengganggu homeostasis suatu organisme (Kumala et al.,1998). Stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu. Stres dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang diinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah (Sukadiyanto, 2010). Stres adalah persepsi, baik nyata maupun imajinasi. Persepsi terhadap stres berasal dari rasa takut atau marah. Perasaan ini dapat diekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasi, iri, tidak ramah, depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah dan khawatir atau apatis (Saputri, 2010).

Berbagai penelitian menuliskan stres dibagi menjadi dua bagian, yaitu stres positif/eustress dan stres negatif/distress. Eustress atau stres positif merupakan situasi atau kondisi apapun yang dapat memotivasi atau memberikan inspirasi, misalnya promosi jabatan. Stres negatif/distress adalah stres yang menekan hingga dapat membuat individu menjadi marah, tegang, bingung, cemas, merasa bersalah, atau kelelahan. Distress dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu stres akut


(24)

8

dan stres kronik. Stres akut berlangsung dalam waktu yang singkat namun cukup kuat, kemudian menghilang dengan cepat, seperti stres saat mencari lahan parkir di tempat kerja, terburu-buru mencari nomor telepon dan terlambat datang ke rapat. Stres kronik merupakan stres yang muncul tidak terlalu kuat namun dapat bertahan dalam waktu lama dari hitungan hari hingga bulanan, sebagai contoh masalah keuangan dan kejenuhan kerja. Stres kronik yang dialami berulang kali dapat memengaruhi kesehatan dan produktivitas individu (Saputri, 2010).

2.1.1 Gejala stres

Gejala-gejala stres menurut Wijaya (2010) antara lain: a) Gejala fisikal

Tidur tidak teratur (insomnia), mudah lelah, diare, tegang pada leher dan bahu. b) Gejala emosional atau suasana perasaan

Gelisah, mudah marah, merasa harga diri menurun, gejala intelektual, susah berkonsentrasi, sulit atau lambat membuat keputusan.

c) Gejala interpersonal

Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, tidak peduli dengan orang lain (Christyantiet al., 2010).

2.1.2 Tahapan stres

Menurut Dr. Robert J. Van Amberg, tahapan-tahapan stres adalah sebagai berikut: 1. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahap paling ringan. Ciri dari tahap ini, yaitu semangat kerja besar atau berlebihan, awareness atau kewaspadaan meningkat, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, merasa senang dengan


(25)

9

pekerjaan dan bersemangat. Namun tanpa disadari stres pada tahapan ini dapat menyebabkan cadangan energi habis.

2. Stres tahap II

Pada tahapan ini individu dapat merasakan letih saat bangun pagi, mudah lelah terutama sesudah makan siang, mudah lelah menjelang sore hari, sering mengeluh gangguan sistem pencernaan atau perut tidak nyaman, detak jantung meningkat lebih dari biasanya, otot-otot daerah punggung dan tengkuk terasa tegang serta tidak dapat relaks

3. Stres tahap III

Individu pada tahapan ini akan memperlihatkan keluhan-keluhan, seperti gangguan sistem pencernaan yang makin menguat, peningkatan ketegangan otot, perasaan tidak nyaman, suasana perasaan yang semakin mudah berubah-ubah, gangguan pola tidur seperti sulit tidur, terbangun tengah malam dan sulit kembali tidur, atau bangun dini hari dan tidak dapat kembali tidur, gangguan pengendalian koordinasi tubuh seperti badan terasa sempoyongan seakan ingin pingsan. Individu pada tahapan ini sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti psikiater atau psikolog klinis untuk memperoleh tatalaksana yangkomprehensif.

4. Stres tahap IV

Ciri-ciri stres pada tahap IV, antara lain kesulitan bertahan melakukan aktivitas rutin, aktivitas yang semula menyenangkan dan mudah menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai, ketidakmampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari, gangguan pada pola tidur semakin meningkat disertai


(26)

10

mimpi-mimpi menegangkan, seringkali menolak ajakan karena tidak ada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. 5. Stres tahap V

Stres tahap V merupakan kelanjutan dari stres tahap IV yang memiliki gambaran utama, seperti kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. 6. Stres tahap VI

Tahapan ini disebut dengan tahapan klimaks karena seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Ciri-ciri stres tahap VI adalah debaran jantung teramat keras, sesak nafas, tubuh gemetar, dingin dan keringat berkucuran, ketiadaan tenaga untuk hal ringan, pingsan dan kolaps (Saputri, 2010).

2.1.3 Respons terhadap Stres

Respons terhadap stres memiliki beberapa aspek yaitu respons fisiologi, respons kognitif, respons emosi dan respons tingkah laku.

1) Respons Fisiologi

Respons fisiologi merupakan suatu respons individu secara fisik yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, denyut nadi, dan sistem pernafasan. Kondisi normal sistem tubuh adalah bekerja untuk mempertahankan suatu keseimbangan internal yang disebut homeostasis. Homeostasis tubuh dapat terganggu ketika berhadapan denganstressor. Tubuh


(27)

11

mencoba untuk mengembalikan homeostasis dengan melakukan respons berupa adaptasi. Respons ini dikenal sebagai GAS (General Adaptation Syndrome) atau sindrom adaptasi menyeluruh yang pertama kali dicetuskan oleh Hans Selye pada tahun 1936. Terdapat tiga fase dalam model ini, yakni reaksi alarm, resistensi dan kelelahan (Nevidet al., 2005).

 Reaksi alarm

Reaksi ini dimulai ketika otak mempersepsikan adanyastressor, baik nyata atau imajinasi. Korteks cerebri akan mengaktivasi sistem saraf otonom sebagai respons persiapan tubuh untuk bertahan terhadap stressor. Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf pusat yang mengatur fungsi tubuh secara unconsciousness seperti fungsi jantung dan sistem hormonal serta sistem pernafasan. Sistem saraf otonom terbagi dua bagian, yakni sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatis memberi energi pada tubuh untuk melakukan respons fight or flight dengan cara meningkatkan sekresi hormon stres. Sistem saraf parasimpatis bekerja menghambat respons stres yang bekerja berlawanan dengan kerja sistem saraf simpatis (Donatelle, 2013).

Respons stres yang diaktifkan sistem saraf simpatis mencetuskan perubahan struktur biokimia tubuh dan kelenjar hipotalamus merupakan pusat kontrol dari sistem saraf simpatis. Hipotalamus merespons stressor dengan mengeluarkan lebih banyak energi dengan cara menstimulasi kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin atau adrenalin. Epinefrin menyebabkan peningkatan aliran darah, melebarkan jalan nafas untuk meningkatkan pertukaran oksigen, peningkatan frekuensi nafas,


(28)

12

menstimulasi hati untuk mengeluarkan glukosa sebagai energi otot dan dilatasi pupil untuk meningkatkan sensitivitas terhadap cahaya sehingga tubuh siap untuk bertindak (Donatelle, 2013).

Fase reaksi alarm dapat mencetuskan reaksi stres yang lebih lama sebagai respons tambahan untuk fight or flight. Hipotalamus memproduksi CRH (Corticotropin Releasing Hormone), sebuah hormon yang mengatur kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan hormon ACTH (Adrenokortikotropin hormon). ACTH menyebabkan pelepasan hormon cortisol oleh kelenjar adrenal. Hormon ini meningkatkan kadar glukosa untuk membantu memenuhi kebutuhan energi yang menyebabkan otak melepaskan endorfin, suatu hormon yang dapat mengurangi rasa sakit (Donatelle, 2013).

 Fase resistensi

Fase resistensi terjadi ketika tubuh mencoba mengembalikan homeostasis dengan mengendalikan fase alarm, namun karenastressortetap berlangsung sehingga tubuh tidak dapat beristirahat sempurna maka tingkatan metabolisme diberbagai jaringan tetap tinggi. Contoh dari fase ini adalah saat individu mendapat informasi, orang yang disayangi didiagnosis kanker stadium akhir maka respons yang akan timbul berupa kesedihan dan kecemasan yang luar biasa. Ketenangan akan timbul setelah individu beradaptasi beberapa waktu kemudian, meskipun tubuh tetap tidak dapat berisitirahat secara total. Organ dan sistem resistensi akan tetap bekerja sepanjang hari (Donatelle, 2013).


(29)

13

 Fase kelelahan

Usaha panjang tubuh untuk beradaptasi dengan stres selanjutnya akan sampai pada tahap kelelahan yang berlebih. Fase ini terjadi ketika energi fisik dan emosi yang digunakan untuk melawan stressor sudah habis. Pada fase ini tubuh memasuki fase stres kronik, dimana kelenjar adrenal berkelanjutan menghasilkan kortisol. Kortisol yang menetap lama dalam darah dapat menurunkan imunitas atau kemampuan sistem imun, tekanan darah meningkat berlebihan, mudah sakit dan gangguan tubuh dalam mengendalikan kadar gula darah (Donatelle, 2013).

2) Respons Kognitif

Stressor dapat memengaruhi respons kognitif individu, yang dapat dilihat dengan kekacauan proses pikir, gangguan atensi, gangguan fungsi daya ingat, gangguan orientasi, gangguan kalkulasi, gangguan fungsi daya nilai dan lainnya.

3) Respons Emosi

Stressor memengaruhi suasana perasaan individu, dapat timbul berupa ketakutan, kecurigaan, malu, marah dan sedih.

4) Respons Tingkah Laku

Respons tingkah laku individu terhadap stres dibedakan menjadi dua yaitufight (melawan situasi yang menekan) dan flight (menghindari situasi yang menekan) (Donatelle, 2013).


(30)

14

2.1.4 Manajemen stres

Manajemen stres merupakan suatu teknik yang dapat membantu individu untuk menghadapi tantangan hidupnya. Manajemen stres mencakup beberapa teknik, yaitu:

a) Pengurangan ketegangan

Teknik pengurangan ketegangan dilakukan individu dengan memberikan latihan relaksasi pada otot. Relaksasi mendalam dan menerapkan keterampilan tersebut di kehidupan keseharian dapat menurunkan tingkatan stres dan bermanfaat untuk peningkatan fungsi kekebalan tubuh.

b) Restrukturisasi kognitif

Restrukturisasi kognitif antara lain dilakukan dengan mengubah sistem persepsi dan kejernihan interpretasi logis individu, meningkatkan kapasitas intelektual hingga memengaruhi perasaan dan perilaku individu.

c) Pelatihan keterampilanbehavioral

Individu yang kurang memiliki keterampilan dalam menyelesaikan tugas yang menantang akan menjadikan tantangan tersebut sebagai stressor dan menimbulkan beban pada individu tersebut. Keterampilan behavioural atau perilaku adalah memberikan keterampilan yang diperlukan individu dalam menghadapi berbagaistressorsehinggastressortidak lagi menjadi beban. d) Pendekatan perubahan lingkungan

Pendekatan perubahan lingkungan dapat membantu individu agar tetap sehat dengan memodifikasi lingkungan menjadi bentuk dukungan sosial (Davison et al., 2006).


