Analisis Isi Rubrik Opini Di Harian Umum Radar Bandung Ditinjau Dari Diksi Bahasa Jurnalistik

(1)

v By:

Suci Nusan Krasmaya Nim. 41804847

This research it’s under guide with: Rismawaty, S. Sos., M. Si

The research to know how is rubric opinion in Radar Bandung daily terms of diction journalistic language of synonymous words, worth sense words, concrete words, abstract words, common words, specific words, and distinct words.

This research used descriptive method, with analysis technique. Techniques data accumulation used in this study were interviews, literature, searching online, and coding. Total population are seven opinion and seven sampel opinion from January 17th 2011 – January 31th 2011. The sampling technique used is total sampling.

From the results of research through an agreement coders sawing the rubric opinion in the Daily Radar Bandung on January 17th 2011 – January 31th 2011showed it the contains elements of journalistic diction that is, synonymous words which contain are the same meaning and accuracy choiceing of words, worth sense words which contain valuable sense high of words and sense low of words, concrete word that refers to the object and easy to understand, abstract words contain are showed the concepts and words pointed to the idea, common words which contain specific message and aligned with journalistic accuracy, and distinct words referfs to simple words and phrases not long trem.

Conclusion of this study rubric opinion in daily Radar Bandung in terms of diction Radar Bandung journalistic language of the element synonymous words, worth sense words, concrete words, abstract words, common words, specific words, and distinct words, is in conformity with the context on the meaning of the message..

Advice for Radar Bandung Daily still consider the diction of journalistic language is an important of news, then journalism language diction is more applicable because of diction will affect the pressure on the meaning of the message.


(2)

iii Penyusun: Suci Nusan Krasmaya

Nim. 41804847

Skripsi ini di bawah bimbingan: Rismawaty, S.Sos., M.Si

Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik terhadap kata bersinonim, kata bernilai rasa, kata konkret, kata abstrak, kata umum, kata khusus, dan kata lugas.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan teknik analisis isi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, kepustakaan, penelusuran data online, dan koding. Jumlah populasi sebanyak tujuh opini dengan sampel sebanyak tujuh opini dari tanggal 17 Januari 2011- 31 Januari 2011. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.

Hasil penelitian melalui kesepakatan para pengkoding diperoleh hasil bahwa rubrik opini di harian umum Radar Bandung selama 17 Januari 2011- 31 Januari 2011 menunjukkan bahwa opini tersebut terdapat unsur-unsur diksi jurnalistik yaitu, kata bersinonim yang mengandung arti kata sama dan ketepatan pemilihan kata, kata bernilai rasa yang mengandung bernilai rasa tinggi dan bernilai rasa rendah, kata konkret yang menunjuk pada objek dan mudah dipahami, kata abstrak yang mengandung kata menunjuk konsep dan kata menunjuk gagasan, kata khusus yang mengandung menegaskan pesan dan selaras dengan akurasi jurnalistik, dan kata lugas yang mengandung ringkas dan frasa tidak panjang.

Kesimpulan hasil penelitian rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik dari unsur kata besinonim, kata bernilai rasa, kata konkret, kata abstrak, kata umum, kata khusus, dan kata lugas, sudah sesuai dengan konteks yang ingin disampaikan.

Adapun saran bagi harian umum Radar Bandung tetap memperhatikan diksi bahasa jurnalistik merupakan nilai penting didalam sebuah penyajian berita, maka diksi bahasa jurnalistik lebih diterapkan karena diksi atau pilihan kata yang tepat akan mempengaruhi tekanan makna pada pesan yang ingin disampaikan.


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan media massa saat ini erat kaitannya dengan komunikasi, disadari atau tidak bahwa manusia selalu melakukan interaksi sosialnya melalui komunikasi, baik lisan maupun tulisan untuk menyampaikan suatu informasi secara langsung atau tidak langsung. Sehingga dengan seiring perkembangan teknologi komunikasi tersebut media massa pun terbagi menjadi media cetak dan media elektronik yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Hampir semua kegiatan manusia menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi, sejak bangun tidur sampai tertidur lagi. Dalam buku The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice, Berlo mengatakan bahwa, “Bukti riset menunjukkan bahwa 70 persen orang Amerika menghabiskan waktu kerjanya untuk berkomunikasi, baik mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.” (Berlo, 1960:1)

Media massa, baik media cetak (printed media) atau media elektronik (electronic media) memiliki kelebihan dan keunggulannya masing-masing dalam menyampaikan informasi. Yang termasuk media massa cetak adalah koran atau suratkabar, tabloid, majalah, buku, newsletter, dan buletin. Sedangkan yang termasuk media massa elektronik yaitu radio, televisi, film, termasuk CD


(4)

(Compact Disk), dan internet. Manusia sebagai penggunanya harus pintar memanfaatkan informasi yang disajikan, agar mencapai tujuan yang diinginkan.

Oleh karena itu, media massa sangat berperan penting sebagai wadah yang bergerak dibidang pencarian, pengolahan dan penyebarluasan informasi. “Media Massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.” (Cengara,2004:122)

Pesan yang disampaikan media massa sifatnya umum, karena ditujukan untuk khalayak, penataan pesan tergantung kepada media yang digunakan yaitu berbeda satu dengan yang lainnya. Mengapa disebut demikian, karena penataan pesan dalam media elektronik maupun media cetak dirancang untuk menarik perhatian dan memukau khalayak, yang bertujuan untuk memberikan pengaruh dalam perubahan sikap, pandangan, dan prilaku mereka.

Seperti yang dikemukakan Romli dalam buku Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan bahwa:

Media massa (Mass Media) singkatan dari Media Komunikasi Massa, merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Komunikasi Massa sendiri, merupakan penyampaian pesan, gagasan, atau informasi yang ditujukan kepada orang banyak melalui media massa (communicating with media). (Romli, 2005:5)

Peran media massa tidak dapat begitu saja dilepaskan dalam kehidupan masyarakat, hal ini disebabkan masyarakat yang konsumtif akan suatu informasi yang dapat menunjang kehidupan mereka. Jadi, keberadaan media massa merupakan penghubung komunikasi massa untuk menjangkau khalayak banyak, dimana pesan yang disampaikan oleh media massa itu bersifat umum dan


(5)

disampaikan secara tepat serta terbuka untuk semua orang. Pesan (message) yang terdapat di media massa ini terdiri dari dua aspek yaitu isi pesan (the content of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Contohnya seperti pesan pada media radio adalah bahasa lisan, pada surat kabar adalah bahasa tulisan dan ada juga objek visualnya, sedangkan pada film dan televisi adalah lisan dan gambar.

Keunggulan utama media massa adalah ia mampu untuk menjangkau khalayak (audience) dimana saja. Media massa berperan dalam menambah pengetahuan, mengubah perilaku maupun mengubah pendapat dengan suatu maksud tertentu yang ingin dicapai. Tidak hanya itu saja khalayak selalu mempunyai rasa ingin tahu tentang kejadian yang ada disekitarnya, tapi mereka tidak bisa memenuhi itu tanpa bantuan pihak lain. Dalam hal ini dibutuhkan suatu pranata atau lembaga yang dapat mencari informasi dan dapat memenuhi kebutuhan khalayak, lembaga yang dimaksud adalah pers.

Menurut Romli istilah pers dalam buku Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, yaitu:

Dalam Leksikon Komunikasi, pers punya banyak arti: 1. Usaha percetakan atau penerbitan.

2. Usaha pengumpulan atau penyiaaran berita. 3. Penyiaran berita melalui media massa.

4. Orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita. 5. Media penyiaran, yaitu media massa.

6. Ada pula pendapat, pers merupakan singkatan dari persuratkabaran. (Romli, 2005:6-7)

Media massa, jurnalistik, dan pers merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena sama-sama bermuara pada dunia kewartawanan dan kepenulisan. Media massa mengarah pada benda atau “produk aktivitas”


(6)

tersebut tempat dituangkan atau disiarkannya aktivitas kewartawanan dan kepenulisan, sedangkan jurnalistik lebih mengarah pada “aktivitas atau proses kerja kewartawanan dan kepenulisan, pers sendiri lebih mengandung pengertian lembaga atau perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran hasil kerja wartawan atau penulis.

