HUBUNGAN BEBAN KERJA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK DENGAN STRES PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN BEBAN KERJA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK DENGAN STRES PADA MAHASISWA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

Oleh Seffia Riandini

Latar Belakang: Program pendidikan profesi dokter cenderung menimbulkan stres pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak dengan stres pada mahasiswa program profesi pendidikan dokter. Metode Penelitian: Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitan adalah mahasiswa program pedidikan profesi dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung bagian ilmu kesehatan anak di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung sebanyak 57, pengambilan sampel dengan total sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah beban kerja berlebih kualitatif dan beban kerja berlebih kuantitatif , variabel terikat adalah stres.

Hasil penelitian: Didapatkan responden sebagian besar tidak mengalami stres. Beban kerja berlebih yang dirasakan mayoritas responden berada pada derajat yang sedang, baik beban kerja berlebih kualitatif maupun kuantitatif.

Kesimpulan penelitian: Terdapat hubungan antara beban kerja berlebih dengan stres pada responden. Variabel yang lebih berhubungan secara bermakna dengan stres adalah beban kerja kuantitatif


(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN EXCESSIVE WORKLOAD IN CLINICAL PEDIATRIC ROTATION AND STRESS OF CLINICAL

STUDENTS IN RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

By Seffia Riandini

Background: Professional Education Program Doctors tend to cause stress on clinical students who are living it. This study aims to reveal association between workload in pediatric rotation and stress of clinical student.

Methods: This study used quantitative method with cross sectional study design. The population of this study is clinical student of Medical Faculty University of Lampung in pediatric rotation RSUD Abdul Moeloek Bandar lampung as much as 57 respondents and sampling by total sampling. Independent variable of this study is qualitative excessive workload and quantitative excessive workload, dependent variable is stress.

Results: This study shows that the major of respondents do not stres, while the perceived excessive workload of the respondents was in moderate, both qualitatively excessive workload and quantitative workload.

Conclusions: There is a association between excessive workload with stress on respondents. Quantitative workload significantly associated with stress on respondents.


(3)

HUBUNGAN BEBAN KERJA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK DENGAN STRES PADA MAHASISWA PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

Oleh

SEFFIA RIANDINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

(5)

(6)

(7)

Kupersembahkan karya sederhana ini

teruntuk kedua Orang tuaku tercinta,

Mami dan Papi, serta adikku tersayang.

Kalian adalah Anugerah Allah yang paling indah

yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi bagiku.

Semoga kelak aku dapat

membahagiakan Mami dan Papi

seperti kalian yang selalu membahagiakan aku

selama ini.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Metro, pada tanggal 28 September 1994 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak H. Soekandar Ridoean, Hs. SH dan Ibu Hj. Kartini, S.sos

Pendidikan di awali dengan bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Metro, dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Metro Pusat. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Metro dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Metro.

Pada tahun 2012, penulis lulus dari sekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Penulis diterima di Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis.


(9)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi berjudul “HUBUNGAN BEBAN KERJA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK DENGAN STRES PADA

MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG” ini disusun merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas

Kedokteran, Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas Lampung; 2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran


(10)

3. dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K) selaku Pembimbing I atas semua bantuan, saran, bimbingan dan pengarahan yang sangat luar biasa ditengah kesibukan beliau, beliau tetap ada untuk membantu dalam penyusunan skripsi ini;

4. dr. TA Larasati, M.Kes selaku Pembimbing II atas semua bantuan, bimbingan, saran dan pengarahan yang sangat luar biasa ditengah kesibukan beliau, beliau tetap ada untuk membantu dalam penyusunan skripsi ini;

5. Dr. dr. Prambudi Rukmono, Sp. A (K) selaku pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan ilmu serta banyak masukan untuk skripsi ini;

6. dr. Evi Kurniawaty, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi selama saya menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

7. Bapak dan Ibu Staff Administrasi serta seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Unila, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini; 8. dr, Murdoyo Rahmanoe, Sp.A selaku Kepala Staf Medik Fungsional Ilmu

Kesehatan Anak yang telah berbaik hati memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di Bagian Ilmu Kesehatan Anak;

9. Untuk Mamiku tercinta, Hj. Kartini S.sos terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang selalu mami berikan. Terima kasih untuk dukungan, doa serta motivasi yang mengiringi perjuangan ku selama ini, Terimakasih telah menjadi sahabat terbaik ku;


(11)

10. Untuk Papiku tercinta, H. Soekandar Ridoean, Hs, SH terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang selalu papi berikan. Terima kasih untuk segala kerja keras, doa serta motivasi papi selama ini untuk mendukung semua mimpi dan cita-cita ku;

11.Untuk adikku tercinta, Saffira Azzahra yang selalu menjadi pendengar yang baik. Terimakasih untuk doa serta dukungannya ya dek, semangat untuk kerja cita-citamu semoga kelak kita bisa membahagiakan mami dan papi bersama-sama;

12.Untuk keluarga kedua ku (Babons), Aulia Rahma Noviastuti, Radita Dewi Prasetyani, Indriasari Nurul Putri, Ratu Balqis Anasa, Silvia Marischa, Zahra Zettira, Suci Widya Primadani, Nani Indah Hardiyanti, Yvonne Yolanda, Nico Aldrin A. Terima kasih untuk 3.5 tahun ini, sudah menjadi sahabat setiaku yang melewati secara bersama-sama setiap kesulitan dalam perjalanan ini. Tetap semangat ya untuk semua perjuangan-perjuangan yang akan kita lalui di depan nanti.

13.Untuk sahabat Asdos PA, Ratna Agustina, Zahra zettira, Singgih Suhananto, Idzni Mardhiyah, dan Sartika Safitri. Terimakasih selama ini telah mengajarkan ku arti tanggung jawab dan kesabaran, semoga segala perbuatan baik kita, lelah yang kita rasakan, dan sakit hati yang pernah kita rasakan membuahkan hasil yang memuaskan ya.

14.Untuk sahabat dapur ku tercinta d’kitchen, Marsha Anindita, Wintia Arindina, Meilani, Asby Nia Annisa, Dewi Lutfiani dan Juli sekar sari untuk setiap semangat dan cerita yang kalian buat dari kita masih alay masih memakai seragam putih biru. See You On Top Guys!


(12)

15.Untuk sahabat JANSS ku, teman-teman SMA ku yang paling lucu, Juwi Aguarti, Nurma Achmaliya, M. Aditya Utomo, dan Sellygus CRW. Semangat para calon dokter dan calon guru. Terimakasih untuk semangat dan dukungan kalian selama ini ya.

