34 sedangkan empat orang lainnya dipilih dengan cara
pendekatan kekeluargaan. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam, pengukuran antropometri, observasi, studi literatur dan penilaian DDST II yang dilakukan bersama-
sama dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara mendalam, lembar penilaian DDST II, kamera
digital, tape recorder dan buku catatan penelitian. Pengumpulan
data diawali
dengan melakukan
observasi umum
dan wawancara
pendahuluan untuk
mengambil data mengenai identitas ibu dan anak, riwayat keluarga, riwayat tumbuh kembang anak, pola aktivitas ibu dan
anak, status kesehatan ibu dan anak, status gizi ibu dan anak, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan serta kesehatan
lingkungan pada lima orang riset partisipan.
3.4.1 Wawancara Mendalam
Setelah melakukan wawancara pendahuluan, peneliti kemudian melakukan wawancara mendalam In-
depth Interview. Wawancara mendalam dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara pada lima orang
ibu yang selama hamil pernah mengalami KDRT. Wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapatkan
35 data-data mengenai pelaku KDRT pada ibu hamil, faktor-
faktor penyebab KDRT pada ibu hamil, frekuensi kejadian KDRT pada ibu hamil, umur kehamilan saat ibu
mengalami KDRT, jenis-jenis KDRT pada ibu hamil, dampak KDRT pada ibu hamil serta respon ibu hamil saat
mendapatkan KDRT.
3.4.2 Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri dilakukan untuk menilai status gizi pada anak. Penilaian status gizi ini dilakukan
karena perkembangan kognitif, personal sosial Nilawati, 2006, motorik Sutrisno, 2003 dipengaruhi oleh status
gizi. Penilaian ini menggunakan pengukuran antropometri berdasarkan umur yakni Berat Badan menurut Umur
BBU, Tinggi Badan Menurut Umur TBU dan Berat Badan
Menurut Tinggi
Badan BBTB.
Setelah melakukan perhitungan, peneliti kemudian melakukan
klasifikasi dengan melihat batas ambang dan istilah status gizi berdasarkan Antropometri menurut WHO
2005. Batas ambang dan istilah status gizi untuk indeks BBU, TBU, dan BBTB dapat dilihat pada tabel berikut:
36
Tabel 3.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri Menurut WHO, 2005
Indikator Status Gizi
Keterangan
Berat Badan menurut Umur
BBU Gizi Lebih
Gizi Baik Gizi Kurang
Gizi Buruk +2 SD
-3 SD -2 SD sd
≥ - SD -3 SD
Tinggi Badan menurut Umur
TBU Normal
Pendek ≥ 2 SD
-2 SD
Berat Badan Menurut Tinggi
Badan BBTB Gemuk
Normal Kurus
Sangat Kurus +2 SD
-2 SD sd ≥ -2 SD
-2 SD sd ≥ -3 SD
-3 SD
Sumber : Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001.
Sementara itu, untuk status gizi ibu saat hamil, peneliti mengkaji berat badan dan tinggi badan ibu
selama trimester satu, dua dan tiga dengan melihat kembali buku kehamilan ibu ataupun melakukan
pengambilan data di posyandu atau bidan tempat ibu melakukan pemeriksaan selama kehamilannya. Status
gizi ibu ditentukan menggunakan rumus berat badan ideal ibu hamil yang dikembangkan oleh Ali 2009 yakni:
Keterangan: BBIH : Berat badan ideal ibu hamil yang akan dicari
BBI : Berat badan ibu sebelum hamil
UH : Usia kehamilan dalam minggu
BBIH = BBI + UH 0,35
37 0,35 kg : Tambahan berat badan dalam kilogram
per minggu
Selain digunakan untuk menilai status gizi pada ibu dan anak, pengukuran antropometri juga digunakan
untuk menentukan angka kecukupan gizi pada ibu dan anak. Perhitungan angka kecukupan gizi 1 serta tingkat
kecukupan gizi 2 menggunakan rumus sebagai berikut:
1
Keterangan: AKGi : Angka kecukupan gizi energi atau
protein pada individu Ba : Berat badan individu yang ditimbang
Bs : Berat badan rata-rata berdasarkan umur tertentu dan tercantum dalam DKG Daftar
Kecukupan Gizi
2
AKGi : Ba x AKG Bs
TKGi : AKGi x 100 AKG
38 Keterangan:
TKGi : Tingkat kecukupan gizi individu
AKGi : Angka kecukupan gizi energi atau protein pada individu
AKG : Angka kecukupan gizi menurut DKG
3
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, dengan kategori:
Tingkat konsumsi baik : 100
Tingkat konsumsi kurang : 60 - 99
Tingkat konsumsi buruk : 59
3.4.3 Penilaian DDST II Denver Development Screening Test