Pers tidak hanya sebagai sarana untuk menyiarkan atau menginformasikan produk-produk jurnalistik saja, tetapi pers juga memiliki fungsi-fungsi lain. Seperti yang dikatakan oleh Effendy Bahwa: “Pada Zaman modern seperti sekarang ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu.” (Effendy, 2003:93)

Pers dalam memenuhi tuntutan kebutuhan informasi khalayak yang berkualitas, harus mengacu pada prinsip mengutamakan kepentingan khalayak. Salah satu caranya, adalah pemilihan kata atau diksi yang tepat. Seorang penulis atau seorang jurnalis harus pandai memilih kata untuk memberikan tekanan makna pada pesan yang ingin disampaikan. Kepiawaian memilih kata bukan karena penguasaan kosa kata atau perbendaharaan kata yang sangat banyak dan variatif, melainkan juga terbiasa menulis. Seperti yang dikemukakan Haris Sumadiria dalam bukunya “Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis”, mengungkapkan bahwa diksi kerap terkait dengan, diantaranya:

 Kata Bersinonim

Kata bersinonim berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti yang sama. Seorang penulisan atau


(7)

jurnalis harus dapat memilih kata bersinonim dengan cermat dan akurat.

 Kata Bernilai Rasa

Tidak hanya kecap yang memiliki rasa manis, asin, atau rasa sedang. Bahasa pun, termasuk bahasa jurnalistik, memiliki cita rasa. Cita rasa suatu kata atau kalimat, akan banyak ditentukan oleh tingkat kepiawaian dan pengalaman si penutur atau penulis dalam meramu bumbu masakannya. Ia harus menguasai kosa kata, perbendaharaan kata, dan tata bahasa.

 Kata Konkret

Kata-kata konkret ialah kata-kata yang menunjuk kepada objek. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak, dan kata-kata konkret dapat lebih efektif jika dipakai dalam narasi atau deskripsi.

 Kata Abstrak

Kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk kepada suatu konsep, atau gagasan. Kata abstrak banyak digunakan untuk klasifikasi dan generalisasi.

 Kata Umum

kata umum ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya. Kata-kata umum sesungguhnya bertentangan dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik. Akurasi berarti ketalitian dan ketepatan secara spesifik.

 Kata Khusus

Kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin khusus, makin jelas maksud dan maknanya. Kata-kata khusus lebih menegaskan pesan, memusatkan perhatian dan pengertian, serta sangat selaras dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik.

 Kata Lugas

Kata yang lugas adalah kata yang sekaligus juga ringkas, tidak berupa frasa panjang. (Sumadiria, 2008:30-33)

Dalam penelitian ini penulis memilih media massa cetak sebagai media yang diteliti. Media massa cetak dapat menyampaikan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan penerbitannya, sehingga memiliki khalayak pembaca sendiri. Media cetak mempunyai kekuatan dan citranya tersendiri, media jenis ini diyakini sebagai sebuah media pers yang memiliki ketajaman dan akurasi pemberitaan yang sangat kuat dan tepat. Terbukti dengan banyak ruang atau kolom yang bisa dijadikan tempat untuk mengungkap hal-hal yang penting sekali secara mendetail,


(8)

berbeda dengan tidak dapat dipungkiri peran media cetak sebagai penyedia dewasa ini tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, media cetak meskipun sudah ketinggalan tetapi masih banyak peminatnya. Meskipun media cetak saat ini telah tertinggal dari media elektronik namun artikel yang terdapat dimedia cetak dapat disimpan menjadi sebuah dokumentasi yang penting.

Pada dasarnya setiap jenis media mampu memberikan informasi bagi khalayak. Namun surat kabar menjadi jenis media yang paling sering disentuh oleh masyarakat karena cara penyajiannya yang mudah diterima khalayak. Fungsi surat kabar ialah menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayak.(Effendy, 2003: 93)

Seperti, harian Umum Radar Bandung yang selalu memberikan informasi kepada khalayak tentang berbagai macam peristiwa baik berita dalam negri maupun luar negri. Berita-berita yang biasa disajikan seputar ekonomi, budaya, sosial, politik, dan hiburan.

Dari hasil prapenelitian yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa harian umum Radar Bandung terbit setiap hari. Kategorisasi berita yang disajikan yakni diantaranya: berita utama, berita ekonomi, berita kriminal, berita olah raga, berita politik, berita pendidikan, berita hukum, dan berita hiburan. Dari hasil penelitian peneliti ternyata, dalam harian umum Radar Bandung terdapat rubrik-rubrik diantaranya: rubrik-rubrik Event & Bisnis, Berita Utama, Opini, Total Sport, Persib, Radar Sport, Metropolis, Selebritis, Cimahi, KKB & Dalem Bandung, Satelit Jatinangor, Edukasi, dan Radar Sumedang.


(9)

Onong Uchjana Effendy dalam Kamus Komunikasi mengatakan bahwa: Istilah Rubrik dalam bahasa Belanda berarti ruangan pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya, mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. (Effendy, 1989:316)

Rubrik adalah alokasi halaman untuk memuat tulisan-tulisan tertentu yang setema. Nama halaman sebagai identitas bahwa halaman tersebut berisikan tulisan-tulisan bertema khusus. (Romli, 2005:113)

Opini merupakan pernyataan media terhadap persoalan yang tengah dibahasnya. Melalui pertanyaan-pertanyaan, sikap sebuah media terlihat kemudian masyarakat paham. (Santana, 2005:67)

Rubrik Opini pada harian Umum Radar Bandung berisikan tentang pendapat atau pernyataan dari penulis ternama, pakar, pengamat, atau analis. Pada saat penelitian, rubrik opini ini terletak dihalaman tujuh atau halaman ganjil yang artinya berada diposisi sebelah kanan. Terletak disudut bawah kanan dengan ukuran lebar 25 sentimeter dan panjang 16,5 sentimeter. Rubrik ini hampir setiap hari terbit kecuali pada hari minggu dan hari libur nasional, rubrik opini ini tidak diterbitkan yang digantikan dengan rubrik tentang seputar wanita.

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti rubric opini di harian umum Radar Bandung selama dua minggu, yang terhitung mulai tanggal 17 hingga 31 Januari 2011. Selama dua minggu Radar Bandung tidak setiap hari menerbitkan rubrik opini, terutama pada hari libur nasional. Karena redaksi memiliki alasan yaitu pembaca menginginkan berita yang ringan dan menghibur ketika dalam kondisi hari libur.


(10)

Tidak jarang seorang penulis dalam menulis karyanya untuk menyampaikan pendapat atau pernyataannya dalam rubrik Opini tersebut, seringkali kurang tepat dalam pemakaian katanya. Sebuah kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud tertentu, bisa saja tidak dapat diterima oleh orang lain. Sehingga pilihan kata atau diksi harus pula senantiasa mempertimbangkan dimensi psikologis dan dimensi sosiologis suatu masyarakat.

Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : Sejauhmana Isi Rubrik Opini di Harian Umum Radar Bandung Ditinjau Dari Diksi Bahasa Jurnalistik?

1.2 Identifikasi Masalah

1. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Bersinonim?

2. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Bernilai Rasa?

3. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Konkret?

4. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Abstrak?

5. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Umum?

6. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Khusus?


(11)

7. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Lugas?

8. Sejauhmana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Diksi Bahasa Jurnalistik?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Bersinonim.

2. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Bernilai Rasa.

3. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Konkret.

4. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Abstrak.

5. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Umum.


(12)

6. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Khusus.

7. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Kata Lugas.

8. Untuk mengetahui isi rubrik opini di harian umum Radar Bandung ditinjau dari Diksi Bahasa Jurnalistik.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga dapat menunjang perkembangan dalam kajian Ilmu Komunikasi khususnya pada bidang Jurnalistik dan dapat memberikan gambaran secara garis besar mengenai analisis isi sebuah rubrik opini dalam koran jika ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik.