16.Untuk Bripda Rian Gilang Muzakki. Terimakasih sudah menjadi seorang kakak dan sahabat yang baik selama ini, terimakasih untuk semangat dan doa yang selalu diberikan. All is well!

17.Untuk keluarga besar FKUNILA 2012 terima kasih banyak sudah menjadi angkatan yang luar biasa. Pokoknya T-W-E-L-V-E good job…good job! 18.Untuk kakak-kakak koas angkatan 2011 pada rotasi klinik bulan

September dan November 2015 yang telah bersedia secara kooperatif menjadi responden saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengahrapka saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2016

Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Beban kerja ... 8

2.1.1. Definisi beban kerja ... 8

2.1.2. Jenis beban kerja ... 10

2.1.2.1. Beban kerja kuantitatif... 10

2.1.2.2. Beban kerja kualitatif... 10

2.1.3. Dampak beban kerja ... 11

2.2. Program profesi dokter ... 11

2.2.1 Kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak……. 13


(14)

2.3.1 Definisi stres ... 14

2.3.2 Gejala stres ... 16

2.3.3 Faktor-faktor yang menyebabkan stres ... 18

2.3.4 Reaksi Terhadap stres ... 21

2.4 Survey Diagnosis stres ... 24

2.5 Self Reporting Questionnaire ... 26

2.6 Kerangka Teori ... 27

2.7 Kerangka Konsep... 28

2.8 Hipotesis... ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Desain Penelitian ... 30

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

3.2.1. Waktu Penelitian ... 30

3.2.2. Tempat Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.3.1. Populasi Penelitian ... 31

3.3.2. Sampel Penelitian ... 31

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

3.4.1 Variabel Bebas... 32

3.4.2 Variabel terikat... 32

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 32

3.6. Alat dan cara penelitian ... 33

3.6.1 Alat penelitian ... 33

3.6.2 Cara penelitian... 34

3.7. Alur Penelitian ... 34

3.8. Pengolahan dan Analisis data ... 35


(15)

3.8.2. Analisis Data ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Karakteristik Responden... 38

4.1.2 Analisis Univariat ... 39

4.1.2.1 Beban Kerja Berlebih Kualitatif ... 39

4.1.2.2 Beban Kerja Berlebih Kuantitatif ... 40

4.1.2.3 Stres ... 41

4.1.3 Analisis Bivariat ... 41

4.1.3.1 Hubungan Beban Kerja Berlebih Kualitatif dengan Stres ... 41

4.1.3.2 Hubungan Beban Kerja Berlebih Kuantitatif dengan Stres ... 42

4.1.4 Analisis Multivariat ... 43

4.1.4.1 Seleksi Bivariat ... 44

4.1.4.2 Penentuan Variabel yang Dominan ... 44

4.2. Pembahasan... 46

4.2.1 Beban Kerja Kualitatif Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak ... 46

4.2.2 Beban Kerja Kuantitatif Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak ... 47

4.2.3 Stres pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak ... 48


(16)

4.2.4 Hubungan Beban Kerja Kepaniteraam Klinik Ilmu Kesehatan anak denga stres ... 50 4.2.2 Variabel yang dominan berhubungan dengan stres ... 53 4.2.3 Keterbatasan Penelitian ... 55

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 56 5.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kurikulum Program Profesi Dokter... 12

2. Definisi Operasional ... ... 33

3. Karakteristik Responden ... 38

4. Beban Kerja Berlebih Kualitatif Responden ... 39

5. Beban Kerja Berlebih Kuantitatif Responden ... 40

6. Stres Responden ... 41

7. Tabulasi Silang Beban Kerja Berlebih Kualitatif dengan stres ... 41

8. Tabulasi Silang Beban Kerja Berlebih Kuantitatif dengan stres ... 42

9. Langkah Awal Seleksi Multivariat Variabel yang Berhubungan dengan Stres ... 44

10.Pemodelan Akhir Multivariat Faktor yang Paling Berhubungan dengan Stres Pada Responden ... 45


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Persetujuan Etik dari Komisi Etika Penelitian Kedokteran Universitas Lampung

Lampiran 2. Penjelasan Sebelum Penelitian (PSP)

Lampiran 3. Surat Pernyataan Bersedia Berpartisipasi Sebagai Responden Penelitian

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Lampiran 5. Analisis Uji Statistika Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ... 27 2. Kerangka konsep ... 28 3. Alur penelitian ... 34


(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Stres disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan respon yang berbeda terhadap stres sehingga menghasilkan adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

Penelitian pada Fakultas Kedokteran di beberapa perguruan tinggi menunjukkan beberapa aspek dari sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran memiliki konsekuensi merugikan dalam prestasi akademik, kompetensi, profesionalitas dan kesehatan. Fakultas Kedokteran bertanggung jawab untuk memastikan lulusan-lulusannya memiliki pengetahuan luas, ketrampilan dan sikap profesional. Untuk dapat mencapai sasaran ini, Fakultas Kedokteran umumnya menggunakan kurikulum perkuliahan yang bersifat mendidik, praktek, mentoring dan pengalaman langsung untuk menambah hasil belajar individu (Labuz-Roszak et al, 2007).


(21)

2

Stres yang dilaporkan pada mahasiswa kedokteran berkisar dari 25 % hingga 75 %. Penelitian mengenai prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran telah dilakukan pada beberapa universitas. Di Amerika Serikat, sebuah survei yang dilakukan pada 9 Fakultas Kedokteran mendapatkan bahwa 47 % dari mahasiswa yang berpartisipasi memiliki sedikitnya 1 masalah besar yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyalahgunaan zat dan 26 % dari grup ini mengalami stres. Di Amerika Utara, penelitian yang dilakukan terhadap 100 mahasiswa menunjukkan bahwa prevalensi stres pada mahasiswa adalah 38 % (Alosaimi et al, 2012).

Penelitian sejenis pada salah satu Fakultas Kedokteran di Inggris yang melibatkan 165 partisipan menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah 31,2 % (Firth, 2004) sementara itu, penelitian yang dilakukan di Asia menunjukkan hasil sebagai berikut: di Pakistan dengan 161 partisipan, prevalensi stres mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah 30,84 % (Shah et al,2010), di Thailand dengan 686 partisipan prevalensi stres mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah 61,4 % (Saipanish 2008), di Malaysia, dengan 396 partisipan prevalensi stres mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah 46,3 % (Al-Dubai et al, 2011), di Saudi Arabia dengan 494 partisipan prevalensi stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran adalah 57 % dimana 21,5 % diantaranya merupakan stres ringan, 15,8 % stres sedang, dan 19,6 % stres berat (Abdulghani et al, 2011).


(22)

3

Di Indonesia sendiri pada sebuah kepustakaan dituliskan stres ringan dialami oleh mahasiswa kedokteran sebanyak 82 (61,7 %) responden dari 133 responden, dan stres sedang dialami oleh 51 (38,3 %) responden (Anggraeni, 2010). Berdasarkan penelitian Mahasiswa preklinik dan dokter muda di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret didapatkan hasil bahwa tingkat depresi pada dokter muda lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa preklinik. Hal ini disebabkan stresor pada seorang dokter muda relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa preklinik. Stresor tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tuntutan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, jadwal pendidikan yang padat, dan bahan yang dipelajari sangat luas dan aplikatif (Widosari, 2010).

Dokter muda dalam menjalani studi kepaniteraan klinik akan mempelajari semua bagian kedokteran. Bagian tersebut dibagi menjadi dua berdasarkan lamanya waktu, yaitu bagian minor dan bagian mayor. Kepaniteraan klinik di bagian minor yang terdiri dari bagian anestesi, saraf, mata, gigi, forensik, ilmu kesehatan masyarakat, radiologi, ilmu kedokteran jiwa dan kulit kelamin berjalan selama 4 minggu. Bagian bedah, bagian ilmu kesehatan anak, bagian ilmu penyakit dalam, dan bagian ilmu kebidanan merupakan kepaniteraan klinik di bagian mayor yang harus dilalui oleh dokter muda selama 10 minggu. Di bagian mayor, seorang dokter muda antara lain harus mengikuti perkembangan pasien, membantu konsulen untuk melakukan tindakan operasi, jaga malam dengan jumlah pasien yang banyak, materi


(23)

4

pembelajaran kasus yang sulit dan tugas lainnya. (Panduan program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, 2010).

Pada Kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak, selain mempelajari penyakit ilmu kesehatan anak, ada 4 hal dasar yang harus didalami yaitu imunisasi, tumbuh-kembang, kegawatdaruratan, dan nutrisi. Semua yang dipelajari pada bagian ilmu kesehatan anak berbeda dengan ilmu yang kedokteran pada orang dewasa, selain perbedaan secara fisik dengan orang dewasa pada ilmu kesehatan anak didapatkan adanya proses tumbuh dan berkembang selanjutnya sistem kerja fisiologis dan patologis yang berbeda serta adanya aspek psikologis dimana orang tua atau care giver ikut berperan kuat (Departemen Ilmu Kesehatan Ilmu kesehatan anak FK UI).

Tugas-tugas yang dilakukan pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak seperti melakukan terapi cairan pada anak, cara perawatan bayi baru lahir, laporan jaga malam, presentasi kasus, presentasi jurnal, laporan status poli, dan status pasien pribadi dan juga sulitnya menganamnesis serta menginterpretasikan apa yang dirasakan anak merupakan tantangan tersendiri pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak karena pasien yang dihadapi memiliki aspek fisiologis dan beban yang berbeda dengan bagian-bagian yang lainnya. Tantangan lain yang harus dihadapi dan memungkinkan untuk menjadi stressor utama adalah interaksi sosial dengan teman sesama dokter muda yang saat bersamaan sedang mengikuti kepaniteraan klinik di bagian yang sama,


(24)

5

selanjutnya kemampuan beradaptasi terhadap konsulen serta tenaga kesehatan lain yang ada di bagian ilmu kesehatan anak.

Seperti yang telah diungkapkan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat stres pada mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi dokter khususnya pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.

1.2 Perumusan masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, bahwa program studi pendidikan dokter sangat menuntut dan memiliki lingkungan yang sangat syarat dengan stres. Terlebih lagi saat menjalani program pendidikan profesi dokter di rumah sakit pendidikan, para mahasiswa akan menghadapi berbagai hal yang dapat menimbulkan stres. Pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak, yang merupakan bagian mayor dengan rentang waktu 10 minggu banyak aspek yang harus lebih diperhatikan secara detail oleh mahasiswa program profesi kedokteran. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana hubungan beban kerja kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak dengan tingkat stres pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung?


(25)

6

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan beban kerja pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak dengan stres pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan beban kerja kualitatif pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak dengan stres pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

b. Mengetahui hubungan beban kerja kuantitatif pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak dengan stres pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

c. Mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan stres pada mahasiswa program profesi kedokteran kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(26)

7

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, untuk mengetahui tentang hubungan beban kerja pada mahasiswa program profesi kedokteran dengan tingkat stres di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

2. Bagi institusi pendidikan, untuk menambah pengetahuan dan menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

3. Bagi masyarakat, untuk menambah pengetahuan khususnya mahasiswa program profesi yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak dan pihak terkait untuk mengetahui tingkat stres dan memungkinkan untuk melakukan coping 4. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang penting bagi ilmu pengetahuan mengenai kejadian stres pada mahasiswa program profesi kedokteran pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak.


(27)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BEBAN KERJA

2.1.1 Definisi Beban Kerja

Menurut Manuaba (2000), beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Berdasarkan sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Tarwaka, 2004).

Hard & Staveland menuliskan beban kerja sebagai hubungan antara sejumlah kapasitas proses mental, pemikiran atau sumber daya dengan sejumlah tugas yang dibutuhkan.


(28)

9

Ghoper & Donchin menjelaskan beban kerja sebagai suatu perbedaan antara kapasitas sistem yang memproses informasi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas sesuai harapan dan kapasitas yang tersedia pada saat itu (Tyas, 2009).

Webster dalam Lysaght (1989) mengemukakan sudut pandang yang berbeda dalam mendefinisikan beban kerja. Webster mengemukakan beban kerja sebagai jumlah pekerjaan atau waktu bekerja yang diharapkan kepada pekerja dan total jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh suatu departemen atau kelompok pekerja dalam suatu periode waktu tertentu. Beban kerja adalah beban layak pekerjaan yang berlebihan yang dibedakan menjadi dua beban layak, yaitu beban layak kuantitatif dan beban layak kualitatif. Beban layak kuantitatif yaitu beban yang terlalu banyak untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sedangkan beban layak kualitatif yaitu individu merasa kurang memiliki kemampuan menyelesaikan suatu pekerjaan karena standar yang terlalu tinggi (Suwanto, 2010).

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan atau tugas yang harus diselesaikan oleh pekerja dalam jangka waktu tertentu yang mana dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan seorang individu baik dari segi kuantitatif maupun segi kualitatif.


