Fungsi Alat Bukti Sistem Pembuktian

39 atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Sehingga, yang merupakan bukti yang sah adalah keterangan terdakwa yang diucapkan dalam sidang pengadilan. Jadi untuk sahnya alat bukti yang berupa keterangan terdakwa hanya yang diberikan pada sidang di pengadilan. Sedangkan yang diberikan ataupun pada pemeriksaan pendahuluan hanya untuk membantu menerangkan alat bukti disidang pengadilan dan digunakan terhadap sendiri.

c. Fungsi Alat Bukti

Alat bukti yang sudah diuraikan diatas dapatlah dikatakan berfungsi untuk menjadikan terang tindak pidana yang didakwakan dan menambah keyakinan hakim bahwa terdakwa benar-benar yang bersalah serta sebagai pelaku, juga dapat untuk mempertimbangkan berat ringannya tindak pidana yang akan di jatuhkan terhadapnya. Hal tersebut sebagai perwujudan dari pasal 183 KUHAP yang mana tidak akan dapat dijatuhi pidana kecuali sekurang-kurangnya dua alat bukti, sesuai dengan alat bukti maka dapat menjawab semua sangkalan yang dikemukakan oleh terdakwa dan jika berusaha mengelak. Hakim dalam menjatuhkan putusan akan menilai semua alat bukti yang sah untuk menyusun keyakinan hakim dengan mengemukankan unsur-unsurnya kejahatan yang didakwakannya menurut hukum pidana atau tidak, serta pidana apa yang setimpal dengan perbuatannya. 40

d. Sistem Pembuktian

Dalam hal ini Martiman 1983: 14, mengatakan bahwa di dalam pembuktian hukum pidana di kenal dengan adanya dua sistem pembuktian yaitu: 1. Positif wettelijk, ajaran ini didasarkan semata-mata pada alat-alat bukti yang ditetapkan oleh Undang-Undang dalam menentukan apakah terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, tanpa adanya keyakinan hakim. 2. Negatif wettelijk, ajaran ini di dasarkan pada alat bukti yang sah dan diatur dalam Undang-Undang serta didasarkan pada keyakinan hakim. Dari dua ajaran sistem pembuktian tersebut, yang di anut oleh hukum pidana adalah Negatif Wettelijk. Sistem ini ada dua hal yang menjadi syarat yaitu: - Wettelijk, adanya alat-alat bukti yang sah dan ditetapkan oleh Undang- Undang. - Negatif, dengan alat-alat bukti yang sah dan ditetapkan Undang-Undang disertai juga dengan keyakinan hakim. Dengan demikian antara alat-alat bukti yang sah dengan keyakinan hakim diharuskan adanya causal oleh kerena itu, sistem KUHAP tidak mengijinkan hukum pidana untuk menggunakan atau menerapkan alat-alat bukti lain yang tidak ditetapkan Undang-undang. 41 Tindak Pidana Pencurian Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian Pemberatan Pidana Pemenuhan Unsur-unsur Pencurian dengan pemberatan Terdakwa mampu bertanggung jawab Di pidana pencurian dengan pemberatan Pemenuhan Unsur-unsur Pencurian Tidak mampu bertanggung jawab Tidak mampu bertanggung jawab Mampu bertanggung jawab Tidak dipidana Tidak dipidana Dipidana dengan pidana pencurian

2.2 Kerangka Teoritik

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Peran Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Sebagai Kejahatan Terorganisir Di Wilayah Hukum Polda SUMUT

3 117 71

Relevansi Sistem Penjatuhan Pidana Dengan Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Terhadap Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Pengadilan Negeri Kota Malang)

1 5 30

ANALISIS YURIDIS PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN

0 5 15

DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Studi Pada Pengadilan Negeri Liwa)

3 20 96

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan Pidana Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Krg).

0 3 19

LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN Langkah-Langkah Penanganan Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Kasus Di Polres Karanganyar).

0 4 17

PERAN RESERSE SEBAGAI PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN Peran Reserse Sebagai Penyidik Dalam Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Kasus Di Polresta Surakarta, Polres Sragen Dan Polres Sukoharjo).

1 9 20

Dasar Pertimbangan Dalam Tindak Pidana Pencurian dengan pemberatan (Studi Pencurian Kendaraan Bermotor Pada Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang).

0 0 2

SANKSI HUKUM PELAKU PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PEMBERATAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Makassar)

0 0 88

KEKUATAN KETERANGAN SAKSI DALAM PERKARA PIDANA DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG (STUDI KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DI PENGADILAN NEGERI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 9