(31)

15

2.1.5 Pengukuran Stres

Pengukuran stres dapat dilakukan dengna berbagai cara, pada penelitian ini menggunakan SRQ-20 dan SDS.

2.1.5.1 SRQ-20(Self Reporting Questionnaire 20)

Tahap pengembangan instrumen SRQ-20 dimulai dengan penapisan sejumlah pertanyaan oleh panel aktif di WHO (World Health Organization), terhadap instrumen SRQ-20 yang dikembangkan di beberapa negara. Pada tahap lanjut instrumen tersebut dibandingkan dengan empat instrumen penilaian lainnya, yaitu PASSR (The Patient Self Report Symtom Farm), The Post Graduate Institute Health Quetionnaire N2, GHQ (The General Health Quetionnaire), PSE (The Present State Examintaion). Hasil dari perbandingan tersebut didapati 32 pertanyaan dan akhirnya setelah dilakukan berbagai penelitian lanjut menjadi 20 pertanyaan.

Kuesioner SRQ-20 memiliki pembagian klasifikasi diagnosis yang sesuai dengan ICD 10 (International Classification of Disease). Pembagian klasifikasi SRQ-20 tersebut terdiri dari :

1. Depression:

Depressive episodic

Recurent depressive disorderDysrithimia

2. Anxiety Related Disorder:Phobic anxiety disordersPanic disorder


(32)

16

Generalized anxiety disorderMixed anxiety-depressive disorderObsesiv compulsive disorderAdjustmen disorder

3. Somatoform disorderSomatization disorder

Undifferentiated somatoform disordesOther neurothic disorder: neurasthenia

Kuesioner ini dapat dipakai individu yang telah terlatih untuk mengetahui adanya tanda dan gejala gangguan mental kearah depresi dan ansietas. Proses pengisian kuesioner ini memiliki beberapa peraturan yang dapat memengaruhi hasil pengisian diantaranya ialah:

1. Saat melakukan pengisian kuesioner, responden tidak boleh mendiskusikan pertanyaan baik sesama responden maupun ke pewawancara.

2. Responden dianjurkan hanya menjawab pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak.

3. Responden yang tidak yakin dalam menjawab pertanyaan, maka diharapkan tetap memberikan jawaban yang terbaik menurut dirinya.

4. Pertanyaan yang dibacakan oleh pewawancara boleh diulang jika, responden belum mendapatkan jawaban.

5. Pemberian informasi tambahan yang diijinkan adalah bahwa pertanyaan dapat didiskusikan satu kali ketika semua pertanyaan sudah terjawab.


(33)

17

2.1.5.2 SDS (Survei Diagnosis Stres)

SDS (Survei Diagnosis Stres) merupakan alat ukur stres yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI (Afrianti et al., 2007). Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan yang mencakup macam-macam sumberstressorkerja, yaitu:

a) Ketaksaan peran

Ketaksaan peran terjadi pada individu yang tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti perannya dalam tugas yang diberikan. Sasaran yang tidak jelas mengarah pada ketidakpuasan kerja, kurang memiliki kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, penurunan suasana perasaan dan motivasi rendah untuk bekerja (Hermita, 2011). Poin penilaian ketaksaan peran pada pertanyaan nomor 1, 7, 13, 19 dan 25.

b) Konflik peran

Konflik peran merupakan keadaan dimana terdapat tugas yang sama pada dua atau lebih individu dalam kegiatan (Hermita, 2011). Poin penilaian pada konflik peran terdiri dari pertanyaan nomor 2, 8, 14, 20 dan 26.

c) Beban kerja berlebih kuantitatif

Beban kerja berlebih kuantitatif yaitu jumlah atau banyaknya pekerjaan yang harus ditanggung oleh individu. Poin penilaian pada beban kerja berlebih kuantitatif terdiri dari pertanyaan nomor 3, 9, 15, 21 dan 27.


(34)

18

Beban kerja berlebih kualitatif merupakan suatu pekerjaan yang harus ditanggung oleh individu berdasarkan kualitas. Poin penilaian pada beban kerja berlebih kualitatif terdiri dari pertanyaan nomor 4, 10, 16, 22 dan 28.

e) Pengembangan karir

Pengembangan karir merupakan proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dilakukan dalam rangka mencapai suatu rencana karir yang diinginkan. Poin penilaian pada pengembangan karir terdiri dari pertanyaan nomor 5, 11, 17, 23 dan 29.

f) Tanggung jawab terhadap orang lain.

Tanggung jawab terhadap orang lain merupakan kewajiban yang berhubungan dengan orang lain. Poin penilaian pada tanggung jawab terhadap orang lain terdiri dari pertanyaan nomor 6, 12, 18, 24 dan 30 (Setyawanet al.,2008)

2.2 Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

Kepaniteraan klinik merupakan kelanjutan pendidikan preklinik di Fakultas Kedokteran. Program ini bertujuan mendidik Sarjana Kedokteran (S. Ked) untuk menjadi dokter melalui proses belajar kepaniteraan klinik sesuai dengan kurikulum pendidikan kedokteran sehingga memiliki cukup pengalaman dan ketrampilan klinik, memiliki kemampuan memecahkan masalah serta bersifat profesional. Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan berbasis SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) yang dirangkum dalam pedoman pelaksanaa pendidikan kepaniteraan klinik di rumah sakit pendidikan.


