Tindak Tutur Mahasiswa Pendatang (Studi Fenomenologi Dengan Pendekatan Analisis Percakapan Mahasiswa Pendatang Dari Suku Batak Dengan Mahasiswa Suku Sunda Di Kota Bandung)
IS
Widya Astuti Siagian
41808038
(2)
Latar Belakang Masalah
Bahasa
Analisi
Percakapan
Tindak Tutur
Komunikasi
Mahasiswa
Pendatang Suku
Batak
Mahasiswa Suku
(3)
Rumusan Masalah
Makro
1. Bagaimana tindak tutur komunikasi mahasiswa
pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku
Sunda?
Mikro
1. Bagaimana Lokusi dari tindak tutur komunikasi yang
dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan
mahasiswa suku Sunda?
2. Bagaimana Ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang
dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan
mahasiswa suku Sunda?
3. Bagaimana Perlokusi dari tindak tutur komunikasi yang
dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan
mahasiswa suku Sunda?
(4)
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian
Untuk mengetahui secara detail mengenai tindak tutur
komunikasi Mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan
mahasiswa suku Sunda
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Lokusi dari tindak tutur komunikasi yang
dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan
mahasiswa suku Sunda
2. Untuk mengetahui Ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang
dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan
mahasiswa suku Sunda
3. Untuk mengetahui Perlokusi dari tindak tutur komunikasi
yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak
dengan mahasiswa suku Sunda
(5)
Peneliti
Sebagai bahan referensi
sebuah pengetahuan dan
pengalaman
serta
penerapan
ilmu
yang
diperoleh secara teori
Kegunaan Praktisi
Kegunaan Teoritis
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat
untuk pengembangan ilmu yang diperoleh peneliti selama proses
akademik, dan ilmu komunikasi secara khusus
Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi
dan evaluasi mengenai
analisis percakapan
Akademik
Di
jadikan
sebagai
literatur
dan
referensi
tambahan
terutama
untuk penelitian dalam
kajian yang sama
(6)
Kerangka Pemikiran
Fenomenologi
Memahami
tindak
sosial
melalui
penafsiran
yang
dilakukan
mahasiswa
suku
batak
dan
suku
sunda
untuk
mengetahui simbol
yang digunakan.
Lokusi
The act of
saying
something
Interaksi Simbolik
Interaksi ada karena
ide-ide
dasar
yang
membentuk makna yang
berasal dari mind, self,
dan society.
Tindak Tutur
Komunikasi
Sebuah
ungkapan
yang
dilakukan
mahasiswa
suku
batak
dan
suku
sunda
menggambarkan
maksut
dan
tujuannya
Ilokusi
The act of
doing
something
Analisis Percakapan
Membentuk
suatu
komunikasi
yang
menghasilkan
suatu
hubungan
antara
mahasiswa suku batak
dan suku sunda
Perlokusi
The
act
of
affecting
someone
(7)
Pola Budaya
Naskah Kehidupan
(Autobiografi)
Hubungan (Kontrak)
Episode
Tindak
tutur
Isi
(8)
(9)
Alfred Schutz mengemukakan bahwa fenomenologi
adalah menghubungkan antara pengetahuan sehari
hari dari kegiatan pengalaman dan dari pengetahuan
itu berasal
Metode fenomenologi yang bertujuan
untuk melihat kondisi alami suatu
fenomena
(10)
(11)
Purposive sampling
No
Informan/Pendukung/
Kunci
Nama
Pekerjaan
Suku
Mengerti
Bahasa
Batak
Sunda
1
Informan
Amelia Haloho
Mahasiswa
Batak
√
─
2
Informan
Dicky jaelani
Mahasiswa
Sunda
─
√
3
Informan
Raja Situmorang
Mahasiswa
Batak
√
─
4
Informan
Yuni Ratnahningsih
Mahasiswa
Sunda
─
√
5
Informan Pendukung
Michael
Mahasiswa
Batak
─
√
6
Informan Pendukung
Markus
Mahasiswa
Batak
─
√
7
Informan Pendukung
Emmy
Mahasiswa
Batak
√
√
(12)
Pengumpulan Data
Penyeleksian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan
Analiasa data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola,
mengintensitaskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. (Moleong, 2004:248)
(13)
Triangulasi data adalah teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan
sesuatu
yang lain, diluar data itu untuk
keperluan
pengecekan
atau
sebagai pembanding data. Teknik
data ini adalah cara terbaik
untuk
mengecek
kebenaran
dengan
cara
menghilangkan
perbedaan-perbedaan yang ada
saat mengumpulkan data
Member Check
adalah
proses pengecekan yang
diperoleh peneliti kepada
pemberi
data,
dengan
tujuan untuk mengetahui
seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh
pemberi data
(14)
Lokasi Penelitian
Di Kota Bandung
Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 6
bulan,
terhitung
mulai
bulan
Februari-Juli 2012
(15)
Hasil Penelitian
Tindak Tutur Komunikasi
Lokusi
Ilokusi
Perlokusi
-Hai Mel
(greeting)
Skipsi
(isi
Dialog)
-Ntar
balik lagi
ke
sini
(Janji)
-Ya, Pasti
itu.hehe,
kita pasti
bisa
(kode)
-Ya (dada
Amel
)
-Hai
Amel
(Greeting)
-Yuni
meminta Air
minum)
-penampilan
Mega
-Ya
ampun
kasihan
bangat
sih
dia,
Oh
Yaudah atuh
mel(kode)
Dadah Amel
(penutup
-
Menyapa
-Saling
Menceritaka
n Skripsi dan
dosen
pembinbing
-mengakhiri
dialog
dengan
bahasa halus
-Yuni datang
kembali
-Dialog telah
berakhir
-Menyapa
-Yuni merasa
tidak
ditawarkan.
Mengundang
Amel
menceritakan
penampilan
mega
-mengakhiri
dengan
bahasa halus
-Dialog telah
berakhir
-Kesan
yang baik.
Mencerita
kan
pengalam
an pribadi
masing-masing
-Memberi
kode dan
Mengakhi
ri
dialog
dengan
baik
Topik 1
Topik 2
Topik 1
Topik 2
-Kesan yang
baik.
-Memberikan
botol
berisi
air minum
-berempati
untuk
tidak
meniru
penampilan
Mega
-Yuni
memberi
kode
daengakhiri
dialog.
(16)
Pembahasan
Proposisi
Mahasiswa pendatang dari suku Batak dapat berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Sunda yang populer
Mahasiswa pendatang dari Batak juga bisa menyampaikan humor dengan
menggunakan bahasa Sunda dengan logat kasar
Kalimat pembuka adalah sebagai pintu untuk membuka percakapan atau
dialog.
Terjalinnya suatu persahabatan didasari oleh intensitas interaksi dan saling
percaya.
Kalimat penutup adalah sebagai etika sopan santun untuk komunikasi
berikutnya.
Jika antar suku yang berbeda menikmati percakapan yang berlangsung
berarti mereka cocok dan nyaman untuk membentuk suatu hubungan
pertemanan.
(17)
Simpulan
LOKUSI
Kalimat pembuka diperlukan untuk memberikan kesan yang baik kepada lawan
tutur atau sebagai sopan santun untuk membuka dan melanjutkan ketahap
berikutnya yaitu isi dialog yang terkadang tidak terlalu penting dibandingkan
dengan kalimat pembuka
ILOKUSI
Kalimat pembuka disampaikan untuk menyapa, dan merupakan suatu etika
sopan santun yang bertujuan untuk mengakrabkan diri dengan lawan tutur, Amel
tidak menyadari bahwa pentingnya keramah tamahan dan Yuni pun tidak
terseinggung ketika ia tidak dijamu dengan baik.
