Analisis Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Di Tinjau Dari Bahasa Jurnalistik

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

Ludiansyah Pratama NIM. 41807039

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iv

Ludiansyah Pratama NIM : 41807039

Skripsi ini dibawah bimbingan: Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejauhmana Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Di Tinjau Dari Bahasa Jurnalistik untuk menjawab tujuan diatas maka peneliti mengangkat indikator sederhana,singkat, padat, lugas, jelas,dan menarik untuk menjawab bahasa jurnalistik di Harian Pagi Radar Bandung.

Pendekatan penelitian kuantitatif, metode penelitian deskriptif, dengan teknik analisis isi. Menurut Stempel dalam Rakhmat pada bukunya analisis isi menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan, wawancara, dokumen tasi, penelusuran data online, dan lembar koding. Ada 4 tahapan metodelogis yang digunakan dalam teknik analisis isi yaitu pemilihan satuan analisis, konstruksi kategori, penarikan sampel dan reliabilitas koding. Untuk pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, karena jumlah populasi kurang dari 100, dengan sampel sebanyak 13 berita yang diambil dari Harian Pagi Radar Bandung edisi 1- 10 Nopember 2011.

Hasil penelitian ini menunjukkan masing-masing kategori, sebagai berikut: Kategori sederhana dengan sub kategori kalimat tunggal sebanyak 2 berita dengan persentase 15%, dan sub kategori tidak rumit sebanyak 11 berita dengan persentase 85%. Untuk kategori singkat dengan sub kategori tidak bertele –tele sebanyak 9 berita dengan persentase 69%, dan untuk sub kategori tidak terlalu panjang sebanyak 4 berita dengan persentase 31%. Untuk kategori padat dengan sub kategori informasi lengkap sebanyak 6 berita dengan persentase 46%, dan untuk sub kategori 5W+1H sebanyak 7 berita dengan persentase 54%. Untuk kategori lugas dengan sub kategori makna secara langsung sebanyak 7 berita dengan persentase 54%, dan untuk sub kaegori tidak berbunga-bunga sebanyak 6 berita dengan persentase 46%. Untuk kategori Jelas dengan sub kategori mudah mengerti sebanyak 11 berita dengan persentase 85%, dan untuk sub kategori kalimat tidak kabur sebanyak 2 berita dengan persentase 15%. Untuk kategori menarik dengan sub kategori kata hidup dan berkembang sebanyak 5 berita dengan persentase 38%, dan untuk sub kategori memicu selera pembaca sebanyak 8 berita dengan persentase 62%.

Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa, penulisan berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung telah memenuhi kaidah bahasa jurnalistik, yaitu beritanya sederhana, singkat, padat, lugas, jelas dan menarik .

Saran untuk Harian Pagi Radar Bandung, tetap terus mempertahankan kaidah bahasa jurnalistik pada setiap informasi yang disajikannya. karena itu merupakan kunci menarik atau tidaknya sebuah berita untuk dibaca.


(5)

v

Ludiansyah Pratama NIM: 41807039 The Guidance Of:

Desayu Eka Surya, S. Sos., M. Si.

This research aims to find out the State of criminal News Content on the Daily Morning Radar Bandung in Review Of Journalistic Language to answer the purpose above, researchers raised indicator of simple, short, solid, straightforward, clear and interesting to answer language journalism in the Daily Morning Radar Bandung.

Approach to quantitative research, research methods, descriptive content analysis techniques. According to the Stamp in his analysis of the contents of Rakhmat uses techniques of data collection in library studies, interviews, documents, data, employing a search online, and the coding sheets. There are 4 stages of metodelogis used in content analysis techniques that election units of analysis, construction categories, withdrawal of samples and reliability coding. For sampling used in this research is the total sampling, because the population is less than 100, with the sample as much as 13 news taken from the Daily Morning Radar Bandung issue 1-10, 2011.

The results of this research show each category, as follows: the simple Category with sub categories of single sentences of as much as 2 news with a percentage of 15%, and sub category clutter as much as 11 news with a percentage of 85%. For short category with sub categories doesn't beat around% u2013tele as much as 9 news with percentage of 69% and for sub categories are not too long, as many as 4 News with percentage of 31%. For categories populated with sub categories with complete information as 6 news with 46%, and the percentage for sub categories as much as 7 news 5W 1 h with the percentage of 54%. For straightforward category with sub categories meaning directly by as much as 7 news with 54%, and the percentage to sub kaegori not a flowery as 6 news with percentage of 46%. To Clear the category with sub categories readily understand as much as 11 news with a percentage of 85%, and for subcategories not blurred as much as 2 sentence news with a percentage of 15%. Interesting category with sub categories of living and growing as much as Word 5 news with percentage of 38%, and for the sub category of readers as much as 8 trigger appetite for news with the percentage of 62%.

Research indicates that conclusion, writing in the Daily Morning News criminal Radar Bandung has fulfilled the journalistic language rule, i.e. a simple, brief news, solid, straightforward, clear and interesting.

Suggestions for Daily Morning Radar Bandung, still continues to maintain journalistic language rule on any information presented. because it is the key to attracting or whether a news story to read.


(6)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha Suci Allah yang senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada orang-orang beriman yang selalu taat, tunduk, dan patuh kepada-Nya, dan kepada orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya. Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau, keluarga, para shahabat sampai kita semua hingga akhir zaman nanti.

Puji serta syukur penyusun panjatkan kepada Dzat Illahi Robbi yang telah menganugerahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas tak terbatas kepada penulis yang memiliki banyak kedangkalan akal, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul ”Analisis Isi Berita Kriminal Diharian Pagi Radar Bandung Pada Bulan Nopember Ditinjau Dari Bahasa Jurnalistik”

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Spesialisasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa ananda, semoga ananda dapat membahagiakan Mama dan Bapak serta menjadi seperti apa yang


(7)

Mama dan Papah harapkan untuk menjadi manusia yang berguna setidaknya untuk hidup ananda sendiri. Amien.

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan izin penelitian ke lapangan.

2. Yth. Bapak Drs, Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan pengesahan pada skripsi ini sehingga dapat disidangkan.

3. Yth. Ibu Melly Maulin S.Sos,.M.Si selaku dosen wali selama penulis kuliah di Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan dukungan, doa, dan motivasi selama perkuliahan dan skripsi berlangsung hingga selesai.

4. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos,. M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, kesabaran, dan perhatiannya buat penulis, serta telah membuka pikiran penulis. Terima kasih ibu, Ibu saya atas bimbingannya selama ini .


(8)

5. Yth. Bpk/Ibu Dosen Dilingkungan Prodi Ilmu Komunikasi FISIP, Khususnya Kepada Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si, Arie Prasetio, S.Sos., M.Si, Adiyana Slamet, S.IP, M.Si, Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom, Inggar Prayoga, S.I.Kom yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengetahuannya selama peneliti studi di Unikom.

6. Yth, Teh Astri Ikawati, A.Md, dan Teh Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

7. Yth, Kang Hadi Wibowo, selaku penanggungjawab Redaksi dan seluruh staff Radar Bandung yang telah memberi bantuan yang sangat banyak dan berarti kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian skripsi.

8. Kepada Seluruh Keluarga Tercinta semua, terimakasih buat semua do’a, dukungan dan motivasi sekaligus bantuan biayanya.

9. Kepada Nur Hayati, semoga semua nya bisa jadi berkah buat kita berdua dan menjadi sebuah awal yang baik..makasih sayang buat semuanya ”kau adalah bintang di hatiku yang selalu memancarkan sinarnya dan memberi kehangatan dalam sepiku” .

10.Kepada Seluruh teman seperjuangan Gilang Abimanyu, Wandrik, Fauzy, Ismet, Diky, Yaser, Soleh, Mikhail Jagar, Nico, Arie Belawing, Enot, Markus, Rizky, Isa, Chandra, Echi, Penty, Gilang K, Algi, Candra Kirana, deni,hendra dan seluruh teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, Makasih


(9)

buat dukungan dan semangatnya, Moga-moga kebersamaan kita tak akan pernah terlupakan. Semoga kita semua bisa menggapai impian kita.

11.Kepada teman – teman di UNPADBebey, Anggit, Vhini, Odie dan seluruh makasih buat dukungan dan semangatnya.

12.Kepada seluruh personil Achterna makasih buat segala dukungan dan semangatnya.

13.Seluruh pihak yang tidak sapat penulis sebutkan satu-persatu telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata Peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Untuk kesempurnaan penelitian ini maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis nantikan semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia- Nya. Amin. Terimakasih.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, November 2011 Peneliti

Ludiansyah Pratama NIM : 41807039


(10)

x

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRAC ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Maksud Penelitian ... 12


(11)

xi

1.4 Kegunaan Penelitian... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

1.5 Kerangka Pemikiran ... 14

1.5.1 Kerangka Teoritis ... 14

1.5.2 Kerangka Konseptual ... 20

1.6 Konstruksi Kategori ... 25

1.7 Populasi dan Sampel ... 27

1.7.1 Populasi ... 27

1.7.2 Sampel ... 28

1.8 Metode Penelitian... 31

1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 32

1.10 Teknik Analisa Data ... 34

1.11 Tempat dan waktu Penelitian ... 36

1.11.1 Tempat Penelitian... 36

1.11.2Waktu Penelitian ... 36

1.12 Sistematika Penulisan... 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 40

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 40


(12)

xii

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 41

2.1.3 Sifat Komunikasi ... 41

2.1.4 Fungsi Komunikasi ... 42

2.1.5 Tipe Komunikasi ... 43

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 45

2.2.1 Definisi Komunikasi Massa... 45

2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa... 46

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 46

2.3 Tinjauan Tentang Media Massa ... 47

2.3.1 Pengertian Media Massa ... 47

2.3.2 Bentuk-bentuk Media Massa ... 48

2.4 Tinjauan Tentang Surat Kabar ... 49

2.4.1 Surat Kabar Sebagai Salah Satu Jenis Media ... 49

2.4.2 Pengertian Surat Kabar ... 50

2.4.3 Ciri-ciri Surat Kabar ... 51

2.4.4 Fungsi Surat Kabar ... 52

2.5 Tinjauan Umum Tentang Pers ... 54

2.5.1 Pengertian Pers ... 54

2.5.2 Fungsi Pers ... 56


(13)

xiii

2.6 Tinjauan Tentang Berita ... 56

2.6.1 Pengertian Berita ... 56

2.6.2 Jenis-jenis Berita... 57

2.7 Pengertian Kriminalitas ... 59

2.7.1 Jenis-jenis Kriminalitas ... 60

2.8 Tinjauan Tentang Bahasa Jurnalistik ... 60

2.8.1 Pengertian Jurnalistik ... 60

2.8.2 Pengertian Bahasa Jurnalistik ... 61

2.8.3 Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik ... 62

BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1. Sejarah Harian Pagi Radar Bandung ... 63

3.2 Visi dan Misi Harian Pagi Radar Bandung ... 65

3.2.1.Visi Harian Pagi Radar Bandung ... 65

3.2.2.Misi Harian Pagi Radar Bandung ... 66

3.3 Logo Harian Pagi Radar Bandung ... 66

3.3.1.Arti Logo Harian Pagi Radar Bandung ... 66

3.4 Data Perusahaan ... 67

3.4.1.Data Teknis ... 67


(14)

xiv

3.5. Sejarah Divisi Redaksi Harian Pagi Radar Bandung ... 68

3.6 Struktur Organisasi Redaksi Harian Pagi Radar Bandung ... 69

3.7. Struktur Perusahaan Nama dan Jabatan Radar Bandung ... 71

3.8 Job Description ... 73

3.9 Profil Perusahaan ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1 Deskripsi Identitas Pengkoding... 81

4.2 Uji Reliabilitas Koding ... 83

4.2.1 Reliabilitas Koding Sederhana ... 84

4.2.2 Reliabilitas Koding Singkat ... 86

4.2.3Reliabilitas Koding Padat ... 88

4.2.4 Reliabilitas Koding Lugas ... 90

4.2.5 Reliabilitas Koding Jelas ... 92

4.2.6 Reliabilitas Koding Menarik ... 94

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 96

4.3.1 Analisis Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kesederhanaannya ... 96


(15)

xv

4.3.2 Analisis Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung

Ditinjau Dari Kesingkatannya ... 100

4.3.3 Analisis Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kepadatannya ... 104

4.3.4 Analisis Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kelugasannya ... 108

4.3.5 Analisis Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kejelasannya ... 112

4.3.6 Analisis Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kemenarikannya ... 116

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 120

4.4.1 Indikator kesederhanaan ... 123

4.4.2 Indikator kesingkatan ... 124

4.4.3 Indikator kepadatan ... 126

4.4.4 Indikator kelugasan... 127


(16)

xvi

4.4.6 Indikator kemenarikan ... 129

BAB V PENUTUP...131

5.1 Kesimpulan ... 131

5.2 Saran – saran ... 133

5.2.1 Bagi Perusahaan ... 133

5.2.2 Bagi Akademik ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135

LAMPIRAN ... 138


(17)

xvii

Halaman

Tabel 1.1 Konstruksi Kategori ……….……...26

Tabel 1.2 Populasi Berita Kriminal ……….……...27

Tabel 1.3 Pengkoding………...……...31

Tabel 1.4 Jadwal Penelitian... ...37

Tabel 4.1 Kesepakatan Sederhana... ...85

Tabel 4.2 Kesepakatan Singkat…...87

Tabel 4.3 Kesepakatan Padat…...89

Tabel 4.4 Kesepakatan Lugas...91

Tabel 4.5 Kesepakatan Jelas……...93

Tabel 4.6 Kesepakatan Menarik... ...95

Tabel 4.7 Isi Berita Kriminal Ditinjau Dari Kesederhanaannya…...97

Tabel 4.8 Isi Berita Kriminal Ditinjau Dari Kesingkatannya…...…...101

Tabel 4.9 Isi Berita Kriminal Ditinjau Dari Kepadatannya…...…...105

Tabel 4.10 Isi Berita Kriminal Ditinjau Dari Kelugasannya…...…...109

Tabel 4.11 Isi Berita Kriminal Ditinjau Dari Kejelasannya…...….113


(18)

xviii

Halaman

Gambar 1.1 Model Agenda Setting………...19

Gambar 3.1 Logo Harian Pagi Radar Bandung…………...66

Gambar 3.2 Proses Pemberitaan di Harian Pagi Radar Bandung…...68

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Harian Pagi Radar Bandung…...…70

Gambar 4.1 Sampel Penelitian………...……….99

Gambar 4.2 Sampel Penelitian………...……….103

Gambar 4.3 Sampel Penelitian………...……….107

Gambar 4.4 Sampel Penelitian………...……….111

Gambar 4.5 Sampel Penelitian………...……….115

Gambar 4.6 Sampel Penelitian………...……….119

Gambar L.1………...…………..143

Gambar L.2………...…………..143

Gambar L.3………...…………..144

Gambar L.4………...…………..144


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Surat Permohonan Penelitian………...138

Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian……..…………...139

Lampiran 3 : Surat Persetujuan Bimbingan……..…………...140

Lampiran 4 : Lembar Revisi Seminar UP………..…………...141

Lampiran 5 : Lembar Berita Acara Bimbingan...…………...142

Lampiran 6 : Lembar Identitas Koding...…………...159

Lampiran 7 : Lembar coding sheet...…………...160


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada jaman sekarang kebutuhan akan informasi sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Informasi seakan menjadi suatu yang wajib bila seseorang ingin berkembang, hal itu pula yang mendorong manusia untuk terus menciptakan terobosan-terobosan agar kebutuhan akan informasi bisa terpenuhi.

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, setiap manusia akan melakukan interaksi satu dengan yang lainnya melalui komunikasi. Menurut Deddy Mulyana menyatakan prosesnya komunikasi dibagi menjadi tiga katagori yaitu :

 Komunikasi Antarpersonal  Komunikasi Kelompok

 Komuikasi Massa (Mulyana, 2005:61).

Komunikasi massa merupakan salah satu domain komunikasi manusia yang telah banyak mengalami kemajuan yang pesat sejak bentuk-bentuk awalnya. Menurut Onong Uchjana Effendy. Mengatakan bahwa :

“Komunikasi massa merupakan komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita”(Effendy, 1984:21).


(21)

Dalam menggunakan komunikasi massa dibutuhkan sebuah media yaitu media massa dimana media massa sebagai alat penghubung antara narasumber berita dan komunikan, komunikasi massa membutuhkan media massa karena komunikan dari komunikasi massa sangat banyak dan berbeda-beda pula jarak antara satu komunikan dengan komunikan yang lainnya.

Media massa merupakan sumber kekuatan, alatkontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumberdaya lainnya. Media merupakan forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat.

Menurut Asep Syamsul M. Romli isi media massa secara garis besar terbagi dalam tiga kategori :

“berita, opini, dan feature, karena pengaruhnya terhadap massa (dapat membentuk opini public), media massa disebut kekuatan keempat (the fourth estate) setelah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif “ (Romly, 2003 : 5).

Media massa dibagi menjadi dua jenis yaitu media cetak dan elektronik, media massa elektronik adalah media yang menyediakan berita dengan bentuk audio visual. Sedangkan, media massa cetak dapat menyampaikan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan penerbitannya, sehingga memiliki khalayak pembaca sendiri. Media cetak mempunyai kekuatan dan citranya tersendiri, media jenis ini diyakini sebagai sebuah media pers yang memiliki ketajaman dan akurasi pemberitaan yang sangat kuat dan tepat. Terbukti dengan banyak ruang atau kolom yang bisa dijadikan tempat untuk mengungkap hal-hal yang penting sekali secara mendetail.


(22)

Media massa menyajikan berbagai macam berita seperti : berita kriminal, berita politik, berita ekonomi , berita olah raga dan lain – lain. penulis mengambil obyek penelitian berita kriminal sebagai obyek penelitiannya karena menurut peneliti dalam kehidupan kita sehari – hari masyarakat sering kali di hadapkan dengan berbagai aksi kriminalitas yang sangat meresahkan masyarakat dituntut untuk lebih waspada jangan sampai menjadi korban aksi kriminalitas.

Kata kriminalitas berasal dari kata kriminal atau pidana yang berarti segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, dan lain – lain. Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai perbuatan apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan. Secara etimologis, kriminologi berasal dan kata Crime dan logos. Crime artinya kejahatan, sedangkan logos artinya ilmu pengetahuan. Secara lengkap kriminologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Ditinjau dari aspek yuridis, pelaku kejahatan adalah jika seseorang melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman.

Contoh:

a) Pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 338 KUHP

b) Pencurian adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 362 KUHP


(23)

c) Penganiayaan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 351 KUHP

Dalam hal ini apabila seseorang belum dijatuhi hukuman berarti orang tersebut belum dianggap penjahat.

Ditinjau dari aspek sosial pelaku kejahatan ialah jika seseorang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma- norma yang berlaku di dalam masyarakat sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat.

Ditinjau dari aspek ekonomi pelaku kejahatan ialah jika seseorang (atau lebih) dianggap merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan ekonominya kepada masyarakat sekelilingnya, sehingga ia dianggap sebagai penghambat atas kebahagian orang lain. Secara formal kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang oleh Negara diberi pidana. Pemberian pidana dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu akibat perbuatan itu. Keseimbangan yang terganggu itu ialah ketertiban masyarakat terganggu, masyarakat resah akibatnya. Kejahatan dapat didefinisikan berdasarkan adanya unsur anti sosial. Berdasarkan unsur itu dapatlah dirumuskan bahwa kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.1

1


(24)

Aksi kriminalitas atau aksi kejahatan merupakan permasalahan pelik di wilayah Jawa Barat. Keberadaan para pelaku aksi kriminalitas sangat meresahkan masyarakat, karena aksi para pelaku kriminalitas ini tidak hanya merugikan para korbannya dari segi materi tetapi mereka segan - segan untuk melukai atau membunuh para korbannya, aksi kriminalitas yang tidak hanya dilakukan pada malam hari saja akan tetapi para pelaku kriminalitas kini sudah berani menjalankan aksi nya pada siang hari.

Tingkat kriminalitas di bandung pada tahun 2010 meningkat 29 kasus atau naik 0,48 persen. Tahun 2010 tercatat sebanyak 6.103 kasus. Sementara jumlah penyelesaian perkara pada tahun 2010 baru mencapai 1.635 kasus. Data Polrestabes Bandung mencatat, kriminalitas yang menonjol pada tahun 2010, didominasi curanmor dengan 1.859 kasus. Sementara kriminalitas lain yang cukup menonjol adalah penipuan 880 kasus, pencurian dengan pemberatan 717 kasus.2

Pada tahun 2011 ini aksi kriminalitas terus saja terjadi bahkan tingkat kriminalitas di wilayah Kabupaten Bogor berada di peringkat pertama dari seluruh wilayah Jawa Barat, selama periode Januari hingga April 2011 jumlah kasus kriminlitas di wilayah Polres Bogor yakni mencapai sebanyak 1.504 perkara, ini menempatkan bogor berada di posisi paling atas se-Jawa Barat.

Tingkat kriminalitas tersebut didominasi oleh kejahatan pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan tindak kekerasan dan pencurian kendaraan bermotor yakni sebanyak 835 perkara, atau 55,5 persen.3

2

http://bataviase.co.id/node/516853 3

http://antarajawabarat.com/lihat/berita/32756/tingkat-kriminalitas-bogor-tertinggi-se-jawa-barat


(25)

Data diatas membuktikan bahwa aksi kriminalitas semakin merajalela walaupun tingkat kriminalitas dapat ditekan akan tetapi aksi kriminalitas tetap saja ada. Akan tetapi Peristiwa – peristiwa penting seperti peristiwa kriminalitas bagi seorang pelaku pers adalah rezeki karena pekerjaan seorang jurnalis atau wartawan adalah mencari, mengolah, dan menyebarluaskan informasi atau berita kepada khalayak. Seorang wartawan berada dalam naungan sebuah lembaga atau perusahaan yang bergerak dibidang penyiaran yang disebut pers.

Dalam konteks yuridis formal di Indonesia, arti pers dibatasi melalui Pasal 1 ayat (a) Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang pers, seperti yang di kemukakan Mahi M. Hikmat dalam bukunya “Etika dan Hukum Pers” pengertian pers dalam Undang - Undang tersebut disebutkan bahwa :

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia (Hikmat, 2011:23).

Pada saat ini Pers tidak hanya sebagai sarana untuk menyiarkan atau menginformasikan produk-produk jurnalistik saja, tetapi pers juga memiliki fungsi-fungsi lain. Seperti yang dikatakan oleh Effendy Bahwa:

“Pada Zaman modern seperti sekarang ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu.” (Effendy, 2003:93)

Seorang pekerja pers harus terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skill),


(26)

keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan berhubungan erat dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Lebih jauh, setiap keterampilan tersebut berhubungan erat pula dengan proses–proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

Menurut pakar bahasa terkemukan JS Badudu, mengemukakan bahwa : “ bahasa jurnalistik itu harus singkat padat , sederhana,sederhana, jelas, lugas dan tetapi selalu menarik. Sifat – sifat itu dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya . Orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya untuk membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami, orang tidak perlu mesti mengulang – ngulang apa yang dibacanya karena ketidak jelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu “ (Anwar, 1991 :2).

Jadi bahasa jurnalistik dapat diidentifikasikan sebagai :

“bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting, dan menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya “ (sumadiria, 2005).

Menulis untuk konsumsi publik atau orang banyak pada media massa, membutuhkan pengetahuan penulisan jurnalistik yang baik, agar apa yang ditulis memiliki obyektivitas, keakuratan dan kebenaran. Penulisan jurnalistik adalah tulisan yang padat berisi, ringkas dan jelas. Karena memang tujuan mayoritas dari sebuah surat kabar atau majalah adalah memberikan informasi dan berita dengan cepat, beraneka, singkat tapi padat kepada pembacanya.


(27)

Sehingga para wartawan atau jurnalis melakukan penulisan dengan semangat yang sama. Tetapi kemudian berkembanglah sebuah gaya penulisan jurnalistik yang berbeda, the new journalism (jurnalisme baru). Gaya penulisan jurnalisme satrawi yang enak dibaca dan diulas lebih mendalam dengan tetap menyajikan fakta sesuai data dan riset yang dilakukan penulisnya. Inilah genre penulisan jurnalistik terbaru yang memberi nafas berbeda bagi dunia jurnalistik.

Jurnalis muda sering kali suka terhanyut menulis dengan mengulangi makna yang sama dalam berbagai kata. Ini dapat dipahami, apalagi jika dia hendak berkecimpung dalam dunia lirik dan puisi. Dia mengira dengan demikian tulisannya menjadi lebih indah. Bahasa jurnalistik tidak menghajatkan hal demikian karena kata-kata yang dipakai harus efisien dan seperlunya saja. Kembang-kembang bahasa harus dihindarkan karena bahasa jurnalistik harus hemat dengan kata-kata.

Seperti yang dikemukakan AS Haris Sumadiria dalam bukunya “Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis”, mengungkapkan bahwa ciri – ciri bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala yaitu:

1. Sederhana, sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen.

2. Singkat, singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele – tele, tidak berputar – putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.

3. Padat, padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.

4. Lugas, lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme penghalusan kata dan kalimat yang bias membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.


(28)

6. Menarik, menarik berarti mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca (Sumadiria, 2008 : 14 – 16).

Bahasa jurnalistik, tidak boleh keluar dari aturan bahasa baku dan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang berlaku. Seperti ejaan, gaya bahasa, penulisan paragraf, pers Indonesia tentu saja bertumpu kepada aturan baku dari EYD, dan mesti berpedoman kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Seperti yang dikatakan Rosihan Anwar dalam buku “Bahasa Jurnalistik dan Komposisi” bahwa : “Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah -kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat” (Anwar. 1991: 1).

Mengingat khalayak pembaca tidak memiliki tingkat pengetahuan yang sama, khalayak tidak memiliki waktu yang banyak untuk membaca sehingga berita yang disajikan harus singkat, padat, sederhana, jelas lugas dan selalu menarik. Sehingga bahasa jurnalistik sangat penting bagi seorang jurnalis agar pembaca memahami dan mengerti apa yang ditulis jurnalis tersebut.

Pada dasarnya setiap jenis media mampu memberikan informasi bagi khalayak. Namun surat kabar menjadi jenis media yang paling sering disentuh oleh masyarakat karena cara penyajiannya yang mudah diterima khalayak. Fungsi surat kabar ialah menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayak (Effendy, 2003: 93).

Dari hasil prapenelitian yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa Harian Pagi Radar Bandung tempat dimana peneliti melakukan penelitian ini terbit setiap hari. Harian Pagi Radar Bandung sebagai media cetak yang sedang


(29)

berkembang dan tidak memiliki pelatihan kejurnalistikan terhadap para wartawannya menarik peneliti untuk melakukan penelitian di Harian Pagi Radar Bandung. Target khalayak dari Harian pagi Radar Bandung adalah masyarakat menengah ke bawah jadi dalam penulisan berita menggunakan tata bahasa yang ringan ini ditujukan agar masyarakat atau khalayak mudah memahami isi dari berita yang disajikan, hal – hal tersebut yang membuat Harian Pagi Radar Bandung berbeda dengan media cetak lainnya dan membuat ketertarikan pada peneliti untuk melakukan penelitian.

Kategorisasi berita yang disajikan di Harian Pagi Radar Bandung yakni diantaranya: berita utama, berita ekonomi, berita kriminal, berita olah raga, berita politik, berita pendidikan, berita hukum, dan berita hiburan. Peneliti meneliti mengfokuskan penelitiannya pada berita kriminal karena berita kriminal merupakan salah satu berita yang penting dan di butuhkan masyarakat agar masyarakat mengetahui modus kriminalitas yang ada dan tidak menjadi korban aksi kriminalitas. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 sampai tanggal 10 Nopember 2011. Harian Pagi Radar Bandung tidak setiap hari menerbitkan berita kriminal. Selain tidak setiap hari terjadi aksi kriminal redaksi pun menginginkan agar pembaca mendapatkan berita – berita yang ringan sekaligus menghibur agar pembaca merasa senang tidak hanya mendapatkan informasi saja tetapi mendapatkan hiburan juga.

Seorang jurnalis harus memiliki kemampuan menulis yang luar biasa, yang bisa membius, mengajak pembaca berimajinasi langsung agar terhanyut seperti mengalami sendiri berbagai fenomena dan peristiwa secara langsung.


(30)

Tentu saja, pembaca bisa betah membaca surat kabar yang berisi sekian banyak halaman, sekian ratus berita setiap harinya, jika kata-kata yang digunakan cenderung “acak-acakan”, tidak teratur, tidak menarik, dan terlalu panjang. Khalayak tentu akan lebih memilih surat kabar atau majalah dengan susunan bahasa jurnalistik yang paling baik, menarik, dan mudah dimengerti.

Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Pada Ditinjau Dari Bahasa Jurnalistik?

1.2 Identifikasi Masalah

Dari rumusan masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang akan dibahas yaitu sebagai berikut :

1. Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kesederhanaannya?

2. Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kesingkatannya?

3. Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari kepadatannya?

4. Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kelugasannya?


(31)

5. Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kejelasannya?

6. Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kemenarikannya?

7. Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Bahasa Jurnalistik?

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian adalah untuk menganalisa dan menjelaskan Sejauhmana Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Bahasa Jurnalistik.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kesederhanaannya

2. Untuk Mengetahui Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kesingkatannya.

3. Untuk Mengetahui Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kepadatannya.


(32)

4. Untuk Mengetahui Isi Berita Kriminal Di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kelugasannya.

5. Untuk Mengetahui Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kejelasannya.

6. Untuk Mengetahui Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Kemenarikannya.

7. Untuk Mengetahui Isi Berita Kriminal di Harian Pagi Radar Bandung Ditinjau Dari Bahasa Jurnalistik.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik yaitu tentang isi berita dan bahasa jurnalistik secara khusus.

1.4.2 Kegunaan Praktis a. Peneliti

Kegunaan penelitian bagi peneliti untuk mendapatkan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama masa perkuliahan dan diharapkan berguna untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi massa secara umum dan khusus mengenai Bahasa Jurnalistik yang terkandung dalam sebuah berita.


(33)

b. Universitas dan Program Studi

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan literature maupun referensi bagi mahasiswa Unikom pada umumnya dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi jurnalistik, secara khusus yaitu mahasiswa yang melakukan penelitian pada kajian yang serupa berkaitan dengan bidang jurnalistik, khususnya mengenai Bahasa Jurnalistik.

c. Lembaga

Kegunaan penelitian ini sebagai bahan informasi, referensi dan evaluasi bagi Harian Pagi Radar Bandung dalam memperhatikan Isi Berita dan Bahasa Jurnalistik yang dipakai dalam membuat sebuah berita.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana, seperti dilukiskan dengan baik oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan. Banyak orang mendefinisikan berita sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa belum ada definisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana


(34)

menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya.

Pers menjadi sebuah proses mediasi antara masyarakat dengan “dunia”. Pers diproses oleh jurnalisme untuk memiliki daya persuasi. Jurnalisme memprosesnya melalui tata cara mencari dan menyebarkan informasi. Jurnalisme selalu mengembangkan teknik peliputan dan pendistribusian pesan yang sesuai dengan kultur masyarakat. Pada proses pengembangannya, perancangan informasi mendorong kelahiran fenomena bahasa pers.

Bahasa pers menjadi satu alat. Bahasa, di dalam kehidupan jurnalistik, tidak lagi sekadar sarana penghantar pesan melainkan menjadi daya dorong lain. Dalam perkembangannya, memengaruhi kegiatan pers sampai ke tingkat pengepingan realitas peristiwa berita. Tata nilai dan norma bahasa jurnalistik menjadi kelembagaan bahasa yang unik, dan bila dipolakan, menginduksi wacana masyarakat ketika menempatkan perspektif atas realitas.

Rosihan Anwar, wartawan senior terkemuka, menyatakan bahwa :

bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jumalistik. Bahasa Pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kota, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat (Anwar, 1991:1).

Seperti yang dikemukakan Drs. AS Haris Sumadiria dalam bukunya “Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis”, mengungkapkan bahwa ciri – ciri bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala yaitu:


(35)

1. Sederhana, sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen.

2. Singkat, singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak ber tele – tele, tidak berputar – putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.

3. Padat, padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.

4. Lugas, lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme penghalusan kata dan kalimat yang bias membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.

5. Jelas, jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. 6. Menarik, menarik berarti mampu membangkitkan minat dan perhatian

khalayak pembaca.( Sumadiria, 2008 : 14 – 16)

Bahasa jurnalistik sebagai salah satu variasi Bahasa Indonesia tampak jelas kegunaanya bagi masyarakat yang mendengarkan informasi dari radio setiap hari, membaca berita koran, tabloid dan majalah setiap jam, menyaksikan tayangan televisi yang melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan bumi. Semua berita dan laporan itu disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak, mereka seolah-olah diajak untuk menyaksikan berbagai peristiwa secara langsung. Dengan demikian bahasa jurnalistik itu menjadi bagian tak terpisahkan dalam karya jurnalistik.

Dalam penulisan berita bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya karena tidak semua orang mempunyai cukup waktu untuk memahami isi tulisan yang ditulis oleh wartawan. Jadi, bahasa jurnalistik bahkan harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan bahasa komunikasi pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media cetak dan elektronik.


(36)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Komunikasi Massa, yaitu: Agenda Setting model yang dirumuskan oleh Backer dan dikutip kembali oleh jalaludin Rakhmat dalam buku “Metode Penelitian Komunikasi”, mengatakan :

“Model Agenda Setting merupakan salah satu model teori komunikasi yang merupakan pengembangan dari teori jarum hipodermik, asumsi dasar model ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Karena model ini mengansumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan oleh media pada suatu persoalan. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga bagi masyarakat”(Rakhmat, 2000 : 68-69).

Gambar 1.1 Model Agenda Setting

Sumber : Rakhmat, 2000:71

Gambar diatas menjelaskan efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuran. Pertama peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif, atau peneliti menentukan batas waktu tertentu, meng-koding berbagai isi media, dan menyusun (meranking) isi itu berdasarkan panjang (waktu dan ruang), penonjolan (ukuran headline, lokasi dalam media, frekuensi pemunculan, posisi dalam surat kabar), dan konflik (cara penyajian bahan). Selanjutnya peneliti mengukur agenda masyarakat dengan menganalisis

Variabel Media Massa -Panjang -Penonjolan -Konflik Variabel Antar -Sifat Stimulus -Sifat Khalayak Variabel Efek -Pengenalan -Solience -Prioritas Variabel Efek Lanjutan -Persepsi -Aksi


(37)

self-report khalayak. Ia menghitung topik-topik yang penting menurut khalayak, merankingnya, dan mengorelasikannya dengan ranking isi media.

Ia juga menganalisis kondisi-kondisi antara (contingent conditions) yang mempengaruhi proses agenda setting dengan meneliti sifat-sifat stimulus dan karakteristik khalayak. Selanjutnya peneliti menganalisa efek yang terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan issues : Apakah issues itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak (pengenalan); dari semua issues,mana yang dianggap paling penting menurut khalayak (salience); bagaimana issues itu diranking oleh responden dan apakah rankingnya itu sesuai dengan ranking media (prioritas). Efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan (seperti memilih kontestan pemilu atau melakukan aksi protes.

Dalam buku “Ilmu, Teori, Filsafat Komunikasi” karya Onong Uchjana Effendy disebutkan bahwa teori Agenda setting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “The Agenda-Setting Function of Mass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa :

“Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.” (Effendy, 2003:287)

Adapun fungsi dari Agenda setting model seperti yang diungkapkan M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dan di kutip kembali oleh Tommy Suprapto dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Teori Komunikasi adalah sebagai berikut:

“Ide tentang fungsi Agenda Setting dari media massa berhubungan dengan konsep spesifik mengenai hubungan kuat yang positif antara perhatian


(38)

komunikasi massa dan penonjolan terhadap topic-topik penting itu untuk individu khalayak. Konsep ini sinyatakan dalam istilah kausal : meningkatnya penonjolan topic atau issue dalam media massa (penyebab) yang

mempengaruhi topic atau issue yang terdapat diantara para

khalayak”(Suprapto, 2006 : 46).

Sementara itu Manhein dalam pemikiran tentang konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijaksanaan. Masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Untuk agenda media dimensi-dimensi:

a. Visibility (visibilitas) jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

b. Audience salience, tingkat menonjol bagi khalayak relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.

c. Valance (valensi) menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:

a. Familiarty, keakraban (derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu).

b. Personal salience, penonjolan pribadi (relevansi kepentingan dengan ciri pribadi).

c. Favorability, kesenangan (pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita).

3. Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi:

a. Support (dukungan) kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu. b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) kemungkinan pemerintah

melaksanakan apa yang diibaratkan.

c. Fredom of action (kebebasan bertindak) nilai kegiatan yang mungkin dilakukan oleh pemerintah.

Konseptual Manheim tersebut mendukung perkembanngan teori Agenda Setting secara menyeluruh. (Effendy, 2003:288-289).


(39)

1.5.2 Kerangka Konseptual

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kerangka teoritis, dalam kerangka konseptual akan dijelaskan mengenai ciri-ciri bahasa jurnalistik secara konseptual dan berikut ciri-ciri bahasa jurnalistik:

1. Sederhana, sederhana berarti Harian Pagi Radar Bandung selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen. Kalimat yang digunakan dalam berita kriminal Harian Pagi Radar Bandung bukan kalimat majemuk yang panjang-panjang, rumit, dan kompleks, apalagi sampai beranak cucu. Kalimat yang efektif, yang praktis, yang jurnalistis ialah kalimat yang sederhana dengan pemakaian/pemilihan kata yang secukupnya saja, tidak berlebihan.

2. Singkat, singkat berarti pada penulisan berita kriminalnya Harian Pagi Radar Bandung langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele–tele, tidak berputar–putar, tidak memboroskan waktu pembaca ang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom surat kabar sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Dengan hal inilah kita bisa melihat kesingkatan berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung.

3. Padat, padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis oleh Harian Pagi Radar Bandung pada berita kriminalnya memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Inilah yang akan menjadi bahan penilaian kepadatan


(40)

berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung. Semua informasi yang diperlukan pembaca harus sudah tertampung di dalamnya. Dalam istilah jurnalistik, artinya ia harus memenuhi syarat 5 W+ 1 H – sudah mampu menjawab pertanyaan apa (what), siapa (who), di mana (where), kapan (when), mengapa/apa sebabnya (why), dan bagaimana/apa akibatnya (how). Bahasa jurnalistik yang padat, juga harus menghindari keterangan-keterangan yang tidak perlu, membuang kata-kata yang dipandang mubazir, dan memegang teguh prinsip ekonomi kata.

4. Lugas, lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kelugasan dari berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung dapat dilihat dari mampunya berita ini menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung, dengan menghindarkan bahasa yang berbunga-bunga.

5. Jelas, Harian Pagi Radar Bandungberusaha agar berita kriminalnya yang jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Begitu juga kejelasan kalimat yang harus dipakai di sebuah berita. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-objek-predikat-keterangan (SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.