2. Untuk perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi bagi perusahaan tentang rubrik opini yang dianalisis melalui diksi bahasa jurnalistik.

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang rubrik opini ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik. Sekaligus menambah pengetahuan umum yang sedang terjadi selama melakukan penelitian.


(13)

2. Bagi Universitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi bagi mahasiswa lainnya yang akan melakukan suatu penelitian yang berhubungan dengan diksi bahasa jurnalistik pada media massa.

3. Bagi perusahaan

Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa menjadi masukan dan motivasi agar Harian Umum Radar Bandung bisa menjadi lebih baik lagi dalam menyajikan tulisan maupun berita-beritanya yang sesuai dengan diksi bahasa jurnalistik.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Diksi bahasa jurnalistik menurut Haris Sumadiria dalam bukunya “Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis”, mengatakan bahwa: Dalam bahasa jurnalistik, diksi kerap bersinggungan dengan, antara lain: kata bersinonim, kata bernilai rasa, kata konkret, kata-kata abstrak, kata-kata-kata-kata umum, kata-kata-kata-kata khusus, dan kata-kata lugas. (Sumadiria, 2008:30)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Teori Agenda Setting, seperti yang dirumuskan oleh Backer yang ditulis oleh Jallaludin Rahmat


(14)

dalam buku “Metode Penelitian Komunikasi” mengatakan bahwa: Model Agenda Setting merupakan salah satu model teori komunikasi yang merupakan pengembangan dari model Jarum Hipodermik, asumsi dasar model ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting.(Rakhmat, 2005:68) Selain itu Backer pun mengatakan bahwa:

Karena model Agenda Setting ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang di berikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga bagi masyarakat. (Rakhmat, 2005:68) Dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi karya Onong Uchjana Effendy mengatakan: Agenda seting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam Public Opinion Quarterly terbitan tahun 1972, berjudul The Agenda-Setting Function of Mass Media. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”. (Effendy,2003:287).

Sementara itu Manhein dalam pemikiran tentang konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media. Agenda khalayak, agenda kebijaksanaan, masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Untuk agenda media dimensi-dimensi:


(15)

b. Audience salience, tingkat menonjol bagi khalayak relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.

c. Valance (valensi) menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. 2. Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:

a. Familiarty, keakraban (derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu).

b. Personal salience, penonjolan pribadi (relevansi kepentingan dengan ciri pribadi).

c. Favorability, kesenangan (pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita).

3. Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi:

a. Support (dukungan) kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.

b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

c. Fredom of action (kebebasan bertindak) nilai kegiatan yang mungkin dilakukan oleh pemerintah.

Konseptual Manheim tersebut mendukung perkembanngan teori Agenda Setting secara menyeluruh. (Effendy, 2003:288-289)

Stephen W. Littlejohn mengutip Rogers & Dearing dalam buku “Teknik Praktis Riset Komunikasi” mengatakan bahwa:

Fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian. Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan Agenda Publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya mempengaruhi Agenda Kebijakan. Ketiga, Agenda Kebijakan (Policy) adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik. (Kriyantono, 2007: 221)

Adapun aplikasi teori agenda setting pada masalah yang penulis teliti, yakni terletak pada opini yang disajikan pada opini-opini yang berkaitan erat dengan kepentingan masyarakat banyak yang tentunya


(16)

menimbulkan daya tarik tertentu pada khalayak. Seperti yang dipaparkan dalam teori agenda setting bahwa apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting pula oleh khalayak.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini akan dijelaskan alur komunikasi serta peneliti akan menggambarkan kerangka konseptual sesuai dengan Teori Agenda Setting. Batasan berita yang diriset dalam penelitian ini adalah pada Rubrik Opini di Harian Umum Radar Bandung.

Media massa yang peneliti jadikan sebagai tempat penelitian adalah media cetak harian umum Radar Bandung yang terbit setiap hari, fokus penelitiannya terletak pada rubrik opini yang kemudian di analisis isi rubriknya tersebut yang ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik, sehingga tercapai maksud tujuan dari penelitian ini yaitu rubrik opini dapat sesuai dengan diksi bahasa jurnalistik.

Gambar 1.1

Aplikasi Model Agenda Setting

Dari gambar model penelitian diatas, peneliti mengambil opini-opini dalam rubrik opini di harian umum Radar Bandung untuk dianalisis, yang ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik, yang kemudian akan menghasilkan sebuah opini yang telah dianalisis dan ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik.

Rubrik Opini di Harian Umum Radar Bandung

Analisis Isi

Ditinjau dari Diksi Bahasa Jurnalistik

Hasil Penelitian


(17)

Konsep dari Model Agenda Setting ini adalah menyatakan masalah-masalah yang banyak diberi perhatian di dalam media, maka akan dirasakan oleh khalayak sebagai masalah yang penting. Ide dasarnya adalah di antara sejumlah masalah yang disampaikan, maka masalah yang lebih banyak mendapat perhatian dari media akan semakin akrab dengan khalayak dan dirasakan penting dalam jangka waktu tertentu, sementara yang sedikit mendapat perhatian dari media, lambat-laun akan hilang dari perhatian khalayak.

Proses komunikasi yang dilakukan harian umum Radar Bandung melalui rubrik opini merupakan suatu tulisan-tulisan opini dari sebuah masalah atau peristiwa yang ditujukan kepada khalayak luas di kota Bandung, dimaksudkan agar pembaca mengetahui informasi terbaru tentang peristiwa atau berita seputar kota bandung yang ditunjukan oleh masyarakat luas, melalui Radar Bandung sebagai media massanya.

Jalur komunikasi di dalam penelitian ini bersifat satu arah, yaitu dari medianya langsung kepada masyarakat seperti teori jarum hypodermik, disini peneliti juga akan menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana proses agenda setting ini terjadi.

Harian Umum Radar Bandung bertindak sebagai agenda (catatan harian) bagi komunikan-komunikannya, ini disebabkan karena Radar Bandung memiliki kapasitas untuk memilih materi pesan yang akan disebarkan pada pembacanya. Radar Bandung selalu menyajikan pesan dan


(18)

informasi yang bersifat positif terhadap suatu persoalan yang terjadi pada pembacanya, sehingga stimulus dari pembaca pun akan bernilai positif.

Pesan yang disampaikan bersumber dari Radar Bandung di rubrik opini yang disajikan, pesan atau berita tersebut di sampaikan agar setelah membaca berita tersebut, pembacanya memiliki pengetahuan serta informasi terbaru yang terjadi di kota Bandung yang bersifat positif. Sehingga pembacanya dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat serta positif.

Setiap media massa yang menyampaikan suatu peristiwa pada khalayak pasti ada efek yang di timbulkan baik itu persepsi ataupun aksi setelah mengetahui informasi yang terdapat pada rubrik opini di harian umum Radar Bandung, karena apapun pesan yang disampaikan melalui media tersebut sedikit banyaknya dapat mempengaruhi pola pikir para pembacanya. Karena dalam model ini pembaca berasumsi bahwa apa yang dianggap penting oleh media maka akan dianggap penting juga oleh pembaca.

Sedangkan gambaran dari proses model hypodermik sendiri adalah pesan yang disampaikan oleh Radar Bandung bersifat satu arah yaitu dari Radar Bandung sendiri selaku komunikator kepada pembaca selaku komunikan sehingga pembaca dapat menangkap langung isi pesan yang disampaikan oleh Radar Bandung, disini Radar Bandung mampu membius para pembacanya dengan berita-berita lokal yang di sajikan sehingga sadar atau tidak disadari berita-berita tersebut mampu untuk mempengaruhi para pembacanya.


(19)

Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras, dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata dari seorang penulis akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk ketika yang bersangkutan membuat karangan atau berita pada media massa. Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada.