PERLOKUSI
Kedua suku ini tidak memiliki rasa canggung, tidak sungkan untuk menyuruh
dan meminta sesuatu, mereka juga tidak mempergunakan etika sopan santun
yang sebenarnya seperti orang-orang yang baru kenal karena mereka telah lama
menjalin hubungan yang erat.
(18)
Saran
1.
Sebaiknya
gunakanlah
bahasa
yang
mudah
dipahami supaya memperoleh kesan yang baik
terhadap orang lain.
2.
Sebaiknya isi dialog harus lebih spesifik yang
memiliki makna agar komunikan dapat melakukan
suatu tindakan-tindakan.
3.
Sebaiknya ketika kita melakukan percakapan
haruslah bermuatan positif atau pengaruh yang
positif agar terjalin hubungan yang baik.
(19)
(20)
(21)
TINDAK TUTUR KOMUNIKASI MAHASISWA PENDATANG (Studi Fenomenologi Dengan Pendekatan Analisis Percakapan
Mahasiswa Suku Batak Dengan Mahasiswa Suku Sunda di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Sidang Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
Widya Astuti Siagian
NIM: 41808038
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(22)
(23)
iii
ABSTRAK
“TINDAK TUTUR MAHASISWA PENDATANG”
(Studi fenomenologi dengan pendekatan analisis percakapan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda di kota Bandung)
Oleh:
Widya Astuti Siagian Nim : 41808038
Sikripsi ini di bawah bimbingan
Arie Prasetio, S.Sos,.M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan mengenai tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang ditinjau dari pendakatan analisis percakapan dan mengatahui tindakan lokusi, ilokusi dan perlokusi yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi fenomenologi dengan pendekatan analisis percakapan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Wawancara Mendalam, Observasi/Pengamatan berperan-serta, Studi Kepustakaan, dan Internet Searching. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan informan dengan pertimbangan tertentu. Teknik analisa data yang digunakan yaitu dengan Data
collection, Data reduction, Data display, dan Data Conclusion verification.
Sedangkan untuk menguji keabsahan data digunakan Triangulasi data dan Member Check.
Hasil dari penelitian adalah bahwa percakapan yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan suku Sunda terdiri dari salam pembuka, isi dialog, janji tanda-tanda untuk mengakhiri dialog dan salam penutup, dari dialog tersebut terdiri dari 3 tindakah yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi, mereka dapat menikmati percakapan tersebut mulai dari awal percakapan dan berakhir karena mereka memiliki hubungan yang akrab.
Simpulan dari penelitian ini adalah kalimat pembuka diperlukan untuk memberikan kesan yang baik, isi dialog terkadang tidak terlalu penting dari pada kalimat pembuka, janji biasanya diungkapkan ketika percakapan tersebut belum tuntas karena masih ada pertemuan berikutnya, sementara ketika mengakhiri dialog tedapat kode untuk mengakhiri dialog bermaksud agar percakapan berakhir, kalimat penutup sebagai suatu etika untuk membangun komunikasi berikutnya.
Dari hasil penelitian ini diperoleh saran yaitu menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk memperoleh kesan yang baik, isi dialog harus lebih spesifik yang memiliki makna dan melakukan percakapan haruslah bermuatan positif atau pengaruh yang positif agar terjalin hubungan yang baik.
(24)
iv
ABSTRACT
The Comer University Student Utterances
(Phenomenological Study by using analysis approaching in the speech of the student university from Batak and Sundanese in Bandung)
Editor:
Widya Astuti Siagian Nim : 41808038
This research under the guidance of,
Arie Prasetio, S.Sos., M.Si
The aim of the research is to know and to find out communication utterances from comer of student university from approaching communication analysis and to know the action of Lokusi, Ilokusi and Perlokusi which is done by the comer of university student from Batak and Sundanese.
Methode which is use in this research, is using Phenomenologi study by communication analysis approaching. Collecting the data are done by indepth interviews, observation, literature study, and Internet searching. Informan selecting done is use by the technic purposive sampling which consideration informan taken. The data analysis techiques used are data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation. While for validating data testing is used by Tringulasi techinc and Member check.
Result of the reseacrh is that the communications which is done by the comer student of university from Batak and Sundanese consist of the greeting preface, dialouge content using sign for ending the dialouge by closing greeting. From those dialouges consist of three action, those are Lokusi, Ilokusi, and Perlokusi, they can enjoy the communication from the beginning until ending because they have friendly relationship.
Conclution from this research is that preface is needed for giving good impretions, sometime the content of the dialouge is not so important than preface word,and then promising is told when the communication its self is not ending
because there is still the next meeting, while when they want to end the dialouge there is one code for doing that in other that communication ends and the closing word is done for showing the ethis for doing the next communication.
From the research it is suggested to use the simple and easy word which can be understood and can get good immpresion and the content dialouge should be specific and has good meaning and the communication done should be positif or can influence something which is always positif in other to have a good relationship. Keywords: speech act communications, Phenomenological, analysis of the conversation.
(25)
v
KATA PENGANTAR
Salam sejatera,
Puji syukur peneliti panjatkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat, kasih karunia, anugrah, kekuatan, dan perlindungan-Nya yang
Ia berikan setiap saat, waktu, dan tempat sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan tepat waktu.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua, Papa tersayang Maju Siagian (alm) dan Mama Rosdiana Sianturi yang
telah melahirkan dan merawat peneliti. Terima kasih atas cinta, kasih sayang,
nasehat, arahan, petunjuk, materi, dan bimbingan baik dikala sedih maupun gembira.
Terima kasih untuk cinta Mama, yang selalu kuat dan selalu memberikan dukungan.
Tanpa jasa-jasamu, peneliti tidak akan mampu untuk menjalani kuliah dan
menyelesaikan Skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak
mendapat dorongan, bantuan, dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang
(26)
vi
1. Yth, Rektor UNIKOM, DR. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto beserta jajarannya yang telah menyediakan gedung dan ikut memotivasi seluruh
civitas akademika dalam menciptakan para kalangan intelektual yang
berkualitas.
2. Yth, Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A selaku dekan FISIP UNIKOM yang telah mengeluarkan surat izin penelitian skripsi.
3. Yth, Drs., Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM yang telah mengesahkan skripsi ini.
4. Yth, Melly Maulin P., S.Sos.,M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM.
5. YthIbu Rismawaty, S.Sos,M.Si, selaku staf dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia, serta selaku dosen wali yang telah sabar dalam memberikan
arahan, nasehat, bimbingan kepada peneliti.
6. Yth, Arie Prasetio, S.Sos.,M.Si. selaku dosen pembimbing peneliti pada skripsi ini, yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat, bimbingan,
arahan, semangat, serta ilmu-ilmu yang berharga kepada peneliti selama ini.
7. Yth, Staf dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah mengajar dan memberikan ilmu kepada peneliti selama menempuh studi hingga saat ini.
8. Yth, Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, Mbak Astri Ikawati
(27)
vii
9. Yang Tersayang Abang Kakak dan Adik peneliti. Kepada Walris Siagian, Rikardo Siagian, Legiana Siagian, Leonardo Siagian, Rosantri Siagian, Tanti
Sianturi Terima kasih atas waktu dan perhatian yang telah diberikan baik di
kala sedih juga gembira. Tidak lupa pula atas nasehat, bimbingan yang selalu
diberikan kepada peneliti selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.