(41)

Sedangkan, peneliti juga akan menjelaskan gambaran teori yang digunakan dalam penelitian ini secara konseptual sesuai dengan Teori Agenda Setting. Dimana sumber pesan berasal dari berita kriminal di harian Harian Pagi Radar Bandung, yang meliputi:

a. Variabel Media Massa

Variabel media massa atau efek media massa dapat diukur dengan membandingkan dua pengukuran. Peneliti menentukan batas waktu tertentu, mengklasifikasikan sesuai dengan jumlah waktu dan ruangan (panjang) yang digunakan dan menyusun bahasa jurnalistik dalam berita kriminal Harian Pagi Radar Bandung berdasarkan:

1. Panjang : berisi panjang dari bahasa jurnalistik yang digunakan dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung yang disajikan.

2. Penonjolan : bentuk bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung.

3. Konflik : Cara menyajikan bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung.

b. Variabel Antara

Agenda media mempengaruhi agenda khalayak dan agenda khalayak dapat mempengaruhi agenda media. Sebab di antaranya terdapat stimulus yang saling berhubungan, seperti penjelasan berikut ini:

1. Sifat stimulus: Menunjukan karakteristik bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung, termasuk jarak bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung


(42)

apakah berita yang di tulis di berita tersebut dialami langsung atau tidak langsung oleh khalayak, letak geografis apakah bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung itu bertingkat lokal atau nasional, dan apakah sumber bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung itu disajikan dalam media yang kredibel atau media yang tidak kredibel.

2. Sifat khalayak : Menunjukan variabel-variabel psikososial, termasuk data demografis, keanggotaan dalam sistem sosial, kebutuhan, sikap, diskusi interpersonal, dan terpaan media.

c. Variabel Efek

Hasil akhir dari agenda adalah efek. Dalam agenda setting terdapat dua efek yaitu efek langsung dan efek lanjutan. Efek langsung berkaitan. dengan bahasa jurnalistik dalam berita kriminal Harian Pagi Radar Bandung seperti:

1. Pengenalan : Apakah berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung ada atau tidak dalam agenda khalayak.

2. Salience : Apa semua berita di Harian Pagi Radar Bandung yang dianggap penting oleh khalayak.

3. Prioritas : Bagaimana bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung itu diranking oleh responden dan apakah ranking itu sesuai dengan ranking media.


(43)

Efek lanjutan berupa persepsi atau tindakan dari seseorang mengenai bahasa jurnalistik dalam berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung yang sedang dihadapi, seperti:

1. Persepsi : Persepsi atau pengetahuan tentang peristiwa tertentu dan juga tindakan tertentu.

2. Aksi : berupa tindakan lanjutan yang dilakukan individu setelah mendapat persepsi.

6. Menarik, menarik berarti mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. bahasa jurnalistik selalu memakai kata-kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang, menghindari kata-kata dan ungkapan-ungkapan klise yang sudah mati. Inilah hal yang akan berpengaruh dalam keberhasilan sebuah berita. Tuntutan menarik inilah yang membuat bahasa jurnalistik harus selalu mengikuti perkembangan bahasa yang hidup di tengah-tengah masyarakat, termasuk istilah-istilah menarik yang baru muncul. Dengan demikian, dalam hal kosakata, bahasa jurnalistik memang harus lebih longgar dan bahkan dituntut untuk bisa menjadi pelopor pemasyarakatan dan pembakuan kata dan istilah baru yang dapat memperkaya kosakata dan istilah bahasa Indonesia.


(44)

1.6 Konstruksi Kategori

Setiap penelitian dibutuhkan adanya penjabaran mengenai kategori dan sub-sub kategori yang akan diteliti, dalam hal ini penjabaran tersebut disebut konstruksi kategori. Adapun unit analisis dari Bahasa Jurnalistik adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Konstruksi Kategori

Kategori Sub Kategori Alat Ukur

Isi Berita Kriminal di Harian Umum Radar Bandung Pada Bulan November Ditinjau

Dari Bahasa Jurnalistik

Sederhana

1. Menggunakan kalimat tunggal. 2. Tidak rumit

Singkat

1. Tidak bertele-tele

2. Penjelasan tidak terlalu panjang

Padat

1. Informasinya lengkap 2. Kelengkapan 5W+1H


(45)

Tabel 1.1 Konstruksi Kategori

Kategori Sub Kategori Alat Ukur

Lugas

1. Menyampaikan makna informasi

secara langsung

2. Menghindari bahasa yang

berbunga-bunga

Jelas

1. Mudah dimengerti pembaca

2. Tidak menggunakan kalimat

yang kabur dan baur

Menarik

1. Menggunakan pilihan kata yang masih hidup dan berkembang

2. Dapat memicu selera membaca


(46)

1.7 Populasi dan Sampel 1.7.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari objek yang diteliti dan menjadi sasaran umum. Menurut Burhan bungin dalam bukunya metologi penelitian kuantitatif terbitan 2005 mengatakan “populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.”

Populasi yang diteliti oleh penulis adalah berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung yang terbit dari tanggal 1 sampai 10 pada bulan Nopember 2011. peneliti mengambil populasi pada tanggal 1 sampai 10 nopember karena berita kriminal yang di disajikan pada tanggal tersebut sudah memenuhi unsur atau elemen dalam penelitian yaitu berita kriminal dan juga pada bulan tersebut jumlah berita kriminal cukup banyak yang membuktikan bahwa jumlah aksi kriminalitas yang banyak, atas alasan tersebut menarik peneliti untuk melalakukan penelitian pada tanggal tersebut. Data lengkapnya terdapat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.2

Populasi Berita Kriminal Tanggal 1 sampai 16 November 2011

No Hari Dan Tanggal Terbit Judul Berita

1 Selasa, 1 November 2011 1. SBY Jadi Sasaran Termos 2. Divisum, 6 Orang Jadi Saksi


(47)

Tabel 1.2

Populasi Berita Kriminal Tanggal 1 sampai 10 November 2011

No Hari Dan Tanggal Terbit Judul Berita

2 Kamis, 3 November 2011 1. Dijambret, Guru SMA Tewas

2. Usai Bom Meledak, Umar Patek Ke Jakarta

3

Jumat, 4 November 2011 1. Maling Berkeliaran, Warga Resah 2. Istri Hamil Besar, Suami Jual Ganja

3. WNI diculik, Kemenlu Upayakan Pembebasan

4

Senin, 7 November 2011 1. Polisi Tangkap Pedofil Asal Inggris

5 Selasa , 8 November 2011 1. Satpam Pegadaian Terlibat Perambokan 2. Lagi Polisi Tertembak Di Papua

3. Mahasiswa Unpad Korban Penipuan Sms

6 Kamis, 10 November 2011 1. Rekonstruksi Pembantaian Satpam BCA Tertutup 2. 30 Menit Empat Mobil Dibobol

1.7.2 Sampel

Menurut Jalaludin Rakhmat sampel adalah bagian yang diamati atau diteliti (Rakhmat, 2000:78). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung pada bulan November 2011. Untuk


(48)

penarikan sampelnya digunakan teknik Total Sampling. Total Sampling artinya sampel diambil dari keseluruhan populasi. Karena jumlah objeknya yang relatif kecil n = 13 “Bila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil dari semua. Sehingga metode penelitian mengunakan total sampling. Pengambilan sampel yang dimaksud dengan total sampling adalah mengambil semua jumlah berita untuk dijadikan sampel”(Arikunto,1996 : 22).

Peneliti mengunakan teknik total sampling karena ingin mengetahui apakah penelitian pada isi berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung pada bulan nopember telah sesuai pada bahasa jurnalistik, yang menjadi tolak ukur layak tidaknya sebuah berita di muat.

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan uji reliabilitas koding yang bertujuan agar penelitian ini menjadi objektif dan sistematis. Peneliti menggunakan perhitungan dengan koefesien korelasi kontingensi, yang digunakan untuk mengkatagorikan data nominal.