(35)

19

Adapun kompetensi, keilmuan dan keterampilan klinis yang harus dikuasai pada kepaniteraan klinik adalah ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu penyakit syaraf, radiologi, ilmu kebidanan & penyakit kandungan, ilmu bedah, ilmu penyakit kulit dan kelamin, ilmu kedokteran kehakiman, anestesiologi, ilmu penyakit mata, ilmu penyakit THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan), ilmu kedokteran jiwa dan IKAKOM (Ilmu Kedokteran Komunitas). Lamanya pendidikan serta jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) pelaksanaan pendidikan kepaniteraan klinik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk melaksanakan kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dibagi menjadi 3 yaitu:

1. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung : 12 bagian: 35 SKS, 64 pekan (59 pekan efektif).

2. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung : 2 SKS, 4 pekan efektif.

3. IKAKOM : 3 SKS, 4 pekan efektif (Panduan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, 2015).

2.3 Bagian Bedah

Ilmu bedah adalah ilmu kedokteran yang mengembalikan fungsi anatomi tubuh normal dengan cara pembedahan. Pendidikan di bagian bedah berlangsung selama 10 minggu yang terdiri dari 9 minggu aktif dan 1 minggu ujian. Keterampilan terapeutik yang harus dicapai pada bagian bedah ialah :

a) Bedah umum: perawatan luka (pemasangan dressing, bandage), menasehati pasien tentang gaya hidup, peresepan rasional, lengkap dan dapat dibaca, menyiapkan preoperasi lapangan operasi untuk bedah minor, asepsis,


(36)

20

antisepsis, anastesi lokal, persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril dan lain-lain), dekompresi jarum, pemasangan WSD (Water Sealed Drainage), perawatan WSD (Water Sealed Drainage), pungsi pleura, desinfeksi kulit, bedah minor (insisi/ drainase abses, bursa/ ganglion, eksisi tumor), injeksi ( intrakutan, IV, subkutan, IM), anestesia infiltrasi, blok saraf lokal, jahit luka, pengambilan/ pelepasan benang jahitan, menggunakan anestesi topikal (tetes, semprot), pemberian analgesik dan terapi oksigen. b) Bedah urologi: pemasangan kateter uretra, clean intermitten chatetheterization

(Neurogenic Blader), sirkumsisi dan pungsi suprapubik.

c) Bedah ortopedi/ bedah tulang: reposisi fraktur tertutup, stabilisasi fraktur (tanpa gips), reduksi dislokasi, melakukan dressing (sling, bandage), mengobati ulkus tungkai danremoval of splinter.

d) Kegawatdaruratan bedah: pemasangan kateter uretra, pemasangan pipa orofaring, tatalaksana anak/ dewasa dengan tersedak, tatalaksana pembukaan jalan nafas, cara pemberian oksigen, tatalaksana anak/ dewasa dengan kondisi tidak sadar, tatalaksana pemberian infus pada anak/ dewasa dengan syok, tatalaksana pemberian cairan, bantuan hidup dasar, ventilasi masker, intubasi, transport pasien (transport casualty), manufer heimlich, resusitasi cairan, pijat jantung luar, tatalaksana dehidrasi berat pada kegawatdaruratan setelah penatalaksanaan syok dan lainnya (Buku Panduan Kepaniteraan Klinik Ilmu-Ilmu Bedah Universitas Lampung, 2015).


(37)

21

2.4 Kerangka Pemikiran 2.4.1 Kerangka Teori

2.4.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Stres

Stres :

1. Terdapat stres 2. Tidak terdapat

Stres

SDS 1. Beban kerja kuantitatif 2. Beban kerja kualitatif 3. Tanggung jawab

terhadap orang lain 4. Ketaksaan peran 5. Konflik peran 6. Pengembangan karir

SRQ-20 •Stressor Fisik

•Stressor Psikologis  Respon fisiologi  Respon kognitif  Respon emosi  Respon Tingkah

laku

•Stressor Sosial

Stres yang dialami pada mahasiswa kepaniteraan klinik • Beban kerja

kuantitatif • Beban kerja

kualitatif

• Tangguung jawab terhadap orang lain


(38)

22

2.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis kerja (Ha) pada penelitian ini adalah

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan beban kerja kuantitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan beban kerja kualitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan tanggung jawab terhadap orang lain pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(39)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data pada suatu saat dimana sebab dan akibatnya didapatkan dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2011).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada bagian bedah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 19 September 2015 dan 28 November 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik yang sedang berada pada bagian bedah yaitu berjumlah 60 orang. Teknik


(40)

24

dari pengambilan sampel ialah menggunakan total sampling yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah

2. Bersedia mengikuti penelitian dengan mengisiinformed consent Kriteria ekslusi sebagai berikut:

1. Tidak bersedia mengikuti penelitian/ tidak mengisiinformed consent 2. Tidak hadir saat dilakukan penelitian

3.5 Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang apabila nilainya berubah maka akan memengaruhi variabel lainnya (Dahlan, 2012). Variabel bebas pada penelitian ini ialah :

• Beban kerja berlebih kuantitatif • Beban kerja berlebih kualitatif • Tanggung jawab terhadap orang lain

2. Variabel terikat (dependent variable) ialah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat stres yang dialami pada mahasiswa kepaniteraan klinik.