(29)

10

2.1.2 Jenis Beban Kerja

2.1.2.1 Beban berlebih kuantitatif

Beban berlebih secara fisik ataupun mental, yaitu individu harus melakukan terlalu banyak hal dalam pekerjaanya dan dapat memungkinkan menjadi sumber stres pekerjaan. Unsur lain yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ini adalah desakan waktu. Pada saat atau kondisi tertentu waktu akhir (dead line) dapat menjadi stimulus untuk menghasilkan prestasi kerja yang baik,, namun bila tekanan waktu tersebut menimbulkan banyak kesalahan dalam pekerjaan atau menyebabkan gangguan kesehatan pada individu maka ini mencerminkan adanya beban kerja berlebih kuantitatif.

2.1.2.2Beban berlebih kualitatif

Beban kerja kualitatif adalah pada individu akibat tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi dari batas kemampuan kognitif dan teknis individu. Pada batasan tertentu, beban kerja tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi tidak produktif dan menjadi destruktif bagi individu pekerja. Bila berkelanjutan akan timbul kelelahan mental dan dapat tampil dalam bentuk reaksi emosional dan psikomotor secara patologis (Munandar, 2004).


(30)

11

2.1.3 Dampak beban kerja

Dampak beban kerja yang berlebih akan menimbulkan kelelahan fisik atau menta atau keduanya dan tampil dalam bentuk reaksi emosional (Manuaba, 2004). Salah satu penyebab stres dari luar individu adalah beban kerja, yakni keadaan individu mendapatkan tekanan berat akibat tuntutan dan desakkan yang terkait dengan pekerjaan.

2.2 Program pendidikan profesi dokter

Program pendidikan profesi dokter merupakan kelanjutan Pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pada tahap ini mahasiswa sudah memasuki tahapan profesi atau keterampilan klinik di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan dan profesional lebih lanjut terhadap ilmu yang didapat pada tahap sarjana dalam mengatasi masalah atau penyakit di rumah sakit dibawah bimbingan supervisor. Mahasiswa harus mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan penyakit sesuai dengan kompetensi yang diharapkan di bawah bimbingan supervisor (Panduan program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, 2014).


(31)

12

Kurikulum Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran Unila dibagi dalam 7 semester untuk program Sarjana Kedokteran dengan jumlah SKS 158 SKS dan 3 semester untuk program pendidikan profesi dokter dengan jumlah SKS sebanyak 40 SKS (82 minggu) (Panduan program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, 2014).

Tabel 1. Kurikulum Program Pendidikan Profesi Dokter

NO MATA KULIAH MINGGU SKS Tempat

A 1 Ilmu Penyakit Dalam 10 5

RSUD-AM

2 Ilmu Kesehatan Anak 10 5

3 Obstetri Ginekologi 10 5

4 Ilmu Bedah 10 5

5 Ilmu Kesehatan Mata 4 2

6 Ilmu THT 4 2

7 Syaraf 4 2

8 Kulit Kelamin 4 2

9 Anestesi 4 2

10 Forensik 4 2

11 Radiologi 4 2

12 Jiwa 4 2 RSJD

13 Ilmu Kedokteran Komunitas

8 4 Puskesmas


(32)

13

2.2.1 Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak dijalankan selama 10 minggu. Melalui kepaniteraan klinik, mahasiswa diharapkan mampu menanggulangi penyakit - penyakit umum pada anak, misalnya radang paru - paru, diare, penyakit - penyakit infeksi lainnya dan dapat mengenal dan mengetahui batasan merujuk kasus spesialistik anak, misalnya leukemia, kelainan jantung dan gangguan ginjal. (Buku Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana Kedokterann Universitas Lampung, 2010).

Pada ilmu kesehatan anak mahasiswa program pendidikan profesi akan mempelajari mata kuliah yang meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, perinatologi, neuropediatri, gastroentetero-hepatologi, penyakit infeksi, tropis, sistem pernafasan, tumbuh kembang (pediatrik sosial), nutrisi dan metabolik, imunologi, endokrinologi, nefrologi, kardiologi, pediatri gawat darurat (Pedoman penyelenggaraan pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2010).

Ilmu kesehatan anak muncul sebagai kekhususan dalam menanggapi meningkatnya kesadaran bahwa problem kesehatan anak berbeda


(33)

14

dengan orang dewasa dan bahwa respons anak terhadap sakit dan stres berbeda-beda sesuai dengan umur.

Peningkatan perhatian juga telah diberikan pada aspek sosial dan tingkah laku kesehatan anak, berkisar dari pemeriksaan ulang praktek pengasuhan anak sampai pada pembentukan program utama yang ditunjukkan pada pencegahan dan manajemen bagi bayi dan anak (Behrman, Kliegman & Arvin, 2000).

2.3 STRES

2.3.1 Definisi stres

Stres adalah usaha penyesuaian diri terhadap perubahan fisiologis, psikologis dan sosial bila individu tidak dapat mengatasinya dengan baik, maka akan muncul gangguan jasmani, perilaku tidak sehat ataupun gangguan jiwa. Stres memacu individu untuk berusaha keras, tetapi semua ada batasnya tergantung pada kekuatan atau daya tahan stres seseorang (Maramis & Maramis, 2009).

Stres merupakan bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan , apabila yang dinilai individu sebagai yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimiliki, serta


(34)

15

mengancam kesejahteraan disebut sebagai distres (Christyanti, 2009).

Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustress dan distress. Eustres adalah respon individu terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif. Eustres adalah bentuk stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Eustres merupakan kemampuan individu menggunakan stressor yang dialami untuk membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang (Joyce , 2002)

Di sisi lain, distres, adalah stres patologis hasil dari respon terhadap stressor yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif. Distres adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis ketika individu mengalami distres, maka cenderung akan bereaksi secara berlebihan, cemas, dan tidak dapat berperforma secara maksimal (Joyce, 2002)

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stres patologis (distress) merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan


(35)

16

menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara satu individu dengan lainnya.

2.3.2 Gejala stres

Stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah menuliskan bahwa respons tersebut dapat digunakan sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan menentukan tingkatan stres yang dialami individu. Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu :

2.3.2.1 Respon fisiologis, dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan

2.3.2.2Respon kognitif, dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

2.3.2.3Respon emosi, dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.


(36)

17

2.3.2.4Respon tingkah laku, dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan (Parka & Iacocca, 2014).

Adapun gejala-gejala psikologis yang timbul akibat distres adalah kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperreactivity, memendam perasaan, penarikan diri depresi, perasaan terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya diri.

Gejala-gejala fisiologis utama dari distres adalah: meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular, meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin), gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), meningkatnya kemungkinan frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan, kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome), gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada, gangguan pada kulit, sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot, gangguan tidur, rusaknya


(37)

18

fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.

Tampilan gejala-gejala perilaku dari distres adalah: menunda ataumenghindari pekerjaan,absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan, perilaku sabotase dalam pekerjaan, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) yang mengarah kegemukan, perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalisme, kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk melakukan bunuh diri (Beehr & Newman, 2006).

2.3.3 Faktor-faktor yang menyebabkan stres

Stres dapat disebabkan oleh banyak faktor dan disebut dengan stressor. Stressor merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual,


(38)

19

atau kebutuhan kultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya (Funnell, Koutoukidis & Lawrence, 2008).

Umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur individu, semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis dengan bertambahnya usia pada individu anak mulai mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar (M. Gabbay et al, 2011) selain itu terdapat faktor-faktor lain seperti dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan juga tipe kepribadian.

Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial yang sama akan mengalami stres, tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki oleh individu. Ada dua tipe kepribadian yaitu :

2.3.3.1Tipe kepribadian A (A type Personality)

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi terkena stres. Tipe kepribadian ini memiliki perilaku sebagai berikut:


(39)

20

a. Berbicara cepat dan konstan

b. Gerakan-gerakan dan cara makan yang cepat

c. Menunjukkan ketidaksabaran secara terbuka bila sesuatu berjalan perlahan menurut pendapatnya; terus menerus merasa terburu-buru

d. Berpikir tentang dan melakukan beberapa hal secara berkelanjutan

e. Secara sengaja berusaha mengendalikan pembicaraan, menentukan bahan pembicaraan dan sibuk dengan pikirannya sendiri sementara orang lain berbicara

f. Kemampuan mengendalikan waktu istirahat atau waktu bekerja yang buruk

g. Keprihatinan yang berlebihan untuk memperoleh sesuatu yang bernilai tidak mempunyai waktu untuk menjadi orang yang bernilai

h. Tidak memiliki empati terhadap orang lain yang mempunyai juga kepribadian jenis A

i. Psikomotor ke arah ansietas, seperti tik (tarikan-tarikan otot) pada muka, kepala atau lengan, menggenggam tinju dan rahang, memukul meja, menggertakan gigi.


(40)

21

2.3.3.2Tipe kepribadian B (B type personality)

Tipe kepribadian B adalah kebalikan dari tipe kepribadian A, perilaku tipe kepribadian B adalah sebagai berikut: a. Tidak dijumpai semua ciri kepribadian jenis A b. Tidak merasa terburu-buru

c. Tidak ada rasa bermusuhan yang mengambang

d. Tidak mempunyai kebutuhan untuk memamerkan atau membicarakan keberhasilan dan prestasinya, kecuali bila dituntut oleh keadaan

e. Percaya bahwa bermain adalah untuk santai dan bergembira, bukan untuk memamerkan keunggulan f. Dapat bersantai tanpa perasaan bersalah dan dapat

bekerja tanpa bergejolak (Maramis, 2009).

2.3.4 Reaksi terhadap stres

2.3.4.1Aspek Fisiologis

Stressor yang terus menerus muncul akan mengakibatkan terjadi suatu tahapan yang dituliska Hans Selye dengan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:


(41)

22

a. Fase reaksi yang mengejutkan ( alarm reaction ) Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal individu terpapar stres. b. Fase perlawanan (Stage of Resistence )

Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan terhadap stressor pada tahapan tertentu, stres akan membahayakan. Stressor yang berkelanjutan akan mnegakibatkan tubuh dapat mengalami disfungsi. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan upaya keras

c. Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion )

Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat terberat bila individu sampai pada fase ini adalah dapat terjadinya (Szabo & Glavin, 2006).

Secara fisiologi, stressor dapat mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yakni sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls


(42)

23

saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya, dengan meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan corticoropin releasing hormone (CRH) , suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan adrenocorticotropic hormone (ACTH), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. ACTH akan menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Lovallo, 2015).


(43)

24

2.3.4.2Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi:

a. Kognisi

Stres dapat mempengaruhi fungsi memori dan atensi dalam aktifitas kognitif

b. Emosi

Suasana perasaan individu sering dipengaruhi stressor. Suasana perasaan yang tersering tampil pada situasi distres adalah cemas, sedih, bingung, marah, takut dan lainnya.

c. Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap individu lainnya. Prilaku yang ditampilkan dapat positif atau negatif. Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif dan impulsif (Donnerstein & Wilson, 2006).

2.4 Survei Diagnosis Stres (SDS)

Survei Diagnosis Stres (SDS) didisain oleh John M. Ivancevich dan Michael T. Matteson. SDS dirancang untuk mengukur persepsi stres. Model awal dari skala ini pertama kali dikembangkan tahun 1976. (Ivancevich & Matteson, 1984).


(44)

25

Di Indonesia, kuesioner Survei Diagnostik Stres SDS sudah divalidasi oleh Litbang Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan yang mencakup pengukuran beberapa macam stresor kerja, yaitu ketaksaan peran, konflik peran, beban kerja kualitatif berlebih, beban kerja kuantitatif berlebih, pengembangan karier, dan tanggung jawab (Isvandari, 1992). Pertanyaan SDS nomor 3,9,15, 21, 27 untuk menilai beban kerja berlebih kuantitatif, pertanyaan SDS nomor 4,10,16, 22, 28 untuk menilai beban kerja berlebih kualitatif, pertanyaan SDS nomor 6,12,18,24,30 untuk menilai tanggung jawab, pertanyaan nomor 1,7,13,19,25 menilai ketaksaan peran, pertanyaan nomor 28,14,20,26 menilai konflik peran dan pertanyaan nomor 5,11,17,23,29 menilai pengembangan karir.

Responden menjawab pertanyaan dengan skala 1-7, sesuai dengan anggapannya yang paling sesuai dalam menilai kondisi tersebut sebagai sumber stres. Penilaian stres kerja diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai masing-masing stresor kerja. Stresor kerja diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

a. Ringan bila skor antara <10 b. Sedang bila skor antara 10-20 c. Berat bila skor lebih dari >20


(45)

26

2.5 Self Reporting Questinnaire (SRQ-20)

Self Reporting Questionnaire (SRQ-20) adalah instrumen untuk mengukur stres seseorang. SRQ-20 digunakan oleh WHO dan telah diadopsi di berbagai negara (World Health Organization, 1994). Di Indonesia uji validasi terhadap SRQ-20 dilakukakn pada tahun 1995 oleh Hartono, seorang peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Beliau melakukan uji validasi terhadap penggunaan SRQ-20 dengan nilai batas pisah 5/6, pada penelitian tersebut sensitivitas SRQ-20 88% dan spesifisitas 81% yang kemudian digunakan pada Riskesdas 2007. Di dalam Riskesdas ditetapkan 5/6 sebagai nilai batas pisah, artinya responden menjawab ≥6 jawaban ”ya” dari 20 pertanyaan yang diajukan maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental emosional atau distres (stres negatif) yang memiliki potensi adanya gangguan jiwa apabila diperiksa lebih lanjut oleh psikiater (Idaiani et al, 2009).