Pearson’s (C).

a) Koefisien korelasi pearson‟s (C) yang digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan koding atau relibilitas koding

Pearson‟s C =√ x² x² +n Keterangan :

x² = Nilai Chi Kuadrat menghitung setiap variable n = Ukuran sampel dalam table


(49)

b) Untuk Chi-kuadrat (x²) dihitung dengan rumus: x²=

(fo – fh)²

fh

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kesepakatan yang terjadi diantara pengkoding, maka penelitian ini menggunakan penafsiran koefisien yaitu:

0 % - 20 % Korelasi yang rendah sekali 20 % - 40 % Korelasi yang rendah tapi ada 40 % - 70 % Korelasi yang sedang

70 % - 90 % Korelasi yang tinggi

90 % - 100 % Korelasi yang tinggi sekali (Surakhmad, 2004:302).

Pengkoding dilakukan oleh tiga orang, masing-masing dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Pengkoding pertama yaitu: Cecep Ali Yusuf dengan pertimbangan Cecep memiliki pengalaman yang baik dibidang jurnalistik, baik teori maupun praktek. Pengkoding kedua yaitu Yuyun Wahyu Robhana (wartawan/jurnalis), dengan pertimbangan A Wahyu memiliki pengalaman yang baik teori maupun praktek dalam bidang kajian jurnalistik. Sedangkan pengkoding ketiga adalah peneliti sendiri, Ludiansyah Pratama, dengan pertimbangan peneliti lebih mengetahui tentang apa yang akan diteliti. Pengkodingan dilakukan untuk memperoleh kesepakatan terhadap alat ukur yang telah diterapkan dalam konstruksi kategori.


(50)

Tabel 1.3 Pengkoding

No Nama Pengkoding Pekerjaan Pengkoding

1 Cecep Ali Yusuf Redaktur

2 Yuyun Wahyu Robhana Wartawan/jurnalis

3 Ludiansyah Pratama Peneliti

1.8 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah “metode penelitian yang berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat” (Rakhmat, 2002:22).

Jalaludin Rakhmat juga mengatakan, ”penelitian deskritif timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti tetapi belum ada kerangka teoritis yang menjelaskannya” (Rakhmat, 2000:25).

Penelitian deskriptif yang peneliti buat tidak mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Tujuan dari metode deskriptif yaitu mengumpulkan informasi aktual secara rinci dan melukiskan gejala yang ada serta mengidentifikasi masalah dan memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku (Rakhmat,2000:24).


(51)

Metode deskriftif yang peneliti lakukan yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisa isi dari berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung di tinjau dari Bahasa Jurnalistik.

Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif sebagai metode ilmiah /scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, rasional dan sistematis (Sugiyono, 2009 : 7).

Penelitian ini juga menggunakan tekhnik analisis isi. Pada dasarnya analisis isi merupakan suatu cara mengkoding pernyataan atau tulisan agar diperoleh ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu melalui kategorisasi. Pada penelitian ini pengkodingan dilakukan berdasarkan kategorisasi yang telah disusun untuk kemudian menelaah dan memaparkan penyajian berita kriminal ditinjau dari bahasa jurnalistik.

Analisis isi adalah metode ilmiah yang mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen (teks) (Eriyanto,2011: 10).

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beberapa teknik-teknik pengumpulan data, yaitu :

1. Studi Kepustakaan

Teknik kepustakaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menelaah teori, opini, membaca buku yang relevan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian. Peneliti juga melakukan studi kepustakaan


(52)

dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data berupa informasi yang terdapat pada buku-buku teks, catatan kuliah, ataupun skripsi dengan tema yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab baik secara tatap muka maupun via telpon. Untuk mendapatkan data yang jelas dan terpercaya dari pihak yang terkait atau responden terpilih, adapun jenis wawancara yang dipilih adalah

“Opinion Interview”, yakni wawancara yang bertujuan untuk mengungkapkan pendapat untuk dijadikan data serta untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peneliti.

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan salah satu pihak atau redaktur pelaksana di Harian Pagi Radar Bandung.

3. Dokumentasi

Metode atau teknik pengumpulan data melalui dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial. Dokumen merupakan catatan yang didalamnya terdapat sebuah peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang peneliti kumpulkan untuk melakukan penelitian ini adalah dokumentasi berita kriminal di Harian Pagi Radar Bandung.

4. Penelusuran data online (internet searching)

Burhan Bungin, dalam bukunya yang berjudul Metodelogi Penelitian Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya mengatakan:


(53)

“Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2005: 148).

5. Lembar Koding (codingsheet)

Dalam hubungan dengan pengolahan data, memberikan kode pada semua variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya dalam coding sheet (coding form),dalam kolom keberapa, baris keberapa. (Arikunto, 1996 : 235-237).

1.10 Teknik Analisis Data

Untuk melakukan analisis isi dapat menggunakan empat metodelogis sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Guido H. Stempel dan dikutip kembali oleh Jalaludin Rakhmat, yaitu:

Pemilihan satuan analisis, yaitu satuan penelitian yang dapat berupa kata pernyataan, kalimat, paragraph atau seluruh artikel, dan jawabannya harus berkaitan dengan tujuan penelitian.

1. Konstruksi kategori, yaitu mengidentifikasikan lambang-lambang yang relevan dengan memperhatikan:

a. Kategori harus berkaitan dengan tujuan penelitian b. Kategori harus bersifat fungsional


(54)

2. Penarikan sampel adalah memastikan bahwa sampel mewakili populasi yang dimaksudkan.

3. Reliabilitas koding, yaitu reliabilitas berarti konsistensi klasifikasi sehingga dapat diartikan bahwa reliabilitas koding yaitu bagaimana mencari kesepakatan antara koding terhadap kategori yang ditentukan terlebih dahulu agar tidak terjadi kekeliruan pada penelitian. (Rakhmat,2000 :11) .

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data (data processing). Pengolahan data mencakup kegiatan mengedit (editing) data dan mengkode (coding) data. Mengedit data adalah kegiatan memeriksa data yang terkumpul, apakah sudah terisi secara sempurna atau tidak, lengkap atau tidak, cara pengisiannya benar atau tidak, belum lengkap atau belum benar cara pengisiannya.

Analisis isi pada dasarnya merupakan suatu cara koding pernyataan atau tulisan agar diperoleh ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu melalui operasionalisasi variabel. Pengkoding dilakukan untuk memperoleh kesepakatan terhadap alat ukur yang diterapkan dalam konstruksi kategori.


(55)

1.11 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1.11.1 Tempat Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian di Harian Pagi Radar Bandung yang berlokasi :

Alamat : JL.Gandapura No. 61 Bandung Telepon : (022)4221240

Faks : (022)420432

Email : radarbandung@gmail.com

1.11.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan penulis laksanakan pada bulan September 2011 hingga februari 2012.


(56)

Tabel 1.4 Jadwal Penelitian Kegiatan September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

PengajuanJudul

Penulisan Bab 1

Bimbingan

Acc Bab I

Seminar UP

Penulisan Bab II

Bimbingan

Acc Bab II

Penulisan Bab III

Bimbingan

Acc Bab III

PengumpulanData Perusahaan Wawancara Bimbingan Pengalolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

Acc Bab IV

Penulisan Bab V

Bimbingan

Acc Bab V

Penyusunan Keseluruhan Draft

Acc Keseluruhan Dratf Sidang skripsi


(57)

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun secara sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian (meliputi; Kegunaan Teoritis dan Kegunaan Praktis), Kerangka Pemikiran (meliputi: Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual), Konstruksi Kategori, Populasi dan Sampel, , Teknik Pengumpulan Data, Lokasi dan Waktu Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mencakup tentang tinjauan tentang Komunikasi (meliputi: Pengertian Komunikasi, Proses Komunikasi dan Tujuan Komunikasi), tinjauan tentang Komunikasi Massa (meliputi: Pengertian Komunikasi Massa, dan Karakteristik Komunikasi Massa), tinjauan tentang Media Massa, tinjauan tentang suratkabar (meliputi: sejarah surat kabar, definisi surat kabar, ciri-ciri surat kabar, fungsi surat kabar), tinjauan tentang Berita, tinjauan tentang Bahasa Jurnalistik, dan tinjauan tentang Analisis Isi.