10. Kepada teman-teman yang sangat peneliti sayangi, Kriston Situmorang, Elibert Manurung, Leonardus Sitohang, Amelia Haloho, Meslina Raja
Gukguk, Laura Malau, Rosidayani Sipayung, Andes Marpaung, Yolanda
Parede, Romario Tarigan, Indra Gultom, Yoshua Barus, Emmy Mastalina
Sipayung, Grace Kristiani Aritonang dan semua sahabat-sahabat PMK
(Persekutuan Mahasiswa Kristen). Terima kasih sudah menjadi sahabat yang
baik. Terima kasih atas perhatian kalian, baik sedih dan gembira sudah
pernah kita lewati bersama, dan tetap semangat.
11. Kepada teman-teman di IK-Humas, Rengga Reksapati, Nuraini, Rian Widistira, Garputri, Diah Handini. Terima kasih atas bantuan, dorongan, dan
kerja sama yang kita lewati bersama-sama.
12. Kepada teman-teman IK angkatan 2008, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga tetap kompak dan dapat lulus bersama-sama.
13.Seluruh informan penelitian yang telah memberikan informasi yang sangat
(28)
viii
Yang terakhir, peneliti ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak
dapat disebut satu per satu. Terima kasih telah membantu peneliti selama peneliti
melakukan penelitan atau selama peneliti menampuh studi hingga saat ini
Demikian Skripsi ini peneliti buat, untuk kesempurnaan Skripsi yang lebih baik
lagi maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh peneliti. Semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua khusunya para mahasiswa sebagai literatur.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.
Bandung, Agustus 2012
(29)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... .i LEMBAR PERNYATAAN ... ii ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 12
1.2.1. Makro ... 12
1.2.2. Mikro ... 12
1.3. Maksud dan Tujuan ... 13
1.3.1. Maksud Penelitian ... 13
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 13
1.4. Kegunaan Penelitian ... 14
(30)
x
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16
2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi ... 17
2.1.2.1. Defenisi Komunikasi ... 17
2.1.2.2. Komponem Komunikasi ... 19
2.1.2.3. Unsur-unsur Komunikasi... 21
2.1.2.4. Fungsi Komunikasi ... 23
2.1.2.5. Tujuan Komunikasi ... 24
2.1.3. Tinjauan Komunikasi Antarapribadi ... 25
2.1.3.1. Definis Komunikasi Antarapribadi ... 26
2.1.3.2. Jenis-jenis Komunikasi Antarapribadi ... 26
2.1.4. Komunikasi Verbal dan Nonverbal... 27
2.1.4.1. Komunikasi Verbal ... 27
2.1.4.2. Kode Verbal... 30
2.1.4.3. Komunikasi Nonverbal ... 31
2.1.4.4. Kode Non verbal... 32
2.1.4.5. Klarifikasi Pesan Nonverbal ... 33
2.1.4.6. Fungsi Pesan Nonverbal ... 35
2.1.5. Tinjauan Interaksi Simbolik ... 37
2.1.5.1. Sejarah Interaksi Simbolik ... 37
(31)
xi
2.1.6. Tinjauan Analisis Percakapan ... 48
2.1.7. Tinjauan Tindak Tutur Komunikasi ... 54
2.1.8. Tinjauan Mahasiswa Pendatang ... 58
2.1.9. Tinjauan Percakapan Mahasiswa ... 60
2.2. Kerangka Pemikiran ... 62
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian ... 82
3.1.1. Sejarah Suku Batak ... 83
3.1.2. Marga dan Tarobo ... 85
3.1.3. Nilai yang dianut Masyarakat Batak ... 86
3.1.4. Bahasa Batak ... 88
3.2.1. Sejarah Suku Sunda ... 89
3.2.2. Perkembangan Suku Sunda saat ini ... 95
3.2. Metode Penelitian ... 96
3.2.1. Desain Penelitian ... 96
3.2.1.1. Sejarah Fenomenologi ... 98
3.2.1.2. Tokoh-tokoh Fenomenologi ... 104
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 107
3.2.2.1. Studi Pustaka ... 107
3.2.3. Teknik Penentuan Informan ... 115
3.2.4. Teknik Analisa Data... 118
(32)
xii
3.2.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 123
3.2.6.1. Lokasi Penelitian ... 123
3.2.6.2. Waktu Penelitian ... 123
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data informan ... 126
4.1.1. Proses Pendekatan Informan ... 127
4.1.2. Data-Data Informan ... 129
4.2. Hasil Penelitian ... 136
4.3. Pembahasan ... 151
4.3.1. Lokusi dari tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang
dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda ... 152
4.3.1. Ilokusi dari tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang
dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda ... 174
4.3.1. Perlokusi dari tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang
dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda ... 190
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ... 202
(33)
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Bahasa Batak ... 89
Tabel 3.2 : Bahasa Tempat (Sunda) ... 94
Tabel 3.3 : Bahasa Waktu (Sunda) ... 95
Tabel 3.4 : Informan ... 116
Tabel 3.5: Informan Pendukung ... 117
(34)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Unsur-unsur Komunikasi ... 21
Gambar 2.2 : George Herbert Mead... 37
Gambar 2.3 : Hirarki Makna yang terorganisir ... 64
Gambar 2.4 : Model Penelitian ... 71
Gambar 3.1 : Teknik Analisis Data ... 119
Gambar 3.2 : Trianggulasi Teknik ... 121
Gambar 4.3: Model Hasil Penelitian ... 148
Gambar Lam 1.1: Wawancara dengan Raja Situmorang ... 279
Gambar Lam 1.2: Wawancara dengan Dicky Jaelani ... 279
Gambar Lam 1.3: Percakapan Topik yang Pertama ... 280
Gambar Lam 1.4: Percakapan Topik yang Kedua ... 280
Gambar Lam 1.5: Wawancara dengan Michael ... 281
Gambar Lam 1.6: Wawancara dengan Markus Siagian ... 281
Gambar Lam 1.7: Wawancara dengan Emmy Sipayung ... 282
(35)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran Revisi pendaftaran Ujian sidang Sarjana ... 210
Lampiran Revisi Usulan Penelitian ... 211
Lampiran Revisi Skripsi ... 112
Lampiran Berita Acara Bimbingan ... 213
Lampiran Pedoman Observasi ... 214
Lampiran Pertanyaan Wawancara ... 215
Lampiran Transkip Wawancara ... 223
Lampiran Transkip Observasi ... 263
Lampiran Dokumentasi Penelitian ... 278
(36)
(37)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan
maksud dan tujuan, bahasa merupakan ungkapan perasaan untuk mewujudkan
tingkahlaku manusia baik lisan maupun tulisan sehingga orang dapat mendengar,
mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki
oleh setiap manusia guna untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari ketika
berinteraksi dengan sesama manusia.
Berbahasa berarti menggunakan bahasa untuk tujuan komunikasi,
penggunaan bahasa tersebut tercermin dari kegiatan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Dalam komunikasi sehari hari keempat kegiatan
berbahasa tersebut terjadi secara terpadu, yang berarti satu peristiwa berbahasa
orang dapat menggunakan lebih dari satu keterampilan berbahasa sekaligus secara
stimultan, jelas manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti dari
penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang
membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud dan
tujuan. Pada dasarnya semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentu sangat
berkaitan erat dengan bahasa, baik ketika bercakap-cakap dengan teman, atau
dalam kegiatan formal seperti di kampus, pekerjaan ataupun tempat-tempat
(38)
2
yang beragam-ragam dan terkadang tidak memiliki makna sama sekali, dimana
makna adalah sebagai pemikiran atau lebih tepatnya sebagai buah pemikiran.
Menurut Keraf yang dikutip dari Smarapradhipa mendefinisiskan bahwa
bahasa adalah sebagai berikut:
Beliau memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer Smarapradhipa (2005:1)1
Dalam definisi di atas menyatakan bahwa bahasa adalah merupakan suatu
alat komunikasi yang dilakukan oleh setiap manusia berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, sehingga ketika melakukan komunikasi melalui
bahasa maka manusia dapat mengerti maksud dan tujuan yang telah diucapkannya
memalui percakapan.
Ricoeur membedakan 3 jenis bahasa yaitu: (1). Bahasa yang digunakan
sehari-hari, bahasa ini digunakan untuk berkomunikasi dan bersifat mereduksi dan
ambiguitas. (2). Bahasa ilmiah yang menekankan makna tunggal untuk
berargumentasi. (3). Bahasa metaphor, yaitu bahasa yang ada dalam ketegangan
antara kesamaan dan perbedaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan
ulang realitas. (Saputra C. Purnama, 2010:29)
Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan melakukan percakapan dimana
percakapan adalah merupakan sebuah interaksi sehari hari yang informal. Sebuah
1
(39)
3
percakapan akan dipandang sebagai suatu pencapaian sosial karena mengharuskan
setiap yang melakukan percakapan secara kooperatif melalui pembicaraan,
masudnya adalah bagaimana manusia mengefektifkan sebuah percakapan dalam
kehidupan sehari hari. Salah satu karya dalam komunikasi yang paling menarik
dalam kehidupan sehari-hari adalah analisis percakapan, dimana analisis
percakapan ini merupakan suatu tahap untuk menguji apa yang pembicara lakukan
ketika manusia berkomunikasi, banyak hal yang manusia lakukan ketika
berkomunikasi baik itu bertanya, dan menjawab pertanyaan, mengatur giliran dan
melindungi wajah dan hal yang paling penting adalah bagaimana hal-hal di atas
dapat dilakukan dalam bahasa.(Little John.2011:239)
Analisis percakapan memungkinkan kita untuk melihat lekat bagaimana
pesan untuk diorganisir, digunakan dan dipahami. Proses dari analisis percakapan
memungkinkan kita bisa memeriksa apa yang kita sampaikan dan apa yang orang
lain sampaikan sehingga kita dan orang lain dapat mengetahui pemenuhan pesan
tersebut. Dalam Analisis percakapan hal yang sangat perlu dilihat dalam
percakapan adalah cara-cara perilaku komunikasi menciptakan stabilitas dan
pengaturan dalam pembicaraan mereka, bahkan ketika percakapan terlihat buruk
pada awalnya, terdapat suatu pengaturan dalam berbicara, serta pelaku percakapan
sendiri benar-benar menciptakan seiring mereka berjalan yaitu menyamakan
prinsip-prinsip yang ada, dimana pelaku percakapan menyusun pembicaraan
(40)
4
Analisis percakapan tentu berhubungan dengan beragam masalah seperti
apa yang ingin diketahui oleh pembicara untuk memulai percakapan,
aturan-aturan percakapan, fitur fitur percakapan seperti pergantian giliran, jedah dan
celah serta penimpaan telah menjadi ketertarikan khusus, dan analisis percakapan
ini juga tidak jauh dari pelanggaran aturan atau cara-cara manusia mencegah serta
membenarkan kesalahan dalam pembicaraan. Analisis Percakapan juga akan
dihadapkan kedalam 3 jenis permasalahan yaitu, permasalahan dalam pengertian,
permasalahan dalam tindakan, permasalahan dalam hubungan.
Sebuah percakapan yang memiliki hubungan dimana pelaku komunikasi
(speech act) mengikuti tindakan komunikasi lainnya dalam komunikasi. Sebuah
percakapan terdiri atas serangkaian speech act yang teratur dan keterkaitan
dicapai dengan memastikan setiap tindakan adalah respon yang tepat untuk
melakukan tindakan berikutnya. Seperti contoh pertanyaan, “Hai, apa kabar?” dan biasanya akan diikutin oleh “Baik, bagaimana dengan mu?”
Dalam teori ini tindak tutur (speech act ) adalah unit dasar dari bahasa
yang digunakan untuk menjelaskan arti sebuah ungkapan yang menggambarkan
tujuan. Saat seseorang berbicara dan melakukan tindakan, dan tindakan itu bisa
berupa menyatakan, menanyakan, memerintah, menjanjikan, atau hal-hal lain
yang bisa memungkinkan untuk berbicara. Jika kita melakukan suatu tindakan
tersebut tentu kita akan mengkomunikasikan apa yang akan kita komunikasikan
(41)
5
Teori speec act yang dijabarkan oleh Para Linguistik yaitu J.L. Austin
menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan
yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni
tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. (1)Tindak tutur
lokusi adalah gaya bicara tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai
dengan makna kata, frasa dan kalimat tersebut. Tindak tutur ini berhubungan
dengan proposisi kalimat yang terdiri dari subjek predikat. (2) Tindak tutur ilokusi
atau suatu tindakan dimana perhatian pembicaraan utama adalah bahwa pendengar
memahami niatnya untuk membuat suatu janji, suatu permintaan atau tindakan
untuk melakukan suatu maksud dan fungsi tetentu pula.(3)Tindak tutur perlokusi
adalah tindakan dimana sipembicara mengharapkan sipendengar tidak hanya
memahami tetapi juga untuk bertindak dengan cara tertentu oleh karena
pemahaman tersebut.(Ernest Justin, 2010:33)
Tindak tutur komunikasi memang sangat berperan di lingkungan kita
sehari-hari khususnya yang dilakukan oleh mahasiswa pendatang dari suku Batak
dengan mahasiswa suku Sunda, dua budaya yang berbeda tentu memiliki banyak
perbedaan baik itu dari segi pengalaman, perilaku, latar belakang, kebiasaan dan
lain-lain.
Bila diperhatikan kata mahasiswa pendatang adalah mahasiswa yang mau
menuntut ilmu, memperbaiki kehidupannya kelak, dan berusaha lebih tinggi
kedudukannya dari orang lain. Masyarakat Indonesia banyak yang melakukan
(42)
6
Indonesia dikenal dengan seribu pulau, dan merupakan Negara yang berbentuk
kepulauan dengan letak geografis yang berbeda dan memiliki masyarakat yang
tersebar luas diseluruh kepulauan tersebut, bahkan tersebar juga di Negara lain.
Dari setiap kepulauan dengan letak geografis yang memiliki perbedaan jelas
masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam suku dengan memiliki budaya
yang berbeda, pengalaman, latar belakang, sifat yang berbeda, dan mereka juga
dapat mencerminkan daerahnya masing-masing.
Dari setiap suku budaya yang berada di Indonesia, mereka memiliki
keunikan tersendiri, diantaranya adalah salah satu suku yang berada di provinsi
Sumatera Utara. Dimana Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak
dipulau Sumatera berbatasan dengan Aceh sebelah utara dan dengan Sumatera
Barat serta Riau di sebelah Selatan. Provinsi ini merupakan kumpulan mayoritas
orang Batak atau suku Batak, tetapi ada juga masyarakat yang hidup di provinsi
ini seperti seprti suku bangsa Melayu, suku bangsa Jawa, Nias, Tionghoa dan
lain-lain.
Masyarakat Batak biasanya diharuskan keluar dari daerah masing-masing
untuk mengembangkan kemampuannya di kota lain, biasanya orangtua
memberangkatkan anaknya untuk merantau ke kota lain. Alasan lain mengapa
orang Batak diizinkan untuk merantau karena daerah asal Batak sangat gersang
dengan kondisi yang lebih buruk, sehingga suku Batak diwajibkan keluar dari
daerah tersebut. Terdapat banyak filosofi yang berkembang pada masyarakat
(43)
7
makan atau tidak makan, orangtua harus tetap mencari biaya siang dan malam
untuk meyekolahkan anaknya, orangtua rela melakukan apapun agar anaknya
tidak sama seperti apa yang telah dialami orangtuanya, untuk itulah maka
orangtua memberangkatkan anaknya ke kota lain untuk memuntut ilmu dan
memperbaiki kehidupannya dikemudian hari.