Pertanyaan SRQ-20 nomor 6,9,10,14,15,16,17 mengarah pada gangguan neurosis dan gejala depresi. Nomor 3,4,5 mengarahkan pada gejala cemas. Nomor 1,2,7,19 mengarahkan pada gejala somatik. Nomor 8,12,13 mengarahkan pada gejala kognitif dan nomor 8,11,12,13,18,20 mengarahkan pada gejala penurunan energi (Yana, 2010).


(46)

27

2.6 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Kejadian Stres Pada Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter


(47)

28

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Beban Kerja Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak pada Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter dengan Stres

2.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka peneliti menggunakan rumus hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian yaitu:

1. Ada hubungan antara hubungan beban kerja berlebih kualitatif pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter pada kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak dengan stres di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung


(48)

29

2. Ada hubungan antara hubungan beban kerja berlebih kuantitatif pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter pada kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak dengan stres di RSUD Abdul Moeloek Bandarlampung.


(49)

30

III.METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian analitik serta menggunakan pendekatan cross sectional, variabel bebas dan terikat diukur pada waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010)

3.2 Waktu dan tempat penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November tahun 2015.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(50)

31

3.3 Populasi dan sampel penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak pada bulan September 2015 yaitu berjumlah 31 orang dan pada bulan November 2015 yaitu berjumlah 26 orang. Populasi penelitian ini berjumlah 57 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel menggunakan cara total sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada minggu ke-8. Menurut Howland (1995) gejala stres akan muncul pada minggu ke-4. Kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak berlangsung selama 10 minggu dengan 8 minggu pembelajaran dan 2 minggu ujian. Peneliti mengambil pada minggu ke-8 karena variabel stres yang diambil pada stres saat proses pembelajaran.

Adapun sampel yang diambil harus dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria inklusi

1. Mahasiswa program pendidikan profesi dokter pada kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak RSUD Abdul Moeloek yang bersedia menjadi responden


(51)

32

b. Kriteria eksklusi

1. Mahasiswa program pendidikan profesi dokter pada kepaniteraan klinik ilmu kesehatan anak RSUD Abdul Moeloek yang tidak hadir saat penelitian.

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Bebas (Independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban kerja pada kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter yaitu :

1. Beban kerja berlebih kuantitatif 2. Beban kerja berlebih kualitatif

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini stres yang dialami pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :


(52)

33

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat

Ukur

HasilUkur Skala

Independen Beban kerja berlebih kuantitatif

Banyaknya sesuatu

yang harus

dikerjakan atau tidak

cukupnya waktu

yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Kuisioner SDS

1. Beban kerja berlebih

kuantitatif rendah (Skor <10)

2. Beban kerja berlebih

kuantitatif sedang (skor 10-20) 3. Beban kerja

berlebih kuanitatif berat (skor >20)

Ordinal

Beban kerja berlebih kualitatif

Ketidakmampuan untuk menyelesaikan

pekerjaan atau

adanya tuntutan

standar performansi kerja yang terlalu tinggi

Kuisioner SDS

1. Beban kerja berlebih kualitatif rendah (Skor <10) 2. Beban kerja berlebih kualitatif sedang (skor 10-20)

3. Beban kerja berlebih kualitatif berat (skor >20)

Ordinal

Dependen

Stres Stres adalah reaksi

tubuh yang

mengganggu

homeostasis tubuh

secara fisiologis,

psikologis dan

perilaku

Kuisioner

SRQ-20 1. Stres, Jika

jawaban ya ≥6 dari 20 pertanyaan

2. Tidak stres, Jika

jawaban ya ≤6 dari 20 pertanyaan

Nominal

3.6 Alat dan Cara penelitian 3.6.1 Alat penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat – alat sebagai berikut : 1. Kuesioner Data demografi

2. Kuesioner SDS 3. Kusiner SRQ-20


(53)

34

4. Lembar persetujuan

3.6.2 Cara penelitian

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden (data primer), yang meliputi :

1 Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian 2 Pengisian informed consent

3 Pengisian kuesioner

3.7 Alur penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Menyebarkan kertas informed concent dan kuesioner Data demografi, SDS dan SRQ-20 kepada calon responden pada minggu ke-8 periode pertama dan di lakukan pengambilan data lagi pada minggu ke-8 periode selanjutnya.

Subjek penelitian bersedia menjadi responden dalam penelitian

Pembagian dan Pengisian Kuesioner

Pengolahan dan data


(54)

35

3.8Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program statistik. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer, terdiri dari beberapa langkah :

a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis

b. Data entry, memasukkan data kedalam komputer

c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak

3.8.2 Analisis data

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel yang dianalisis adalah beban pada kepaniteraan klinik ilmu kesehatan anak yang meliputi beban kerja berlebih kuantitatif , beban kerja berlebih kualitatif dan stres


(55)

36

pada mahasiswa program pendidikan profesi di RSUD Abdul Moeloek.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan 5% sehingga jika nilai p (p-value) ≤0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna atau menunjukkan adanya hubungan antara variabel dependen dan independen, dan apabila nilai p value >0,05 maka hasil perhitungan uji statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dan independen (Dahlan, 2014).

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan teknik statistika untuk set data dengan variabel bebas lebih dari satu. Untuk melihat sejauh mana pengaruh masing-masing variabel independen yaitu beban kerja berlebih kuantitatif , beban kerja berlebih kualitatif dengan variabel dependen yaitu stres dengan regresi logistik.


(56)

56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan beban kerja berlebih kualitatif pada mahasiswa program profesi kedokteran bagian ilmu kesehatan anak dengan stres di RSUD Abdul Moeloek

2. Terdapat hubungan beban kerja berlebih kuantitatif pada mahasiswa program profesi kedokteran bagian ilmu kesehatan anak dengan stres di RSUD Abdul Moeloek

3. Beban kerja berlebih kuantitatif lebih berhubungan secara bermakna dengan stres pada mahasiswa program profesi kedokteran bagian ilmu kesehatan anak.


(57)

57

5.2 Saran

1. Bagi mahasiswa program profesi kedokteran, perlu meningkatkan kemampuannya dengan giat belajar, berpikir positif, menjadikan belajar sebagai suatu kebiasaan yang menyenangkan bukan sebagai tuntutan atau beban yang berlebihan sehingga diharapkan dapat mengurangi derajat stres.