(41)

25

3.6 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan pada penelitian ini ialah SRQ-20 (Self Reporting Questionnaire 20) dan SDS (Survei Diagnosis Stres).

1. SRQ-20 (Self Roperting Qustionnaire 20) merupakan alat ukur yang sudah divalidasi oleh WHO (World Health Organization). Pada penelitian ini SRQ-20 digunakan untuk mengukur apakah terdapat gejala stres pada mahasiswa Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Skala Beban Kerja Kuantitatif Banyaknya pekerjaan yang harus ditanggung Kuesioner: SDS

Wawancara 1. Ringan = <10 2. Sedang = 10-20 3. Berat= >20 Ordinal Beban Kerja Kualitatif Kualitas pekerjaan yang harus ditanggung Kuesioner: SDS

Wawancara 1. Ringan = <10 2. Sedang = 10-20 3. Berat= >20 Ordinal Tanggung jawab terhadap orang lain Kewajiban yang berhubungan dengan orang lain Kuesioner: SDS

Wawancara 1. Ringan = <10 2. Sedang = 10-20 3. Berat= >20 Ordinal Stres Reaksi penyesuaian individu dalam segala hal yang terjadi pada dirinya Kuesioner: 1. SRQ-20 2. Data Demografi

Wawancara 0. Tidak adanya stres = <6 1. Adanya Stres = >6 Nominal


(42)

26

kepaniteraan klinik. Kuesioner ini memiliki 20 pertanyaan. Penilaian SRQ dilakukan dengan cara memberikan nilai 0 atau 1 pada setiap pertanyaan. Nilai 1 mengindikasikan adanya gejala pada satu bulan terakhir, sedangkan nilai 0 mengindikasikan tidak adanya gejala, selanjutnya nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Nilai maksimum 20, sedangkan nilai yang mengindikasikan adanya gangguan mental adalah lebih dari 6 (Tiana S, 2010).

2. SDS ( Survei Diagnosis Stres) merupakan alat ukur yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Kuesioner ini di gunakan untuk mengukur stressor kerja yang dialami oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah. Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan, yang mencakup 6 stressor kerja, namun pada penelitian ini peneliti hanya mengambil 3 stressor kerja, yaitu beban kerja berlebih kuantitatif, beban kerja berlebih kualitatif dan tanggung jawab terhadap orang lain.

• Beban kerja berlebih kuantitatif

Beban kerja berlebih kuantitatif memiliki poin penilaian pada pertanyaan nomor 3, 9, 15, 21 dan 27.

• Beban kerja berlebih kualitatif

Beban kerja berlebih kualitatif memiliki poin penilaian pada pertanyaan nomor 4, 10, 16, 22 dan 28.

• Tanggung jawab terhadap orang lain

Tanggung jawab terhadap orang lain memiliki poin penilaian pada pertanyaan nomor 6, 12, 18, 24 dan 30.

Responden menjawab pertanyaan dengan skala 1-7 yang merupakan jenjang skor pertanyaan. Responden yang memilih angka 7, maka skor jawaban tersebut


(43)

27

menjadi 7 dan apabila responden memilih angka 1 maka skor jawaban menjadi 1 (Teddy, 2005). Angka 1 artinya pertanyaan tersebut tidak pernah menimbulkan stres, dan untuk skor berikutnya terus menanjak hingga angka 7 yang artinya selalu menimbulkan stres. Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan 5 buah pertanyaan pada masing-masing poinstressorkerja. Hasil dari penjumlahan setiap item stressor kerja dapat dipresentasikan menjadi ringan jika jumlah skor <10, sedang 10-20 dan berat >20 (Afriantiet al.,2007).

3.8 Alat dan Cara Penelitian 1. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah : • Kuesioner SDS

• Kuesioner SRQ-20

• Kuesioner Data Demografi • Alat tulis

• Lembar persetujuan 2. Cara Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan data primer yang diambil secara langsung dari responden yang meliputi :

1 Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian 2 Pengisianinformed consent


(44)

28

3.8 Alur Penelitian

3.9 Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program komputer. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah :

a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.

1. Tahap Persiapan Pembuatan Proposal,

Perizinan, Koordinasi

2. Tahap Pelaksanaan Pengisianinformed

consent

Pengisian kuesioner SDS, SRQ-20 dan

Data Demografi

3. Tahap Pengolahan Data

Pencatatan


(45)

29

d. Outputkomputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

3.9.2 Analisis Statistika

Analisis statistik untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program Software Statistik pada komputer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terikat.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik. a) Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi square

merupakan uji komparatif yang digunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan dengan batas kemaknaan (α < 0,05) yang artinya apabila diperoleh p<α, berarti ada perbandingan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan bila nilai p > α, berarti tidak ada perbandingan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Syarat uji Chi-square adalah jumlah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20 % dari jumlah sel yang ada.