(58)

BAB III OBJEK PENELITIAN

Bab ini mencakup gambaran umum tentang Harian Pagi Radar Bandung (Sejarah Harian Pagi Radar Bandung, Visi Misi dan tujuan Perusahaan, Moto Perusahaan, Logo Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan, Job Description Perusahaan, Sarana dan Prasarana Perusahaan).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan uraian dari hasil penelitian berdasarkan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang analisis deskripsi, analisis deskriptif hasil penelitian (meliputi: tabel distribusi frekuensi), dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah, saran untuk Instansi tempat dilakukannya penelitian, dan saran bagi para peneliti selanjutnya.


(59)

(60)

40 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi. (Cangara, 2005:18)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pebentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2002:10)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat diancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya, the Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who says what in which channel to whom with what effect? (Effendy, 2002:10)

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun salah. Beberapa definisi member pengertian terlalu sempit, misalnya “komunikasi adalah penyampai pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk


(61)

hidup atau lebih”, sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, bahkan jin (Mulyana, 2003:42).

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; - Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang; - Komunikan : Orang yang menerima pesan;

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya; - Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan(Effendy, 2002 : 6).

2.1.3 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)

a. Lisan (Oral) b.Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

a. Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) b. Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7).


(62)

Komuniktor (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (Cangara, 2005:55)

Menurut Harold D. Laswell (dalam Nurudin, 2007), secara terperinci fungsi-fungsi komunikasi adalah sebagai berikut:


(63)

1. Penjagaan atau pengawasan lingkungan (surveilance of the environtment), fungsi ini dijalankan oleh para diplomat, atase dan koresponden luar negeri sebagai usaha menjaga lingkungan.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in rerspond in to the environment), fungsi ini lebih diperankan oleh editor, wartawan dan juru bicara sebagai penghubung respon internal.

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transmission of the social heritage), fungsi ini dijalankan oleh para pendidik di dalam pendidikan formal atau informal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi.

Charles R. Wright (1988) menambahkan satu fungsi, yaitu entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudakan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya. (Nurudin, 2007:16)

2.1.5 Tipe Komunikasi

Tipe atau bentuk komunikasi diklasifikasikan berbeda di kaang pakar sesuai dengan pengalaman dan sudut pandang pakar tesebut. Joseph A. DeVito dalam bukunya Communicology (1982) mengklasifikasi ada empat tipe komunikasi, sedangkan R. Wayne Pace dan teman-temannya


(64)

dalam bukunya Techniques of Effective Communication (1979) membagi komunikasi atas tiga tipe. (Cangara, 2005)

Berdasarkan sudut pandang beberapa pakar komunikasi, dapat diklasifikasikan ada tujuh tipe atau bentuk komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. (Cangara, 2005:30)

2. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi)

Komunikasi antapribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. (Mulyana, 2003:73)

3. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil diartikan sebagai proses pertukaran pesan verbal dan nonverbal anatara tiga orang atau lebih anggota kelompok yang bertujuan untuk saling mempengaruhi. (Tubbs dkk, 2008:17) 4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering disebut juga pidato, ceramah atau kuliah umum. (Mulyana, 2003:74)

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasional terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. (Mulyana, 2003:75) komunikasi organisasional juga didefinisikan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung (Goldbaher dalam Tubbs dkk, 2008:18)

6. Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya atau antarbudaya yaitu komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda secara ras, etnik atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). (Tubbs dkk, 2008:19)


(65)

7. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau eletronik (televisi, radio), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, ananonim dan heterogen. (Mulyana, 2003:75).

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan oleh Bittner, Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). (Rakhmat, 2003:188)

Sedangkan definisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh David W. Wright. Menurut Wright, komunikasi massa adalah:

“Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (This bew form can be distinguished from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often-times ro reach most audience members simultaneouslu, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization thay may involve great expense)” (Rakhmat, 2003:189).

Definisi yang dikemukakan oleh Wright sekaligus memperlihatkan ciri-ciri dari komunikasi massa yang membedakan konteks komunikasi ini dengan konteks komunikasi yang lain.


(1)

Uji Reabilitas Koding

Indikator Sederhana

(1-C)x100% = (1-0.095)x100% =90.5 % Korelasi Yang Tinggi Sekali

Indikator Singkat

(1-C)x100% = (1-0.130)x100% =87 %

Korelasi Yang Tinggi

Indikator Padat

(1-C)x100% = (1-0.06)x100% =94 % Korelasi Yang Tinggi Sekali

Indikator Lugas

(1-C)x100% = (1-0.07)x100% =93 % Korelasi Yang Tinggi Sekali

Indikator Jelas

(1-C)x100% = (1-0.27)x100% =73 % Korelasi Yang Tinggi

Indikator Menarik

(1-C)x100% = (1-0.25)x100% =75 % Korelasi Yang Tinggi


(2)

Pembahasan Hasil Penelitian

Indikator

Kesederhanaan

No Alat Ukur Frekuensi Persentase

(f) %

1 Kalimat Tunggal 2 15%

2 Tidak Rumit 11 85%

Jumlah Sampel ( n ) 13 100%

Indikator

Kesingkatan

No Alat Ukur Frekuensi Persentase

(f) %

1 Tidak Bertele-Tele 9 69%

2 Tidak Terlalu Panjang

4 31%

Jumlah Sampel ( n ) 13 100%

Indikator

Kepadatan

No Alat Ukur Frekuensi Persentase

(f) %

1 Informasi lengkap 6 46%

2 5W+1H 7 54%


(3)

No Alat Ukur Frekuensi Persentase

(f) %

1 Makna Secara Langsung

7 54%

2 Tidak Berbunga-Bunga

6 46%

Jumlah Sampel ( n ) 13 100%

Pembahasan Hasil Penelitian

Indikator

Kelugasan

Indikator

Kejelasan

No Alat Ukur Frekuensi Persentase

(f) %

1 Mudah Mengerti 11 85%

2 Kalimat Tidak Kabur

2 15%

Jumlah Sampel ( n ) 13 100%

Indikator

Kemenarikan

No Alat Ukur Frekuensi Persentase

(f) %

1 Kata

Hidup&Berkem bang

5 38%

2 Memicu Selera Pembaca

8 62%


(4)

Kesimpulan

Kesingkatan

Berita kriminal di Harian Pagi Radar menunjukan korelasi yang tinggi sekali dan layak atau pantas untuk

suatu berita karena semua berita mengandung unsur kalimat tunggal

dan tidak rumit sehingga pembaca mudah untuk memahami isi dari

berita yang disajikan

Kesederhanaan

Berita kriminal di Harian Pagi Radar menunjukan korelasi yang tinggi dan layak atau pantas untuk suatu berita mengandung unsur tidak bertele-tele

dan tidak terlalu panjang sehingga tidak membuang waktu pembaca

yang begitu berharga

Kepadatan

Berita kriminal di Harian Pagi Radar menunjukan korelasi yang tinggi dan layak atau pantas untuk suatu berita mengandung unsur informasi lengkap

dan 5W+1H sehingga pembaca akan merasa puas dengan informasi yang


(5)

Kesimpulan

Kelugasan

Berita kriminal di Harian Pagi Radar menunjukan korelasi yang tinggi sekali dan layak atau pantas untuk

suatu berita karena semua berita mengandung unsur makna secara

langsung dan tidak berbunga sehingga pembaca merasa tidak bingung ketika akan memahami isi

dari berita yang disajikan

Kemenarikan

Berita kriminal di Harian Pagi Radar menunjukan korelasi yang tinggi sekali dan layak atau pantas untuk

suatu berita karena semua berita mengandung unsur mudah mengerti

dan kalimat tidak kabur sehingga pembaca mudah untuk mengerti dan

memahami isi dari berita yang disajikan

Kejelasan

Berita kriminal di Harian Pagi Radar menunjukan korelasi yang tinggi sekali dan layak atau pantas untuk

suatu berita karena semua berita mengandung unsur kata hidup dan

berkembang dan memicu selera pembaca sehingga pembaca merasa

tertarik untuk membaca seluruh isi dari berita yang di sajikan


(6)