2. Bagi peneliti lain, perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar dan jika memungkinkan dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat serta memasukan variabel mekanisme koping untuk mengetahui bagaimana mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa program pendidikan profesi dokter yang tidak stres pada kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak

3. Bagi kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak agar meningkatkan perhatian terhadap mahasiswa program pedidikan profesi yang sedang menjalankan proses pembelajaran. Diharapkan beban kerja yang di berikan sesuai dengan kemampuan dan waktu yang ada sehingga tidak menjadikan beban kerja yang berat yang dapat menyebabkan stres patologis pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani, HM et al., 2011. Stress and its effects on medical students: A cross-sectional study at a college of medicine in Saudi Arabia. Journal of Health, Population and Nutrition, 29(5), pp.516–522.

Al-Dubai, SAR et al., 2011. Stress and coping strategies of students in a medical faculty in malaysia. The Malaysian journal of medical sciences  : MJMS, 18(3), pp.57–64.

Alosaimi, FD et al., 2012. Stress-coping strategies among medical residents in Saudi Arabia  : A cross-sectional national study. , 31(3).

Altay, N., & Kilicarslan, E. (2014). Experience of the clinical students on pediatric. Deuhyo, 7, 166–170.

Anggraeni, RS, 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Jember [Skripsi] Jawa Timur : Universitas Jember.

Beehr, TA & Newman, JE, 2006. Job stress, employee health, and organizational effectiveness: a facet analysis, model, and literature review. personnel psychology, 31(4), p.16.

Behrman, RE, Kliegman, R. & Arvin, AM, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson 15th ed. S. Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, ed., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


(59)

Christyanti, D, Mustami’ah, D & Sulistiani, W, 2009. Hubungan antara

Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. Insan Media Psikologi, 12.

Donnerstein, E & Wilson, DW, 2006. Effects of noise and perceived control on going and sub-sequent aggressive behaviour. Personality and social phsychology, 41, pp.710–724.

Funnell, R, Koutoukidis, G. & Lawrence, K, 2008. Tabbner’s Nursing Care: Theory and Practice, Australia: Elsevier.

Idaiani, S., 2000. Kesehatan Jiwa yang Terabaikan dari Target Milenium. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 10560, pp.137–144.

Isfandari S., 1992. Penelitian instrumen survei diagnosa stres dan stres strait. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Departemen Kesehatan RI.

Joyce, W, 2002. Teens in Distress Series Adolescent Stress and Depression. University of Minnesota, pp.1–4.

Kim, Y. J., Kim, S. J., Joo, C. U., & Kim, J. S. (2009). A survey of practices clinical student in pediatric: an intellectual, inspirational and professional growth experience. Yonsei Medical Journal, 50(5), 613–6.

Kristanti, L. (2012). Studi Deskriptif mengenai derajat stres yang dialami koass di Rumah Sakit “X” Bandung. Journal of Chemical Information and Modeling. Maranatha.

Labuz-Roszak, B et al., 2007. Stress, anxiety and depression among medical students in Poland. European Journal of Neurology, 14, p.100.

Lovallo, WR, 2015. Stress and Health: Biological and Psychological Interactions, Oklahoma: SAGE Publications.


(60)

M. Gabbay, D et al., 2011. Philosophy of Anthropology and Sociology: A Volume in the Handbook of the Philosophy of Science Series Handbook of the Philosophy of Science, London: Elsevier.

Manuaba, A 2000. Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam

Wygnyosoebroto s & Wiranto, S.E:Eds. Processing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya Surabaya

Maramis, WF & Maramis, AA, 2009. Ilmu Kedokteran jiwa 2nd ed., Surabaya: Airlangga University Press.

McCormack, AL et al., 2005. Role of oxidative stress in paraquat-induced

dopaminergic cell degeneration. Journal of Neurochemistry, 93(4), pp.1030–1037.

Munandar, Ashar Sunyoto, 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Ntoumanis, N., Edmunds, J. & Duda, JL., 2009. Understanding the coping process from a self-determination theory perspective. British journal of health

psychology, 14(Pt 2), pp.249–260.

Panduan program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung., 2010, Bandarlampung: UNILA.

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Kedokteran., 2014, Jatinangor: UNPAD.

Parka, CL. & Iacocca, MO., 2014. A stress and coping perspective on

health behaviors: theoretical and methodological considerations. Anxiety, Stress & Coping: An International Journal, 27(2), pp.123–124.

Saipanish, R., 2008. Stress among medical students in a Thai medical school. Medical Teacher, 25(5), pp.502–506.

Setyawan, ZY., Amri, Z. & Sosrosumihardjo, D., 2008. Stres Kerja dan Kecenderungan Gejala Gangguan Mental Emosional pada Karyawan Redaksi Surat Kabar “ X ” di Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia, p.3.


(61)

Shah, M. et al., 2010. Perceived stress, sources and severity of stress among medical undergraduates in a Pakistani medical school. BMC medical education, 10, p.2.

Suwanto, F. X. 2010. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Szabo, S. & Glavin, GB., 2006. Hans Selye and the Concept of Biologic Stress. Neurobiology of stress ulcer, 597, pp.16–19.

Szabo, S., Tache, Y. & Somogyi, A., 2012. The legacy of Hans Selye and the origins of stress research: a retrospective 75 years after his landmark brief “letter” to the editor of nature. Stress (Amsterdam, Netherlands), 15(5), pp.472–8.

Tarwaka., 2010, Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja, Solo : Harapan Press

Tyas, ER., 2009. Hubungan Antara Beban Kerja Berlebihan (Work-Overload) dengan Stres Kerja Paa Bidan Delima di Wilayah Surabaya. i.

Varvogli, L. & Darviri, C., 2011. That Reduce Stress and Promote Health. , 2, pp.74–89.

Widosari, YW., 2010. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-asisten di FK UNS Surakarta [Skripsi]. Solo: Universitas Negeri Solo.

World Health Organization, 1994. A user’s guide to the Self Reporting Questionnaire (SRQ). Geneva: World Health Organization, pp.1–84.


(1)

56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan beban kerja berlebih kualitatif pada mahasiswa program profesi kedokteran bagian ilmu kesehatan anak dengan stres di RSUD Abdul Moeloek

2. Terdapat hubungan beban kerja berlebih kuantitatif pada mahasiswa program profesi kedokteran bagian ilmu kesehatan anak dengan stres di RSUD Abdul Moeloek

3. Beban kerja berlebih kuantitatif lebih berhubungan secara bermakna dengan stres pada mahasiswa program profesi kedokteran bagian ilmu kesehatan anak.