Dalam diksi jurnalistik kerap bersinggungan dengan tujuh pemakaian kata, diantaranya:

 Kata Bersinonim

Kata bersinonim berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti yang sama. Seorang penulisan atau jurnalis harus dapat memilih kata bersinonim dengan cermat dan akurat.

 Kata Bernilai Rasa

Tidak hanya kecap yang memiliki rasa manis, asin, atau rasa sedang. Bahasa pun, termasuk bahasa jurnalistik, memiliki cita rasa. Cita rasa suatu kata atau kalimat, akan banyak ditentukan oleh tingkat kepiawaian dan pengalaman si penutur atau penulis dalam meramu bumbu masakannya. Ia harus menguasai kosa kata, perbendaharaan kata, dan tata bahasa.


(20)

 Kata Konkret

Kata-kata konkret ialah kata-kata yang menunjuk kepada objek. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak, dan kata-kata konkret dapat lebih efektif jika dipakai dalam narasi atau deskripsi.

 Kata Abstrak

Kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk kepada suatu konsep, atau gagasan. Kata abstrak banyak digunakan untuk klasifikasi dan generalisasi.

 Kata Umum

kata umum ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya. Kata-kata umum sesungguhnya bertentangan dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik. Akurasi berarti ketelitian dan ketepatan secara spesifik.

 Kata Khusus

Kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin khusus, makin jelas maksud dan maknanya. Kata-kata khusus lebih menegaskan pesan, memusatkan perhatian dan pengertian, serta sangat selaras dengan prinsip akurasi dalam etika dasar jurnalistik.

 Kata Lugas

Kata yang lugas adalah kata yang sekaligus juga ringkas, tidak berupa frasa panjang. (Sumadiria, 2008:30-33)


(21)

1.6 Konstuksi Kategori

Berikut adalah konstruksi kategori yang digunakan dalam penelitian ini: Table 1.1

Konstruksi Kategori

Kategori Sub Kategori Alat Ukur

Analisis Isi Rubrik Opini di Harian Umum Radar

Bandung Ditinjau Dari Diksi Bahasa Jurnalistik

Kata Bersinonim a. Arti kata sama b. Ketepatan pemilihan

kata.

Kata Bernilai Rasa a. Bernilai Rasa Tinggi b. Bernilai Rasa Rendah Kata Konkret a. Menunjuk pada objek

b. Mudah Dipahami Kata Abstrak a. Kata menunjuk

konsep

b. Kata menunjuk gagasan

Kata Umum a. Kata-kata luas ruang lingkupnya

b. Bertentangan dengan akurasi jurnalistik Kata Khusus a. Menegaskan Pesan

b. Selaras dengan akurasi jurnalistik

Kata Lugas a. Ringkas

b. Frasa tidak panjang Sumber: Sumadiria, 2008:30-33

1.7 Populasi dan Sampel 1.7.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari objek yang diteliti dan menjadi sasaran umum. Menurut Burhan bungin dalam bukunya metologi penelitian kuantitatif populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari


(22)

objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian (Rakhmat,2005:30). Populasi adalah totalitas semua nilai baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. (Sudjana, 1985 : 159)

Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan rubrik opini sebagai populasinya, populasi yang di ambil adalah tulisan opini yang telah di kumpulkan pada bulan Januari 2011 yang di peroleh sebanyak tujuh tulisan opini di harian umum Radar Bandung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2

Populasi Opini-opini di Harian Umum Radar Bandung Edisi Bulan 17 - 31 Januari 2011

No. Hari dan Tanggal

Terbit Judul Opini

1 Selasa, 18 Januari 2011 Lubang Hitam itu Bernama Narkoba (1) 2 Rabu, 19 Januari 2011 Lubang Hitam itu Bernama Narkoba (2-habis) 3 Jumat, 21 Januari 2011 Aksi Ngeri Rawan Investasi


(23)

5 Selasa, 25 Januari 2011 Jalan Terjal Berujung Misteri 6 Rabu, 26 Januari 2011 Nabi, Pemerintah dan Pengangguran 7 Kamis, 27 Januari 2011 Selalu yang Pertama dan Utama Sumber: Arsip Harian Umum Radar Bandung 2011

1.7.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan di teliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya, atau sampel bisa juga diartikan sebagai bagian dari populasi yang mewakili karakteristik populasi.

Menurut Jalalludin Rakhmat, sampel adalah bagian yang diamati dari kumpulan objek penelitian. (Rahmat, 1998:78)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling, karena jumlah objek yang relatif kecil yaitu N = 10 opini, maka n = 10 opini. Hal ini sesuai dengan pendapat Dr. Suharsimi Arikunto, yaitu:

Bila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil dari semua. Sehingga metode penelitian menggunakan metode Total Sampling. Pengambilan sampel yang dimaksud dengan Total Sampling adalah mengambil semua jumlah berita untuk dijadikan sampel. (Arikunto, 2006:122)

1.8 Uji Statistik

Uji statistik yang diterapkan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pengkoding dalam penghitungan uji


(24)

relibititas, yang bertujuan agar penelitian ini menjadi objektif dan sistematis. Adapun rumus Koefisien Korelasi Pearson’s C adalah:

2 2    

n C

(Hasan, 2002:100) Untuk Chi-kuadrat (2) dihitung dengan rumus:

2=

   fh

fh fo

Sedangkan untuk mengetahui persentase tingkat kesepakatan pengkoding dihitung dengan rumus Kriffendorf (1980)

( 1 – C ) x 100%

C = Persons’s Chi Kuadrat

Untuk menentukan tinggi atau rendahnya kesepakatan yang terjadi diantara para pelaku koding, maka penelitian ini menggunakan penafsiran koefisien, yaitu :

0% - 20% Korelasi yang rendah sekali 20% - 40% Korelasi yang rendah tapi ada 40% - 70% Korelasi yang sedang

70% - 90% Korelasi yang tinggi

90% - 100% Korelasi yang tinggi sekali (Surakhmad, 2004:302) Keterangan :

2

 = Nilai Chi kuadrat hitung untuk sampel variabel

n = Ukuran sampel dalam tabel


(25)

1.9 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis. Seperti yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku Metode Penelitian Komunikasi mengatakan:

Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. (Rakhmat, 2005:22)

Jalaludin Rakhmat juga mengatakan penelitian deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti tetapi belum ada kerangka teoritis yang menjelaskannya (Rakhmat, 2005:25)

Metode deskriptif kuantitaif yang peneliti lakukan yaitu menganalisis, dan memaparkan isi opini-opini pada rubrik opini yang di tinjau dari diksi bahasa jurnalistik.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi, dimana analisis isi ini untuk menganalisis atau memperoleh keterangan dari isi opini pada rubrik opini di harian umum Radar Bandung sesuai dengan alat ukur yang digunakan. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, music, teater, dan sebagainya. Penelitian yang menggunakan analisis isi umumnya


(26)

melalui tahap-tahap perumusan masalah, perumusan hipotesis, penarikan sampel, pembuatan alat ukur (coding), pengumpulan data, dan analisis data.

1.10 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Dalam buku Metodelogi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Burhan Bungin mengatakan:

“Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara” (Bungin, 2005: 126).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi dan data seputar rubrik opini, wawancara dilakukan kepada redaksi rubrik opini berkenan dengan opini yang dimuat.

2. Studi literatur

Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara mempelajari buku-buku, membaca media-media cetak yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.


(27)

3. Penelusuran data online

Burhan Bungin, dalam bukunya yang berjudul Metodelogi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya mengatakan:

“Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2005: 148).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet dengan cara membuka alamat mesin pencari (search engine), kemudian membuka alamat web-site yang berhubungan dengan kebutuhan penelitian.

4. Memberikan kode (coding)

Dalam hubungan dengan pengolahan data, memberikan kode pada semua variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya dalam coding sheet (coding form),dalam kolom keberapa, baris keberapa. (Arikunto, 2006 : 235-237)

1.11 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data (data processing). Pengolahan data mencakup kegiatan mengedit (editing) data dan mengkode (coding) data. Mengedit data adalah kegiatan memeriksa


(28)

data yang terkumpul, apakah sudah terisi secara sempurna atau tidak, lengkap atau tidak, cara pengisiannya benar atau tidak, belum lengkap atau belum benar cara pengisiannya.

Mengkode data berarti memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya. Setelah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan menginterpretasikan data. Setelah semua data dikodekan, dan dapat dibedakan mana data-data yang sama dan data-data yang berbeda yang nantinya data-data tersebut akan dianalisis.

Pengkoding berjumlah tiga orang yang terdiri dari Falentino bekerja sebagai koresponden Jawa Barat untuk Pasific Post Papua, Kurnia Nugraha merupakan wartawan Sindo Biro Jabar, dan Suci Nusan Krasmaya selaku peneliti dengan pertimbangan peneliti lebih mengetahui tentang apa yang akan diteliti, sehingga hasil yang telah dicapai oleh kedua pelaku koding dapat diperkuat oleh hasil dari peneliti sendiri. Pengkodingan dilakukan untuk memperoleh kesepakatan terhadap alat ukur yang telah diterapkan dalam konstruksi kategori.

Sementara itu teknik penelitian yang digunakan adalah dengan teknik analisis isi. Pada dasarnya analisis isi merupakan suatu cara mengkoding pernyataan atau tulisan agar diperoleh ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu melalui kategorisasi. Pada penelitian ini pengkodingan dilakukan berdasarkan kategorisasi yang telah disusun untuk kemudian menelaah dan


(29)

memaparkan penyajian pada rubrik opini yang ditinjau dari diksi bahasa jurnalistik.

1.12 Lokasi dan Jadwal Penelitian 1.12.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Harian Umum Radar Bandung yang beralamat di Jalan Gandapura No.61 Bandung Telp. (022) 4221240 Fax. (022) 4204372, E-mail: radarbandung@gmail.com.

1.12.2 Jadwal Penelitian

Peneliti melakukan penelitian yang dimulai pada bulan Maret 2010 hingga bulan Februari 2011, Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian akhir. Dan meminta data saat peneliti membutuhkannya. Dengan perincian waktu pada Tabel 1.3 berikut:

Tabel 1.4

Waktu dan Jadwal Penelitian

No. URAIAN

MARET

2010 APRIL 2010 MEI 2010 JUNI 2010 JULI 2010

JANUARI 2011

FEBRUARI 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

Persiapan Pengajuan Judul ACC Judul Bertemu Pembimbing Penulisan Bab I Bimbingan Revisi Bab I Bertemu Pembimbing


(30)

Sumber: Arsip Peneliti, 2010-2011

1.13 Sistematika Penulisan

Skripsi ini merupakan satu kesatuan dari hasil penelitian yang terdiri dari beberapa bagian yang disusun sebagai berikut :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Konstruksi Kategori, Populasi dan Sampel, Uji Statistik, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Bimbingan Seminar-UP 2. Penulisan Bab II Bimbingan Penulisan Bab III Bimbingan 3. Pengumpulan Data Perusahaan Data Coding Bimbingan 4. Pengolahan Data Penulisan Bab IV Bimbingan 5. Penulisan Bab V Bimbingan 6. Pengumpulan

Data baru 7.

Penyusunan Skripsi Bimbingan 8. Sidang


(31)

Teknik Analisis Data, Lokasi dan Waktu Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mencakup tentang Tinjauan Komunikasi meliputi: Pengertian Komunikasi, Lingkup Komunikasi, Unsur-unsur Komunikasi, Proses Komunikasi, Fungsi Komunikasi. Tinjauan Komunikasi Massa meliputi: Pengertian Komunikasi Massa, Unsur-unsur Komunikasi Massa, Karakteristik Komnikasi Massa. Tinjauan Media Massa. Tinjauan Pers meliputi: Pengertian Pers, Fungsi Pers, Pengaruh Pers. Tinjauan Surat Kabar meliputi: Sejarah dan Pengertian Surat Kabar, Ciri dan Sifat Surat Kabar, Fungsi Surat Kabar, Kelemahan dan Kelebihan Surat Kabar. Tinjauan mengenai Rubrik. Tinjauan menegenai Opini. Tinjauan mengenai Analisis Isi. Tinjauan Diksi Bahasa Jurnalistik meliputi: Pengertian Diksi, Diksi Dalam Bahasa Jurnalistik, Pemakaian Diksi Dalam Bahasa Jurnalistik. Dan, Tinjauan Model Komunikasi Agenda Setting.

3. BAB III : OBJEK PENELITIAN

Bagian ini memaparkan tinjauan tentang perusahaan yaitu sejarah perusahaan harian umum Radar Bandung, struktur organisasi, job description, serta sarana dan prasarana perusahaan.


(32)

4. BAB IV : HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan analisis isi mengenai rubrik opini pada harian umum Radar Bandung ditinjau dari Diksi Bahasa Jurnalistik.

5. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dari seluruh isi penelitian serta saran-saran bagi objek penelitian.


(33)

31 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan makhluk lainnya. Rasa ingin tahu, maka suka atau tidak memaksa manusia perlu untuk saling berkomunikasi.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikpercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.(Effendy, 2006:9).

Menurut Andi Abdul Muis A. M, komunikasi berasal dari bahasa Latin “Communicare” yang berarti menyampaikan pesan, informasi,


(34)

pengetahuan, berita atau pendapat kepada orang lain yang mengharapkan jawaban (umpan balik) (Muis, 1999: 37).

Menurut Gunadi dalam Himpunan Istilah Komunikasi bahwa komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain (Gunadi,1998:69).

Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, Roger bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang mengatakan bahwa,“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”. (Cangara, 2004:19)

Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.

Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya komunikasi antar manusia menyebutkan bahwa:

Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. (Devito, 1997:23)


(35)

2.1.2 Lingkup Komunikasi

Lingkup komunikasi disini merupakan penjenisan kegiatan komunikasi yang dilakukan manusia, dan hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan konteksnya. Jika ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar.

Maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Komunikasi Pribadi (Personal communication)

Komunikasi intrapribadi (Intrapersonal communication)

Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication)

b. Komunikasi Kelompok (Group communication) Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

Komunikasi kelompok besar (Large group communication / public speaking) c. Komunikasi Massa (mass communication)

Komunikasi media massa cetak/pers (printed mass media communication)

Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication)

d. Komunikasi Media (media communication). (Effendy, 2003:53)

Dalam penelitian ini penulis cenderung menyoroti dari sudut komunikasi intrapersonal. Karena yang dilihat adalah seperti apa cara wartawan dalam memahami kode etik kewartawanan, dan apakah terdapat pengaruh/efek terhadap kinerja wartawan tersebut.

Berbicara mengenai pengaruh/efek, Menurut Onong Uchjana Effendy tujuan dari komunikasi adalah:

1. Perubahan sikap (attitude change) 2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behavior change)


(36)

4. Perubahan sosial (social change)

Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut: 1. Menyampaikan informasi (to inform)

2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003: 55)

Menurut Wilbur Schramm kondisi yang harus terpenuhi agar pesan tersebut dapat mempengaruhi sesuai dengan harapan yaitu:

Pertama, pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

Kedua, pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan.

Ketiga, pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

Keempat, pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberi tanggapan yang dikehendaki (Effendy, 2003:41). 2.1.3 Unsur-unsur Komunikasi

Unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding: Penyadian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikatorkepada komunikan.


(37)

5. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan.

8. Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

9. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses kounikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

2.1.4 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau


(38)

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

2.1.5 Fungsi Komunikasi

Dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Onong Uchjana Effendy menyebutkan secara singkat empat fungsi komunikasi, diantaranya:

Menginformasikan (to inform) Mendidik (to educate)

Menghibur (to entertain)

Mempengaruhi (to influence) (Effendy,2003:55).

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan fungsi komunikasi sesuai tipe komunikasi yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik, dan komunikasi massa.

Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. Fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi,


(39)

mendidik, dan menghibur. Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. (Cangara,2004: 55-57)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication), ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipatgadakan pesan-pesan komunikasi. Dalam catatan sejarah publistik, komunikasi massa dimulai satu setengah abad setelah mesin cetak dutamukan oleh Johan Gutenberg.

Komunikasi massa diadopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. (Wiranto, 2006:69)

Dari beberapa pendapat Jalaludin Rahkmat dalam bukunya psikologi komunikasi menjabarkan sebagai berikut :

Mengartikan komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,


(40)

heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. (Rakhmat, 2005: 189)

Onong U. Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, mengatakan :

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukkan pada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. (Effendy, 2003:79)

Definisi komunikasi yang paling sederhana dirumuskan Bintter dalam buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat “Mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people. (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.” (Rakhmat, 2005:188)

2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi masa terdiri dari unsur-unsur sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (efect). Menurut Harold D. Lasswell dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi yang ditulis Wiryanto mengatakan:

Unsur-unsur tersebut untuk memahami komunikasi massa. Untuk itu, kita harus mengerti unsur-unsur yang diformulasikan dalam bentuk pertanyaan berikut:

Who Says What

In Which Channel To Whom


(41)

2.2.3 Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik memiliki lima hal, seperti yang dijelaskan oleh Romli dalam buku Jurnalistik Terapan, menjelaskan karakteristik komunikasi massa meliputi lima hal berikut:

1. Komunikator melembaga (Institution Communicator) atau Collective Comunicator. Komunikator berbicara mewakili lembaga (media massa), bukan atas nama dirinya sendiri.

2. Pesan bersifat umum. Hal itu karena dikonsumsi untuk orang banyak yang heterogen.

3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan serentak (instantaneos) penerima oleh massa. Media yang menjadi saluran komunikasi diterima pada saat yang sama oleh publik.

4. Komunikan bersifat heterogen. Massa pembaca, pendengar, atau pemirsa tidak heterogen. Mereka terdiri atas macam-macam karakter, suku, ras, agama, dan kepentingan.

5. Berlangsung satu arah (one way traffic communication), yaitu komunikator kepada komunikan. Tanggapan atau reaksi muncul belakangan. (Romli, 2005:5)

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa karakteristik komunikasi massa adalah alur pesan satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, menimbulkan keserempakan, dan komunikasi yang heterogen.


(42)

2.2.4 Tinjauan Tentang Media Massa

Media massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa dan merupakan channel of mass yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, karakteristik media massa itu meliputi :

1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak. 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap atau berkala.

4. Kontinuitas, berkesinambungan.

5. Aktualitas, berisi hal-hal baru. (Romly, 2005 : 5)

Isi media massa secara garis besar terbagai atas tiga kategori : berita, opini, feature. Karena pengaruhnya terhadap massa (dapat membentuk opini publik), media massa disebut “kekuatan keempat” (The Four Estate) setelah lembaga eksekutif, legistatif, yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan fungsi sosial controlnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa. (Romly, 2005: 5)

Media yang termasuk kedalam kategori media massa adalah surat kabar, majalah, radio, TV dan film. Kelima media tersebut dinamakan “The Big Five Of Mass Media” (lima besar media massa), media massa sendiri terbagi dua macam, media massa cetak (printed media), dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, TV, film (movie), termasuk CD. Sedangkan media massa cetak dari segi formatnya dibagi menjadi enam yaitu :

1. Koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau ½ plano) 2. Tabloid (½ broadsheet)

3. Majalah (½ tabloid atau kertas ukuran polio atau kuarto) 4. Buku (½ majalah)


(43)

5. Newsletter (polio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4 – 8 halaman)

6. Buletin (½ majalah jumlah halaman lazimnya 4 – 8) (Romly, 2005: 5)

2.3 Tinjauan Tentang Pers

Pers adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara dimana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya.

Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan tetapi dilain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan probabilistik. Mati hidupnya pers atau lancar tidaknya kehidupan pers disuatu negara dipengaruhi bahkan ditentukan oleh sistem politik pemerintahan di negara dimana pers itu beroperasi.

2.3.1 Pengertian Pers

Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti yang sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas adalah meliputi media massa elektronik antara lain televisi, radio, sebagai media yang menyiarkan karya Jurnalistik. Sedangkan Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda “Journalistiek” atau bahasa Inggrisnya “Journalism”, yang bersumber pada perkataan “Journal” sebagai terjemahan dari bahasa Latin “diurnal” yang berarti “harian” atau “setiap hari”. Secara sederhana Jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik


(44)

mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak.

Jadi tegasnya, Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya Jurnalistik kepada khalayak. Pers dan Jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret, nyata. Dengan demikian pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal, Pers tidak mungkin beroperasi tanpa Jurnalistik, sebaliknya Jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya berita tanpa pers.

Pada zaman modern sekarang ini, Jurnalistik tidak hanya mengelola berita tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu.

2.3.2 Fungsi Pers

Banyak ahli menyebutkan bahwa pers mempunyai tiga fungsi utama, yakni:

1. Memberikan informasi, 2. Memberikan hiburan,

3. Melaksanakan kontrol sosial,

Sebenarnya dari ketiga fungsi ini, fungsi yang terakhir yang terpenting karena pers pada hakekatnya juga dianggapa sebagai kekuatan keempat (the fourth estate) yakni menjalankan fungsi kontrol masyarakat.


(45)

2.3.3 Pengaruh Pers

Pengaruh pers oleh para ahli dianggap termasuk dalam sosiologipers yang mempelajari hubungan timbal balik antara pers dan masyarakat. Umumnya baik pers atau masyarakat saling pengaruh mempengaruhi.

2.4 Tinjauan Tentang Surat Kabar

2.4.1 Sejarah dan Pengertian Surat Kabar 2.4.1.1 Sejarah Surat Kabar

Jurnalisme yang pertama kali tercatat adalah di masa kekaisaran Romawi kuno, ketika informasi harian dikirimkan dan dipasang di tempat-tempat publik untuk menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan isu negara dan berita lokal.

Pada awalnya surat kabar, dipublikasikan hanya diciptakan untuk kalangan terbatas, terutama para pejabat pemerintah. Baru pada sekira abad ke-17 hingga abad ke-18, surat kabar dan majalah untuk publik diterbitkan untuk pertama kalinya di wilayah Eropa Barat, Inggris, dan Amerika Serikat. Surat kabar untuk umum ini sering mendapat tentangan dan sensor dari penguasa setempat. Iklim yang lebih baik untuk penerbitan surat kabar generasi pertama ini baru muncul pada pertengahan abad 18, ketika Swedia dan Amerika Serikat mengesahkan undang-undang kebebasan pers.


(46)

Industri surat kabar mulai menunjukkan perkembangan yang luar biasa ketika budaya membaca dimasyarakat semakin meluas. Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, dimana industri surat kabar diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa menaikkan oplah untuk memenuhi permintaan publik akan berita.

Seiring dengan semakin majunya bisnis berita, pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan keberbagai penerbit surat kabar dan majalah.

Kantor berita bisa meraih kepopuleran dalam waktu sangat cepat. Yang disebabkan karena, para pengusaha surat kabar dapat lebih menghemat pengeluarannya dengan berlangganan berita kepada kantor-kantor berita itu daripada harus membayar wartawan untuk pergi atau ditempatkan di berbagai wilayah. Kantor berita lawas yang masih beroperasi hingga hari ini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).

Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah yellow journalisme (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.

Perkembangan surat kabar di Indonesia dimulai pertama kali terbit di Batavia 1744, pers Indonesia tidak pernah lepas dari pengekangan. Karena itulah kemudian muncul istilah “Pers Perjuangan” sebagai media


(47)

untuk melawan penjajahan. Pemerintah kolonial Belanda mengharuskan adanya surat izin atau sensor atas penerbitan pers di Batavia, Semarang dan Surabaya. Dan pendapat tentang kebebasan pers terbelah, satu pihak menolak adanya surat ijin terbit, sensor dan pembredelan, namun di pihak lain mengatakan bahwa kontrol terhadap pers perlu dilakukan. Pemerintah kolonial kemudian meninggalkan sejumlah aturan yang dibawa ke alam kemerdekaan. Aturan tersebut seperti Druckpers Reglement (UU Pers) yang dikeluarkan pada 1854, Haatzaai Delicten (UU Hukum Pidana Komunikasi Massa) tahun 1856 atau Persbreidel Ordonnatie yang dikeluarkan tahun 1931, isinya mengenai tentang pengontrolan pers. Meski telah dihapus dengan UU No 23/1954, pers Indonesia tidak berarti terbebas dari pemasungan.

