Solusi Untuk Mengembangkan Pembiayaan

commit to user 100 tinggi yang dilandasi kejujuran, diharapkan tidak terjadi kebohongan dan manipulasi terhadap laporan keuangan yang memungkinakan keuntungan yang akan dibagi menjadi kecil atau tidak ada. b. Tingginya resiko yang harus ditanggung oleh pihak bank lebih banyak jika dibandingkan dengan modal dari piak Pengusaha. Modal yang disertakan oleh Bank Mega Syariah Indonesia dalam pembiayaan musyara kah, masih tergolong tinggi artinya resiko yang harus ditanggung oleh pihak bank apabila terjadi kerugian masih tergolong tinggi. c. Kesulitan Likuiditas Bank Indonesia BI dalam fungsinya sebagai The Leader of La st Resort adalah membantu bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Menurut Pasal 11 ayat 1 Undang-undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa Bank Indonesia dapat memberi kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah untuk jangka waktu paling lama 90 sembilan puluh hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank tersebut. Hanya saja kesulitan terjadi ketika undang-undang tersebut juga menentukan bahwa bank konvensional maupun bank syari’ah wajib memberikan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan dan nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya. Sedangkan maksud agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan adalah meliputi surat berharga atau tagihan yang diterbitkan oleh pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai otoritas untuk itu. Bagi bank syari’ah untuk dapat menyediakan agunan berupa surat-surat berharga danatau tagihan yang tidak berbunga belum mungkin karena pasar uang financia l market yang berdasarkan prinsip syari’ah belum berkembang di Indonesia.

3. Solusi Untuk Mengembangkan Pembiayaan

Musyarakah Pada Bank Mega Syariah Indonesia Sebagai solusi dalam rangka memacu perkembangan akad pembiayaan dengan prinsip musyara kah pada Bank Mega Syariah Indonesia, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh manajemen bank, yaitu 109 : a. Menjalin hubungan hukum dengan calon nasabah dengan didahului pemberian pembiayaan dengan prinsip murabaha h . Setelah terjalin hubungan hukum pembiayaan murba hah yang berulang kali, akan memberikan keyakian kepada pihak Bank Mega Syariah Indonesia untuk lebih lanjut memberikan pembiayaan dengan prinsip musyarakah . 109 Ibid. commit to user 101 b. Pihak Bank Syariah Mandiri Cabang Mataram akan melakukan monitoring dan meminta laporan keuangan secara berkala kepada nasabah. c. Setiap akad pembiayaan proyek dengan prinsip musyara kah disyaratkan adanya jaminan atau agunan. Atas benda jaminan ini kemudian diasuransikan pada asuransi syariah.

B. A n a l i s i s 1. Pelaksanaan Akad Pembiayaan

Musyarakah Pada Bank Mega Syariah Indonesia Di dalam praktek, penyusunan suatu perjanjian antara Bank Syariah dengan nasabah, dari sisi hukum positif, selain menagacu pada KUH Perdata juga harus merujuk kepada Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sedangkan dari sisi syariah selain mengacu pada UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, juga berpedoman kepada Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional DSN, Majelis Ulama Indonesi. Ada beberapa prinsip dalam akad pembiayaan Musyarakah yang sesuai dengan prisip-prisip syariah yaitu sebagai berikut : a. Ikhtiyar i sukarela : setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain. b. Amana h menepati janji : Setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat yang sama terhindar dari cidera janji. c. Ihtiyati kehati-hatian : setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang dilaksanakan secara tepat dan cepat. d. Luzum tidak berubah : setiap akad dilakukan untuk kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktek manipulasi dan merugikan salah satu pihak. e. Taswiyah kesetaraan : para pihak dalam setiap akad memiliki kedudukan yang setara, mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang. f. Transparansi : setiap akad dilakukan dengan pertanggung jawaban para pihak secara terbuka: g. Kemampuan : setiap kali akad dilakukan dengan kemampuan para pihak, sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan;