Dongos. Pertama, model pendekatan multitracks dan terpadu; Kedua, model pendekatan dialog menuju transformasi konflik; Ketiga, model pendekatan
melalui institusi demokrasi.
1. Pendekatan Multitracks dan Terpadu
Mengingat rentannya masyarakat Dongos terhadap konflik kekerasan, maka pendekatan dilakukan tidak bisa menggunakan pendekatan parsial,
tetapi membutuhkan pendekatan terpadu yang dilakukan secara simultan. Pendekatan ini berangkat dari situasi kerusuhan sekarang ini menuju
rekonsiliasi dan rehabilitasi menuju masa depan damai. Artinya pendekatan ini beranjak dari mencegah untuk memelihara perdamaian, mendorong transisi
dan transformasi konflik dengan membentuk perdamaian, dan mendorong rekonsiliasi dengan membangun perdamaian.
Pendekatan resolusi dan rekonsiliasi konflik kekerasan itu bisa berjalan efektif manakala didukung dengan partisipasi semua elemen yang ada
dalam masyarakat. Artinya, penyelesaian konflik kekerasan itu diperlukan kerjasama pihak ketiga dengan lembaga-lembaga lokal yang ada, dan
melibatkan partisipasi aktif dari segenap warga masyarakat, dengan melihat model-model pendekatan resolusi dan rekonsiliasi berbeda-beda. Misalnya
negosiasi tingkat tinggi untuk golongan lapisan elite politik dan elite agama pada tingkat atas, dialog pemecahan masalah untuk lapisan tingkat menengah,
dan membangun komunitas dialog untuk warga komunitas lapisan bawah.
Model pendekatan penyelesian konflik multitracks ini menekankan pada pentingnya proses dari bawah ke atas Hugh Miall, 2000: 15-20.
Pendekatan rekonsiliasi multi jalur ini dilakukan karena dalam kenyataan sumber konflik kekerasan di Desa Dongos tidak hanya pada tataran
masyarakat bawah, tetapi sumber konflik kekerasan juga terdapat pada kalangan elite politik ataupun elite agama tingkat atas. Penyelesaian konflik
dan kekerasan pada tingkat elite melalui negosiasi tingkat tinggi bisa mengurangi konflik antar massa dan antar komunitas. Rekonsiliasi di lapisan
bawah melalui komunitas dialogis dan komisi perdamaian di tingkat lokal, misalnya bisa memberdayakan dan memperkuat basis sosial masyarakat
lapisan bawah sehingga tidak mudah dimobilisasi oleh elite politik lapisan atas. Kelompok menengah memiliki posisi sangat penting untuk mengambil
pendekatan resolusi dan rekonsiliasiberorientasi pada pemecahan masalah, mengatasi konflik dari akar masalah yang menjadi sumber konflik. Kelompok
menengah terdiri dari; 1. para kyai atau tokoh masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam organisasi NU secara struktural dan tidak beraktivitas dalam
dunia politik praktis; 2. Para akademisi dan aktivis LSM. Model penyelesaian konflik kekerasan dengan multitracks itu sangat
membutuhkan kondisi yang kondusif, kondisi kondusif itu dapat dicapai apabila penyelesaian konflik kekerasan itu dilakukan dengan cara-cara
demokratis. Langkah-langkah demokratis meliputi: negosiasi, diplomasi, dan dialog-dialog yang menekankan pada dialog informal untuk pemecahan
masalah, yang berorientasi pada pembentukan kerja sama antar komunitas menuju koeksistensi damai.
Kerusuhan sosial di Desa Dongos merupakan konflik politik identitas komunal berdasarkan ajaran agama.konflik demikian, selain berdimensi
horisontal berupa konflik identitas antar komunitas atau massa, juga berdimensi vertikal antara massa dan elite politik yang menggunakan identitas
komunal agama sebagai basis konflik. Penyelesaian konflik kekersan demikian, model yang cocok untuk rekonsiliasi adalah multijalur, di mana
satu sisi melakukan negosiasi tingkat tinggi di level atas agar tidak mengimbas ke bawah. Dan di sisi lain, mengembangkan kultur demokrasi di
tingkat massa, yaitu dengan menekankan pada dialog-dialog pemecahan masalah secara informal di akar rumput Mulkhan, 2001: 147-158.
2. Pendekatan Dialog Menuju Transformasi Konflik