Walaupun suku Batak berada di daerah atau wilayah orang, suku Batak
tetap memengang teguh nilai-nilai budaya yang mereka pegang mulai dari nenek
moyang, yaitu (1). Nilai kekerabatan masyarakat Batak yang terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalian na tolu, dimana seseorang harus mencari jodoh di luar
kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut sabutuha
(bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut
hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut boru. (2). Hagabeon, nilai
budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang
baik-baik. (3). Hamoraon, nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada
keseimbangan aspek spiritual dan material. (4). Uhum dan ugari, nilai uhum
orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan
ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji. (5). Pengayoman, wajib
diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut diemban oleh tiga unsur
Dalihan na tolu. (6). Marsisarian suatu nilai yang berarti saling mengerti,
menghargai, dan saling membantu. Sehingga ketika berada di perantauan orang
Batak selalu mencari orang yang satu suku dengan mereka sendiri.2
2
(44)
8
Suku Batak adalah perantau abadi suku yang terlahir untuk meninggalkan
tanah kelahirannya dan mencari hidup di daerah lain, maka tak heran hampir di
setiap kota suku Batak tetap ada. Suku Batak bukanlah perantau yang paling besar
di Indonesia, tetapi salah satu keunikan dari suku Batak adalah bahwa orang Batak
mau bekerja keras, belajar keras, dan berusaha untuk mencapai target yang dia
inginkan. Keunikan lain dari Batak adalah keras bukan kasar, logat suku Batak
memang berbeda dengan suku lain, orang Batak telah terbiasa dengan logatnya
dan akan sangat sulit bagi mereka untuk melepaskannya. Apalagi mereka sudah
sejak lahir ada di lingkungan asli Batak atau di lingkungan luar namun mereka
berada dalam lingkungan yang mayoritas dengan suku Batak dengan logat yang
kental, sehingga dari logat yang terdengar kasar maka orang lain menilai bahwa
suku Batak berkepribadian kasar. Padahal berbicara keras bukan berarti kasar.
Logat Batak adalah salah satu simbol kekokohan kepribadian, atau ketangguhan
dalam bekerja.
Keras yang tercermin dalam diri Batak justru keras dalam arti kuat. Selain
dari kasar bahwa suku Batak memiliki keunikan lain yaitu walaupun mereka
berada di kota perantauan mereka tetap memegang sistem kekerabatan melalui
marga yang mereka miliki sebagai nama keluarga. Ketika bertemu dengan satu
marga biasanya mereka menjalin hubungan kekerabatan yang sangat baik, dan
bahkan selalu berusaha untuk membantu satu sama lain dan saling berbagi.
Keunikan lain adalah dimanapun mahasiswa Batak mereka selalu berusaha untuk
mencari mahasiswa Batak dan melakukan perkumpulan agar mereka merasa
(45)
9
perkumpulan banyak hal yang mereka dapatkan, baik itu masalah masalah
partuturan atau pun masalah yang mereka hadapi di sekitar kampus, atau pun
lingkungan Sunda.
Batak dapat menghormati semua budaya, kedinamisan orang Batak yang
terlihat dari sifat mereka yang menghormati budaya lain. Walaupun orang Batak
sangat mencintai bahasa Batak, namun banyak orang Batak yang fasih
menggunakan bahasa suku lain. Hal ini senada dengan pepatah dimana bumi
dipijak disitu bumi dijungjung.
Begitu juga halnya dengan mahasiswa pendatang dari suku Batak di kota
Bandung, terdapat kumpulan atau terdapat tempat permainan yang dibentuk
sebagai salah satu tempat untuk bertukar pikiran atara sesama mahasiswa. Alasan
penulis meneliti orang Batak adalah karena orang Batak memiliki keunikan
tersendiri, dimana suku Batak yang identik dengan “keras”, tegas, ketika berbicara dengan suku Sunda suaranya terdengar kuat dan menggebu-gebu, seolah-olah
marah dan membentak, ketika bercanda mimik wajah terlihat serius, dan
terkadang suku Sunda pun merasa ketakutan atau segan untuk menjalin
persahabatan, dan bahkan ketika berbicara hanya sepentingnya saja. Tetapi salah
satu keunikan yang paling menonjol di dalam diri suku Batak jika mereka nyaman
berteman dengan orang Sunda maka mereka menjalin persahabatannya dengan
kuat, dan saling percaya, tetapi jika kepercayaan tersebut di langgar maka mereka
tidak akan mempercayainya lagi. Dan banyak orang Sunda yang berpendapat
(46)
10
opini-opini negatif yang mungkin bisa mereka lontarkan. Tetapi dibalik itu semua
ada sisi positif yang terdapat dalam diri suku Batak. Dimana suku Batak itu setia,
suka berbagi dan senang untuk berteman dengan suku lain.
Sementara suku Sunda yang identik dengan “kalem”, penuh dengan senyuman, ketika becakap-cakap dengan suku Batak atau suku lain mereka penuh
dengan kelembutan, jarang untuk menyinggung lawan bicaranya ketika
berinteraksi, ketika berkomunikasi mereka sering menggunakan bahasa-bahasa
teh, dan mah sehingga dari kata-kata itu mereka terlihat sangat lembut.
Tidak mudah bagi mahasiswa Batak untuk beradaptasi di lingkungan
Sunda, karena memiliki budaya yang berbeda, dan cara berkomunikasipun tentu
sangat dipengaruhi oleh budaya. Dua orang yang berasal dari budaya yang
berbeda akan memiliki cara-cara komunikasi yang berbeda pula, itulah sebabnya
dalam komunikasi antarbudaya akan sering terjadi kesalah pahaman antara
komunikator dan komunikaan. (Deddy Mulyana,1996)
Suku Sunda yang pembawaannya “ kalem” dan sangat jauh berbeda
dengan suku Batak dimana pembawaannya tegas sehingga terlihat garang dan
galak, selain dari pembawaan fisik yang dimikili oleh suku-suku ini, dapat dilihat
juga dari segi berbicara, orang Batak selalu berbicara apa adanya, walaupun
terlihat sangat kasar dan kadang dapat menyinggung perasaan lawan bicara, dan
sesama Batakpun kadang bisa saling menyinggung. Berbeda dengan suku Sunda
yang tidak akan berbicara kepada lawan bicaranya apa adanya, terkadangan apa
(47)
11
karena hal tersebut dilakukan oleh suku Sunda untuk mengantisipasi atau menjaga
perasaan lawan bicaranya.
Karakteristik suku Sunda yang memiliki pembawaan “kalem” diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Yekti Sriwulan mahasiswa jurusan Psikologi
Universitas Negri Yogyakarta didalam makalahnya. Mengenai karakter suku
Batak sendiri juga dipertegas oleh pernyataan Dinandjait yang merupakan pemuda
asli dari suku Batak yang menyatakan bahwa karakter orang-orang dari suku
Batak memegang berwatak keras.(Miarti.2010:5)
Perbedaan yang muncul diatas Ketika orang Batak melakukan percakapan
dengan mahasiswa suku Sunda, tentu harus malakukan tidak tutur komunikasi,
baik secara lokusi, ilokusi, dan perlokusi, sehingga ketika melakukan pembicaraan
dari kedua suku yang “keras” dan “ kalem” atau lembut dapat saling mengerti pesan dan makna serta dampak yang terjadi ketika melakukan percakapannya.