(2)

57

5.2 Saran

1. Bagi mahasiswa program profesi kedokteran, perlu meningkatkan kemampuannya dengan giat belajar, berpikir positif, menjadikan belajar sebagai suatu kebiasaan yang menyenangkan bukan sebagai tuntutan atau beban yang berlebihan sehingga diharapkan dapat mengurangi derajat stres.

2. Bagi peneliti lain, perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar dan jika memungkinkan dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat serta memasukan variabel mekanisme koping untuk mengetahui bagaimana mekanisme koping yang dilakukan mahasiswa program pendidikan profesi dokter yang tidak stres pada kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak

3. Bagi kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan anak agar meningkatkan perhatian terhadap mahasiswa program pedidikan profesi yang sedang menjalankan proses pembelajaran. Diharapkan beban kerja yang di berikan sesuai dengan kemampuan dan waktu yang ada sehingga tidak menjadikan beban kerja yang berat yang dapat menyebabkan stres patologis pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani, HM et al., 2011. Stress and its effects on medical students: A cross-sectional study at a college of medicine in Saudi Arabia. Journal of Health, Population and Nutrition, 29(5), pp.516–522.

Al-Dubai, SAR et al., 2011. Stress and coping strategies of students in a medical faculty in malaysia. The Malaysian journal of medical sciences  : MJMS, 18(3), pp.57–64.

Alosaimi, FD et al., 2012. Stress-coping strategies among medical residents in Saudi Arabia  : A cross-sectional national study. , 31(3).

Altay, N., & Kilicarslan, E. (2014). Experience of the clinical students on pediatric. Deuhyo, 7, 166–170.

Anggraeni, RS, 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Pada Mahasiswa Angkatan 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Jember [Skripsi] Jawa Timur : Universitas Jember.

Beehr, TA & Newman, JE, 2006. Job stress, employee health, and organizational effectiveness: a facet analysis, model, and literature review. personnel psychology, 31(4), p.16.

Behrman, RE, Kliegman, R. & Arvin, AM, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson 15th ed. S. Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, ed., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


(4)

Christyanti, D, Mustami’ah, D & Sulistiani, W, 2009. Hubungan antara

Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. Insan Media Psikologi, 12.

Donnerstein, E & Wilson, DW, 2006. Effects of noise and perceived control on going and sub-sequent aggressive behaviour. Personality and social phsychology, 41, pp.710–724.

Funnell, R, Koutoukidis, G. & Lawrence, K, 2008. Tabbner’s Nursing Care: Theory and Practice, Australia: Elsevier.

Idaiani, S., 2000. Kesehatan Jiwa yang Terabaikan dari Target Milenium. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 10560, pp.137–144.

Isfandari S., 1992. Penelitian instrumen survei diagnosa stres dan stres strait. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular, Departemen Kesehatan RI.

Joyce, W, 2002. Teens in Distress Series Adolescent Stress and Depression. University of Minnesota, pp.1–4.

Kim, Y. J., Kim, S. J., Joo, C. U., & Kim, J. S. (2009). A survey of practices clinical student in pediatric: an intellectual, inspirational and professional growth experience. Yonsei Medical Journal, 50(5), 613–6.

Kristanti, L. (2012). Studi Deskriptif mengenai derajat stres yang dialami koass di

Rumah Sakit “X” Bandung. Journal of Chemical Information and Modeling.

Maranatha.

Labuz-Roszak, B et al., 2007. Stress, anxiety and depression among medical students in Poland. European Journal of Neurology, 14, p.100.

Lovallo, WR, 2015. Stress and Health: Biological and Psychological Interactions, Oklahoma: SAGE Publications.


(5)

M. Gabbay, D et al., 2011. Philosophy of Anthropology and Sociology: A Volume in the Handbook of the Philosophy of Science Series Handbook of the Philosophy of Science, London: Elsevier.

Manuaba, A 2000. Ergonomi Kesehatan Keselamatan Kerja. Dalam

Wygnyosoebroto s & Wiranto, S.E:Eds. Processing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya Surabaya

Maramis, WF & Maramis, AA, 2009. Ilmu Kedokteran jiwa 2nd ed., Surabaya: Airlangga University Press.

McCormack, AL et al., 2005. Role of oxidative stress in paraquat-induced

dopaminergic cell degeneration. Journal of Neurochemistry, 93(4), pp.1030–1037.

Munandar, Ashar Sunyoto, 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Ntoumanis, N., Edmunds, J. & Duda, JL., 2009. Understanding the coping process from a self-determination theory perspective. British journal of health

psychology, 14(Pt 2), pp.249–260.

Panduan program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung., 2010, Bandarlampung: UNILA.

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Kedokteran., 2014, Jatinangor: UNPAD.

Parka, CL. & Iacocca, MO., 2014. A stress and coping perspective on

health behaviors: theoretical and methodological considerations. Anxiety, Stress & Coping: An International Journal, 27(2), pp.123–124.

Saipanish, R., 2008. Stress among medical students in a Thai medical school. Medical Teacher, 25(5), pp.502–506.

Setyawan, ZY., Amri, Z. & Sosrosumihardjo, D., 2008. Stres Kerja dan Kecenderungan Gejala Gangguan Mental Emosional pada Karyawan Redaksi Surat Kabar “ X ” di Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia, p.3.


(6)

Shah, M. et al., 2010. Perceived stress, sources and severity of stress among medical undergraduates in a Pakistani medical school. BMC medical education, 10, p.2.

Suwanto, F. X. 2010. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Szabo, S. & Glavin, GB., 2006. Hans Selye and the Concept of Biologic Stress. Neurobiology of stress ulcer, 597, pp.16–19.

Szabo, S., Tache, Y. & Somogyi, A., 2012. The legacy of Hans Selye and the origins of stress research: a retrospective 75 years after his landmark brief “letter” to the editor of nature. Stress (Amsterdam, Netherlands), 15(5), pp.472–8.

Tarwaka., 2010, Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja, Solo : Harapan Press

Tyas, ER., 2009. Hubungan Antara Beban Kerja Berlebihan (Work-Overload) dengan Stres Kerja Paa Bidan Delima di Wilayah Surabaya. i.

Varvogli, L. & Darviri, C., 2011. That Reduce Stress and Promote Health. , 2, pp.74–89.

Widosari, YW., 2010. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-asisten di FK UNS Surakarta [Skripsi]. Solo: Universitas Negeri Solo.

World Health Organization, 1994. A user’s guide to the Self Reporting Questionnaire (SRQ). Geneva: World Health Organization, pp.1–84.