b) Penggabungan sel merupakan alternatif, jika syarat uji Chi square tidak terpenuhi. Data pada dua variabel diklasifikasikan kedalam tabel kontingesi 3x2 dimana, tidak terdapat uji alternatifnya. Penggabungan sel dilakukan dengan menggabungkan sel yang nilai proporsinya kecil dengan nilai yang


(46)

30

proporsinya besar. Sehingga didapati tabel kontingesi menjadi 2x2, setelah dilakukan penggabungan sel.

c) Uji Fisher merupakan uji yang digunakan untuk melakukan analisis pada dua variabel dengan skala data nominal atau ordinal. Kemudian data diklasifikasikan kedalam tabel kontingesi 2x2. Uji ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif penggantiChi-Square jika nilai harapan dari sel tabel ada yang kurang dari 5.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan teknik statistik untuk jumlah data dengan variabel bebas lebih dari satu. Penggunaan analisis multivariat, yaitu untuk melihat sejauh mana pengaruh masing-masing variabel bebas yaitu beban kerja berlebih kuantitatif, beban kerja berlebih kualitatif, tanggung jawab terhadap orang lain, dan sifat ketergantungan dengan variabel terikat yaitu stres dengan regresi logistik.

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan mendapatkan surat keterangan lolos kaji etik dengan nomor 63/UN26/8/DT/2016, sehingga penelitian dapat dilaksanakan.


(47)

1

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan beban kerja kuantitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan beban kerja kualitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan tanggung jawab terhadap orang lain pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut terkait stressor lainnya, seperti ketaksaan peran, konflik peran dan pengembangan karir dengan sampel yang lebih besar.


(48)

✁2

2. Bagi mahasiswa preklinik sebelum melanjutkan kepaniteraan klinik sebaiknya menyiapkan coping mechanism/ penyesuaian diri terkait beban stres pada bagian bedah.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani H M, Alkanhal AA, Mahmoud ES, Ponnamperuma GG, & Alfaris EA. 2011. Stress and Its Effects on Medical Students: A Cross-sectional Study at a College of Medicine in Saudi Arabia. J Health Popul Nutr. 29(5):516-522.

Afrianti R, Widyahening IS, Amri Z, & Kusumawardhani AAAA. 2007. Stresor Kerja dan Insomnia pada Petugas Pemadam Kebakaran di Jakarta Selatan. J Indon Med Assoc.61(12):487-492.

Annida NH. 2012. Perbandingan Tingkat Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Preklinik Tingkat Awal dan Dokter Muda Stase Mayor Fakultas Kedokteran Unila pada Bulan November 2012 [Skripsi]. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Arfan AN, Pasinringi SA, Sidin AI. 2014. Gambaran Determinan Insiden Keselamatan Pasien pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Repository.unhas. 1-10. Tersedia dari: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/11046.

Cahyani NPN, Sutresna IN, & Putra PWK. 2014. Pengaruh Teknik Yoga Namaskara terhadap Penurunan Tingkat Stress pada Ibu yang Bekerja di Banjar Abuan Kangin Desa Abuan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Jurnal Dunia Kesehatan. 3(2):15-24.

Christyanti D, Mustami ah D, & Sulistiani W. 2010. Hubungan antara Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. INSAN.12(03):153-159.

Dani SM, Hamidy MY, Risma D. 2013. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Strategi Koping pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Riau [Skripsi]. Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau Davison GC, Neale JM, Kring AM. Psikologi Abnormal Edisi ke-9.Jakarta: PT.


(50)

Departement Of Surgery RSUAM Lampung & Medical Faculty University of Lampung. Buku Panduan Kepaniteraan Klinik Ilmu-Ilmu Bedah. Bandar Lampung: RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK & Universitas Lampung; 2015.

Dhania DR. 2010. Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja (Studi pada Medical Representatif di Kota Kudus). J Psikologi Universitas Muria Kudus.1(1):15-23.

Diponegoro AM. 2006. Peran Stres Management terhadap Kesejahteraan Subjektif.Humanitas.3(2):137-145.

Donatelle, Rebecca. 2013. An Outcomes Approach. J. My Health. Available at http://www.pearsonhighered.com/donatelle1einfo/myhealth/assets/images/oth er/Donatelle_Ch03.pdf

Gibson LJ, James H, Donnelly JR, Jhon MI. Manajemen Edisi ke-9 Jilid 1. Jakarta: Erlangga; 1996.

Hardisman, Pertiwi D. 2014. Gambaran Distress pada Mahasiswa Preklinik Tahun Ketiga Fakultas Kedokteran. J Pendidikan Kedokteran Indonesia. 3(3):145-153.

Harrianto R. 2005. Stres akibat kerja dan penatalaksanaannya.Universa Medicina. 24(3):145-154.

Hermita. 2011. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Semen Tonasa (PERSERO) Pangkep [Skripsi]. Universitas Hasannudin Makassar. Kholidah EN & Alsa A. 2012. Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres

Psikologis. Jurnal Psikologi. 39(1):67-75.

Kumala P, Komala S, Santoso AH, Sulaiman JR, Rienita Y. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi ke-25. Jakarta: EGC; 1998

Lusiana M, Risma D, Lesmana SD. 2009. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Pretasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2006. JIK.3(1):59-66

Luthans F. Organizational Behavior Ninth edition. New York: McGraw Hill; 2001.

Loubir DB, Serhier Z, Diouny S, Battas O, Agoub M, Othmani MB. 2014. Prevalence of Stress in Casablanca Medical Student: A Cross-Sectional Study. Pan African Medical Journal. 19(149):1 10. http://doi.org/10.11604/pamj.2014.19.149.4010


(51)

Margaret EM, Haglund MD, Rot MAH, Nicole S, Cooper. 2009. Resilience in the Third Year of Medical School: A Prospective Study of the Associations Between Stressful Events Occurring During Clinical Rotations and Student Well-Being.Academic Medicine.84(2):258-268.

Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Psikologi Abnormal Edisi ke-5. Jakarta: PT Glora Aksara Pratama; 2003.

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.

Prihatini LD. 2007. Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang [Tesis]. Medan: Unisversitas Sumatra Utara.

Pudjiastiti, Puline. Sosiologi. Jakarta: Grasindo; 2007.

Putri IA, Soedibyo S. 2011. Tingkat Depresi Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dan Faktor-faktor yang Terkait. Sari Pediatri. 13(1):70-78.

Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC; 2008.

Sadock BJ & Sadock VA. Kaplan & Sadock' Concise Textbook Of Clinical Psychiatry. USA: Philadelphia; 1998.

Saputri DE. 2010. Hubungan Stres dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas 2007) [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sarwendah E. 2014. Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial sebagai Cargiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta 2013 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

Setyawan ZY, Amri Z & Sosrosumihardjo D. 2008. Stres Kerja dan Kecenderungan Gejala Gangguan Mental Emosional pada Karyawan Redaksi

Surat Kabar X di Jakarta.Maj Kedokt Indon. 58(8):278-283.

Sherina MS, Rampal L, Kaneson N. 2004. Psychological stress among undergraduate medical students.Malaysia Medical Journal. 59(11):207. Smet B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo; 1994.


(52)

Suardani K. 2014. Perbedaan Stres Kerja Mahasiswa Program Profesi Kedokteran Gigi Magang dengan Non Magang di Tempat Praktek Dokter Gigi [Skripsi]. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Sukadiyanto. 2010. Stres dan cara menguranginya. Cakrawala Pendidikan. 29(1):55-66.

Teddy BT. 2005. Analisis Hubungan antara Stres Kerja, Kepribadian, dan Kinerja Manajer Bank. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. 1(1):17-23.

Tiana SS. 2010. Studi Awal Validasi Self Reporting Quetioneire 20 Versi Bahasa Indonesia sebagai Instrumen Penapisan Gangguan Kesehatan Mental Pekerja [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Universitas Lampung. Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter. Bandar Lampung: Universitas Lampung; 2015.

Widosari YW. 2010. Pengaruh Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-Asisten di FK UNS Surakarta [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wijono S. 2006. Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran terhadap Stres Kerja Manajer Madya. INSAN. 8(3):188-197.


(1)

1

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan beban kerja kuantitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan beban kerja kualitatif pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan tanggung jawab terhadap orang lain pada mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut terkait stressor lainnya, seperti ketaksaan peran, konflik peran dan pengembangan karir dengan sampel yang lebih besar.


(2)

✁2

2. Bagi mahasiswa preklinik sebelum melanjutkan kepaniteraan klinik sebaiknya menyiapkan coping mechanism/ penyesuaian diri terkait beban stres pada bagian bedah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani H M, Alkanhal AA, Mahmoud ES, Ponnamperuma GG, & Alfaris EA. 2011. Stress and Its Effects on Medical Students: A Cross-sectional Study at a College of Medicine in Saudi Arabia. J Health Popul Nutr. 29(5):516-522.

Afrianti R, Widyahening IS, Amri Z, & Kusumawardhani AAAA. 2007. Stresor Kerja dan Insomnia pada Petugas Pemadam Kebakaran di Jakarta Selatan. J Indon Med Assoc.61(12):487-492.

Annida NH. 2012. Perbandingan Tingkat Depresi Pada Mahasiswa Kedokteran Preklinik Tingkat Awal dan Dokter Muda Stase Mayor Fakultas Kedokteran Unila pada Bulan November 2012 [Skripsi]. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Arfan AN, Pasinringi SA, Sidin AI. 2014. Gambaran Determinan Insiden Keselamatan Pasien pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Repository.unhas. 1-10. Tersedia dari: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/11046.

Cahyani NPN, Sutresna IN, & Putra PWK. 2014. Pengaruh Teknik Yoga Namaskara terhadap Penurunan Tingkat Stress pada Ibu yang Bekerja di Banjar Abuan Kangin Desa Abuan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Jurnal Dunia Kesehatan. 3(2):15-24.

Christyanti D, Mustami ah D, & Sulistiani W. 2010. Hubungan antara Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. INSAN.12(03):153-159.

Dani SM, Hamidy MY, Risma D. 2013. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Strategi Koping pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Riau [Skripsi]. Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau Davison GC, Neale JM, Kring AM. Psikologi Abnormal Edisi ke-9.Jakarta: PT.


(4)

Departement Of Surgery RSUAM Lampung & Medical Faculty University of Lampung. Buku Panduan Kepaniteraan Klinik Ilmu-Ilmu Bedah. Bandar Lampung: RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK & Universitas Lampung; 2015.

Dhania DR. 2010. Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja (Studi pada Medical Representatif di Kota Kudus). J Psikologi Universitas Muria Kudus.1(1):15-23.

Diponegoro AM. 2006. Peran Stres Management terhadap Kesejahteraan Subjektif.Humanitas.3(2):137-145.

Donatelle, Rebecca. 2013. An Outcomes Approach. J. My Health. Available at http://www.pearsonhighered.com/donatelle1einfo/myhealth/assets/images/oth er/Donatelle_Ch03.pdf

Gibson LJ, James H, Donnelly JR, Jhon MI. Manajemen Edisi ke-9 Jilid 1. Jakarta: Erlangga; 1996.

Hardisman, Pertiwi D. 2014. Gambaran Distress pada Mahasiswa Preklinik Tahun Ketiga Fakultas Kedokteran. J Pendidikan Kedokteran Indonesia. 3(3):145-153.

Harrianto R. 2005. Stres akibat kerja dan penatalaksanaannya.Universa Medicina. 24(3):145-154.

Hermita. 2011. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Semen Tonasa (PERSERO) Pangkep [Skripsi]. Universitas Hasannudin Makassar. Kholidah EN & Alsa A. 2012. Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres

Psikologis. Jurnal Psikologi. 39(1):67-75.

Kumala P, Komala S, Santoso AH, Sulaiman JR, Rienita Y. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi ke-25. Jakarta: EGC; 1998

Lusiana M, Risma D, Lesmana SD. 2009. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Pretasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2006. JIK.3(1):59-66

Luthans F. Organizational Behavior Ninth edition. New York: McGraw Hill; 2001.

Loubir DB, Serhier Z, Diouny S, Battas O, Agoub M, Othmani MB. 2014. Prevalence of Stress in Casablanca Medical Student: A Cross-Sectional Study. Pan African Medical Journal. 19(149):1 10. http://doi.org/10.11604/pamj.2014.19.149.4010


(5)

Margaret EM, Haglund MD, Rot MAH, Nicole S, Cooper. 2009. Resilience in the Third Year of Medical School: A Prospective Study of the Associations Between Stressful Events Occurring During Clinical Rotations and Student Well-Being.Academic Medicine.84(2):258-268.

Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Psikologi Abnormal Edisi ke-5. Jakarta: PT Glora Aksara Pratama; 2003.

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002. Prihatini LD. 2007. Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat

di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang [Tesis]. Medan: Unisversitas Sumatra Utara.

Pudjiastiti, Puline. Sosiologi. Jakarta: Grasindo; 2007.

Putri IA, Soedibyo S. 2011. Tingkat Depresi Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dan Faktor-faktor yang Terkait. Sari Pediatri. 13(1):70-78.

Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC; 2008.

Sadock BJ & Sadock VA. Kaplan & Sadock' Concise Textbook Of Clinical Psychiatry. USA: Philadelphia; 1998.

Saputri DE. 2010. Hubungan Stres dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas 2007) [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sarwendah E. 2014. Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja pada Pekerja Sosial sebagai Cargiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta 2013 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

Setyawan ZY, Amri Z & Sosrosumihardjo D. 2008. Stres Kerja dan Kecenderungan Gejala Gangguan Mental Emosional pada Karyawan Redaksi

Surat Kabar X di Jakarta.Maj Kedokt Indon. 58(8):278-283.

Sherina MS, Rampal L, Kaneson N. 2004. Psychological stress among undergraduate medical students.Malaysia Medical Journal. 59(11):207. Smet B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo; 1994.


(6)

Suardani K. 2014. Perbedaan Stres Kerja Mahasiswa Program Profesi Kedokteran Gigi Magang dengan Non Magang di Tempat Praktek Dokter Gigi [Skripsi]. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Sukadiyanto. 2010. Stres dan cara menguranginya. Cakrawala Pendidikan. 29(1):55-66.

Teddy BT. 2005. Analisis Hubungan antara Stres Kerja, Kepribadian, dan Kinerja Manajer Bank. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. 1(1):17-23.

Tiana SS. 2010. Studi Awal Validasi Self Reporting Quetioneire 20 Versi Bahasa Indonesia sebagai Instrumen Penapisan Gangguan Kesehatan Mental Pekerja [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Universitas Lampung. Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter. Bandar Lampung: Universitas Lampung; 2015.

Widosari YW. 2010. Pengaruh Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-Asisten di FK UNS Surakarta [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wijono S. 2006. Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran terhadap Stres Kerja Manajer Madya. INSAN. 8(3):188-197.


Dokumen yang terkait

POLA BAKTERI AEROB PENYEBAB INFEKSI LUKA POST OPERASI DI RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

3 55 55

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR HBA1C PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

3 30 53

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK SETELAH GILIR JAGA MALAM PADA MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

0 28 57

POLA RESISTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP ISOLAT BAKTERI AEROB PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI DI RUANG RAWAT INAP BAGIAN BEDAH DAN KEBIDANAN RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

10 97 45

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN (SERAT DAN LEMAK) DENGAN KEJADIAN KARSINOMA KOLOREKTAL DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

1 17 53

HUBUNGAN BEBAN KERJA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK DENGAN STRES PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

8 79 61

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG DAN DOKTER BARU LULUSAN UNILA 2016 TERHADAP PENULISAN RESEP YANG BENAR

1 7 55

HUBUNGAN SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

10 97 70

STUDI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DALAM MENDIAGNOSIS NODUL TIROID DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

0 13 61

HUBUNGAN RIWAYAT PENYAKIT PERIODONTAL TERHADAP KEJADIAN PERSALINAN PRETERM DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

0 7 58