Dengan latar belakang perbedaan budaya dan bahasa antara mahasiswa
suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda, tentu dapat menimbulkan suatu
persepsi diantara mereka, selain itu bagaimana mereka menggunakan bahasa
untuk melakukan tindah tutur komunikasi agar dapat melakukan percakapan atau
berinteraksi satu sama lain. Untuk itulah maka peneliti merasa tertarik untuk
meneliti bagaimana tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang dengan
(48)
12
1.2Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas pertanyaan pada
perumusan masalah yang masih bersifat umum. Dengan subfokus-subfokus yang
terpilih, sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka, Rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1.2.1 Makro
Dari Latar belakang yang telah diuraikan di atas permasalahan makro
yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana tindak tutur komunikasi
mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda?
1.2.2 Mikro
1. Bagaimana lokusi dari tindak tutur komunikasi yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda?
2. Bagaimana ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda?
3. Bagaimana perlokusi dari tindak tutur komunikasi yang terjadi terhadap mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku
(49)
13
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari
penelitian sebagai ranah yang perlu diketahui kedepannya, adapun maksud dan
tujuannya sebagai berikut:
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara detail mengenai
tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa
suku Sunda.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat pada identifikasi masalah
sebagai arah peneliti pada penelitian ini. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui lokusi dari tindak tutur komunikasi yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa
suku Sunda.
2. Untuk mengetahui ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa
suku Sunda.
3. Untuk mengetahui perlokusi dari tindak tutur komunikasi yang terjadi terhadap mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan
(50)
14
1.4Kegunaan penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat atau
kegunaan yang digunakan oleh masyarakat luas, adapun kegunaan penelitian ini
dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Pada penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritis, semoga dapat
memberikan dan bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu yang
diperoleh oleh peneliti secara teoritis selama proses akademik. Baik Ilmu
Komunikasi secara umum dan studi tentang Analisis Percakapan dan
bagian dari bentuk Komunikasi secara khusus yaitu, tentang “Tindak tutur komunikasimahasiswa pendatang dari suku Batak dengan suku Sunda”.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa menjadi bahan
bagi mereka yang tertarik atau memang terlibat dengan Mahasiswa Pendatang
dari Suku Batak. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi sebuah pengetahuan dan
pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh selama studi yang
diterima oleh peneliti secara teori. Dalam hal ini khususnya mengenai
(51)
15
2. Bagi Akademik
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa UNIKOM
secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara
khusus yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan
terutama bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada
kajian yang sama.
3. Bagi Masyarakat (Mahasiswa pendatang dari suku Batak secara khusus)
Hasil penelitian ini dapat memberikan bentuk informasi dan evaluasi
mengenai Analisis Percakapan yang dilakukan oleh mahasiswa pendatang
dari suku Batak ketika berkomunikasi dengan mahasiswa suku Sunda di
kota Bandung. Dan evaluasi ini juga diharapkan agar menjadi suatu acuan
untuk memperbaiki percakapan antara mahasiswa suku Sunda dan
(52)
16
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan
peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang
membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan
“Tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda” berikut adalah beberapa hasil penelitian yang dijadikan sebagai referensi
Persepsi mahasiswa suku Batak terhadap suku Sunda di kota Bandung,
Yeheskiel Junaedi Siregar, Mankom UNPAD 2011. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Persepsi mahasiswa suku Batak terhadap perilaku
masyarakat suku Sunda di kota Bandung. Sikap mahasiswa suku Batak terhadap
perilaku masyarakat suku Sunda di kota Bandung. Hasil penelitian ini adalah
perilaku masyarakat di sekitar kampus tidak jauh berbeda dengan masyarakat
suku Batak, masyarakat suku Sunda memiliki sikap yang baik dan ramah
berbicara dengan nada yang pelan dan halus, bahkan ada yang tertarik dalam
mempelajari budaya suku Batak. Presepsi negative dari suku Batak adalah suku
(53)
17
keras dan sebagian masyarakat suku Sunda terkadang juga menghindari suku
Batak.
Komunikasi Interpersonal pada Komunitas Batak perantau, Mugih Miarti
Humas UNPAD 2010. Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui suku
Batak dalam kegiatan merantau, pemaknaan komunitas Batak atas marga,
pengalaman suku Batak yang merantau dalam menghadapi warga pribumi yang
memiliki budaya yang berbeda, pola komunikasi yang digunakan antara
komunitas Batak yang merantau dengan warga pribumi. Dan hasil penelitiannya
adalah Motif suku Batak merantau adalah karena dilatar belakangi oleh alasan
ekonomi dan pendidikan, dan untuk memperbaiki taraf hidup mereka melalui
pekerjaan maupun kualitas pendidikan bagi generasi penerus mereka.
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting dan merupakan
aspek yang paling kompleks dalam kehidupan manusia. Disadari atau tidak kita
sadari bahwa di dalam kehidupan kita sehari hari komunikasi merupakan
pengaruh yang sangat kuat untuk mempengaruhi komunikasi kita dengan orang
lain maupun pesan pesan yang kita terima dari orang lain yang bahkan tidak kita
kenal baik yang sudah hidup maupun sudah mati, dan juga komunikator yang
dekat maupun jauh jaraknya. Karena itulah komunikasi sangat vital didalam
(54)
18
Sejak lahir manusia telah melakukan komunikasi, dimulai dengan tangis
bayi pertama merupakan ungkapan perasaannya untuk ratilai membina,
komunikasi dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit
komunikasi yang dilakukannya. Dimana komunikasi yang dilakukan tersebut
dapat berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang
terlibat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi itu sendiri yaitu :
Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa, Inggris "Communication" yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah latin "Communis" yang dalam bahasa Indonesia berarti "sama" dan menurut Sir Gerald Barry yaitu "Communicare" yang berarti berercakap-cakap". Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan "kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian atau makna. (Effendy:2003).
Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, hampir
90% dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi.
Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia
selalu terjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena
berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh
karena itu sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tahu inilah yang
memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dari definisi diatas menjelaskan bahwa,
komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun
nonverbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator akan
(55)
19
terhadap pesan yang disampaikan. Jika disimpulkan maka komunikasi adalah
suatu proses, pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan
yang terjadi di dalam seseorang atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu sebagaimana. semetara Carl Hovland, jenis & Kelly mendefenisiskan
komunikasi adalah :
Suatu proses memulai dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang-orang lainnya) (Riswandi 2009:1)
Dari kedua definisi di atas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan
proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Ransangan
atau stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari
komunikan selama keduannya memiliki makna yang sama terhadap pesan yang
disampaikan. Jika disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses,
pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di
dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu
sebagaimana diharapkan oleh komunikator.
2.1.2.2. Komponem komunikasi
Lasswel juga mengemukakan bahwa komunikasi secara eksplisit dan kronologis menjelaskan lima komponem yang terlibat dalam komunikasi yaitu:
- Siapa (perilaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau
sumber)
(56)
20
- Kepada siapa (perilaku komunikasi lainya yang dijadikan sasaran
penerima)
- Melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)
- Dengan akibat/ hasil apa (hasil yang terjadi pada diri penerima)
1. Sumber (source) adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, sumber bisa menjadi seorang individu,
kelompok, organisasi, perusahaan, dan Negara. Sumber juga dapat disebut
sebgai pengirim (sander), penyandi (encoding), komunikator, pembicara
(speaker) atau originator.
2. Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkan simbol verbal atau nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai gagasan, atau maksut sumber tersebut, dan pesan
memiliki 3 komponem diantaranya adalah makna yaitu digunakan untuk
menyampaikan pesan, dan bentuk organisasi atau pesan.
3. Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Dan pada dasarnya
saluran komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahanya dan suara.
Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung
(tatap muka) atau lewat media (cetak atau elektronik).