2.4.1.2 Pengertian Surat Kabar

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.

Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan, bahkan kenaikan harga kertas Koran sebagai bahan baku utama surat kabar sering kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per eksemplar secara proporsional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar.

Djaf’ar.H.Assegaff, mendefinisikan surat kabar sebagai penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita,


(48)

karangan-karangan, dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum” (Assegaff, 1991:140).

Berdasarkan batasan diatas, surat kabar selain tercetak juga memerlukan syarat-syarat khusus. Syarat-syarat tersebut merupakan hal yang mutlak yang harus dipenuhi oleh surat kabar, tanpa terpenuhinya syarat itu suatu surat kabar tidak layak untuk disebut surat kabar.

2.4.2 Ciri dan Sifat Surat Kabar

Adapun ciri-ciri surat kabar yang ditulis oleh Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi adalah mengandung unsur sebagai berikut :

1. Publisitas

Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum.

2. Perioditas (Kontinuitas)

Adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu 3. Universalitas

Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.

4. Aktualitas

Aktualitas adalah kecepatan laporan tanpa mengesampingkan kebenaran berita. (Effendy, 2003: 120).

Apabila surat kabar tidak memenuhi keempat karakteristik diatas, maka surat kabar tersebut tidak dapat disebut sebagai surat kabar. Surat kabar harus bersifat umum atau beraneka ragam baik isi maupun pembacanya dan juga keteraturan serta aktualitas isinya.


(49)

Jika, dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan pemberitaan seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komunikasi sifat surat kabar adalah sebagai berikut:

a) Terekam

Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dapat dikaji ulang, dapat didokumentasikan dan dapat dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

b)Menimbulkan perangkat mental

Karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak “mati’ di atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif. c) Pesan menyangkut kebutuhan komunikan

Dalam proses komunikasi, pesan yang akan disampaikan kepada komunikan menyangkut teknik transmisinya agar mengenai sasarannya dan memcapai tujuannya.

d)Efek sesuai dengan tujuan

Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar bergantung pada tujuan si wartawan sebagai komunikator.


(50)

e) Yang harus dilakukan wartawan sebagai komunikator Meskipun komponen komunikasi melalui surat kabar, yaitu wartawan dibahasnya paling akhir, ini merupakan hal yang paling penting karena berhasil tidaknya misi surat kabar bergantung pada kemampuan dan keterampilan wartawannya. 2.4.3 Fungsi Surat Kabar

Pada zaman modern sekarang ini, Jurnalistik tidak hanya mengelola berita tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu, fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. Fungsi surat kabar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi menyiarkan informasi

Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai hal dibumi ini.

2. Fungsi mendidik

Fungsi kedua dari surat kabar adalah mendidik, sebagai sarana pendidikan massa surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah ilmu pengetahuannya. Fungsi mendidik ini secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana, kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

3. Fungsi menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita hardnews dan artikel-artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk, cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, tidak jarang pula berita yang mengandung sifat insani (human interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.


(51)

4. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. (Effendy, 2003: 93-94).

2.4.4 Kelemahan dan Kelebihan Surat Kabar

Sebagai media komunikasi surat kabar memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh khalayak, sehingga saling melengkapi atau mengisi dengan media lainnya. Kelebihan surat kabar ialah bahwa berita yang disiarkannya dapat dibaca kapan saja dan secara berulang-ulang, surat kabat mudah dibawa, selain dapat dijadikan bukti otentik (dokumentasi) juga isi beritanya yang lebih mendalam dan mendetail akan data-datanya. Berbeda dengan media lainnya seperti radio dan televisi, yang untuk menikmati berita yang disiarkannya, khalayak harus memiliki waktu dan tempat tertentu untuk berada disepan televisi.

Selain itu surat kabar memiliki kelemahan seperti juga media lainnya. Yang pertama kelemahan dari surat kabar yaitu surat kabar dibaca dalam waktu yang singkat sekali pada umumnya hanya membaca headline saja dengan waktu tidak lebih 15 menit, kurang dari 24 jam (short life span). Yang kedua, kelemahan surat kabar itu khalayak harus memiliki tingkat kemampuan membaca. Sedangkan tingkat melek huruf masyarakat sendiri masih rendah, apalagi uintuk meningkatkan budaya baca.


(52)

2.5 Tinjauan Tentang Rubrik

Istilah rubrik biasanya digunakan dalam surat kabar atau majalah. Rubrik menurut pengertian secara umum diartikan sebagai suatu halaman atau ruangan di surat kabar atau majalah yang disajikan secara khusus dan didasarkan pada materi tertentu.

Onong Uchjana Effendy dalam Kamus Komunikasi mengatakan bahwa: Istilah Rubrik dalam bahasa Belanda berarti ruangan pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya, mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. (Effendy, 1989:316)

Rubrik adalah alokasi halaman untuk memuat tulisan-tulisan tertentu yang setema. Nama halaman sebagai identitas bahwa halaman tersebut berisikan tulisan-tulisan bertema khusus. (Romli, 2005:113)

Rubrik merupakan karya jurnalistik baik dalam surat kabar maupun media cetak lainnya yang mempunyai ciri khas dari segi penyajian kepada pembaca berdasarkan kepentingan yang ada atau terbentuknya spesialis kepada pembaca mengenai isi pesan yang disampaikan.

2.6 Tinjauan Tentang Opini

Opini atau sering dengan dengan istilah kolom, merupakan suatu tulisan yang isinya hanya pendapat subjektif penulisnya tentang suatu peritiwa atau masalah. Dengan kata lain, opini atau kolom adalah tulisan yang mengedepankan opini ketimbang fakta.


(53)

Menurut Slamet Soeseno dalam buku Jurnalistik Terapan yang ditulis oleh Romli mengatakan, “Kolom isinya hanya pendapat. Penulisnya dituntut agar yang dikemukakannya itu benar-benar pendapatnya saja.” (Romli, 2005:87)

Pendapat itu didukung argumentasi berdasarkan penalaran dan pemikiran kritis penulisnya. Berbeda dengan tulisan artikel yang berisi pendapat disertai tuturan fakta, data, atau argumntasi berdasarkan teori keilmuan yang mendukung pendapatnya tentang suatu masalah.

Tulisan opini tau kolom biasanya dimuat disebuah rubrik khusus di media massa cetak. Rubrik khusus itu umumnya bernama asli “Kolom”, namun ada pula media massa yang menggunakan nama lain seperti: “Opini” (Radar Bandung), “Resonansi” dan “Refleksi” (Republika), “Asal Usul” (Kompas), “Perspektif” (Ummat), dan sebagainya.

Penulis kolom disebut kolumnis (colomnist). Dalam kamus bahasa, kolomnis diartikan sebagai seorang penulis yang menyumbangkan karangan (artikel) pada suatu media massa secara tetap. Umumnya kolomnis adalah seorang pakar atau cendikiawan yang memiliki integrasi pribadi, wawasan, dan keilmuan.

Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Ia langsung berisi tubuh tulisan, yakni berupa pengukapan pokok bahasan danpendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja, bahkan dapat hanya satu kata.


