Mahasiswa Papua Di Salatiga

tidaknya pribadi, citra diri dan rasa percaya diri.Remaja yang memiliki penilaian diri kurang dan hal itu tidak diterimanya, maka remaja akhir ini sering memproyeksikan penolakkan diri itu pada keadaan atau tatanan masyarakatnya. Dalam Mappiare 1982, hal-hal penting dalam perkembangan pribadi, sosial, dan moral remaja akhir yang perlu mendapat perhatian adalah: 1. Masa remaja akhir merupakan masa yang kritis bagi pembentukan kepribadiannya. Kritis disebabkan karena sikap, kebiasaan, dan pola perlakuan sedang dimapankan, dan ada atau tidak adanya kemapanan itu menjadi penentu apakah remaja yang bersangkutan dapat menjadi dewasa dalam artian memiliki keutuhan atau tidak. 2. Penerimaan dan penghargaan secara baik orang-orang sekitar terhadap diri remaja, mendasari adanya pribadi yang sehat, citra diri positif dan adanya rasa percaya diri remaja. Demikian pula, pribadi sehat, citra diri positif dan rasa percaya diri yang mantap bagi remaja menimbulkan pandangan persepsi positif terhadap masyarakatnya sehingga remaja lebih berpartisipasi dalam kehidupan sosial 3. Kemampuan mengenal diri sendiri disertai dengan adanya usaha memperoleh citra diri yang stabil, mencegah timbulnya tingkah laku yang over kompensasi ataupun proyeksi, sekaligus dapat menanamkan moral positif dalam diri remaja akhir. Mahasiswa adalah salah satu golongan dari lapisan dewasa dan masa remaja, yang oleh sesuatu hal memperoleh kesempatan untuk lebih menyelami lapangan hidupnya melalui perguruan tinggi.Untuk menjadi mahasiswa harus melalui berbagai penyaringan yang bertingkat-tingkat sejak dari sekolah dasar, sekolah menengah, dan waktu memasuki perguruan tinggi itu sendiri.Mereka memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang- bidang pengetahuan yang dipelajarinya. Dalam perkembangan kepribadiannya, masih memerlukan penambahan isi, baik secara ilmiah sebagai pengetahuan yang akan dimilikinya maupun sebagai bimbingan dalam persiapan menyempurnakan perkembangan pribadinya. Dalam kehidupan kemahasiswaan terdapat persoalan- persoalan yang meminta kemasakan untuk menyesuaikan diri Meichati, 1983.Dapat disimpulkan mahasiswa adalah salah satu golongan dari lapisan masa remaja yang memperoleh kesempatan untuk menyelami lapangan hidupnya melalui perguruan tinggi. Mahasiswa Papua merupakan mahasiswa dengan latar belakang budaya Papua. Masyarakat Papua pada umumnya merupakan masyarakat yang terikat oleh kultur budaya alami. Kehidupan mereka sangat nikmat dengan alam naturalistik dan belum banyak mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi.Kebanyakan orang Papua hanya mengandalkan kebun yang mereka miliki. Menurut Yermias Ignatius Degei dalam Narasi Sejarah Sosial Papua 2011, mereka hanya memikirkan bagaimana cara hidup hari ini, tanpa memikirkan bagaimana masa depan anak cucu mereka. Masyarakat Papua hidup dengan mengandalkan tenaga yang mereka miliki.Sebagian besar dari mereka belum menyadari bahwa yang mereka butuhkan saat ini bukan hanya tenaga secara fisik saja, tetapi juga tenaga yang terampil dan mempunyai banyak keahlian Narasi oleh Degei, 2011. Adanya fenomena dinamis masyarakat Papua yang ingin terus mengembangkan diri dan berubah merupakan bagian dari kultur Papua yang kental rasa kesukuannya. Sayangnya keinginan berubah dan mengembangkan diri ini berkembang menjadi tidak terkendali.Pembalasan dendam melalui perang suku dinilai sebagai tindakan heroisme yang bertujuan mencari keseimbangan sosial.Hal ini secara tak sadar membentuk diri mahasiswa Papua yang memiliki karakter yang keras serta hidup sesuai dengan adat istiadat Papua. Berbeda dengan masyarakat di kota Salatiga yang hidup berlandaskan budaya Jawa. Bagi orang Jawa, keselarasan sosial atau keharmonisan merupakan sebuah rangkaian besar agar terjadinya kesejahteraan hidup bersama.Terdapat dua nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.Nilai tersebut adalah rukun dan rasa hormat. Pertama , nilai rukun.Mayarakat Jawa memegang teguh bahwa rukun merupakan sebuah kondisi untuk mempertahankan kondisi masyarakat yang harmonis, tentram, aman, dan tanpa perselisihan.Setiap pribadi dituntut memiliki sebuah sikap yang sering disebut nrimo dalam setiap masyarakat Jawa.Dalam artian setiap individu harus punya sikap pasrah terhadap sebuah kekuatan yang lebih tinggi, menyadari bahwa hidupnya adalah bagian dari masyarakat luas. Kedua , rasa hormat. Nilai ini berkaitan erat dalam hubungannya dengan orang lain, dengan kata lain mencakup relasi sosial. Prinsip hormat berhubungan erat dengan masyarakat yang teratur secara hirarkis diambil dari google dengan judul Kebudayaan Masyarakat Jawa. Tampak bahwa ada perbedaan antara lingkungan tempat asal mahasiswa Papua dengan lingkungan di Salatiga.Adanya perbedaan tersebut mengharuskan mahasiswa Papua untuk melakukan penyesuaian terhadap lingkungan di Salatiga.

D. Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian SosialMahasiswa Papua di Salatiga

Gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya disebut konsep diri Hurlock, 1990.Gambaran atau penilaian diri ini dapat mempengaruhi individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hurlock menjelaskan bahwa individu dengan penilaian positif akan menyukai dan menerima keadaan dirinya sehingga akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat melakukan interaksi sosial secara tepat. Pendapat dari Brooks dan Emmert dalam Rakhmat 1986 mengungkapkan bahwa individu yang memiliki konsep diri positif dapat terlihat dari keyakinannya akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa perasaan, pikiran dan perilaku tiap orang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, serta mampu mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Ketika individu memiliki ciri-ciri tersebut, maka individu cenderung tampil lebih aktif dan terbuka dalam hubungan sosial dengan orang lain karena adanya perasaan setara dengan orang lain, bisa menerima bahwa tidak semua perilaku yang dilakukan dapat disetujui masyarakat, serta berusaha mengubah diri menjadi individu yang lebih baik. Relasi sosial yang luas akan menjadikan individu mampu mengerti dan melakukan apa yang diharapkan oleh lingkungan sehingga memudahkannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, individu yang memiliki penilaian diri yang negatif dan hal itu tidak bisa diterimanya maka individu akan memproyeksikan penolakan diri pada keadaan atau lingkungan sosialnya sehingga individu sulit melakukan penyesuaian sosial Mappiare, 1982. Terdapat perbedaan fisik antara mahasiswa Papua dan masyarakat di lingkungannya yang baru di Salatiga.Hal ini diakibatkan karena adanya perbedaan etnis antara keduanya.Mahasiswa Papua memiliki ciri-ciri khusus dengan rambut keriting, kulit gelap, serta wajah yang khas sangat mudah dikenali dan terlihat jelas perbedaannya dengan masyarakat di Salatiga.Perbedaan ini dapat membentuk konsep diri mahasiswa Papua.Entah konsep diri positif ataupun negatif tergantung bagaimana reaksi mahasiswa Papua terhadap perbedaan tersebut. Jika ia menerima keadaan dirinya dan memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya maka ia akan lebih percaya diri dan berani tampil aktif di lingkungan sosialnya. Hal ini memudahkannya untuk melakukan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Sedangkan jika mahasiswa Papua memiliki pandangan yang negatif, merasa tidak setara dengan orang lain, dan tidak bisa menerima keadaan dirinya maka ia akan cenderung menutup diri dari orang lain sehingga mengalami kesulitan dalam proses penyesuaian sosialnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang terhadap dirinya yang disebut sebagai konsep diri dapat mempengaruhi kehidupan sosial individu tersebut.Individu yang memiliki konsep diri yang positif dapat membantu individu untuk berhasil dalam melakukan penyesuaian sosial.Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif dapat menyulitkan individu dalam penyesuaian sosialnya.

E. Hipotesis

H : Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan kemampuan penyesuaian sosial pada mahasiswa Papuadi Salatiga. H 1 : Ada hubungan antara konsep diri dengan kemampuan penyesuaian sosial pada mahasiswa Papuadi Salatiga. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitan Yang Digunakan Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal angka yang diolah dengan metode statistika. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti Azwar, 2009, h. 5.

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subyek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif ataupun secara kualitatif Azwar,

2009. Variabel yang akan dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel Tergantung

: Penyesuaian Sosial

2. Variabel Bebas

: Konsep Diri

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati Azwar, 2009. Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:

1. Penyesuaian Sosial Mahasiswa Papua di Salatiga

Penyesuaian sosial mahasiswa Papua di Salatiga adalah proses mahasiswa Papua dalam bereaksi secara sehat dan efektif terhadap lingkungan sosialnya, baik orang yang dikenal maupun orang yang tidak dikenalnya sehingga dapat mencapai kehidupan sosial yang menyenangkan dan memuaskan.Baik buruknya penyesuaian sosial mahasiswa Papua di Salatiga dapat diukur dengan menggunakan skala penyesuaian sosial. Skala penyesuaian sosial ini disusun berdasarkan ciri-ciri penyesuaian sosial yang baik: a. Mengadakan relasi yang sehat terhadap masyarakat b. Bereaksi secara efektif dan harmonis terhadap kenyataan sosial c. Menghargai dan menjalankan hukum tertulis maupun tidak tertulis d. Menghargai orang lain mengenai hak-haknya dan pribadinya e. Bergaul dengan orang lain dalam bentuk persahabatan f. Simpati terhadap kesejahteraan orang lain berupa memberi pertolongan pada orang lain dan bersikap jujur Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin baik tingkat penyesuaian sosialnya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh semakin buruk tingkat penyesuaian sosialnya.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan, keyakinan, dan perasaan individu mengenai dirinya pada segi psikologis, sosial dan emosional, dan fisik.Positif negatif konsep diri dapat diukur dengan skala konsep diri. Penyusunan skala konsep diri didasarkan