4. Penerima (receiver) adalah sebagai sasaran/ tujuan (destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener),
penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima dari sumber.
(57)
21
pola piker, dan perasaan, penerima pesan, menafsirkan seperangkat simbol
atau nonverbal yang ia terima.
5. Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau
bahkan perubahan perilaku (Riswadi, 2009:3)
2.1.2.3. Unsur-unsur komunikasi
Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya
sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut
komponen atau elemen komunikasi. Untuk melihat unsur-unsur komunikasi
berikut beberapa unsur komunikasi menurut Hafied Cangara :
Gambar 2.1
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Sumber: Hafied Cangara. 1988. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Sander Pesan Media Penerima Efek
(58)
22
Keterangan:
1. Sumber (Source) Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut
source,sender,decoder.
2. Pesan (Message) Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa
berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau proganda.
Dalam istilah asing pesan diterjemahkan dengan kata message, content,
atau information
3. Media Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Selman atau media komunikasi terbagi atas
media massa dan media nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap
muka sedangkan media massa menggunakan saluran yang berfungsi
sebagai alat yang dapat menyampaikan pesan secara massal.
4. Penerima (Receiver) Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa
dalam bentuk kelompok, partai atau negara.
5. Pengaruh (Influence) Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan
sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa diartikan perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang
(59)
23
2.1.2.4. Fungsi Komunikasi
Dalam kajian ilmu komunikasi banyak ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang fungsi-fungsi komunikasi, dari berbagai pendapat yang
berkembang Horald D. Laswell (1948), mengemukakan fungsi fungsi komunikasi
secara terperinci sebagai berikut:
1. Penjajangan/pengawasan lingkunag (surveillance of the environment)
menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi baik didalam maupun
diluar masyarakat tertentu. Tindakan menghubungkan bagian-bagian
meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya
untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap perstiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian tadi.
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk
menanggapi lingkungannya.(correlation of the part of society in
responding to the environtment) dan
3. Menurunkan warisan social dari generasi ke generasi berikutnya
(transmission of the social heritage) berfokus pada nilai-nilai dan
norma-norma sosial. (Nurudin. 2004:15)
Charles R.Wright (1988) menambahkan satu fungsi yaitu entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksutkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya.
(60)
24
2.1.2.5. Tujuan Komunikasi
Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi
memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para, pelaku komunikasi.
Menurut Schramm dalam. Sendjaja (2004) menjelaskan, "Tujuan komunikasi
dapat dilihat dari dua persfektif yaitu : kepentingan komunikator dan kepentingan
komunikan”. Tujuan komunikasi dilihat dari sudut kepentingan number atau komunikator antara lain:
a. Memberikan informasi.
Komunikasi merupakan proses pesan yang di dalamnya sama akan
informasi. Melalui komunikasi, pesan tersebut disampaikan
komunikator kepada komunikan.
b. Mendidik
Dari sekedar memberikan informasi akhirnya banyak input yang
disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas
pengetahuannya.
c. Menghibur
Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata memberikan
informasi dan pengetahuan melainkan juga, menghibur perasaan
komunikan. Hal ini Sering dilakukan untuk mengakrabkan ikatan
emosional.
(61)
25
Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang dapat
menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat mempengaruhi
komunikan melalui komunikasi.
2.1.3. Tinjauan Komunikasi Antarapribadi (Interpersonal Communication) 2.1.3.1. Definisi Komunikasi Antarapribadi
Komunikasi didefenisikan oleh Josep A.Devito dalam bukunya ”The
Interpersonal Book”(Devito,1989:4) sebagai.
“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa unpan balik seketika” (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback). (Effendy, 2000:60)
Berdasarkan defenisi di atas, maka komunikasi antarapribadi dapat
berlangsung antara dua orang yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang
yang sedang melakukan pertemuan. Komunikasi antarapribadi dapat berlangsung
secara dialogis, dan komunikasi ini biasanya selalu lebih baik dari pada
monologis, dimana monolog dapat menunjukkan suatu komunikasi dimana
seorang berbicara, yang lain mendengarkan, sehingga dari hal ini tidak ada
interaksi atau tidak terbentuk percakapan, dimana yang aktif adalah hanya
komunikator saja sedangkan komunikan passive, berbeda dengan yang sedang
(62)
26
Dialog adalah bentuk komunikasi antarapribadi yang menunjukkan
terjadinya interaksi, dimana membentuk suatu komunikasi yang berfungsi secara
ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.
Proses komunikasi ini terdapat suatu upaya dari para pelaku komunikasi untuk
terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati. Dari sinilah
terjadi rasa saling menghormati, bukan disebabkan oleh status sosial ekonomi,
melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang
wajib, berhak, pantas, dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.
2.1.3.2. Jenis- jenis komunikasi antarapribadi
1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication). Komunikasi diadik adalah komunikasi antarapribadi yang berlangsung anata dua orang yakni
yang seseorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan
seseorang lagi komunikan yang menerima pesan, perilaku komunikasi
diadik ini terjadi anatara dua orang, sehingga dialog yang terjadi
berlangsung secara intensif. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya
kepada diri komunikan seorang itu
2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication). Komunikasi triadik adalah komunikasi anatarapribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang,
yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan. Misalnya A
menjadi komunikator, maka ia pertama-tama menyampaikan kepada
komunikan B, kemudian jika dijawab atau ditanggapai, beralih kepada
komunikan C, juga secara berdialogis. Jika dibandingkan dengan
(63)
27
komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan,
sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya.
Juga unpan balik yang berlangsung. ( Effendy, 2000:63)
2.1.4. Komunikasi verbal dan nonverbal 2.1.4.1. Komunikasi verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal
(Deddy Mulyana, 2008). Bahasa adalah seperangkan kata yang disusun secara
berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna (Riswandi
2009:59) setiap orang mempunyai nama untuk dijadikan sebagai identifikasi
social. Orang juga dapat memahami apa saja, atau menamai objek-objek yang
berlainan, termasuk menamai perasaan tertentu yang mereka alami, penamaan
adalah dimensi pertama dalam bahasa dan merupakan basis bahasa, dan pada
awalnya hal itu dilakukan manusia sesuka mereka yang kemudian menjadi
konvensi.
Jalaluddin Rakhmat (2008), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan
formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama
untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa
hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok
sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua
(64)
28
Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia yang
berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa
bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
a. Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change
some money?).
b. Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change
de l’argent?).
c. Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich
etwasGeld wechseln?).
d. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).
Tata bahasa meliputi tiga unsure: fonologi, sintaksis, dan semantik.
Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis
merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan
pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki 3 fungsi
1. Penamaan: merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi
2. Interaksi: menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat
(65)
29
informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Ada juga menerima
informasi setiap hari melalui bangun pagi hari sampai tidur dimalam hari.
3. Transmisi informasi: melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepda
orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya media
massa (Riswandi 2009:60)
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles,
Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya
bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja
yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada
masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul
dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka
untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan
lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa
memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri
kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita. (Riswandi
(66)
30
2.1.4.2. Kode verbal
Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa, dimana bahasa
memiliki fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang
efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
a. Untuk mempelajari tentang dunia disekeliling kita
b. Untuk membina hubungan yang baik diantara sesame manusia
c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Keterbatasan Bahasa:
a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata
adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,
peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk
merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka
realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat
parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
b. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya
baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
c. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu,
karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang
yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda
pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka
(67)
31
dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang
nyontek.
d. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh
karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya
dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata
yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda,
atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.
Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh
jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang
sama. (Riswadi, 2009: 63-68)
2.1.4.3. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam
kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi
dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E.Porter, mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihaslkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. . (Riswadi, 2009: 69). Sementara Mark L. Knapp juga menjelaskan istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui
(68)
32
symbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal (mulyana 2008)
2.1.4.4. Kode nonverbal
Manusia ketika melakukan komunikasi nonverbal tentu memiliki suatu
kode verbal atau bahasa. Kode verbal disebut juga dengan bahasa isyarat atau
bahasa diam. Dan hal yang menarik dari kode nonverbal adalah studi Albert
Mahribian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari
pembicaraan orang hanya 7 persen berasal dari bahasa verbal, 38 persen dari vocal
suara dan 55 persen dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi
pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang
lain cenderung mempercayai hal hal yang bersifat nonverbal. Oleh sebab itu Mark
Knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam komunikasi
mempunyai fungsi yaitu.
1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan
kata-kata (substitution)
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenal (identiti)
4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.(Cangara 2008)
Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
(69)
33
2. Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal
3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan/substitusi perilaku verbal
4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal
5. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan (kontradiksi)
dengan perilaku verbal). (Riswadi, 2009: 70-71)
2.1.4.5Klasifikasi Pesan Nonverbal
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:
a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang
berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan
pesan postural.
b. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan
paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut,
ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat,
ketakjuban, dan tekad.
Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah
sebagai berikut:
a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan
taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek
(70)
34
b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain
atau lingkungan.
c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi
d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau
kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata
dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. Pesan postural berkenaan
dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:
a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu
yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif.
b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda
dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan
postur orang yang merendah;
c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan
secara positif dan negatif.
Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak
responsif.
a. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita
(71)
35
b. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan
kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering
berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya
tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya
kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
c. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan
dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama
dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.
Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
d. Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang
mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang
melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa
perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah
berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan – menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional,
pencitraan, dan menarik lawan jenis.
2.1.4.6.Fungsi Pesan Nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan
nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan
(1)
Littlejohn Stephen W, dan Foss Karen A. 2011. Teori komunikasi (Theories of human communication). Jakarta: Salemba Humanika
Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT remaja Rosdakarya
.2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Mulyana, D, dan Solatun. 2007, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Nurudin. 2004. Sistem komunikasi Indonesia. Jakarta. Rajagrafindo Persada
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha ilmu
Ruslan. A.T, Kusnidar, A. Dan Arifin, Z. 1989. Pendekatan dalam proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Karya CV
Satori Djaman, Komariah Aan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Sudarto. 1997. Metode penelitian filsafat. Jakarta: Raja grafindo Persada
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
_______.2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
(2)
West, Turner. 2008. Pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi. Jakarta: salemba humanika
Karya Ilmiah:
Justin, Ernest, 2010, Fenomenologi Linguistik Austin. Jurnal Filsafa Driyakara, 33-42.
Nugroho, Ito Prajatna, 2010, Makna dan acuan menurut pemikiran Gottlobfrege tentang syarat kemungkinan berbahasa dan tindakan komunikasi. Jurnal Filsafa Driyakara, 3-16.
Nurkamto, Joko, 2001, Berbahasa dalam budaya konteks rendah dan budaya konteks tinggi. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia, 5-15.
Mugih, Miarti, 2010, komunikasi interpersonal(srudi fenomenologi komunikasi interpersonal pada komunitas batak toba yang merantau diwilayah bandung barat dengan warga pribumi suku sunda. Bandung: UNPAD
Purnama, Chandra Saputra, 2010, Metafora Dalam bahasa Filsafat. Jurnal Filsafa Driyakara, 25-31.
Siregar, Yeheskiel Junaedi.2011. Presepsi Mahasiswa Suku Batak terhadap Suku Sunda di kota. Bandung: UNPAD.
(3)
Sumber lain:
http://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian-kualitatif/ diakses 6/03/2012.19.00 pm
http://dinandjait.wordpress.com/2009/07/24/ orang orang batak-dan-sifatnya. 2012/02/28. 17.00 pm
http://disdik.sumutprov.go.id/profilsumut.php . diakses 2012/02/28. 17.20 pm
http://news.detik.com/read/2011/06/20/120017/1663821/471/peranan-mahasiswa-dalam-peradaban-indonesia diakses 15/05/2012. pukul 21.30 pm
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/08/sejarah-teori-interaksi-simbolik.html/ diakses 2012/ 25/03. 14.20 pm
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123948-SK%20007%2009%20Adr%20e%20-%20Pelaksanaan%20pelayanan-Pendahuluan.pdf di akses tanggal 14/05/2012 pukul 23.00 pm
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17844/3/Chapter 20II.pdf siakses 2012/3/03. 18.00 pm
http://tanobatak.wordpress.com/2010/02/06/kamus-indonesia-batak/ diakses tanggal /201201/04. 20.00 pm
http:// 2012/02/04. 15.00 pm unpad.ac.id diakses
http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahl. 2012/6/03. 19.40 pm
(4)
Daftar Riwayat Hidup
A. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Widya Astuti Siagian 2. Nama Panggilan : Widya
3. Tempat / Tgl. Lahir : Aritonang, 29 Juli 1990 4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status Pernikahan : Belum Kawin
6. Status Saudara : Anak ke lima dari enam bersaudara
7. Agama : Protestan
8. No.Telp : 085624990252
9. E-mail : widya.siagian@ymail.com
10. Alamat : Bandung : Jl. Sekeloa Selatan II no 14 Bandung Muara : Aritonang, Kec Muara
Tapanuli Utara 11. Orang Tua Kandung
a. Nama Ayah : Maju Siagian
(5)
b. Nama Ibu : Rosdiana Sianturi c. Alamat : Aritonang, Kec Muara
Tapanuli Utara B. Data Pribadi
1. Berat /Tinggi Badan : 55 kg/ 159 cm 2. Warna Kulit : Sawo matang 3. Golongan Darah : O
C. Hobby
1. Badminton 2. Renang 3. Membaca 4. Berpetualang D. Pendidikan Formal
1. Mahasiswa Semester VII (Tujuh) Program Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, 2008 – sekarang. 2. SMA Negeri 1 Muara, 2005 – 2008.
3. SMP Negeri 1 Aritonang, 2002 – 2005. 4. SD Impres Aritonang 1996 – 2002. E. Pendidikan Non-Formal
1. 2009, Peserta Seminar Kuliah Umum, UNIKOM, Bandung (Bersertifikat).
(6)
2. 2010, Peserta Pelatihan kepemimpinan, UNIKOM, Bandung (Bersertifikat).
3. 2009, Peserta Pelatihan Table Manner, The Jayakarta Bandung, Bandung (Bersertifikat).
4. 2010, Peserta Pelatihan Personal Development and Self Empowerment, UNIKOM, Bandung (Bersertifikat).
5. 2010, Peserta Study Tour Mass Media, Jakarta (Bersertfikat). 6. 2009, Peserta Seminar dan Pelatihan Workshop Penyiaran Radio,
UNIKOM, Bandung (Bersertifikat).
7. 2009, Peserta Pembuatan Program TV, UNIKOM, Bandung (Bersertifikat).
8. 2010, Peserta Seminar Raising The Standard, ITHB, Bandung (Bersertifikat).
9. 2011, Peserta Pelatihan Hiking “Journey Of Leadership”, UNIKOM, Bandung (Bersertifikat).
10. 2009, Hause Training, DJ Ari The Radio Announcer School Bandung (Bersertifikat).
F. Pengalaman Organisasi
1. 2009-2010 : Pengurus Persekutuan Mahasiswa kristen 2. 2009 - 2011 : Anggota Himpunan Mahasiswa Imu