(54)

2.7 Tinjauan Tentang Analisis Isi

Menurut Berelson dan Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematika, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak. Sedangkan menurut Budd (1967), analisis adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobsevasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. (Kriyantono, 2007:228)

Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, teater, dan sebagainya. (Rakhmat, 2005:89)

Analisis isi ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian survei dan eksperimen, karena subjek penelitiannya adalah benda matiyang tidak bereaksi dan penelitian ini dapat membandingkan dengan lebih mudah antara satu subjek dengan subjek lainnya. (Prasetyo & Jannah, 2005:167)

Penelitian yang menggunakan analisis isi umumnya melalui tahap-tahap seperti:

1. Perumusan Masalah. Masalah harus dapat dirumuskan dalam pertanyaan yang dapat di ukur.

2. Perumusan Hipotesis. Hipotesis dapat dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol, hipotesis penelitian, atau hipotesis statistik.


(55)

3. Penarikan Sampel. Penarikan sampel dimulai setelah kita menentukan satuan analisis (units of analysis).

4. Pembuatan Alat Ukur. Bila masalah sudah dirumuskan secara operasional, pengembangan alat ukur tidak terlalu sulit.

5. Pengumpulan Data. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding (cooding sheet) yang dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan pada tahap pembuatan alat ukur.

6. Analisis Data. Data dapat di analisis dengan menggunakan tabulasi silang atau tabel biasa.

Menurut McQuail analisis isi dalam bukunya Teori Komunikasi Massa mengatakan:

Bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi pesan, membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial, isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat, mengetahui fungsi dan efek media, mengevaluai media performance, serta mengetahui apakah ada bias media. (McQuail, 2000:305)

2.8 Tinjauan Tentang Bahasa Jurnalistik 2.8.1 Pengertian Bahasa Jurnalistik

Menurut Wojowasito yang dikutip oleh Tri Adi Sarwoko dalam bukunya Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik mengatakan, bahasa jurnalistik ang baik haruslah sesuai dengan tata bahasa yang antara lain terdiri atasa susunan kalimat yang benar, plihan kata yang cocok. (Sarwoko, 2007: 1)


(56)

Dengan demikian bahasa Indonesia jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya. Karena digunakan sebagai media penyampaian informasi, bahasa yang digunakan sebagai media penyampaian informasi, bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.

Sarwoko mengutip pernyataan Rosihan Anwar yaitu, “Bahasa jurnalistik mempunyai sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.” (Sarwoko, 2007: 2)

2.8.2 Bahasa Jurnalistik di Antara Ragam dan Laras Bahasa Lain Bahasa jurnalistik adalah sebuah laras bahasa. Bahasa yang digunakan oleh kelompok profesi atau kegiatan dalam bidang tertentu. Oleh karena itu ada laras bahasa sastra, ekonomi, keagamaan. Masing-masing laras bahasa itu memiliki kosakata, struktur, dan lafal yang berbeda.

Akrab dengan ragam kedaerahan atau dialek pun harus disisipi dalam bahasa jurnalistik. Karena dengan demikian bahasa yang dipakai untuk menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa di daerah tertentu dapat lebih berwarna. Diharapkan informasi yang disampaikan dapat lebih dipahami dan pembaca menyadari bahwa peristiwa tersebut terjadi di suatu tempat.

Bahasa yang digunakan media massa bersandar kepada bahasa baku, tetapi pemakian bahasa baku di media massa memang berbeda. Struktur kalimatnya lebih longgar, tidak normatif. Pilihan katanya pun lebih bebas,


(57)

tanpa bebadn perihal kebakuannya. Yang memnyababkan adalah karena bahasa jurnalistik harus bertutur dengan santai, meskipun harus tetap memperhatikan norma-norma kebahasaan.

2.9 Tinjauan Tentang Diksi Bahasa Jurnalistik 2.9.1 Pengertian Diksi

Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka, menjelaskan bahwa diksi adalah pilihan yang tepat dan selaras (dalam penggunananya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). (KBBI, 2007: 264)

Menurut Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa mengenai “diksi” mengatakan, “Pilihan kata atau diksi tidak hanya mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaiakan suatu gagasan, akan tetapi pilihan kata tidak hanya mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima atau tidak merusak suasana yang ada.” (Keraf, 2004: 24)


(58)

Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa menyimpulkan, terdapat tiga hal yang berkaitan dengan diksi:

Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pemndengar.

Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. (Keraf, 2004:24)

Diksi tidak terlepas dari kata, pengertian diksi secara mudah diartikan yaitu pemilihan kata. Istilah “Kata” menurut Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa mengatakan:

Kata adalah sebuah rangkain bunyi atau simbol tertulis yang menyebabkan orang berpikir tentang sesutau hal. Makna kata pada dasarnya diperoleh karena persetujuan informal (konveksi) antara sekelompok orang untuk menyatakan hal atau barang tertentu melalui rangkaian bunyi tertentu. Dengan kata lain, arti kata adalah persetujuan atau konveksi umum tentang interrelasi antara sebuah kata dengan referensinya (barang atau hal yang diwakilinya). (Keraf, 2004: 88)

Sedangkan kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka, yaitu “Unsur bahasa yangdiucap atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. (KBBI, 2007: 513)


(59)

2.9.2 Diksi Dalam Bahasa Jurnalistik

Diksi adalah pilihan kata. Seorang penulis atau jurnalis harus pandai memilih kata untuk memberikan tekanan makna pada pesan yang ingin disampaikannya.

Menurut Sumadiria dalam bukunya Bahasa Jurnalitik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis mengatakan:

Kepiawan memilih kata bukan karena penguasaan kosa kata atau perbendaharaan kata yang sangat banyak dan variatif, melainkan juga karena ia memang terbiasa menulis. Sebagai proses kreatif, keterampilan menulis hanya mungkin dicapai melalui proses berlatih yang terus-menerus, tidak sekali jadi. (Sumadiria, 2008: 29)

Pakar bahasa dari Universitas Indonesia, Gorys Keraf dalam buku Bahasa Jurnalitik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis yang ditulis Haris Sumadiria, pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilh itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Sebuah kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud tertentu, belum tentu dapat diterima oleh hadirin atau oleh orang yang diajak bicara. Masyarakat yang diikat berbagai norma, mengkehendaki pula agar setiap kata yang digunakan harus cocok atau serasi dengan norma-norma masyarakat, harus dengan situasi yang dihadipi. (Sumadiria, 2008:29-30)

Dalam bahasa jurnalistik, diksi kerap bersinggungan dengan masalah pemakaian: kata-kata bersinonim, kata-kata bernilai rasa, kata-kata konkret, kata-kata abstrak, kata-kata umum, kata-kata khusus, dan kata lugas. Banyak jurnalis yang tidak menyadari kalau bahasa jurnalistik yang


(1)

(2)

134

COODING BOOK

No. Konstruksi Kategori Variabel Konstruksi Kategori

1-3 Nomor Pengkoding

1. Falentino 2. Kurnia Nugraha 3. Suci Nusan Krasmaya 4-5 Kata Bersinonim 4. Memiliki arti yang sama

5. Ketepatan pemilihan kata. 6-7 Kata Bernilai Rasa 6. Bernilai rasa tinggi

7. Bernilai rasa rendah

8-9 Kata Konkret 8. Menunjuk pada objek

9. Mudah dipahami

10-11 Kata Abstrak 10. Kata yang menunjuk konsep 11. Kata yang menunjuk gagasan

12-13 Kata Umum

12. Kata-kata yang luas ruang lingkupnya

13. Bertentangan dengan akurasi jurnalistik

14-15 Kata Khusus

14. Menegaskan Pesan

15. Selaras dengan prinsip akurasi jurnalistik

16-17 Kata Lugas 16. Ringkas


(3)

135

COODING SHEET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

0 0 1 4 6 4 4 4 7 3 6 4 3 7 4 5 5

0 0 2 3 6 4 2 6 4 4 5 2 2 6 5 6 3


(4)

iii

Hidup ini layaknya anak sekolah.. Jika ingin naik kelas,

Maka hadapilah ujian kenaikan kelas itu... (Suci Nusan.K)

Agama tanpa ilmu adalah buta Ilmu tanpa agama adalah lumpuh (Albert Einstein)

Ku persembahkan skripsi ini untuk

orang-orang terkasihku, terutama untuk


(5)

(6)